Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
Dosen
Pembimbing,
i
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH:
FESA APRINDA KUSUMADARI
J100150048
Dewan penguji:
Dekan,
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Penulis
iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SPRAIN ANKLE SINISTRA
DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE
STIMULATION (TENS) DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD
DR.MOEWARDI SURAKARTA
ABSTRAK
Sprain ankle adalah cedera pada ligamen kompleks lateral karena overstretch
dengan posisi inversi dan plantar fleksi yang terjadi secara tiba-tiba saat kaki
tidak menumpu dengan sempurna sehingga menyebabkan terganggunya aktifitas
fungsional Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri,
meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas pada sendi ankle dengan modalitas
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan latihan Ankle Theraband
Exercise Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil penilaian nyeri
T1 : 0,6 menjadi T6 : 0, nyeri tekan pada maleollus lateral kiri T1 : 1,4 menjadi
T6 : 0, nyeri pada gerakan keseluruh arah T1 : 5,3 menjadi T6 : 1, peningkatan
Lingkup Gerak Sendi (LGS) pada ankle sinistra pada gerakan aktif flexi dan
ekstensi dari T1 dengan hasil S 25˚-0˚-10˚ menjadi T6 dengan hasil S 30˚-0˚-50˚,
pada gerakan pasif flexi dan ekstensi dengan hasil T1 S 30˚-0˚-30˚ menjadi T6
dengan hasil S 30˚-0˚-50˚, pada gerakan aktif inversi dan eversi dengan hasil T1 R
10˚-0˚-5˚ menjadi T6 dengan hasil R 20˚-0˚-30˚, pada gerakan pasif inversi dan
eversi dengan hasil T1 R 15˚-0˚-5˚ menjadi T6 dengan hasil R 20˚-0˚-30˚,
peningkatan kekuatan otot pada T1 dengan hasil 3 menjadi T6 dengan hasil 4.
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan latihan Ankle
Theraband Exercise dapat mengatasi gangguan yang ada pada kasus Sprain Ankle
Sinistra.
Kata Kunci : Sprain Ankle Sinistra, TENS, Theraband, Exercise.
ABSTRACT
Ankle sprain is an injury to the lateral complex ligaments due to the overstretch
with the position of inversion and the flexion of the plantar which suddenly
happens when the foot is not restoring perfectly and causing a disruption of
functional activity. To find out the implementation of physiotherapy in reducing
pain, increasing the muscle strength and mobility in ankle joints with
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) modalities and Ankle
Theraband Exercise After therapy for 6 times obtained results soreness T1 : 0.6
became T6 : 0, painful tap on left lateral maleollus T1 : 1.4 became T6 : 0, pain
on movement across the direction of T1 : 5.3 into T6:1, increasing the scope of
the motion of joints (LGS) in the ankle sinistra on active movement of flexion and
extensions of the T1 with the result S 25˚-0˚-10˚ became T6 with the result S 30˚-
0˚-50˚, on passive movement flexion and extension with the results of the T1 S
30˚-0˚-30˚ into T6 with results S 30˚-0˚-50˚, on an active movement inversion and
eversi with the results of the T1 R 10˚-0˚-5˚ became T6 with the result R 20˚-0˚-
30˚, on passive motion inversion and eversi with results T1 R 15˚-0˚-5˚ became
1
T6 with the result R 20˚-0˚-30˚, increased muscle strength on T1 with the results
of 3 became T6 with the results 4. Transcutaneous Electrical Neurostimulation
(TENS) and Ankle Theraband exercises Exercise can overcome interference in
case of Sprain Ankle Sinistra.
1. PENDAHULUAN
Kaki adalah salah satu bagian anggota gerak tubuh yang sering digunakan
dalam aktivitas sehari-hari. Apabila fungsi kaki terjadi gangguan atau disfungsi
yang menyebabkan terhambatnya aktivitas sehari-hari seperti dalam lingkup
pekerjaan sehingga mampu menurunkan produktifitas seseorang. Salah satu
kasus yang sering terjadi pada kaki yaitu, terkilir. Terkilir dapat terjadi oleh
beberapa faktor seperti, jatuh tersandung atau gerakan yang terjadi secara tiba-
tiba sehingga kaki belum siap untuk menerima tumpuan. Dan salah satu
gangguan maupun penyakit pada kaki adalah Sprain Ankle.
Sprain ankle adalah cedera pada ligamen kompleks lateral karena
overstretch dengan posisi inversi dan plantar fleksi yang terjadi secara tiba-tiba
saat kaki tidak menumpu dengan sempurna (Muawanah, 2016)
Di kota Denpasar sebuah penelitian yang dilakukan kepada 24 pasien
dengan penyakit Sprain Ankle yang dikemukakan oleh Nazar Moesbar yang
menyatakan bahwa 85,7% pria lebih banyak terkena sprain ankle pada tendon
achilles dibandingkan dengan wanita yang hanya 14,3% dan kelompok usia
produktif lebih rentan terkena cidera Sprain Ankle kronis. (Fujastawan, Gede,
& Nopi, 2015)
Maka peran Fisioterapi adalah sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan
dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi
(Depkes RI, 2007).
2
Dan peran Fisioterapi dalam menangani kasus Sprain Ankle yaitu untuk
mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak pada sendi ankle. Untuk
mewujudkan tujuan ini maka diberikan beberapa modalitas yaitu
electrotherapy seperti Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS),
dan terapi latihan metode Ankle Exercise Theraband.
2. METODE
3.1 Hasil
3
3.1.1 Nyeri dengan VAS (Visual Analogue Scale)
Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nyeri diam ankle sinistra 0,6 0,2 0 0 0 0
Nyeri tekan pada maleollus 1,4 1 0,7 0 0 0
lateralis sinistra
Nyeri gerak ke seluruh arah 5,3 4 3,4 2 1,4 1
(sirkumduksi)
Tabel 1. Hasil Evaluasi Nyeri
Bidang T1 T2 T3 T4 T5 T6
T S 25˚-0˚- S 25˚-0˚- S 30˚- S 30˚- S 30˚- S 30˚-
Sagital
a 10˚ 20˚ 0˚-30˚ 0˚-35˚ 0˚-45˚ 0˚-50˚
b R 10˚-0˚- R 20˚- R 20˚- R 20˚- R 20˚- R 20˚-
Rotasi
5˚ 0˚-10˚ 0˚-25˚ 0˚-30˚ 0˚-30˚ 0˚-30˚
e
Tabel 2. Hasil Evaluasi LGS
LGS ankle pada bidang sagital yaitu gerakan dorsi flexi
dan plantar flexi didapatkan T1 : S 25˚-0˚-10˚ menjadi T6 : S 30˚-
0˚-50˚. LGS ankle pada bidang rotasi yaitu eversi dan inversi
didapatkan T1 : R 10˚-0˚-5˚ menjadi T6 : R 20˚-0˚-30˚. Jadi, pasien
mengalami peningkatan LGS ankle sebanyak 5˚ pada setiap sesi
terapi.
4
3.1.3 Kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle Testing)
Grup Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
Flexor 3 3 4 4 4 4
Ekstensor 3 3 3 4 4 4
Inversor 3 3 4 4 4 4
eversor 3 3 3 4 4 4
Tabel 3. Hasil Evaluasi Kekuatan Otot
. Pada grup otot flexor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4,
pada grup otot ekstensor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4, pada
grup otot inversor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4, dan pada
grup otot eversor didapatkan T1 : 3 menjadi T6 : 4. Jadi, pasien
mengalami peningkatan otot pada setiap sesi terapi.
3.2 Pembahasan
5
menyebabkan Lingkup Gerak Sendi pun juga bertambah setiap sesi
terapi.
Penurunan dan keterbatasan LGS terjadi karena adanya nyeri
pada ankle sinistra sehingga membatasi gerak pasien. Latihan awal
untuk meningkatkan ROM (Range Of Motion) ankle yaitu dengan
gerakan menekuk dan meluruskan sendi ankle sampai terasa
nyaman dengan gerakan yang sederhana, kemudian ditingkatkan
dengan melakukan gerakan rotasi searah jarum jam dan
berlawanan dengan jarum jam sampai pada akhirnya dapat
melakukan gerakan tanpa merasakan nyeri dan itu merupakan
tanda bahwa sendi sudah siap melanjutkan ke tahap latihan
selanjutnya (Nugroho et al., 2009)
3.2.3 Kekuatan otot dengan MMT (Manual Muscle Testing)
Hasil yang diperoleh grup otot flexor dan inversor pada T1 dan T2
dengan nilai 3 belum terjadi adanya perubahan karena pasien
masih merasakan nyeri. Pada grup otot ekstensor dan eversor T1
sampai T3 dengan nilai 3 belum terjadi adanya perubahan karena
pasien masih merasakan nyeri. Adanya peningkatan kekuatan grup
otot flexor dan inversor pada T3 sampai T6 dan grup otot ekstensor
dan eversor pada T4 sampai T6 menjadi 4 karena nyeri yang
dirasakan pasien sudah banyak berkurang.
Pada kasus ini, kekuatan otot pasien menurun karena adanya
nyeri. Terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi
dengan menggunakan gerak tubuh akti maupun pasif dengan tujuan
untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan
kardiovaskuler, mobilitas, fleksibilitas, stabilitas relaksasi,
koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional (Uqihakim,
2013: 1). Terapi latihan artinya mempercepat proses penyembuhan
dari cedera dan membuat pasien mampu melakukan kegitan sehari-
hari (Wishnu Subroto, 2010: 1). Pada kasus ini, untuk
meningkatkan kekuatan otot dilakukan terapi latihan Ankle
6
Theraband Exercise. Latihan ini dengan cara melilitkan theraband
pada ankle dengan kaki meja atau kursi dilanjutkan dengan melatih
gerakan dorsiflexi, plantasflexi, inversi, dan eversi (Marcia dkk,
2009).
4.1 Simpulan
7
motivasi serta masukan yang positif kepada pasien dalam
menjalani serangkaian terapi agar pasien termotivasi untuk
segera sembuh dan kembali beraktifitas seperti biasa.
4.2.3 Bagi Fisioterapi
DAFTAR PUSTAKA
Bekerom, M. P. J., Gresnigt, F., Niek C. D., Witjes, S., and Jan, G. O., 2012.
Ankle Treatment After Injuries of The Ankle Ligaments, Volume 48, pp.
2-7.
Bleakley, Chris M, et aL. (2010). Effect of Accelerated Rehabilitation on
Function after Ankle Sprains: Randomised Controlled Trial. BMJ
Online.bmj.com diunduh pada 21 Maret 2015.
Cael, Christy. (2009). Functional Anatomy Muskuloskeletal Anatomy,
Kinesiology, and Palpation for Manual Therapy (LWW Massage
Therapy & Bodywork Educational Series. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health.
Calatayud J, Borreani S, Colado J. C, Flandes J, Page P. 2014. exercise
and ankle sprain injuries A Comprehensive Review. Hal 88- 93, vol
42 issue 1, februari 2014.
Chan K, Ding B, dan Mroczek K, 2011. Acute and chronic lateral ankle
instability in the athlete. Bulletin of the Nyu Hospital for Joint
Diseases 2011;69(1):17-26 17
Farquhar W, 2013. Muscle Spindle Traffic in Functionally Unstable Ankles
During Ligamenous Stress. Journal of Athletic Training
2013;48(2):192–202,
Fujastawan, Gede, I. N., & Nopi, N. L. (2015). Penambahan Ankle Exercis
Dengan Menggunakan Therabend Pada Intervensi Ultrasound Lebih
Menurunkan Nyeri Pada Kasus Sprain Aankle Kronis Di Kota Denpasar,
3.
8
Han K dan Ricard M, 2011 Effects of 4 Weeks of Elastic-Resistance
Training on Ankle-Evertor Strength and Latency, Journal of Sport
Rehabilitation, 2011, 20, 157-173, 2011 Human Kinetics, Inc
Johnson, M, 2008. Transcutaneous electrical nerve stimulation,
electrotherapy: evidence based practiv=ce, Churchill Livingstone,
Edinburg
Kaminski, Thomas W, et al. (2013). National Athletic Trainers’Association
Position Statement:Conservative Management and Prevention of Ankle
Sprains in Athletes. Journal of Athletic Training ; 48(4): 528–545 doi:
10.4085/1062-6050-48.4.02
Kisner C dan Colby L Alen.2012.Therapeutic Exercise Foundations
and Techniques. Sixth Edition. F.A Davis Company.America. hal
850-859.
Konseptual, A., & Sumartiningsih, S. (2012). Cedera Keseleo pada
Pergelangan Kaki (Ankle Sprains). Juli Disetujui: Juni, 2, 2088–6802.
Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki
Lavallee, M.E and T. Balam. (2010). An overview of strength training
injuries: acute and chronic. Curr. Sports Med. Rep., 9(5): 307-313,
Ligamen-Ligamen Pergelangan Kaki
https://img.tfd.com
Lin, Chung-Wei Christine, Claire E. Hiller, and Rob A. de Bie. 2010.
Evidence-based Treatment for Ankle Injuries. Journal of Manual and
Manipulative Therapy : 18(1): 22-28.
Martin, R. L., Davenport, T. E., Paulseth, S., Wukich, D. K., & Godges, J. J.
(2013). Ankle Stability and Movement Coordination Impairments:
Ankle Ligament Sprains. Journal of Orthopaedic & Sports Physical
Therapy, 43(9), A1–A40. https://doi.org/10.2519/jospt.2013.0305
Muawanah, S. et all. (2016). Perbedaan Pelatihan Proprioceptive
Menunggunakan Wobble Board Dengan Pelatihan Penguatan Otot
Ankle Menggunakan Karet Elastic Resistance Dalam Menurunkan Foot
and Ankle Disability Pada Kasus Sprain Ankle Kronis. Sport and
Fitness, 4(1), 59–71.
Nuach, B. M., Widyawati, I. Y., Hidayati, L., Program, M., Pendidikan, S.,
Keperawatan, F., … Airlangga, U. (2010). Pemberian Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation ( Tens ) Menurunkan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Bedah Urologi di Ruang Rawat Inap Marwah RSU Haji
Surabaya.
Nugroho, B. S., Laksmi, R., Jurusan, A., Keshatan, P., Fik, R., Abstrak, U. N.
Y., … Priyonoadi, B. (2009). Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera
Ankle Dan, 23–38.
Parjoto Slamet. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan
Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang.
PENATALAKSANAAN ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA
PASIEN SPRAIN ANKLE DEXTRA DISUSUN OLEH : SARTI
RAHAYU PROGAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI. (2015), 1–
16.
9
Pengertian Sehat Menurut Ahli, 2013. Sehat Menurut WHO. [Online]
Available at :http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-
sehat-menurut-ahliwho.html [Accessed 14 February 2014].
Punt, I. M., Ziltener, J., Laidet, M., Armand, S., & Allet, L. (2014). Kiprah
dan Gangguan Fisik Pasien akut Ankle Terkilir yang tidak menerima
Terapi Fisik, 1–7. https://doi.org/10.1016/j.pmrj.2014.06.014
Roosen, Philip, Tine Willems, Roel De Ridder, Lorena San Miguel, Kristen
Holdt, Henningsen, Dominique Paulus, An De Sutter, and Pascale
Jonckheer. 2013. Ankle Sprains: Diagnosis and Therapy. KCE Reports.
Diakses dalam http://www.kce.fgov.be pada Senin 1 Februari 2016
pukul 07.00 WIB.
Susunan Tulang Pergelangan Kaki
https://faithnatomy.wikispaces.com
10