Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENELITIAN

KETERKAITAN TEORI GENDER DENGAN AJARAN AGAMA


PROTESTAN DI GPIB SEJAHTERA BANDUNG
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Sosiologi Agama

Dosen Pengampu :

Dr. Jajang A. Rohmana, M.Ag

Disusun Oleh :

Aini N NIM 1178xxxxx

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT., shalawat dan salam saya curahkan
pada Nabi besar kita Rasulullah SAW., sahabat dan para tabi’in, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah saya akhirnya bisa menyelesaikan laporan yang berjudul “Keterkaitan Teori
Gender dengan Ajaran Protestan di GPIB Sejahtera” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
penelitian ini. Rasa terima kasih juga hendak saya ucapkan kepada teman teman terkhusus
mahasiswa Sosiologi kelas A yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga penelitian ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Saya menyadari bahwa di dalam penelitian yang telah saya susun ini masih terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya mengharapkan saran serta masukan dari
para pembaca demi tersusunnya penelitian lain yang lebih lagi. Akhir kata, saya berharap
agar penelitian ini bisa memberikan banyak manfaat.

Bandung, 20 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2

2.1 GPIB Sejahtera.......................................................................................... 2


2.2 Kegiatan di GPIB Sejahtera ...................................................................... 2
2.3 Keterkaitan Teori Gender dengan Ajaran Protestan di GPIB Sejahtera ... 3

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 5

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 5


3.2 Lampiran ....................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Agama merupakan aturan atau tatacara hidup manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan dan sesamanya. Agama dapat mencakup tata tertib upacara, praktek pemujaan,
dan kepercayaan kepada Tuhan. Agama bagi pemeluknya diyakini sebagai sesuatu yang
luhur, yang dapat membawa ke jalan Tuhan dan keselamatan hidup di dunia-akhirat.
Kristen Protestan berasal dari kata ‘protes’, yang dilontarkan oleh pangeran jerman
yang mendukung gerakan pembaharuan melawan keputusan paus yang beragama
Romawi Katolik pada waktu sidang Dewan Kekaisaran (Dewan Negara) kedua di kota
speyer (1529) karena melarang meluasnya paham pembaharuan tersebut. Kala itu Raja
Jerman menjadi pengikut Injil dan kemudian sangat menentang terhadap tekanan dari
penguasa yang beragama katolik, dari protes ini lahirlah kelompok yang menamakan diri
sebagai kelompok Protestan.
Reformasi merupakan gerakan religius abad ke 15 dan 16 yang menuntut pada
pembentukan Gereja-gereja Protestan seluruh Eropa, terutama Gereja Luther dan
Reformasi / Presbyterin. Para Reformator utama di benua itu adalah Martin Luther, John
Calvin dan Ulrich Zwingli sepakat atas sengtralitas Al-Kitab Sabda Allah meskipun ada
perbedaan – perbedaan dalam cara bagaimana mereka memahaninya. Keadaan
masyarakat, dimana terdapat tanda-tanda perubahan zaman, kecuali dikalangan politik
dan sosial. Kebudayaan tidak menjadi hak Klerus dan Protestan selalu dicirikan oleh
tekanannya pada Iman. Gereja Katolik sebaliknya , sejak awal abad pertengahan lebih
mempercayai akal sebagai pilar keimanan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana ajaran protestan yang diterapkan kepada jemaat GPIB Sejahtera
Bandung?
2. Apa saja kegiatan yang berlangsung dalam ajaran agama protestan di GPIB
Sejahtera?
3. Apa keterkaitan teori gander dengan ajaran agama protestan di GPIB Sejahtera?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Sebagai syarat untuk memenuhi mengikuti UAS Mata Kuliah Sosiologi Agama tahun
ajaran 2018/2019. Mahasiswa/i diberi tugas oleh Pak Jajang untuk menyusun laporan
hasil penelitian ke gereja protestan yang saya kunjungi kemarin di GPIB Sejahtera
Bandung. Sebagai laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana ajaran protestan yang diterapkan kepada jemaat GPIB
Sejahtera Bandung
2. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang berlangsung dalam ajaran agama protestan
di GPIB Sejahtera Bandung
3. Untuk mengetahui keterkaitan teori gender dengan ajaran agama protestan di GPIB
Sejahtera Bandung
4. Memenuhi tugas UAS Mata Kuliah sosiologi agama tahun ajaran 2018/2019.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GPIB Sejahtera


Gereja Protestan Indonesia di bagian Barat (GPIB) Sejahtera ini berlokasi di
Jl. Malabar 49 – 51 Bandung. Di resmikan dan dilembagakan 33 tahun lalu dibawah
naungan GPIB Wastukencana tepatnya pada tanggal 1 April 1987. Tadinya bangunan
GPIB Sejahtera ini hanya semacam rumah singgah atau kontrakan yang berisi umat
kristem protestan. Lalu, dengan persetujuan bersama akhirnya diresmikan lah
bangunan gereja ini.
GPIB Sejahtera ini pun sudah memandirikan 2 gereja lain, diantaranya : (1)
GPIB Siriasih di Taman Sakura; (2) GPIB di Dayeuh Kolot. Motto yang terkenal di
gereja ini adalah “Memelihara Iman dan Kehidupan Umat”.
Menurut penuturan Pendeta Eddie Meijer yang menjabat sebagai ketua
pendeta saat ini yang kita temui hari kamis tanggal 16 Mei 2019 bahwasanya untuk
pergantian pendeta dilakukan 4-5 tahun sekali terus bergilir berputar di seluruh GPIB
se-Indonesia. Usia rata-rata pensiun pendeta itu kisaran 65 tahun. Jadi, mutasi tidak
akan berhanti sampai pensiun. Pegawai atau yang melayani di GPIB Sejahtera ini
sendiri lumayan banyak dan gaji pegawai yang sama dengan pegawai negeri pada
umumnya memakai beberapa golongan, mungkin yang memebedakan hanya
tunjangan nya saja.
Ajaran yang disampaikan kepada jemaat sebagai berikut.
1. Janganlah pernah hitung-hitungan dengan Tuhan.
2. Ajaran itu dihayati dan diberlakukan dengan sungguh-sungguh.
3. Bagaimana jadi peran bagi orang lain tanpa harus jadi pendeta, pandai
kitab, maupun yang lainnya. Tapi, seberapa jauh kitab yang dianut dapat
diterapkan dengan baik di kehidupan sehari-hari.
4. Sebagai ketua pendeta, Pak Eddie Meijer, mempunyai tanggung jawab
iman, ajaran, dan ibadah bidang teologi.

2.2 Kegiatan di GPIB Sejahtera


Kegiatan yang berlangsung di GPIB Sejahtera Bandung ini dibagi menjadi
beberapa bagian, diantaranya :
1. Kegiatan umum
Kegiatan umun ini diselenggarakan setiap hari Minggu dan terdapat
tiga sesi. Sesi 1, sekitar jam 7 pagi. Sesi 2, sekitar jam 9 pagi. Lalu, yang
terakhir ada sesi 3, sekitar jam 5 sore. Kegiatan umum ini berlaku untuk
orang dewasa (Bapa dan Ibu).
2. Gerakan Pemuda
Gerakan ini bertujuan untuk pemuda yang berumur kisaran 17-35
tahun dan belum menikah.

2
3. Pelayanan Taruna
Pelayanan taruna ini dikhususkan kepada remaja kisaran umur 10
sampai umur 16 tahun. Pelayanan taruna pun dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Dwi (Taruna kisaran umur 10-13 tahun) dan (2) Eka (Taruna kisaran
umur 13-16 tahun). Biasanya kegiatan pelayanan taruna diadakan setiap
jam 9 pagi pada hari Minggu.
4. Pelayanan Anak
Pelayanan Anak ini dibagi menjadi lima kelas yang diadakan setiap
hari Minggu jam 9 pagi. Lima kelas diantaranya sebagai berikut.
a. Kelas Batita ada 1 kelas.
b. Kelas Anak Kecil ada 2 kelas.
c. Kelas Anak Tanggung ada 2 kelas.
Selain kegiatan seperti diatas, adapun kegiatan pelayanan di lapas Sukamiskin
setiap bulan. Isi dari kegiatan tersebut antara lain pembekalan iman kepada jemaat
agama protestan. Lalu, ada kegiatan pada hari rabu berupa ibadah rumah tangga, pada
hari kamis berupa rapat sore pengurus gereja, bakti sosial, dan gotong royong di
lingkungan setempat dengan bekerja sama dengan warga rt/rw setempat.

2.3 Keterkaitan Teori Sosiologi dengan Ajaran Protestan di GPIB Sejahtera


Dalam sosiologi, menurut Miller & Stark (2002), terdapat asumsi bahwa
perbedaan gender dalam religiusitas merupakan produk perbedaan sosialisasi. Studi
yang dilakukan keduanya, meneliti hubungan antara perbedaan sosialisasi dalam
kaitannya dengan perbedaan religiusitas. Data yang digunakan ialah data yang berasal
dari American General Social Surveys dan World Values Survey. Tujuannya ialah
menganalisis hubungan antara pandangan gender tradisional dan perbedaan gender
dalam hal sikap dan perilaku keagamaan. Menariknya, data menunjukkan tidak ada
hubungan antarkeduanya. Meskipun demikian, seperangkat hipotesis berdasarkan
pada model alternatif preferensi risiko menunjukkan bahwa perempuan lebih religius
daripada laki-laki yang selanjutnya hal itu memengaruhi perilaku ambil risiko. Model
penjelasan ini dapat memprediksikan perbedaan religiusitas dalam berbagai macam
agama.
Etika Kristen menyatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia baik laki-laki
maupun perempuan, perbedaan antarkeduanya merupakan perbedaan yang agung dan
hak-hak masing-masing tidak boleh diabaikan. Setiap manusia mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh anugerah dan kedudukan yang sama di
mata Tuhan sesuai dengan amal perbuatannya. Namun, dalam sejarahnya ditemukan
ekspresi-ekspresi ketidakpercayaan dan dendam antara laki-laki dan perempuan. Jelas,
dalam relasi gender seperti ini, laki-laki mempertahankan kekuasaannya untuk
menindas perempuan. Dalam hal ini, hanya ada satu definisi tunggal yang
menentukan pola ekspresi laki-laki dan perempuan, tetapi tidak ada pola tunggal
untuk mendefinisikan bagaimana laki-laki dan perempuan harus berhubungan satu
sama lain. Sebagai contoh, dalam setiap definisi keibuan, keayahan, dan perkawinan,
maka kepentingan terbaik anak harus menjadi prioritas. Kenyataannya, dalam sistem

3
hukum yang berlaku saat ini, hak-hak orangtua sering kali lebih diprioritaskan
daripada kepentingan terbaik bagi anak-anak.
Jika teori gender diatas dikaitkan dengan fenomena sosial yang berada di
GBIP Sejahtera maka sesuai informasi yang saya dapatkan, tidak ada perbedaan
gender yang mendalam di GPIB Sejahtera bandung. Tidak ada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan untuk pengajuan menjadi pendeta. Pendeta pun boleh menikah
dan antara suami-istri boleh dua-duanya menjadi pendeta.
Untuk di umat jemaat GBIP Sejahtera sendiri sudah dibiasakan untuk
menghindari adanya konflik gender ini. Selaku pendeta dan pengurus sudah mulai
membiasakan dan menghilangkan kebiasaan itu. Termasuk soal penempatan pendeta
laki-laki dan perempuan yang merata, tidak ada pilih kasih.
Lalu, menyinggung sedikit dengan stratifikasi sosial yang ada di GBIP
Sejahtera Bandung, beginipun penuturan Pendeta Eddie Meijer :
1. Tidak ada identik dengan pendapatan ekonomi yang tinggi yang
diharuskan kepada jemaat
2. Tidak terdapat stratifikasi sosial. Sebisa mungkin semua jemaat dirangkul.
Ajaran yang dianut adalah saling mengasihi tak ada perbedaan. Yang
mampu menolong yang lemah.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara katholik dan protestan dalam segi
ekonomi dan perubahan sosial, berserah diri kepada Tuhan sebagai pendapat
emosional pendeta.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah YME, yang telah memberi
karunia yang sangat besar sehingga penulis bisa melihat semua dan dapat berkunjung
ke GPIB Sejahtera Bandung. Sehingga penulis bisa menulis dan menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.
Dengan selesai penelitian ini Saya dapat menyimpulkan bahwa :
1. Ajaran Protestan di GBIP Sejahtera Bandung ini mempunyai motto bahwa
memelihara iman dan kehidupan umat. Tidak hitung-hitungan dengan Tuhan
dan menerapkan kitab yang dianut kedalam kegiatan sehari-hari.
2. Kegiatan yang berlangsung di GBIP Sejahtera ini merata kepada semua umat
di semua kalangan usia mulai dari balita sampai pensiunan.
3. Untuk di umat jemaat dan pendeta di GBIP Sejahtera sendiri sudah dibiasakan
untuk menghindari adanya konflik gender. Selaku pendeta dan pengurus sudah
mulai membiasakan dan menghilangkan kebiasaan itu. Termasuk soal
penempatan pendeta laki-laki dan perempuan yang merata, tidak ada pilih
kasih.

3.2 Lampiran

5
6
DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, Sindang. 2015. Sosiologi Agama: Dari Klasik Hingga PostModern.Yogyakarta :


Ar-ruzz Media.

http://gpibsejahterabandung.org/

Anda mungkin juga menyukai