) MELALUI
PROSES TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KULIT TELUR
Skripsi
oleh
Rizki Maulida
4311410018
JURUSAN KIMIA
2015
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
akan energi semakin meningkat sehingga persediaan energi khususnya energi yang tidak
kelamaan akan habis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi BBM Indonesia terus
meningkat. Saat ini, hampir 80% kebutuhan energi dunia dipenuhi oleh bahan bakar
fosil. Padahal, penggunaan bahan bakar fosil bisa mengakibatkan pemanasan global.
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
karena biodiesel dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida (CO) sekitar 50%, gas
karbon dioksida (CO2) sekitar 78,45% dan bebas kandungan sulfur. Biodiesel dapat
diperoleh dari minyak tumbuhan yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbarui
seperti minyak nabati, lemak binatang, dan minyak goreng bekas (jelantah) melalui
2013:127).
Tanaman ini layak disebut multiguna, antara lain digunakan sebagai bahan makanan dan
minuman, obat tradisional, pakan ternak, industri penyamakan kulit, pelunak daging dan
2
sebagai bahan kosmetik. Diantara susunan buah pepaya yang diduga memiliki potensi
yang cukup besar dan belum banyak dikembangkan adalah bijinya karena terdapat
kandungan minyak dan protein yang cukup tinggi. Minyak biji pepaya yang berwarna
kuning diketahui mengandung 71,60 % asam oleat; 15,13 % asam palmitat; 7,68 % asam
linoleat; 3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau
terbatas(Warisno, 2003). Jika dibandingkan dengan kedelai 19,63%, biji bunga matahari
22,23% dan kelapa 54,74% maka kandungan minyak dalam biji pepaya relatif besar
bakar alternatif. Buah pepaya tidak diproduksi musiman, sehingga waktu panennya
dapat dilakukan setiap waktunya. Minyak pada biji pepaya tidak dapat digunakan
2008).
adalah sebesar 28% dari berat kering biji pepaya. Komposisi asam lemak dan
trigliserida minyak biji pepaya hampir sama dengan minyak zaitun (olive oil) dan
homogen seperti NaOH dan KOH karena memiliki kemampuan katalisator yang lebih
tinggi dibandingkan dengan katalis lainnya. Akan tetapi, penggunaan katalis ini
memiliki kelemahan yaitu sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga tidak dapat
digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang sebagai limbah yang dapat
3
Salah satu sumber CaCO3 yang mudah diperoleh disekitar kita adalah kulit telur.
Kulit telur mengandung CaCO3 sebanyak 94%, MgCO3 sebanyak 1%, Ca3(PO4)2
Meskipun kulit telur merupakan bahan baku yang sangat potensial untuk
cara pembuatan katalis kulit telur tersebut, karakteristik fisik dan kimianya, serta
Rumusan Masalah
dibahas adalah:
1. Menentukan massa optimum dari katalis kulit telur pada reaksi transesterifikasi
Tujuan Penelitian
2. Mengetahui massa optimum dari katalis kulit telur pada reaksi transesterifikasi
Manfaat Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Biodiesel
Biodiesel adalah sejenis bahan bakar yang termasuk ke dalam kelompok bahan
bakar nabati (BBN). Bahan bakunya bisa berasal dari berbagai sumber daya nabati, yaitu
minyak bumi. Bahan bakar biodiesel dapat diperbaharui. Selain itu, juga dapat
merupakan bahan bakar ideal untuk industri transportasi karena dapat digunakan pada
Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi dimana
gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil
esters (biodiesel)/mono alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping.
Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani,
lemak bekas/lemak daur ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam
lemak bebas (ALB) dan zat-pencemar dimana tergantung pada pengolahan pendahuluan
dari bahan baku tersebut. Dan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada
karena alkohol larut dalam minyak. Minyak nabati kandungan asam lemak bebasnya
lebih rendah dari pada lemak hewani, minyak nabati biasanya selain mengandung ALB
6
degumming dan ALB dihilangkan pada proses refining. Minyak nabati yang digunakan
dapat dalam bentuk minyak Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati yang
digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut
(Sri, 2010) .
katalisator basa karena merupakan proses yang ekonomis dan hanya memerlukan suhu
dan tekanan rendah. Hasil konversi dari proses ini bisa mencapai 98%. Proses ini
merupakan metode yang cukup krusial untuk memproduksi biodiesel dari minyak atau
dengan bioalkohol (metanol atau etanol) untuk membentuk ester dan gliserol
(Martini,2005).
Pepaya
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari
Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas
dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah
satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil
dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa
Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda
"gedang..
7
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Jenis : Carica papaya
Gambar 2.1 Tanaman Pepaya
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga
setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon
bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di
bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya
bercangap dalam.
Biji pepaya boleh jadi hanya dikenal dan dimanfaatkan sebagai bibit untuk
budidaya. Selebihnya, biji pepaya lebih banyak dijadikan limbah buangan setelah daging
buahnya diambil. Padahal, berdasarkan uji klinis, biji pepaya bisa diolah dan diambil
minyaknya. Minyak biji pepaya yang berwarna kuning diketahui mengandung 71,60 %
asam oleat, 15,13 % asam palmitat, 7,68 % asam linoleat, 3,60% asam stearat, dan asam-
asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau terbatas. Selain mengandung asam-
asam lemak, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan
Transesterifikasi
senyawa ester dengan alkohol. Untuk mempercepat reaksi ini diperlukan bantuan
katalisator berupa asam atau basa. Asam mengkatalis reaksi dengan memberikan proton
yang dimilikinya kedalam grup alkoholis sehingga lebih reaktif ( Tuti et al., 2011).
- CH OR
R"COO CH OR R"COO
O O-
R"COO OR ROOCR'''
R"COO CH
O-
+HCaCO
R"COO CH 3 R"COO CH CaCO3
H2C O- H2C OH
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang
lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang meyarankan agar kandungan asam lemak
bebas lebih kecil dari 0,5%. Semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari
air (anhydrous) karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis
menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak
mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida (Freedman, 1984:1639)
10
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi 3 mol untuk
setiap 1 mol trigliserida agar memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol
alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 yang dapat menghasilkan konversi 98%.
Secara umum jika semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, konversi
yang diperoleh semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi
maksimum.
baru dapat berjalan pada suhu 250 °C. Penambahan katalis diperlukan untuk
digunakan untuk reaksi transesterifikasi yaitu katalis asam, basa atau enzim (Kirk
et al., 1992)
d. Pengaruh suhu
metanol sekitar 65 °C). Reaksi antara minyak nabati dengan metanol pada fase
cair tekanan atmosfer, suhu operasi maksimum yang disarankan sesuai suhu titik
11
Makin lama waktu reaksi, kesempatan zat-zat untuk bereaksi semakin besar
sehingga konversi reaksi semakin besar pula. Akan tetapi jika kesetimbangan
reaksi telah tercapai, maka bertambahnya waktu reaksi tidak dapat memperbesar
f. Pengaruh pengadukan
Suatu reaksi berjalan dengan baik, apabila terjadi pencampuran dengan baik
yaitu dengan cara pengadukan yang bertujuan untuk menaikkan frekuensi proses
Katalis
kesetimbangan tanpa adanya zat yang dikonsumsi, setelah proses selesai katalis dapat
dihasilkan kembali. Katalis akan mengubah energi aktivasi suatu reaksi dengan cara
besar yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen merupakan katalis
12
yang berada satu fasa dengan reaktannya, sedangkan katalis heterogen berada dalam fasa
Katalis Basa
Terdapat dua jenis katalis basa yang dapat digunakan dalam pembuatan
Katalis basa homogen seperti NaOH (natrium hidroksida) dan KOH (kalium
hidroksida) merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam proses pembuatan
biodiesel karena dapat digunakan pada temperatur dan tekanan operasi yang relatif
rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi. Akan tetapi, katalis basa
homogen sangat sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga tidak dapat digunakan
kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang sebagai limbah yang dapat mencemarkan
lingkungan.
Di sisi lain, katalis basa heterogen seperti CaO, meskipun memiliki kemampuan
katalisator yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan katalis basa homogen, dapat
menjadi alternatif yang baik dalam proses pembuatan biodiesel. Katalis basa heterogen
dapat dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi sehingga dapat digunakan
mahal serta meminimalisasi persoalan limbah yang dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan.
13
harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan katalis asam, untuk
mendapatkan performa proses yang baik, penggunaan katalis basa dalam reaksi
digunakan harus dalam keadaan anhidrous dengan kandungan air < 0.1 - 0.5 %-berat
serta minyak yang digunakan harus memiliki kandungan asam lemak bebas < 0.5%
(Lotero et al., 2005). Keberadaan air dalam reaksi transesterifikasi sangat penting untuk
diperhatikan karena dengan adanya air, alkil ester yang terbentuk akan terhidrolisis
menjadi asam lemak bebas. Lebih lanjut, kehadiran asam lemak bebas dalam sistem
reaksi dapat menyebabkan reaksi penyabunan yang sangat menggangu dalam proses
pembuatan biodiesel.
Akibat reaksi samping ini, katalis basa harus terus ditambahkan karena sebagian
katalis basa akan habis bereaksi membentuk produk samping berupa sabun. Kehadiran
sabun dapat menyebabkan meningkatnya pembentukkan gel dan viskositas pada produk
biodiesel serta menjadi penghambat dalam pemisahan produk biodisel dari campuran
reaksi karena menyebabkan terjadinya pembentukan emulsi. Hal ini secara signifikan
Katalis Asam
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk pembuatan biodiesel adalah dengan
tumbuhan menjadi biodiesel, katalis asam juga dapat mengkatalisis reaksi esterifikasi
asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak menjadi biodiesel mengikuti reaksi
berikut ini:
baku minyak tumbuhan yang memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi namun
sangat jarang digunakan dalam proses utama pembuatan biodiesel. Katalis asam
homogen seperti asam sulfat, bersifat sangat korosif, sulit dipisahkan dari produk dan
dapat ikut terbuang dalam pencucian sehingga tidak dapat digunakan kembali sekaligus
Nafion, meskipun tidak sekorosif katalis asam homogen dan dapat dipisahkan untuk
digunakan kembali, cenderung sangat mahal dan memiliki kemampuan katalisasi yang
Salah satu sumber CaCO3 yang mudah diperoleh disekitar kita adalah kulit telur.
Kulit telur memiliki kandungan CaCO3 (kalsium karbonat) sebanyak 94%, MgCO3
15
SEM adalah alat yang paling teliti yang digunakan untuk menentukan ukuran
partikel karena resolusinya yang sangat tinggi. Partikel dengan ukuran beberapa
nanometer dapat diamati dengan jelas menggunakan SEM. Bahkan dengan high
resolution SEM seperti FE-SEM kita dapat mengamati posisi atom-atom dalam partikel.
Uji SEM bertujuan untuk mengetahui struktur tiga dimensi dari katalis yang
dihasilkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santoso et al. katalis kulit telur yang
seragam dan juga teragregasi sebagian serta tidak menyerupai batang (rod).
Uji karakterisasi katalis yang dilakukan terakhir adalah uji BET (Brunauer-
Emmett-Teller). Uji BET terhadap katalis CaCO3 yang terbentuk bertujuan untuk
mengetahui luas permukaan katalis, jumlah pori, dan radius dari pori katalis yang
terbentuk. Dari hasil uji BET yang dilakukan oleh Santoso et al. pada katalis kulit telur
diperoleh luas permukaan katalis bernilai 62,04 m2/g, total volume pori bernilai 0,1596
Kromatografi gas
perbedaan distribusi sampel di antara dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Kromatografi gas merupakan suatu teknik analisis pemisahan campuran zat yang mudah
16
menguap. Sampel dibawa oleh fasa gerak yang berupa gas pembawa, yang kemudian
sampel dan fasa diam. Interaksi tersebut dapat berupa absorpsi atau partisi. Jika fasa
diamnya berupa padatan berpori maka pemisahannya adalah absorpsi, sedangkan bila
fasa diamnya berupa cairan, peristiwanya adalah partisi gas-cair (Rizki, 2008).
Pada Penelitian yang telah dilakukan oleh Susilowati, menunjukkan bahwa pada
massa katalis 2 gram dan pada waktu 50 menit menghasilkan area persen metil ester
17
0,053 dan yield metil ester sebesar 0,2431%. Sedangkan pada massa katalis 4 gram dan
pada waktu 50 menit menghasilkan area persen metil ester 0,141 dan yield metil ester
sebesar 0,6582%.
kualitatif dan kuantitatif tentang susunan atom dan molekul zat organik dan anorganik.
Pada spektrometer, sampel ditembak dengan berkas elektron yang berenergi tinggi
spektrometer massa dan kromatografi gas ini disebut “GC-MS” (Gas Chromatography –
alat spektrofotometer IR. Spektrum ini meyatakan jumlah radiasi inframerah yang
diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi atau bilangan gelombang. Analisis
serapan biodiesel meliputi, serapan tajam yang merupakan gugus karbonil C=O, serapan
18
lemah yang merupakan C-O ester, serapan lemah yang merupakan ester asam lemak,
dan serapan kuat yang merupakan gugus alkil, metil dan metilen.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel terikat, variabel bebas, dan
variabel terkendali.
Adapun variabel bebas adalah variabel yang nilainya divariasi. Pada penelitian
ini variabel bebasnya adalah massa katalis heterogen berbahan kulit telur (1, 2, 3, 4, dan
5 gram).
Variabel terikat adalah variabel yang besarnya tergantung dari variabel bebas
yang diberikan dan diukur untuk menentukan ada tidaknya pengaruh (kriteria dari
variabel bebas). Pada penelitian ini adalah randemen metil ester sebagai hasil reaksi
tetapi dapat dikendalikan. Variabel terkendali pada penelitian ini adalah minyak biji
pepaya (50 ml), kecepatan pengadukan (100 rpm), suhu reaksi (60°C), waktu reaksi (50
menit) dan ukuran katalis heterogen berbahan kulit telur (80 mesh).
Alat
Labu Erlenmeyer 250 mL Iwake Pyrex, Beakerglass (50 mL, 100 mL, 250 mL)
Iwake Pyrex, Gelas ukur (50 mL, 100 mL) Iwake Pyrex, Corong pisah, Alat pres
hidrolik, Refluks leher tiga, Ayakan 50 mesh, Magnetic stirrer merk Cimarec 2
20
Kromatografi gas Hewlett Pacard 5890 series II, seperangkat alat GC-MS merk
shimadzu QP-5000, seperangkat alat SEM, seperangkat alat BET, dan seperangkat
alat IR
Bahan
Bahan Baku
Bahan Baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji buah pepaya dengan
Bahan Kimia
Metanol MR 32,04 g/mol ρ 1,11 gr/cm3 buatan E Merck, Asam fosfat MR 97,97
g/mol ρ 3,4 gr/cm3 buatan E Merck, Aquades, Air panas, Na2SO4 anhidrat.
Cara Kerja
Biji pepaya dipres dengan menggunakan mesin pres hidrolik. Minyak yang
keluar dari mesin pres mengandung kotoran dari kulit dan senyawa kimia: alkaloid,
Degumming
80°C kemudian ditambahkan asam fosfat 20% sebanyak 0,2% volume minyak dan
pepaya, asam fosfat, gum. Campuran tersebut ditambahkan air sebanyak 3% volume
21
minyak dan diaduk selama 30 menit. Maka akan menghasilkan minyak biji pepaya
netral dan gum. Campuran minyak biji pepaya netral dan gum kemudian didiamkan
selama 12 jam dan dilakukan pemisahan gum dengan corong pisah, maka akan
CaCO3 dari bahan dasar kulit telur. Mula-mula, kulit telur dicuci kemudian di
jemur, setelah itu dihancurkan dan diayak dengan ukuran 50 mesh. Kulit telur yang
telah dihancurkan ini dikeringkan di dalam oven pada suhu 100°C selama 24 jam.
Katalis kulit telur yang dihasilkan disimpan di dalam eksikator untuk menjaga
kondisi katalis tetap kering. Kemudian diuji dengan instrument Scanning Electron
menggunakan BET untuk mengetahui luas permukaan katalis kulit telur yang
dihasilkan.
Transesterifikasi dilakukan pada labu leher tiga dengan kapasitas satu liter
listrik. Diambil rasio volume metanol : minyak adalah 6:1. Minyak biji pepaya
sebanyak 50 ml dipanaskan hingga mencapai suhu yang diinginkan 60°C. Pada saat
yang sama, katalis heterogen berbahan kulit telur sebanyak 1, 2, 3, 4 dan 5 gram
22
dilarutkan dalam metanol dengan volume 300 ml. Menuangkan katalis tersebut
dalam labu leher tiga, aduk campuran tersebut pada skala 100 rpm dan suhu dijaga
konstan selama 1 jam. Kemudian diambil variasi waktu 15, 30, 45, 60, dan 75 menit
pada hasil biodiesel yang menghasilkan persen yield lebih bagus. Setelah 75 menit,
produk.
Pemurnian produk
Produk yang dihasilkan dari kondisi optimal proses didiamkan selama 12 jam
untuk memisahkan dengan sempurna biodiesel dan gliserol. Lapisan atas adalah
biodiesel yang berwarna kuning dan lapisan bawah adalah gliserol berwarna putih.
2008).
Karakterisasi Biodiesel
Sedangkan untuk mengetahui jenis biodiesel yang diperoleh dilakukan dengan alat
BAB 5
PENUTUP
Simpulan
3. Massa optimum dari katalis kulit telur pada reaksi transesterifikasi minyak biji
pepaya yaitu pada penambahan katalis 4 gram yang menghasilkan randemen
terbanyak sebesar 32,92 % pada waktu retensi 15,551 menit.
4. Biodiesel yang dihasilkan pada proses transesterifikasi diketahui mengandung
asam oleat dan metil 9,12-oktadekadienoat.
Saran
1. Dilakukan variasi rasio katalis kulit telur dengan komposisi yang lebih banyak
3. Dilakukan proses transesterifikasi yang lebih akurat dan teliti agar didapatkan
hasil biodiesel yang lebih banyak lagi dengan hasil randemen terbanyak.
45
Daftar Pustaka
Apriani, R. 2008. Studi Ekstraksi dan Penentuan Sifat Fisiko-Kimia serta Komposisi
Asam Lemak Penyusun Trigliserida dari Minyak Biji Pepaya (Carica papaya).
Skripsi Depok: Universitas Indonesia.
Bahtiar, A. 2008. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Karet, Uji Kinetik, dan
Fisisnya. Tugas Akhir II. Kimia-FMIPA. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Darnoko, D. dan Cheryan, M. 2000. Continous Production of Palm Methyl Ester. J. Am.
Oil Chem. Soc, 77, 1269-1272.
Daryono, D.E. 2013. Biodiesel dari minyak biji pepaya dengan Transesterifikasi insitu.
Jurnal Teknik Kimia, Vol.8, No.1, September 2013.
Freedman, B., Pryde, E. H., Mounts, T. L. 1984. Variable Affective the Yields of Fatty
Esters from Transesterified Vegetable Oil.
Gusmarwarni, S.R., 2009. Pengaruh Perbandingan Berat Bahan dan Waktu Ekstraksi
terhadap Minyak Biji Pepaya Terambil. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa
Teknologi Industri dan Informasi, IV, pp.147-151.
Kartika, I.A., M. Yani, Dede H., 2011. Transesterifikasi In Situ Biji Jarak Pagar:
Pengaruh Jenis Pereaksi, Kecepatan Pengadukan dan Suhu Reaksi Terhadap
Rendemen dan Kualitas Biodiesel. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 21
(1), 24-33
Kartika, I.A., Yuliani, S., Ariono, D. dan Sugiarto. 2009. Rekayasa Proses Produksi
Biodiesel Berbasis Jarak (Jatropha Curcas) Melalui Transesterifikasi In Situ.
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB. pp.129-139.
Kirk, R.E. and Othmer, D. F. 1980. Encyclopedia of Chemical Technology. 3rd ed. vol.
9. John Wiley and Sons. New York.
Lotero, E., Liu, Y., Lopez, D.E., Suwannakarn, K., Bruce, D.A., & Goodwin, J.G., Jr.
2005. Synthesis of Biodiesel via Acid Catalysis, South Carolina: Journal.
Mora, E., Emrizal, Nandhana S. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Asam Oleat dari Kulit
Buah Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq). Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia
1(2), Maret 2013: 47-51
Nugroho, T. 2013. Peluang Besar Usaha Membuat Bensin & Solar dari Bahan Nabati.
Yogyakarta: Pustaka Mahardika.
Nguyen, T. 2008. Lipid Classes, Fatty Acids and Triglycerides in Papaya Seed Oil.
Institute of Organnic Chemistry with Center of Phytochemistry. Bulgaria:
Bulgarian Academy of Sciences.
Puangsri, T., Abdulkarim, S.M. and Ghazali, H.M. 2005. Properties of Carica Papaya L.
(Papaya) Seed Oil Following Extractions Using Solvent and Aqueous Enzymatic
Methods. Journal of Food Lipids, 12, pp. 62-76.
Santoso, H., Ivan K., Aris S. 2013. Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis Basa
Heterogen Berbahan Dasar Kulit Telur . Universitas Katolik Prahayangan:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Silverstein, R.M., G.C. Basler and T.C. Moril. 1991. Spectronic Identification of
Organik Compounds, John Wiley Sons Inc, New York.
Siswani, Endang D., Susila K. dan Suwardi. 2012. Sintesis dan karakterisasi biodiesel
dari Minyak jelantah pada berbagai waktu dan suhu. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Stadelman, W.J. 2000. Eggs and egg products. In: Francis, F.J. (Ed.), Encyclopedia of
Food Science and Technology. 2nd ed. John Wiley and Sons. New York, 593-
599.
Sudradjat, H.R. 2006. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Jakarta: Penebar Swadaya .
Susilowati. 2006. Biodiesel Dari Minyak Biji Kapuk Dengan Katalis Zeolit. Jurnal UPN
“Veteran” JATIM.
Tuti I. S., M. Said A. S.W. dan Ani .K. S. 2011. Katalis Basa Heterogen Campuran CaO
& SrO pada Reaksi Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit. Palembang: Jurnal
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3.
Wei, Z., Xu, C., and Li, B., 2009. Application of Waste Eggshell as Low-Cost Solid
Catalyst for Biodiesel Production. New York: Bioresource Technology.
48
Lampiran 2
FOTO PENELITIAN