Anda di halaman 1dari 11

A.

Abu Bakar al-Quthai’i


Nama lengkapnya adalah : Abu Bakar Ahmad Ibn Ja’far Ibn Hamdan Ibn Malik al-Quthai’i. Ada
yang menyebut al-Qathbi.

Quthai’i berdomisili di Quthai’ah maka namanya di nisbatkan pada tempat tinggalnya


(Quthai’ah). Dia pengikut madzhab Hanbali. Dia adalah salah seorang yang berjasa dalam
transformasi verbal musnad Ahmad bin Hanbal. Kitab ini isinya berjumlah 40.000 buah hadits,
10.000 diantaranya berulang – ulang. Sekiranya musnad ini tetap tinggal sebanyak yang disusun
Ahmad sendiri, maka tidak akan ada hadits yang tidak dapat dipakai sama sekali didalamnya,
karena musnad ini telah ditambah – tambah isinya oleh putra beliau sendiri, Abd Allah, dan oleh
Abu Bakar al-Qutahi’i, maka didalamnya terdapat sebagian besar hadits dlo’if dan empat buah
hadits maudlu’. Dia meninggal pada bulan Dzul Hijjah tahun 368 H.

Dia meriwayatkan hadits dari Abu Abd al-Rahman Abd Allah Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn
Hanbal, sedangkan muridnya adalah Abu Ali yakni al-Hasan Ibn Ali Ibn Mahmud al-Tamimi al-
Wa’izh, dan dikenal dengan Ibn Muhdzib1[2].

B. Abd Allah
Nama lengkapnya adalah : Abd Allah Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal Ibn Hilal Ibn Asad
al-Syaiban, ayah Abd al-Rahman al-Baghdadi.

Menurut Abu Ali al-Shawwaf, beliau lahir pada tahun 213 H dan wafat pada tahun 290 H.
Sedangkan menurut Ismail Ibn Ali al-Khutabi, beliau wafat hari Ahad dan dimakamkan pada
akhir petang, Jumadil al-Akhir, tahun 290 H.
Guru dan muridnya dalam periwayatan hadits :

Guru Abdulah antara lain : Ibrahim Ibn Ismail Ibn Yahya ibn Salamah Ibn Kuhail, Ahmad Ibn
Ibrahim al-Maushili, Ahmad Ibn Sa’id al-Darimi, Ahmad Ibn
Muhammad Ibn Hanbal (ayahnya), Muhammad Ibn Shabah al-
Daulaby, yahya Ibn Ma’in dll.

Murid Abdullah antara lain : Al-Nasa’i, Abu Bakar al-najad, Ahmad bin Kamil, Abu al-Qasim al-
Baghawi, Abu al-Husain al- Munadi, Abu al-Qasim al-Thabrani,
Abu Bakar al-Quthai’i, dll.

Penilaian para kritikus hadits tentang dirinya :

Abu Bakar al-Khatib menyatakan bahwa Abd Allah adalah seorang yang tsiqoh, handal dan cerdas.
Bahkan menurut Abu Bakar al-Khalal, dia adalah termasuk laki – laki yang jujur perkataannya dan
sangat pemalu. Demikian juga al-Nasa’i, menganggapnya tsiqoh. Diceritakan oleh Ibrahim Ibn
Muhammad Ibn Basyir, bahwa dia mendengar Abbas al-Duri berkata : suatu ketika saya berada
disamping ayah Abd Allah (Ahmad Ibn Hanbal), kemudian masuklah Abd Allah, seraya Ahmad
berkata kepadaku, Hai Abbas, sesungguhnya ayah Abd Rahma telah memuat dan menghafal ilmu
banyak2[3].

C. Abi
Yang dimaksud dengan Abi disini adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal Ibn Hilal Ibn Asad
al-Syaibani ayah Abdullah al-Marwazi. Beliau menuntut ilmu hadits tahun 179 H. Pada hari Jum’at
tanggal 12 Robi’ al-awwal tahun 241 beliau meninggal dunia, demikian tandas ‘Abbas Ibn
Muhammad al-Duri. Sedangkan menurut Ya’qub Ibn Sufyan, dari Fadhl Ibn Ziyad mengatakan
bahwa Ahmad Ibn Hanbal wafat pada tanggal 12 Rabi’ al-akhir tahun 241 H.
Ibn Hanbal terkenal sangat gigih dalam mempertahankan aqidah dan berpegang teguh pada
sunnah, sebagaimana diketahui pada masa al-Makmun memberlakukan ajaran Mu’tazilah sebagai
madzhab resmi negara, namun Ahmad Ibn Hanbal dan sejumlah Muhadditsin lainnya menolak
untuk menganutnya. Beliau ditangkap dan diboyong dari baghdad ke Tharsus dengan belenggu
yang besar sebelum penyelidikan. Diceritakan pula bahwa Khalifah al-Ma’mun mengirim
sejumlah uang untuk para ahli hadits. Sebagian mereka ada yang lemah dan menerima hadiah
(suap) dari Khalifah itu. Tetapi Ahmad Ibn Hanbal menolak pemberian tersebut dan ttetap pada
pendiriannya semula3[4].

Diantara guru – gurunya adalah Ibrahim Ibn Khalid al-Shan’ani, Ishaq Ibn Yusuf al-Azrah, Husain
Ibn al-Walid al-Naisaburi, Sufyan Ibn Uyainah, Jarir Ibn Abdul
Hamid, Aswad ibn Amir Syadzan, dll.

Murid – muridnya adalah Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Waki’, Abu al-Walid, Abd. Razzaq,
yazid Ibn Harun, Abd Allah Ibn Ahmad Ibn Hanbal, dll

Penilaian para kritikus hadits tentang dirinya :

Al-Syafi’i mengatakan bahwa saya telah keluar dari Baghdad dan tidak meninggalkan orang yang
lebih pandai, Zuhud, lebih wira’i disana kecuali Ahmad Ibn Hanbal. Bahkan Qutaibah bin Sa’id
menganggap Imam Ahmad sebagai Imam al-Dun’ya. Muhammad Ibn Ishaq menceritakan apa
yang dikatakan oleh ayahnya, bahkan andaikata tidak ada Ahmad Ibn Hanbal dengan segala
pengorbanannya, niscaya Islam akan lenyap di muka bumi.
Al- Jili menegaskan bahwa imam Ahmad adalah seorang yang tsiqoh dan handal dalam hadits,
bersih jiwanya, sangat pandai dalam masalah hadits dan pengikut setia sunnah. Ibn Hibban dalam
kitab :al-Tsiqot” sebagaimana yang dikutip al-Tsaqalani, mengatakan bahwa Ahmad Ibn Hanbal
adalah seorang yang hafal hadits (hafidz), terpercaya, faqih, selalu menetapi sifat wara’, kontinu
dalam beribadah dan kukuh memegang sunnah ketika terjadi al-Mihnah dizaman Abbasiyah
Khalifah al-Makmun. Ibn Sa’d juga menyatakan bahwa beliau adalah seorang yang tsiqoh, handal
dan terpercaya, yang banyak haditsnya4[5].

D. Aswad
Nama lengkapnya Aswad Ibn Amir Syadzan Abu ‘Abdurrahman Asy-Syami. Menurut Ibn Sa’ad
beliau meninggal tahun 208 H.

Guru – gurunya antara lain : Israil ibn Yunus, Hammad ibn Salamah, Hammad ibn Zaid, Ayyub
ibn ‘Utbah al-Yamamy, Ja’far ibn Ziyad al-Ahmar, Abu Bakar ibn
‘Ayyasy, dll

Murid – muridnya antara lain : Ahmad bin Hanbal, Ali bin Al-Madiny, Abu Tsaur, Amer An-
Naqid, Abu Karib Ad-Darimi, harits bin Abi Usamah dll.

Penilaian para kritikus hadits :


Hanbal ibn Ishaq berkata : saya mendengar bapaknya Abdullah berkata : Aswad ibn Amir tsiqoh.
Kemudian saya bertanya : tsiqoh ? dan dia menjawab : lebih.

Ibnu Ma’in menyatakan bahwa Aswad adalah seorang yang tidak cacat dan Ibnu Al-Madiny juga
menyatakan bahwa dia adalah orang yang tsiqoh, bahkan menurut Abu hatim, dia adalah orang
yang jujur (lagi) sholeh5[6].

Dari penilaian para kritikus hadits diatas, jelas tidak ada seorangpun yang mencela Aswad. Dengan
demikian pernyataannya yang menyatakan bahwa dia telah menerima hadits dari Israil dapat
dipercaya. Itu berarti sanadnya bersambung (muttasil)

E. Israil
Nama lengkapnya adalah Israil bin Yunus bin Abi Ishaq As-Sabi’iyah Hamdany, Abu Yusuf Al-
Kufi. Menurut Dabis bin Hamid dia lahir tahun 100 H dan meninggal tahun 161 H. Menurut Ibn
Na’im dan lainnya dia meninggal tahun 160 H. Sedangkan menurut Khalifah dan Ibn Sa’ad dia
meninggal tahun 162 H.

Guru dan Muridnya :


Guru – gurunya antara lain : Kakeknya dan Ziyad bin ‘Alaqah, Zaid bin Jubair, ‘Ashim bin
Bandalah A’masy, ismail As-Sady, Hisyam bin ‘Urwah, Yusuf bin
Abi Burdah.

Murid – muridnya antara lain : Aswad ibn Syadzan, Ahmad ibn Abdullah ibn Yunus, Adam ibn
Abi Iyas, Hammad ibn Waqid, dll.

Penilaian para kritikus hadits :

Ibnu Muhdi berkata, dari Isa bin Yunus berkata : bagiku Israil adalah orang yang lebih hafal hadits
Abu Ishaq sebagaimana hafal surat dari Al-Qur'an. Harb berkata dari Ahmad bin Hanbal : Israil
adalah syaikh yang tsiqoh dan mengagumkan hafalannya. Abu Thalib berkata : saya bertanya
kepada Ahmad, manakah yang lebih teguh (hati dan lidahnya) Syarik atau Israil ? Ahmad
menjawab : Israil, dia lebih teguh (hati dan lidahnya) daripada Syarik. Saya bertanya : siapakah
yang lebih kamu sukai ? Yunus atau Israil dalam Abu Ishaq ? Ahmad menjawab : Israil karena dia
sahabat kitab. Abu Hatim berkata : orang yang tsiqoh lagi jujur ( ). Ya’qub bin
Syaibah berkata : orang yang baik haditsnya. Abu Dawud berkata : israil lebih shahih haditsnya
daripada Syarik. Nasa’i berkata : tidak ada cacat baginya. Ibnu al-Barra’ menceritakan dari Ali
bin al-Madiny bahwa israil adalah orang yang lemah6[7]. Menurut al-Ijly, Israil adalah orang
Kufah yang tsiqoh.

Para kritikus hadits kebanyakan memuji Israil hanya ada satu riwayat yang diceritakan oleh Ibnu
al-Barra dari Ali bin al-Madiny yang menyatakan bahwa Israil adalah orang yang lemah.
F. A’masy
Nama lengkapnya = Sulaiman binMahram al-Asadi al-kahili, Abu Muhammad al-Kufi al-A’masy.
Beliau wafat tahun 147 H.

Guru dan muridnya dalam periwayatan hadits :

Guru al-A’masy antara lain : Ibrahim al-Tahimi, Ibrahim al-Nakha’i, ismail bin Abi Khalid,
Dzakwan bin Abi Sholeh As-Samman.

Murid al-A’masy antara lain : Israil ibn Yunus, Ismail ibn Zakariyya, Jarir ibn Abdul Hamid,
Jarir ibn Hazim, Zaidah ibn Qudamah, Sufyan al-Tsauri, Sufyan
ibn Uyainah, dll.

Pernyataan para kritikus hadits tentang dirinya :

 Yahya bin Ma’in : Sewaktu al-A’masy meriwayatkan hadits dari Anas termasuk

hadits mursal

 Ibnu Amar : Tidak ada shli hadits yang lebih ditetapkan haditsnya dari pada

A’masy

 Al-Ajadi : A’masy adalah orang yang teguh (lagi) tsiqoh di dalam hadits.
 Ibn Ma’in : Dia tsiqoh.

 Al-Nasa’i : Dia adalah orang yang teguh (lagi) tsiqoh7[8]

Jika diperhatikan hampir seluruh kritikus hadits memuji pribadi A’Masy, hanya saja hadits
A’Masy yang diriwayatkan dari Anas termasuk hadits mursal (menurut Ibn Ma’in). Akan tetapi
hadits yang diriwayatkan A’Mazy disini bukan dari Anas, melainkan dari Abi Sholeh. Dengan
demikian maka pernyataan A’Masy bahwa ia menerima hadits dari Abu Sholeh al-Samman
dengan lamban ‘An dapat dipercaya kebenarannya. Dengan mempertimbangkan alasan diatas
maka sanad antara A’Masy dan Abu Sholeh al-Samman bersambung (muttasil).

G. A’bu Sholeh (Wafat 101 H)


Nama lengkapnya adalah : Dzakwan, Abu Sholeh al-Smamman al-Zayyat al Madany.

Guru dan muridnya dalam periwayatan hadits :

Guru Abu Sholeh antara lain : Abu Hurairah, Abi Darda’, Abi Sa’id al-Khudri, Jabir, Ibnu
Umar, Ibnu Abbas, Mu’awiyah, Aisyah, ummu Habibah, dll.

Murid – muridnya antara lain : anaknya Suhail, Sholeh, Abdullah, A’Masy, Raja’ bin Hayah,
Zaid bin Aslam, Abu Hazim Salamah bin Dinar, dll.
Penilaian para kritikus hadits :

Abdullah bin Ahmad dari bapaknya berkata : Dia tsiqoh, tsiqoh dari semua manusia dan lebih
tsiqoh. Ibnu Ma’in juga mengatakan bahwa dia tsiqoh, begitu juga Abu Hatim menyatakan bahwa
dia tsiqoh, Sholehul hadits, dan periwayatan haditsnya selalu diharapkan. Abu Zur’ah menilainya
: tsiqoh, lurus haditsnya. Ibn Sa’ad juga mengatakan bahwa dia tsiqoh dan banyak haditsnya. Abu
Dawud berkata saya bertanya kepada Ibn Ma’in : siapakah orang yang tsiqoh dalam Abu Hurairah
? dia menjawab Ibn al-Musayyab, Abu Sholeh, Ibn Sirrin, A’raj, Abu Rafi’. Al-Sajiy menyatakan
bahwa Abu Sholeh adalah tsiqoh lagi jujur.

Dari penilaian para kritikus hadits diatas, nampak bahwa semuanya memuji kepribadian Abu
Sholeh bahkan ada yang menyatakan bahwa Abu Sholeh adalah orang yang tsiqoh, dan bahkan
lebih tsiqoh. Dengan demikian maka Abu Sholeh dari Abu Hurairah dengan lambang ‘An dapat
dipercaya kebenarannya.

H. Abu Hurairah
Namanya dan ayahnya banyak di perselisihkan di kalangan ulama. Ada yang mengatakan namanya
adalah Abd. Al-Rahman ibn Sahkhir, Abd al- Rahman ibn Ghanam, Abd Allah ibn ‘A’idz, Abd
Allah ibn ‘Amir, Abd Allah Ibn ‘Amir, Sukain ibn Wadzamah, Sukain ibn Hani’ dll. Namun ia
terkenal dengan Abd al-Rahman ibn Shakhir.

Menurut Sufyan ibn ‘Uyainah, Abu Hasan al-Madaini dan lainnya, Abu Hurairah wafat pada tahun
57 H. Sedangkan menurut al-Waqidi, Abu Ubaid dan Ibn Numair, beliau wafat tahun 59 H.
Diceritakan, mengapa beliau diberi kuniyah Abu Hurairah, karena dia selalu membawa kucing
kecil di gamisnya. Dia masuk Islam pada tahun 7 H.
Guru dan muridnya dalam periwayatan hadits :

Guru Abu Hurairah antara lain : Nabi Muhammad saw., Abu Bakar al-Shiddiq, Umar ibn
Khattab, Ubay ibn Ka’ab, Usamah ibn Zaid, Aisyah, dll.

Murid – muridnya antara lain : Abu Sholeh al-Samman, Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Jabir,
Said ibn Musayyab, Abu Sholeh al-Hanafi, abu ‘alqamah, Abu
Hasyim al-Dausy, Abd. Al-Hamid ibn Salim, dll.

Penilaian para kritikus hadits tentang dirinya :

Diceritakan oleh al-Zuhri bahwa Abu Hurairah adalah orang yang paling hafal setiap hadits yang
diriwayatkan di zamannya. Waki’ berkata : Telah menceritakan kepadaku A’masy dari Abu
Sholeh, berkata : Abu Hurairah adalah sahabat Nabi yang paling hafal (hadits).

Mengeluarkan ibn Abi Khaitsamah dari Sa’id ibn Abi al-Hasan berkata : tidak ada seorang pun
dari sahabat Nabi yang lebih banyak haditsnya dari Abu Hurairah. Al-Syafi’i berkata : Abu
Hurairah adalah perawi hadits yang paling hafal di zamannya8[9].

IV. KESIMPULAN
Setelah meneliti rangkaian hadits diatas, maka tampak jelas bahwa semua perawi yang
meriwayatkan hadits tersebut dari segi kemuttashilannya, tergolong muttashil sanad. Hal ini dapat
dilihat dari keterlibatan para rawi sebagai guru dan murid, dan dilihat dari meninggalnya para rawi
yang tidak terlalu jauh selisihnya sehingga secara historis, dapat dipastikan adanya pertemuan.
Dan juga karena penilaian para kritikus hadits terhadap para perawi tersebut, masing – masing
periwayat pada setiap tngkatan bisa dinyatakan tsiqoh. Karena hampir semua kritikus memuji
perawi – perawi tersebut, meskipun ada perawi yang oleh ibn al-Barra dari Ali ibn al-Madiny
dinyatakan sebagai orang yang lemah yaitu Israil. Akan tetapi menurut hemat penulis pendapat
tersebut tidak kuat karena disitu (pendapat para kritikus terhadap Israil) terdapat Abu Hatim
termasuk orang yang bersikap ketat (tasyaddud)9[10].

Syhudi Ismail dalam bukunya Kaedah Kesalehan sanad Hadits, mengatakan : “apabila kritikus
yang bersikap tasyaddud menilai seorang periwayat tertentu berkualitas dla’if tanpa keterangan
sebab – sebab kedhaifannya, sedang kritikus yang bersikap tawassuth menyatakan tsiqoh, maka
periwayat yang bersangkutan masih dapat dinilai sebagai berkualitas tsiqoh”. Sedangkan Abu
Hatim disini menyatakan bahwa Israil adalah tsiqoh. Dengan demikian berarti Israil adalah tsiqoh.

Berdasarkan hal tersbut diatas maka hadits yang penulis teliti ini dapat disimpulkan bahwa dari
segi sanad, hadits tersebut dapat dikatakan shahih, dengan alasan karena hadits tersebut
diriwayatkan oleh rawi – rawi yang tsiqoh dan bersambung hingga Nabi Muhammad saw.

Anda mungkin juga menyukai