Anda di halaman 1dari 7

CHAPTER 1

INTRODUCTION: COST AND PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEMS

Level of Strategies

1. Corporate Level
Corporate level strategy adalah tindakan yang diambil perusahaan untuk mendapatkan
keunggulan bersaing di beberapa industri secara bersamaan. Tingkatan ini menjawab
pertanyaan dasar mengenai apa yang ingin dicapai perusahaan, apakah itu pertumbuhan,
stabilitas atau penghematan. Strategi pada tingkatan ini biasanya digunakan oleh perusahaan
yang mempunyai banyak bisnis (multi business).
Jenis strategi pada corporate level:
a. Single Industry
Perusahaan beroperasi dalam satu lini bisnis (bisnis tunggal), sehingga perusahaan
seperti ini akan menggunakan kompetensi intinya untuk mengejar pertumbuhan di
dalam industrinya.
b. Related Diversification
Strategi ini dilakukan dengan cara menambah produk atau jasa yang baru namun
masih berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan. Related diversification
dapat menjadi sebuah strategi yang sangat efektif pada beberapa kondisi seperti
perusahaan berkompetisi di sebuah industri yang tidak mengalami pertumbuhan atau
yang pertumbuhannya lambat, produk baru yang terkait dapat ditawarkan dengan
harga yang bersaing, produk baru yang terkait memiliki tingkat penjualan musiman
yang dapat mengimbangi batas atas dan batas bawah penjualan yang ada saat ini di
dalam perusahaan, produk organisasi yang ada saat ini sedang mengalami penurunan,
serta perusahaan memiliki tim manajemen yang kuat.
c. Unrelated Diversification
Strategi ini dilakukan dengan cara menambah produk atau jasa yang baru namun tidak
berkaitan dengan kegiatan usaha suatu perusahaan. Unrelated diversification dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif ketika pendapatan dari produk atau jasa
yang saat ini dimiliki perusahaan akan meningkat secara signifikan dengan
penambahan produk baru yang tidak terkait, organisasi bersaing di sebuah industri
yang sangat kompetitif atau tidak mengalami pertumbuhan, jalur distribusi perusahaan
saat ini dapat digunakan untuk memasarkan produk-produk baru kepada konsumen
yang ada, produk baru memiliki pola penjualan yang lebih baik bila dibandingkan
dengan produk perusahaan saat ini, industri utama suatu perusahaan mengalami
penurunan dalam penjualan dan laba tahunan, serta organisasi memiliki modal dan
kemampuan manajerial yang dibutuhkan untuk bersaing dengan baik di industri baru.

2. Business Level
Business level strategy merupakan tindakan yang diambil perusahaan untuk mendapatkan
keunggulan bersaing di dalam satu pasar atau satu industri (single market or industry) dan
berfokus tentang bagaimana bisnis bersaing.
Jenis strategi pada business level:
a. Product Differentiation
Strategi bisnis yang menciptakan perbedaan pada produk barang atau jasa yang
ditawarkan dengan menciptakan sesuatu yang dianggap unik dan bernilai oleh
konsumen.
b. Cost Leadership
Strategi dengan membuat produk yang memiliki biaya operasi lebih rendah dari
pesaing namun dengan tetap mempertahankan kualitasnya. Strategi ini cocok
diterapkan untuk produk yang konsumennya sensitif terhadap harga.

3. Functional Level
Strategi pada tingkatan ini dibuat secara spesifik pada area fungsional tertentu untuk
mendukung unit bisnis, apakah departemen-departemen yang ada di dalam suatu perusahaan
seperti produksi, pemasaran, akuntansi, keuangan, teknologi informasi, dan lainnya dapat
membantu strategi unit bisnis.

4. Operational Level
Strategi pada operational level biasanya terdapat pada perusahaan besar dan dilakukan oleh
plant managers, sales managers, maupun production and department managers. Tujuan
strategi pada tingkatan ini adalah membantu kegiatan operasional yang secara rutin
dilakukan pada perusahaan.

Introduction: Cost and Performance Management Systems


Sejak era 1970-an telah terjadi persaingan secara global dan mulai adanya inovasi-inovasi
teknologi yang memicu adanya perubahan dalam bidang bisnis. Perubahan ini menyangkut pada
pemakaian informasi baik secara finansial maupun tidak yang menuntut perusahaan-perusahaan
untuk informasi-informasi biaya yang lebih relevan. Relevan disini mengacu pada kelengkapan
biaya serta kinerja dalam sebuah transaksi yaitu dengan mencatat seluruh biaya dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukan, proses, produk-produk yang dihasilkan, serta layanan yang diberikan
serta pelanggan dari perusahaan tersebut.
Dengan adanya perkembangan system biaya yang baru ini, diharapkan dapat membantu
perusahaan dalam mendapatkan profit yang tinggi, yaitu dengan membuat desain-desain produk
baru yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan, memberikan pelayanan yang baik dan dapat
menyenangkan pelanggan, terus melakukan pembaharuan serta peningkatan dalam kualitas,
membantu karyawan frontline dalam meningkatkan kualitas diri, menciptakan produk-produk
baru, dapat memilih suppliers yang tepat, dapat menentukan dan bernegosiasi harga, fitur-fitur
produk, kualitas, pengiriman dan pelayanan terhadap pelanggan serta menyusun pendistribusian
yang efisien dan efektif dan proses pelayanan kepada target pasar dan segmen pelanggan.
Akan tetapi, perkembangan dalam sistem biaya ini hanya memberikan keuntungan bagi
sebagian perusahaan yang ada. Sebagian lainnya tidak mendapatkan keuntungan dari sistem biaya
yang baru ini, karena para manajer yang berwenang tidak menggunakan informasi yang relevan
untuk meningkatkan kegiatan operasional. Sehingga tidak ada satupun dari manajer tersebut yang
mendapat informasi yang valid dan akurat yang mendukung dalam pembuatan keputusan yang
strategis.

One Cost System Isn’t Enough


Perusahaan membutuhkan cost systems untuk melakukan 3 fungsi utama yaitu:
1. Penilaian persediaan dan pengukuran harga pokok penjualan untuk pelaporan keuangan.
Fungsi ini didorong oleh kebutuhan pihak eksternal seperti kreditor, investor, pemerintah,
dan otoritas pajak.
2. Estimasi biaya kegiatan, produk, layanan, dan pelanggan

3. Memberikan timbal balik ekonomi kepada manajer dan operator tentang efisiensi proses.
Fungsi kedua dan ketiga muncul karena kebutuhan pihak internal untuk memahami dan
melakukan perbaikan operasi perusahaan.

Perusahaan harus berhati-hati dalam menentukan harga jual agar tidak terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Harga yang terlalu tinggi dapat menyebabkan produk yang dijual tidak laku,
sedangkan harga terlalu rendah dapat membuat perusahaan mengalami kerugian jika biaya yang
dikeluarkan lebih besar daripada harga yang dijual sehingga perusahaan tidak mendapat profit.
Oleh karena itu, dalam menentukan harga jual perlu mempertimbangkan beberapa faktor, salah
satunya adalah biaya. Perhitungan biaya sebaiknya dihitung secara akurat karena kesalahan
perhitungan biaya dapat mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan. Biaya produksi terdiri atas
biaya manufaktur bahan baku langsung, biaya manufaktur tenaga kerja langsung, dan biaya
manufaktur tidak langsung. Menentukan biaya langsung tidak terlalu sulit karena dapat ditelusuri
dengan mudah daripada biaya tidak langsung. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang dapat
menghitung dan mengalokasikan biaya di mana terdapat 2 cara untuk menghitung alokasi biaya
tidak langsung, yaitu traditional cost system dan activity-based cost system.
Perubahan bisnis yang terjadi sejak pertengahan tahun 1970 disebabkan karena adanya
persaingan global dan inovasi teknologi, sehingga menghasilkan inovasi pada penggunaan
informasi keuangan maupun non-keuangan. Lingkungan yang baru tersebut menuntut informasi
biaya dan kinerja yang lebih relevan atas kegiatan, proses, produk, jasa, dan pelanggan. Sehingga,
pada akhirnya perusahaan menggunakan cost system untuk melakukan berbagai macam hal seperti
mendesain produk dan jasa yang memenuhi ekspektasi pelanggan agar dapat diproduksi sehingga
menghasilkan profit, memberi tanda apakah peningkatan kualitas, efisiensi, dan kecepatan
dibutuhkan baik secara berkelanjutan maupun tidak, membantu karyawan frontline dalam aktivitas
pembelajaran dan perbaikan secara terus menerus, memandu keputusan investasi dan product mix,
memilih dari alternatif pemasok yang ada, negosiasi mengenai harga, fitur produk, kualitas,
pengiriman, dan pelayanan dengan konsumen, serta menyusun distribusi dan proses pelayanan
yang efisien dan efektif untuk sasaran pasar dan segmen pelanggan.
Pada masa lampau, fungsi utama cost systems dapat dipenuhi hanya dengan single costing
system, akan tetapi hal tersebut tidak berlaku pada zaman sekarang. Traditional costing system
tidak membebankan biaya non-produksi seperti biaya pemasaran, biaya distribusi, dan biaya
perancangan dalam menghitung biaya suatu produk. Untuk keperluan pelaporan keuangan, sistem
ini masih dapat digunakan, akan tetapi untuk memberikan informasi biaya produk sudah tidak
mendukung lagi karena akan mengarahkan pada pembuatan keputusan yang salah.

Activity-Based Cost System


Seiring dengan meningkatnya persaingan, manajer membutuhkan informasi yang lebih
akurat atas biaya dari suatu proses, produk, dan pelanggan. Activity-based cost system muncul pada
pertengahan tahun 1980 untuk memenuhi kebutuhan informasi yang akurat tentang biaya sumber
daya yang dibutuhkan untuk masing-masing produk, services, customers, dan channel. Sistem
ABC berhubungan dengan activity-based management (ABM). Dengan ABM, perusahaan dapat
mencapai hasil yang diinginkan dengan sumber daya perusahaan yang lebih sedikit.
ABM mencapai objektifnya dengan dua cara, yaitu:
1. Operational ABM - doing things right
Bertujuan untuk meningkatkan efisiensi baik itu dengan meningkatkan kapasitas sumber
daya dan dengan pengeluaran yang lebih sedikit, misalnya dengan mengurangi machine
downtime, perbaikan, atau mengeliminasi aktivitas yang tidak diperlukan. Keuntungan dari
operational ABM dapat diukur dengan pengurangan biaya dan pendapatan yang lebih
tinggi (melalui pemanfaatan sumber daya yang lebih baik).
2. Strategic ABM - doing the right things
ABC Model dapat memberikan tanda mengenai produk, jasa atau customers mana yang
sangat menguntungkan. Informasi tersebut akan membantu manajer perusahaan berkaitan
dengan pengambilan keputusan, seperti dalam hal pemilihan produk mana yang
produksinya akan lebih menguntungkan untuk dikembangkan.

System for Operational Control and Learning


Meskipun sudah ada informasi biaya yang lebih akurat tapi, beberapa perusahaan masih
menggunakan traditional costing. Traditional costing dianggap lebih stabil, efisien, dan mudah
dikontrol. Namun, kurang responsif dengan keadaan saat ini. Maka harus diciptakan sistem ABC
serta sistem kontrol yang baik.

Roles for Multiple Cost Systems


Masih banyak terdapat banyak manajer keuangan yang keberatan memiliki sistem biaya
yang banyak, sedangkan biaya untuk meng-install dan pemeliharaan satu sistem biaya saja sudah
cukup mahal. Adanya dua atau lebih sistem biaya yang dipakai perusahaan dapat membuat
manager cukup kesulitan karena sudah terbiasa dengan double entry accounting. Perusahaan
sebaiknya mengembangkan sistem biaya yang terintegrasi untuk memenuhi berbagai fungsi seperti
pelaporan keuangan, strategic costing, perbaikan operasional, penilaian kinerja, perencanaan
inventory dan produksi, engineering, pemenuhan pesanan dan customer administration.

Integration: Vision for the Future


Pada pertengahan tahun 1990, muncul hardware dan software baru yang memungkinkan
perusahaan mempunyai Sistem Informasi Enterprise (Enterprise-wide System / EWS). EWS dapat
memberikan perusahaan sistem yang terintegrasi antar operasi, keuangan, dan manajemen. EWS
mempunyai struktur data umum dan tempat penyimpanan data yang tersentralisasi, serta data dapat
diakses dari manapun di seluruh dunia. Dengan adanya teknologi EWS ini, manajer dapat
menyatukan stand-alone ABC mereka dan kemajuan operasional serta sistem pembelajaran ke
dalam satu sistem yang terintegrasi.
Manfaat terpenting dari integrasi mungkin muncul ketika manajer menggunakan sistem
biaya mereka pada basis prospektif, sebagai bagian dari proses penganggaran keuangan
perusahaan. ABC (Activity-based Costing) memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk
berpindah dari penganggaran statis menjadi dinamis. Manajer dapat menyediakan sumber daya
berdasarkan permintaan yang diantisipasi untuk aktivitas yang diharapkan akan dilakukan. Ketika
ABC digunakan secara proaktif dalam proses penganggaran, ABC menghancurkan pemikiran
konvensional mengenai biaya tetap dan variabel. ABC memberikan informasi kepada manajer
bahwa mereka perlu membuat hampir semua beban perusahaan variabel.
Tujuan utama dari buku ini adalah visi yang jelas untuk sistem pengukuran biaya dan
kinerja, serta perluasan kapabilitas yang dapat dicapai dengan sistem terintegrasi. Kesimpulan,
buku ini memberikan pengetahuan bagaimana perusahaan dapat berubah dari sistem pembiayaan
tradisional ke tujuan dimana sistem pengukuran biaya dan kinerja didesain untuk menghasilkan
informasi yang tepat pada waktu yang tepat untuk pembelajaran, keputusan, dan kontrol
manajerial.

Anda mungkin juga menyukai