DENGAN WSD
( WATER SEAL DRAINAGE )
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Modul Kebutuhan
Oksigenasi Semester II
Bapak Ahmad Saekhu, S.Kep.,Ns dan Tim
Kelompok V :
1. Ulfa Maulidia SK 111007
2. Rina Sulistiani SK 111013
3. Rizki Septiani SK 111019
4. Khoirun Nissa’ul J SK 111025
5. Eka Rahmawati SK 111031
6. Ely Mardhotillah SK 111037
7. Ike Sariti SK 111044
8. Savitri Setyaningsih SK 111050
9. Muhammad Thohir SK 111057
10. Mustagfiroh SK 111063
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal Drainage ) ”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan Oksigenasi
semester dua di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.
1
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penyelesaian makalah ini,khususnya kepada:
Kami sadar dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan, baik pada penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah kami.
Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi yang membacanya. Amin ya robbal alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
C. Tujuan Makalah.................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2
B. Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).............................. 9
C. Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta Keuntungan dan
Kerugiannya.......................................................................................... 9
A. Kesimpulan........................................................................................... 25
B. Saran..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
2. Apakah Tujuan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
3. Apakah Jenis-jenis WSD ( Water Sealed Drainage ) Beserta
Keuntungan dan Kerugiannya ?
4. Bagaimana Persiapan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan WSD (Water Seal Drainage)?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami Pengertian WSD ( Water Seal Drainage ).
2. Memahami Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).
3. Memahami Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta
Keuntungan dan Kerugiannya.
4. Memahami Persiapan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).
5. Memahami Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal Drainage).
BAB II
PEMBAHASAN
4
karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga pleura.
reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC.
lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC.
B. Prinsip-prinsip dasar
Meknisme pernafasan normal bekerja atas prinsip tekanan
negative; yaitu, Tekanan dalam rongga dada adalah lebih rendah
dari tekanan atmosfer,sehingga menyebabkan udara untuk bergerak
ke dalam paru selama inspirasi. Bila mana dada di buka untuk
alasan apa saja,terjadi kehilngan tekanan negative,yang dapat
mengakibatkan kolaps paru. Penumpukan udara,cairan,atau
substansi lain dalam dada dapat menggaanggu fungsi kardio
pulmonal dan bahkan menyebabakan paru koleps. Substansi
patologi yang terkumpul dalam spasium pleura termasuk
fibrin,atau bekuan darah; cairan (cairan serosa,darah,pus,kilus;dan
gas-gas ( udara dari paru,pohon trakeo bronkeal,atau esophagus).
5
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup
mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya
memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol.
Keuntungan :
Penyusunannya sederhana.
Mudah untuk pasien yang berjalan.
Kerugian :
Kerugian :
6
Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan
ke sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel
dalam air. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang di
bawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding
yang menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang
dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga
harus cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung
dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air,
mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan
dalam unit pasien. Untuk memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi
siklus pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga.
Keuntungan :
Kerugian :
Kerugian :
Mahal.
Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage
bila unit terbalik.
b. Fluther valve
Keuntungan :
7
Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit
terbalik.
Kurang satu ruang untuk mengisi.
Tidak ada masalah dengan penguapan air.
Penurunan kadar kebisingan.
Kerugian :
Mahal.
Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada
tekanan intra pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada
ruang water seal.
c. Calibrated spring mechanism
Keuntungan :
Idem.
Mampu mengatasi volume yang besar.
Kerugian :
Mahal
8
f. Klem pemegang jarum (naadl voerder) da jarum jahit kulit yang
steril
g. Benang sutera steril untuk jahitan kulit 4 x 25 cm
h. Selang untuk drain yang steril
9
d. Setiap hendak mengganti dicatat undulasi ada atau tidak.
Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting
karena beberapa kondisi dapat terjadi antara lain :
6. Paru
a. Dengan WSD paru diharapkan paru mengembang.
b. Control pengembangan paru dengan pemeriksaan fisik dan
radiologic.
c. Latihan nafas ekspirasi dan inspirasi yang dalam.
d. Latihan batuk yang efisien .
e. Pemberian antibiotika.
f. Ekspektoran cukup obat batuk hitam (OBH).
7. Dinyatakan berhasil bila :
10
a. Paru sudah mengembag penuh pada pemeriksaan fisik atau
radiologi.
b. Darah cairan tidak keluar dari WSD.
c. Tidak ada pus pada selang WSD (tidak ada empiema)
8. Mengangkat WSD
a. Disediakan alat-alat untuk mengangkat jahitan kulit yang steril.
b. Kain kassa steril.
c. Zalf steril.
d. Teknik :
1) Angkat jahitan.
2) Pasien disuruh bernafas dalam.
3) Pada waktu ekspirasi dalam dan menahannya, WSD di angkat
dengan menutup kain kassa steril yang mengandung zalf steril.
9. Dikatakan baik dan dapat dipulangkan bila:
a. Keadaan umum memungkinkan.
b. Pada control 1-2 hari pasca pengaangkatan WSD, paru tetap
mengembang penuh.
c. Tanda-tanda infeksi atau empiema tidak ada.
11
biopsi paru.
- Kesulitan bernafas
- Batuk
Obyektif :
- Takipnoe
- Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi
interkostal.
- Fremitus fokal
- Perkusi dada : hipersonor
- Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
- Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
d. Rasa aman
- Riwayat fraktur / trauma dada
- Kanker paru, riwayat radiasi / khemotherapi
e. Pengetahuan
- Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca.
- Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, perawatan.
2. Diagnosa
1. Tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan :
- Penurunan ekspansi paru
- Penumpukan sekret / mukus
- Kecemasan
- Proses peradangan
Ditandai dengan :
- Dyspnoe, takipnoe
- Nafas dalam
- Menggunakan otot tambahan
- Sianosis, arteri blood gas abnormal ( ABGs )
Kriteria evaluasi
- Pernafasan normal / pola nafas efektif dengan tidak adanya
sianosis, gejala hipoksia dan pemeriksaan ABGs normal.
12
3. Intervensi
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi
Independen
a. Identifikasi faktor presipitasi, misal :
- Kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi komplikasi dari
mekanik pernafasan
Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk
mempersiapkan WSD pada ( hemo/pneumotoraks ) dan
menentukan untk terapi lainnya.
b. Evaluasi fungsi respirasi, catat naik turunnya/pergerakan dada,
dispnoe, kaji kebutuhan O2, terjadinya sianosis dan perubahan vital
signs.
Tanda-tanda kegagalan nafas dan perubahan vital signs merupakan
indikasi terjadinya syok karena hipoksia, stress dan nyeri.
c. Auskultasi bunyi pernafasan
- Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau tidak berfungsinya
lobus, segmen, dan salah satu dari paru-paru
- Pada daerah atelektasis suara pernafasan tidak terdengar tetapi
bila hanya sebagian yang kolaps suara pernafasan tidak terdengar
dengan jelas.
- Hal tersebut dapat menentukan fungsi paru yang baik dan ada
tidaknya atelektasis paru.
d. Catat pergerakan dada dan posisi trakea
Pergerakan dada yang terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi
tidak sama dan posisi trakea akan bergeser akibat adanya tekanan
peumotoraks.
e. Kaji fremitus
Suara dan fibrasi fremitus dapat membedakan antara daerah yang
terisi cairan dan adanya pemadatan jaringan
f. Bantu pasien dengan menekan pada daerah yang nyeri sewaktu
batuk dan nafas dalam
13
Dengan penekanan akan membantu otot dada dan perut sehingga
dapat batuk efektif dan mengurangi trauma
g. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari
kaki
- Miringkan dengan arah yang sesuai dengan posisi cairan / udara
yang ada di dalam rongga pleura
- Bantu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuannya secara
bertahap dan beri penguatan setiap kali pasien mampu
melaksanakannya.
Mendukung untuk inspirasi maksimal, memperluas ekspirasi paru-
paru dan ventilasi.
h. Bantu pasien untuk mengatasi kecemasan /ketakutan dengan
mempertahankan sikap tenang, membantu pasien untk mengontrol
dengan nafas dalam.
Kecemasan disebabkan karena adanya kesulitan dalam pernafasan
dan efek psikologi dari hipoksia.
4. Implementasi
a. Penatalaksanaan
1) Mengisibilik bilik waterseal dengan air steril dengan
ketinggia yang sama dengan 2 cm H2O.
2) Jika di gunkan penghisap,isi bilik control penghisap dengan
air steril dengan ketiggian 20cm atau sesuai yang di
haruskan.
3) Sambungkan kateter drainase dari ruang pleural (pasien)
keselang yang datang dari bilik pengumpul dari system
water seal. Plester dengan baik.
4) Jika di gunakan penghisap,hubugkan selag bilik control
penghisap ke unit penghisap. Nyalakan unit peghisap dan
naikan tekanan sampai timbul gelembung secara lambat
namun tetap dalam bilik control penghisap.
5) Tandai ketinggian cairan awal pada bagian luar unit
dreinase. Tandai peningkatan setiap jam/hari (taggal dan
waktu) pada ketiggian dreinase.
14
6) Pastikan bahwa selang tidak meggulung atau mengganggu
gerakan pasien.
7) Berikan dorongan pasien untuk mencari posisi yng nyaman.
Berikan dorongan untuk mengambil posisi kelurusan tubuh
yag baik. Jika pasien berbaring dalam posisi lateral,pastikan
bahwa selang tidak terteka oleh berat badan pasien. Berikan
dororngan pada pasien untuk mengubah posisi degan
sering.
8) Lakukan latihan rentang gerak untuk lengan dan bahu dari
sisi yang sakit beberapa kali sehari. Obat nyeri tertentu
mungkin diperlukan.
9) Dengan perlahan perah selang dengan arah bilik drainase
sesuai kebutuhan.
10) Pastikan adanya fluktuasi dari ketinggian cairan dalam
bilik water seal.
11) Fluktuasi cairan dalam selang akan berhenti bila
a. Paru telah terekspansi
b. Selang tersumbat oleh bekuan darah atau fibrin, atau
selang kusut
c. Terjadi loop dependen
d. Motor pengisap atau dinding tidak bekerja dengan baik
12) Amati terhadap kebocoran udara dalam system drainase
sesuai yang diindikasikan oleh gelembung konstan dalam
bilik water seal.
13) Observasi dan laporkan dengan segera pernapasan dangkal,
cepat; sianosis; tekanan dalam dada; emvisema subkutan;
gejala-gejala hemoragi; perubahan yang signifikan dalam
tanda-tanda vital.
14) Berikan dorongan pada pasien untuk napas dalam dan
batuk pada interval yang teratur. Berikan obat yeri yang
adekuat. mintakan pesanan untuk pompa PCA jika
diperlukan. Instruksikan dalam penggunakan spirometri
insentif.
15) Jika pasien harus dipindahkan ke area lain, letakan system
drainase di bawah ketinggian dada, jika pasien berbaring
pada brankar. Jika selang terlepas, gunting ujung yang
terkontaminasi dari selang dada dan selang, pasang
15
konektor steril dalam selang dada dan selang, sambungkan
kembali ke system drainase. Jangan mengklem selang dada
selama memindahkan pasien.
16) Ketika membantu dokter bedh dalam melepaskan selang:
a. Instuksikan pasien untuk melakukan maneuver valsalva
dengan lambat dan bernapas dengan tenang
b. Selang dada diklem dan dengan cepat dilepaskan
c. Secara bersamaan, balutan kecil dipasangkan dan buat
kedap udara dengan menutupkan kasa petrolaktum
dengan bantalan kasa 10x10 cm, dan tutupi dan
rapatkan secara menyeluruh dengan plester adesif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
16