Penelitian Gereja
Penelitian Gereja
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
JURUSAN SOSIOLOGI
BANDUNG
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT., shalawat dan salam saya curahkan
pada Nabi besar kita Rasulullah SAW., sahabat dan para tabi’in, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah saya akhirnya bisa menyelesaikan laporan yang berjudul “Keterkaitan Teori
Gender dengan Ajaran Protestan di GPIB Sejahtera” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
penelitian ini. Rasa terima kasih juga hendak saya ucapkan kepada teman teman terkhusus
mahasiswa Sosiologi kelas A yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga penelitian ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari bahwa di dalam penelitian yang telah saya susun ini masih terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya mengharapkan saran serta masukan dari
para pembaca demi tersusunnya penelitian lain yang lebih lagi. Akhir kata, saya berharap
agar penelitian ini bisa memberikan banyak manfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Pelayanan Taruna
Pelayanan taruna ini dikhususkan kepada remaja kisaran umur 10
sampai umur 16 tahun. Pelayanan taruna pun dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Dwi (Taruna kisaran umur 10-13 tahun) dan (2) Eka (Taruna kisaran
umur 13-16 tahun). Biasanya kegiatan pelayanan taruna diadakan setiap
jam 9 pagi pada hari Minggu.
4. Pelayanan Anak
Pelayanan Anak ini dibagi menjadi lima kelas yang diadakan setiap
hari Minggu jam 9 pagi. Lima kelas diantaranya sebagai berikut.
a. Kelas Batita ada 1 kelas.
b. Kelas Anak Kecil ada 2 kelas.
c. Kelas Anak Tanggung ada 2 kelas.
Selain kegiatan seperti diatas, adapun kegiatan pelayanan di lapas Sukamiskin
setiap bulan. Isi dari kegiatan tersebut antara lain pembekalan iman kepada jemaat
agama protestan. Lalu, ada kegiatan pada hari rabu berupa ibadah rumah tangga, pada
hari kamis berupa rapat sore pengurus gereja, bakti sosial, dan gotong royong di
lingkungan setempat dengan bekerja sama dengan warga rt/rw setempat.
3
hukum yang berlaku saat ini, hak-hak orangtua sering kali lebih diprioritaskan
daripada kepentingan terbaik bagi anak-anak.
Jika teori gender diatas dikaitkan dengan fenomena sosial yang berada di
GBIP Sejahtera maka sesuai informasi yang saya dapatkan, tidak ada perbedaan
gender yang mendalam di GPIB Sejahtera bandung. Tidak ada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan untuk pengajuan menjadi pendeta. Pendeta pun boleh menikah
dan antara suami-istri boleh dua-duanya menjadi pendeta.
Untuk di umat jemaat GBIP Sejahtera sendiri sudah dibiasakan untuk
menghindari adanya konflik gender ini. Selaku pendeta dan pengurus sudah mulai
membiasakan dan menghilangkan kebiasaan itu. Termasuk soal penempatan pendeta
laki-laki dan perempuan yang merata, tidak ada pilih kasih.
Lalu, menyinggung sedikit dengan stratifikasi sosial yang ada di GBIP
Sejahtera Bandung, beginipun penuturan Pendeta Eddie Meijer :
1. Tidak ada identik dengan pendapatan ekonomi yang tinggi yang
diharuskan kepada jemaat
2. Tidak terdapat stratifikasi sosial. Sebisa mungkin semua jemaat dirangkul.
Ajaran yang dianut adalah saling mengasihi tak ada perbedaan. Yang
mampu menolong yang lemah.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara katholik dan protestan dalam segi
ekonomi dan perubahan sosial, berserah diri kepada Tuhan sebagai pendapat
emosional pendeta.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah YME, yang telah memberi
karunia yang sangat besar sehingga penulis bisa melihat semua dan dapat berkunjung
ke GPIB Sejahtera Bandung. Sehingga penulis bisa menulis dan menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.
Dengan selesai penelitian ini Saya dapat menyimpulkan bahwa :
1. Ajaran Protestan di GBIP Sejahtera Bandung ini mempunyai motto bahwa
memelihara iman dan kehidupan umat. Tidak hitung-hitungan dengan Tuhan
dan menerapkan kitab yang dianut kedalam kegiatan sehari-hari.
2. Kegiatan yang berlangsung di GBIP Sejahtera ini merata kepada semua umat
di semua kalangan usia mulai dari balita sampai pensiunan.
3. Untuk di umat jemaat dan pendeta di GBIP Sejahtera sendiri sudah dibiasakan
untuk menghindari adanya konflik gender. Selaku pendeta dan pengurus sudah
mulai membiasakan dan menghilangkan kebiasaan itu. Termasuk soal
penempatan pendeta laki-laki dan perempuan yang merata, tidak ada pilih
kasih.
3.2 Lampiran
5
6
DAFTAR PUSTAKA
http://gpibsejahterabandung.org/