PENDAHULUAN
1
2
disusun sebaik mungkin sesuai data yang akurat dan standar akuntansi
yang berlaku.
Seiring dengan perkembangan perusahaan yang ingin selalu
mempertahankan dan meningkatkan nilai yang dimilikinya demi
menampilkan yang terbaik dihadapan publik, sering kali terjadi
permasalahan yang timbul. Permasalahan yang sering muncul adalah
kondisi dimana terjadinya penipuan (fraud) yang dilakukan oleh pihak
internal perusahaan sendiri seperti manajemen maupun karyawan. Fraud
sendiri merupakan tindakan yang ilegal karena bertujuan untuk
memperoleh manfaat dan memperkaya diri sendiri. Tanpa disadari fraud
dapat mengurangi nama baik atau reputasi perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan bisnisnya (Priantara, 2013:211).
Fraud merupakan sebuah kejahatan yang sudah ada sejak lama. Di
Indonesia, fraud sudah terjadi sejak tahun 1602 yang dilakukan oleh
Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC dimana selama 200
tahun VOC mengambil alih sistem perdagangan dan merampas sumber
daya yang dimiliki Indonesia untuk tujuan memenuhi kepentingan
pribadinya (Priantara, 2013:2).
Dalam beberapa dekade terakhir, kecurangan atas laporan
keuangan yang dilakukan oleh manajemen atau divisi-divisi di dalam
perusahaan masih sering terjadi. Fraud dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja, didasarkan pada hasil survei yang dilakukan oleh PwC’s
20th annual global CEO Survey mengenai Global Economic Crime
Survey 2016 yang dilakukan pada 6000 responden dari 99 negara. Survei
ini menyatakan bahwa pada tahun 2016 telah terjadi penurunan pada
3
global fraud rate untuk pertama kalinya setelah krisis pada tahun 2009
dengan angka sebesar 36%. Angka ini lebih rendah 1% dari hasil survei
sebelumnya pada tahun 2014 dengan angka global fraud rate sebesar
37% dari perusahaan di 99 negara (PWC, 2016).
Tingginya kasus Fraud yang terjadi membuat the Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE) beranggapan bahwa fraud akan
menjadi pilihan pertama dari kejahatan di abad ke-21 dan merupakan
kejahatan yang akan sering terjadi dan akan sangat beragam jenis
kejahatannya (Priantara, 2013:10). Bentuk Fraud yang sering ditemui dan
berdampak pada keberlangsungan perusahaan adalah kecurangan laporan
keuangan. Kecurangan laporan keuangan dapat menjadi hal yang sangat
fatal maupun masalah besar bagi sebuah perusahaan, karena tidak hanya
akan mengalami kerugian tetapi perusahaan juga harus bisa
mempertanggungjawabkan laporan keuangan kepada para pemakai
seperti pemegang saham, kreditor, karyawan, dan masyarakat yang
menggunakan laporan keuangan.
Kecurangan laporan keuangan terjadi karena adanya salah saji
dalam proses penyusunan laporan keuangan. Terdapat dua jenis salah saji
yang dapat terjadi yaitu error dan fraud. Makna kedua salah saji ini
berbeda, Error merupakan kekeliruan yang mengacu pada kesalahan
akuntansi yang dilakukan secara tidak sengaja yang diakibatkan oleh
salah penghitungan matematis, pengukuran ataupun salah interprestasi
standar akuntansi. Sebaliknya fraud merupakan tindakan kecurangan atau
penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen atau karyawan
4
perusahaan milik Melinda Dee yang pada akhirnya dana dari perusahaan
tersebut kemudian diambil dan digunakan untuk keperluan pribadinya.
Akibat perbuatannya Melinda Dee divonis tahun penjara dan denda Rp
10 miliar (OkezoneNews, 2011).
Kecurangan laporan keuangan pada sektor pertambangan sendiri
menimpa perusahaan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BUMI) yang
merupakan perusahaan milik Bakrie sekaligus dikenal sebagai perusahaan
pertambangan batubara terbesar di Indonesia. Indonesian Corruption
Watch (ICW) melaporkan dugaan bahwa BUMI memanipulasi pelaporan
penjualan sejak tahun 2003-2008 dan menyebabkan kerugian negara
sebesar US$ 620,49 juta. Hasil perhitungan ICW dengan menggunakan
berbagai data primer termasuk laporan keuangan yang telah diaudit
menunjukkan hasil bahwa laporan penjualan BUMI selama 2003-2008
lebih rendah US$ 1,06 miliar dari yang sebenarnya. Selain itu ditemukan
bahwa BUMI bersama dengan dua anak perusahaannya yaitu Kaltim
Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia menunggak pajak dengan total
sebesar Rp 2,1 triliun. ICW mencatat total tunggakan pajak pada 2009
mencapai sekitar Rp 51 triliun, naik sebesar kurang lebih Rp 6 triliun dari
Rp 45 triliun pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2012 terjadi
kejanggalan keuangan pada laporan keuangan Bumi plc, Bumi plc sendiri
merupakan perusahaan berbasis di London, Inggris, yang memegang 29,2
persen saham BUMI. Kejanggalan yang dilaporkan adalah perubahan
nilai dana pembangunan di PT Bumi Resources Tbk dan nilai satu aset
PT Berau Coal Energy Tbk yang diubah menjadi nol pada laporan
keuangan Bumi Plc pada 31 Desember 2011 (Tempo.co, 2012).
8
adanya salah saji yang material sangat diperlukan untuk melihat prospek
ke depannya. Untuk periode yang digunakan adalah dari tahun 2012-2016.
Selain itu penelitian ini juga dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang
masih belum terbukti atau konsisten dari penelitian-penelitan sebelumnya
berkaitan dengan tindakan seseorang dalam melakukan fraud.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh
Tekanan, Kesempatan, Rasionalisasi, dan Kemampuan Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan”.