Abstract
Informal economy at long standing cannot be denied from thourough economic development
in Indonesia. The informal sector has established since at the beginning of national development.
Unideal structural transformation that was happened also becoming a triggering factor for
mushrooming this sector. The existence of informal sector indeed has provided abundant
employment opportunity. For most urban and rural job seekers, informal sector has become
main job alternatives. This fact has globally emerging at macro economic development.
Unsurprisingly, the economical prospect of this sector has enabled people to acheieve better
standard of living. Based on Susenas data, this article focuses on the dynamic of informal sector
related to its prospect, progress over time, and position in economic development.
Keywords: employment, informal sector, structural transformation
1
Staf pengajar Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
lain-lain. Mereka bekerja seadanya, pada mulai membangun dan bangkit dari
lapangan usaha kecil apa saja yang tidak keterbelakangan. Seirama dengan proses
membutuhkan keterampilan manajerial dan pemulihan ekonomi tersebut, maraklah
pendidikan tinggi (McGee, 1971; Hart, 1973; diskursus seputar model pembangunan di
Sethuraman, 1981; Mazumdar, 1984; Adams, dunia ketiga. Sayangnya, hampir semua model
1995). Ini berarti sektor informal telah pembangunan lebih bersifat materialis dengan
memberikan ruang (baca: alternatif) bagi mengedepankan pertumbuhan ekonomi
mereka untuk dapat tetap bertahan hidup sebagai basis pembangunan. Beberapa
daripada menjadi predikat penganggur. indikator keberhasilan pembangunan
Dinamika sektor informal di Indonesia tidak bermunculan, seperti model center-periphery
dapat dilepaskan dari proses dan paradigma dari Raul Prebisch (1949), model unlimited
pembangunan yang selama ini dilaksanakan. supplies of labour dari Arthur Lewis (1954), dan
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semula model stages of economic growth dari W.W.
diunggulkan sebagai indikator makro Rostow (1960) (ILO, 2002). Kelemahan
tercapainya tujuan pembangunan ternyata mendasar dari beberapa model di atas adalah
justru berdampak pada kesenjangan sosial. perspektifnya yang cenderung positivist
Model pembangunan yang lebih berbasis pada daripada normativist. Perspektif positivis
sektor modern, industrialisasi, mekanisasi menganggap kebenaran adalah tunggal, dalam
pertanian (baca: revolusi hijau), dan arti model pembangunan dianggap sama untuk
pembangunan bias perkotaan cenderung semua negara. Pada praktiknya,
melahirkan ketidakmerataan. Sejak itulah, pembangunan ekonomi berporos pertumbuhan
babak baru dikotomi antara masyarakat desa itu diterapkan secara universal di negara-
dengan kota, tradisional dengan modern, negara berkembang tanpa memperhitungkan
kelompok marginal dengan inti, dan formal aspek sejarah, budaya, dan sumber daya alam
dengan informal menjadi marak sebagai buah yang tersedia. Dengan lain perkataan,
lain dari pembangunan. Seiring dengan perubahan kultural dan politik yang terjadi pada
perjalanan waktu, dikotomi antara sektor formal masa transisi, dan ini seharusnya
dan informal dalam roda perekonomian diperhitungkan, agaknya luput dari perspektif
Indonesia cenderung eksis seakan tidak para ekonom Barat. Betapa terkejutnya ketika
berakhir; ketika ada sektor formal, di situ pun model ekonomi kapitalis yang diharapkan
ada sektor informal, sebagaimana perbedaan mampu menciptakan banyak peluang kerja
antara orang kaya dan miskin. terencana justru berbuah pengangguran dan
pekerja tidak produktif.
Sungguhpun eksistensi sektor informal
pada percaturan ekonomi baru dirasakan Tulisan ini bermaksud mendiskusikan
sekitar tahun 1970, akar jati diri sektor tersebut gambaran sektor informal secara umum di
telah ada sejak dimulainya pemulihan Indonesia, baik secara teoretis maupun
pascaperang dunia II pada dekade 1950 dan empiris. Analisis difokuskan pada empat hal
1960. Waktu itu adalah masa kepercayaan pokok: pertama, sejarah dan proses terjadinya;
kembali ekonomi dunia, ketika negara-negara kedua, kedudukan dan prospeknya dalam
Eropa, Jepang, dan negara bekas kolonisasi pembangunan ekonomi makro; ketiga,
urbanisasi dan perkembangan sektor informal; pada sektor formal akan mencari usaha
dan keempat, intervensi pemerintah. Demi alternatif yang lebih mudah, yaitu di sektor
memperoleh gambaran yang menyeluruh, data informal.
disajikan menurut koherensi waktu dengan Berbeda halnya dengan teori kelebihan
disertai contoh studi empiris sektor informal tenaga kerja, pendekatan Neo-Marxist lebih
yang dilakukan di Provinsi D.I. Yogyakarta. memandang sistem kapitalis dengan ditandai
padat modal dan buta akan distribusi hasil
Asal Usul dan Kedudukan Sektor produksi sebagai biang keladi dari tumbuh
Informal suburnya sektor informal. Secara gamblang
Sebagai upaya memahami konteks dan dijelaskan dominansi sistem ekonomi kapitalis
esensi dari sektor informal, telaah asal usul dan akan melahirkan dua kutub yang
perkembangan sektor informal secara historis berseberangan, yaitu sistem ekonomi inti dan
mutlak diperlukan. Sejak menjadi akademik sistem ekonomi pinggiran. Ketimpangan
discourse pertama kali di Ghana sekitar tahun hubungan di antara dua sistem ekonomi
1973, tumbuh kembang sektor informal tersebut berimbas pada ketergantungan
berjalan dengan pesat, baik di negara maju ekonomi pinggiran terhadap ekonomi inti.
maupun di negara sedang berkembang (Hart, Wujud dari mekanisme tersebut adalah muncul
1973; Portes, et.al., 1989). Beragam teori pun sistem ekonomi kapitalis (baca: formal) dan
bermunculan membahas seputar asal usul dan sistem ekonomi tradisional (baca: informal).
pertumbuhannya. Berger & Buvinic (1989) Menurut underground approach, sektor
secara komprehensif menjelaskan informal tumbuh sebagai akibat kompetisi
perkembangan sektor informal secara internasional di antara industri-industri besar
multiperspektif. Ada empat teori yang secara dunia. Industri berskala besar tersebut lebih
konseptual mampu menjelaskan lahirnya menguasai pasar dan selanjutnya dikenal
sektor informal, yakni excess of labor supply dengan sektor formal. Keberadaan industri
approach, neo-marxist approach, underground berskala besar secara alamiah akan
approach, dan neo-liberal approach. menumbuhkan banyak industri kecil sehingga
Teori kelebihan tenaga kerja menjelaskan memunculkan berbagai bentuk persaingan.
perkembangan sektor informal berdasarkan Persaingan ini akan memaksa industri-industri
konsep supply dan demand. Menurut teori ini, kecil melakukan berbagai kegiatan informal
berkembangnya sektor informal adalah agar tetap bertahan. Pada tahap berikutnya
respons terhadap keterbatasan sektor formal akan muncul banyak aktivitas informal, baik
dalam menyerap excess tenaga kerja. Hal ini institusi maupun industri berskala menengah,
terjadi karena ketidaksempurnaan pasar yang mendukung industri besar dalam
tenaga kerja formal. Disebutkan sektor formal kompetisi ekonomi dunia.
cenderung menggunakan tenaga kerja terdidik Pendekatan keempat dalam menjelaskan
disertai dengan persyaratan keahlian tertentu, pertumbuhan sektor informal adalah neo-liberal
padahal tenaga kerja yang ada tidak semuanya approach. Sektor informal muncul sebagai
memenuhi persyaratan tersebut. Sebagai akibat berbagai persyaratan birokratis dan
akibatnya, tenaga kerja yang tidak terserap administrasi yang harus dipenuhi untuk
menjadi sektor formal (Maldonado, 1995). sebagai reaksi dari adanya krisis ekonomi.
Akibatnya, banyak unit produksi skala Krisis ekonomi menyebabkan unit-unit ekonomi
menengah dan kecil tidak dapat memenuhi yang tidak dapat bertahan pecah menjadi
persyaratan birokratis dan administrasi yang bagian-bagian kecil yang bersifat informal.
ditentukan. Ketidakmampuan unit produksi di Apabila dikaji menurut keterkaitan
dalam memenuhi berbagai persyaratan dan antarsektor, keberadaan sektor formal dan
aturan-aturan untuk menjadi sektor formal informal dalam suatu sistem ekonomi akan
mengondisikannya menggunakan cara-cara selalu berdampingan satu sama lain, di mana
tersendiri yang tidak sesuai dengan cara-cara ada sektor formal di situ ada sektor informal.
di sektor formal. Sektor baru dengan Keberadaan sektor formal di kota, misalnya
mekanisme usaha tidak beraturan ini perkantoran atau industri, tidak urung akan
selanjutnya disebut sebagai sektor informal. diikuti dengan maraknya berbagai sektor
Senada dengan apa yang diungkapkan informal, seperti pedagang kaki lima dan
oleh Berger & Buvinic (1989), Castells & Portes pelayanan jasa-jasa kecil. Secara umum
(1989) menjelaskan lima sebab munculnya keterkaitan di antara sektor formal dan informal
sektor informal. Pertama, sektor informal itu bersifat hierarkis, biasanya sektor informal
merupakan kegiatan ekonomi individu yang berada pada posisi subordinat (Gerry, 1978;
muncul sebagai reaksi dari kegiatan ekonomi Portes & Walton, 1981; Portes, et.al., 1989).
skala besar dan terorganisasi. Kedua, sektor Sektor informal sering dipandang sebagai
informal merupakan usaha ekonomi bebas sistem ekonomi bayangan yang mempunyai
sebagai reaksi dari kegiatan ekonomi posisi tawar-menawar rendah. Schmitz (1982)
pemerintah yang telah dikenai pajak dan menambahkan subordinasi sektor informal
memiliki jaminan hukum dalam usaha. Ketiga, merupakan imbas dari kelemahan sektor
sektor informal merupakan usaha lokal yang informal sendiri, baik secara internal maupun
tidak mampu berkompetisi secara nasional eksternal. Secara internal, sektor informal
sebagai reaksi dari adanya intervensi ekonomi mempunyai kelemahan dalam kualitas sumber
skala internasional. Unit-unit produksi dalam daya pekerja, manajemen, usaha, dan
suatu negara yang mempunyai tingkat koordinasi. Secara eksternal, sektor informal
kompetisi rendah akan melakukan usaha berhadapan dengan hambatan struktural, baik
sendiri tanpa menggunakan cara-cara atau dalam bentuk persaingan oleh sektor formal/
mekanisme usaha yang dilakukan oleh sektor sektor pemerintah maupun penilaian dari
formal. Keempat, sektor informal merupakan berbagai institusi yang cenderung
unit usaha bayangan (shadow of production) menyubordinasikan posisi sektor informal.
sebagai reaksi dari modernisasi dan Secara teoretis kompleksitas keterkaitan
industrialisasi. Mereka adalah unit-unit antarsektor di dalam sektor informal
ekonomi kecil yang tidak termasuk dalam dikategorikan oleh El Shaks (1984) menjadi
industri-industri yang telah terorganisasi. dua tipologi, yaitu pertama, sektor informal
Kelima, sektor informal merupakan kegiatan yang aktivitas ekonominya memberikan
ekonomi alternatif yang berskala kecil, layanan penting kepada masyarakat kota,
manajemen individu, dan tidak terorganisasi berfungsi melengkapi (substitusi) sektor formal,
Tahun
Indikator
1996 1997 1998 1999 2000 2001
Inflasi (%) 6,47 11,05 77,63 2,01 9,33 12,55
Rerata nilai tukar (US$) 2.342 2.909 10.014 7.855 8.422 10.261
Gambar 1
Proses Informalisasi Sektor Formal
Krisis Ekonomi
Hancur Eksis
Sektor Pertanian
(Desa)
Sektor Industri
Sektor Jasa
(Kota)
Penganggur
Pekerja
Setengah
Penganggur
homisasi pekerja karena pemutusan industri besar yang begitu tergantung pada
hubungan kerja (PHK) (Gambar 1). barang-barang impor berhenti beroperasi. Di
Informalisasi dan homisasi (baca: kembali sisi lain, sektor informal yang memiliki karakter
ke rumah) tenaga kerja saat Indonesia teknologi sederhana, berbahan baku lokal,
diguncang krisis adalah wujud nyata modal relatif kecil, dan kemudahan dalam
fleksibilitas sektor informal. Terpaan krisis beroperasi menjadi tumbuh subur. Sektor
ekonomi dengan diikuti berbagai krisis informal eksis sebagai komplementer (baca:
multidimensi telah menyebabkan banyak melengkapi) sistem ekonomi nasional dan
Tabel 2
Penyerapan Kerja Sektor Informal di Jawa
Tahun
Provinsi
1993 1997 2000 2003
Jawa Barat 39,71 44,06 47,21 51,89
Gambar 2
Transformasi Struktural dan Perkembangan Sektor Informal
Transformasi Sosial
dan Ekonomi
Perkembangan
Sektor Informal
Tabel 3
Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia, 1961-2006
Tahun
Sektor
1961 1971 1980 1990 1993 1996 1997 2000 2003 2006
Pertanian 71,9 64,2 55,93 53,56 50,68 44,02 41,18 45,3 47,67 44,47
Manufaktur 7,9 8,4 13,17 14,66 15,72 18,1 13,91 16,9 13,85 17,1
Jasa 20,2 22,9 30,29 31,45 33,3 37,88 44,91 37,9 35,48 37,56
Sumber: BPS
Tabel 4
Persentase Distribusi PDB menurut Sektor di Indonesia
Berdasarkan Harga Konstan 2000, 1993-2006
Tahun
Sektor
1993 1996 1997 1998 1999 2002 2004 2006
Pertanian 17,74 15,42 14,81 16,90 17,13 15,49 14,61 14,15
Sumber: BPS.
informal di perkotaan. Selama kurun waktu 20 1993-1994 menjadi 22,93 persen pada 199-
tahun, proporsi sektor informal terhadap total 2000. Lagi-lagi krisis ekonomi menjadi penjelas
pekerja di perkotaan hampir dua kali lipat, dari semua fakta tersebut. Sektor informal adalah
sekitar 22,8 persen pada 1971 menjadi 42,4 pahlawan ekonomi pada saat krisis.
persen pada 1990. Secara umum terjadi Menelisik fenomena pertumbuhan sektor
peningkatan pekerja sektor informal di kota dari informal di kota, terdapat satu pertanyaan
tahun ke tahun. Berdasarkan pulau-pulau besar mendasar, faktor apa yang menyebabkan
di Indonesia, sektor informal di kota terjadi terjadinya peningkatan jumlah pekerja secara
peningkatan pertumbuhan secara signifikan tajam. Setidaknya ada dua kemungkinan
pada 1997-1998, kecuali di Sumatera. jawaban rasional, pertama, sektor informal
Pertumbuhan secara mengejutkan terjadi di mampu mengatasi masalah terbatasnya
Kalimantan, dari sekitar 4,04 persen pada peluang kerja perkotaan akibat dominansi
Tabel 6
Penyerapan Pekerja Sektor Informal di Kota 1971, 1980, 1990, 2000
Tabel 7
Pertumbuhan Sektor Informal di Kota
menurut Pulau Besar di Indonesia 1993-2000
Sumber: BPS.
sektor modern. Keterbatasan peluang kerja di sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
sektor modern memberikan inspirasi bagi karena tidak mampu menciptakan peluang
pencari kerja dan pekerja di kota yang tidak kerja yang luas kepada khalayak publik. Model
dapat bersaing pada sektor inti beralih pada pembangunan yang cenderung bias ke kota,
kegiatan informal, seperti perdagangan, berikut industrialisasi dan modernisasi yang
penyedia jasa-jasa kecil, dan kegiatan industri tidak menciptakan peluang kerja secara
kecil. Kedua, derasnya arus mobilitas berlimpah dianggap sebagai kesalahan fatal
penduduk berasal dari desa dan kota-kota dan seharusnya dikaji kembali. Sebuah studi
pinggiran sekitar. empiris menyebutkan kegagalan urbanisasi
Sebagai ilustrasi, ketangguhan prospek, dalam penciptaan peluang kerja karena lebih
kedudukan, dan peran sektor informal di kota mementingkan industri besar dan padat modal
secara empiris telah dibuktikan dari hasil studi patut diperhitungkan sebagai sebab
yang dilakukan oleh Pusat Studi berkembangnya sektor informal di Indonesia
Kependudukan dan Kebijakan UGM pada (Manning, 1985).
periode 1998-2001. Hasil penelitian Pemerintah sudah seharusnya
menunjukkan sektor informal terus mempertimbangkan kembali keberadaan
berkembang dari waktu ke waktu. Sektor sektor informal sebagai salah satu sektor usaha
informal telah menjadi tumpuan hidup pekerja, penting dalam pembangunan ekonomi
baik laki-laki maupun perempuan. Sektor nasional. Terlepas dari sifat usaha dan skala
informal tidak hanya dilakukan oleh pekerja usaha yang relatif kecil, sektor informal ternyata
dengan tingkat pendidikan rendah, tetapi juga tangguh baik ketika menghadapi badai krisis
oleh pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi. maupun dalam kondisi normal. Keberpihakan
Peningkatan jumlah pekerja dengan tingkat pemerintah terhadap sektor ini tentu saja akan
pendidikan SMU dan perguruan tinggi dua kali memberikan iklim bekerja yang lebih kondusif
lebih besar daripada jumlah pekerja sehingga upaya optimalisasi dan akselerasi
berpendidikan SLTP. Pada tingkat rumah fungsinya dalam perbaikan ekonomi makro
tangga, sektor informal telah menjadi sumber menjadi lebih cepat. Sudah bukan zamannya
utama pendapatan bagi lebih dari 70 persen lagi pemerintah memandang sektor informal
pekerja. dengan sebelah mata, apalagi diikuti dengan
tindakan penggusuran membabi buta dengan
Intervensi Pemerintah dalih mengganggu ketertiban
Ketika suburnya sektor informal di Sebagai contoh adalah kebijakan
perkotaan dipermasalahkan oleh pemerintah pemerintah terhadap keberadaan pedagang
dengan dalih mengganggu ketertiban dan kaki lima di Indonesia. Pemerintah terkesan
keindahan kota, justru banyak dukungan masih memandang remeh terhadap peran dan
kepada kegiatan usaha tersebut, terutama fungsinya dalam pembangunan ekonomi.
seputar prospek dan kemampuan resistennya Salah satu kebijakan yang diterapkan, misalnya
terhadap gangguan ekonomi makro (Sukamdi, penertiban lokasi usaha sesuai dengan
2001). Para pendukung keberadaan sektor Undang-Undang No. 14 Tahun 1992,
informal balik menuduh pihak pemerintah pemerintah melarang penggunaan kaki lima
El Shaks, Salah. 1984. On city size and the Mazumdar, Dipak. 1984. The urban informal
contribution of the informal sector: some sector, World Development, 4(8): 655-679.
hypotheses and research questions, McGee, T.U. 1971. Catalyst or concer? the role
Regional Development Dialogue, 5(2): 67- of cities in Asean society, in Jacobson and
81. Prakash, (eds.), Urbanization and national
Evers, Hans Dieter and Tadjuddin Noer Effendi. development. s.l.: s.n..
1992. Trade and informal sector policy in Moir, Hazel dan Soetjipto Wirosardjono. 1977.
Central Java. Yogyakarta: Population Sektor informal di Jakarta, Widyapura,
Studies Center, Gadjah Mada University. 1(9-10): 49-70.
Hart, Keith.1973. Informal income Portes, A., and J. Walton. 1981. Labor, class
opportunities and urban employment in and the international system. New York:
Academic Press.
Portes, A., and Manuel Castells.1989. World Sethuraman, S.V. 1981. The urban informal
underneath: origins, dynamics, and effects sector in developing countries,
of the informal economy, in Alejandro employment, poverty and environment.
Portes; Manuel Castells and Lauren A. Geneva: International Labour Organization.
Benton, (eds.), The informal economy: Sigit, Hananto. 1989. Transformasi Tenaga
studies in advanced and less developed Kerja di Indonesia selama Pelita, Prisma,
countries. Baltimore: The John Hopkins 5(18): 3-14.
University Press.
Sinclair, W. 1978. Urbanization and labor
Portes, A.; Manuel Castells and Lauren A. markets in developing countries. New York:
Benton.1989. The informal economy: St. Martins.
studies in advanced and less developed
Souza, P.R., and V.E. Tokman. 1976. The
countries. Baltimore: The John Hopkins
urban informal sector in Latin America,
University Press.
International Labor Review, (114): 138-148.
Roberts, Bryan R. 1989. Employment
Sukamdi, 2001. Laporan Penelitian RUT Studi
structure, life cycle, and life chances: formal
Tentang Pengembangan Sektor Informal di
and informal sectors in Guadalajara, in
Yogyakarta. Yogyakarta: Pusat Studi
Alejandro Portes; Manuel Castells and
Kependudukan dan Kebijakan UGM
Lauren A. Benton, (eds.), The informal
economy: studies in advanced and less Swasono, Sri-Edi. 1986. Studi kebijakan
developed countries. Baltimore: The John pengembangan sektor informal. Jakarta:
Hopkins University Press. LSP dan IDS.
Sagir, Soeharso. 1986. Sumbangan sektor Turnham, David, Bernard Salome, and Antoine
informal dalam penyebaran tenaga kerja, Schwarz, 1990. The Informal Sector
makalah Seminar Fakultas Ekonomi, Revisited. Paris : Development Centre of
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. The Organisation for Economic
Cooperation and Development.