Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TENTANG MENEGENAL FILSAFAT FILSAFAT PANCASILA


DILIHAT DARI SEJARAH DAN PELAKSANAANNYA

Nama : Rima Puspitasari

Nim : 11.11.5460

Kelompok :F

Prog. Dan Jurusan : S1 Teknologi Informasi

Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.M


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita pelajari yaitu

Pancasila dan Filsafat memeplajari Pancasila melalui pendekatan sejarah supaya akan dapat

mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu di tanah air kita Indonesia

peristiwa – peristiwa yang saya maksudkan adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila.

Melalui pendekatan kami berharap untuk mendapatkan data obyektif dapat menghasilkan

kesimpulan yang obyektif pula oleh karena manusia tidak mungkin menghilangkan sikap

obyektif sebagai salah satu bawaan kodrat, maka kami bersyukur bila mendapatkan kesimpulan

yang obyektif mungkin inter obyektif

Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri karena itu

dalam tulisan ini kami mencoba mulai dari masa kejayaan bahwa Indonesia merdeka yang

kemidian mengalami penderitaan akibat ulah kolonialisme sehingga timbul perjuangan bangsa

Indonesia melawan kolonialisme tersebut kemudian bangsa Indonesia berhasil meproklamasikan

kemerdekaan dan berhasil juga menjawab tanatangan tersebut serta mengisi kemerdekaannya itu

dengan pembangunnan. Dalam seluruh peristiwa tersebut Pancasila mempunyai peranan penting

Mengingat hal tersebut pertama tama secara runtun kai kemukakan peristwa penyususnan dan

perumusan Pancasila agar mengetahui bagaimana duduk persoalan yang sesungguhnya sehingga

masing – masing mendapat nilai yang wajar dan tidak I lupakan. Disamping itu hal kedua yang

kami anggap penting adalah pengamalan Pancasila. Kami mengkonstatir bahwa pengmalan

Pancasila telah dilakukan pada masa – masa sebelum kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945

bahkan juga sebelum masa tersebut.

B. Perumusan Masalah

Dalam pembuatan karya tulis ini dapat penulis rumuskan sebagai erkut: pengertian Filsafat,

guna filsafat, fungsi filsafat, pengertian Pancasila, unsur unsur Pancasila dn fungsi unsur – unsur
Pancasila. Dan masalah yang di bahas dalam karya tulis ini untuk lebih terarah dan tidak terlalu

jauh maka penulis membatasi masalahnya hanya pada arti fungsi dan guna filsafat

Pancasila.Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis

memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan bebe-rapa rumusan masalah.

Rumusan masalah itu adalah:

1. Apakah landasan filosofis Pancasila?

2. Apakah fungsi utama filsfat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia?

3. Apakah bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah negara

Indonesia?

BAB II

A.PENDEKATAN

Pendekatan Yuridis

Meskipun nama “Pancasila” tidak secara eksplisit disebutkan dalam UUD 1945 sebagai dasar
negara, tetapi pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas disebutkan bahwa
dasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandung Pancasila.

Dengan demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodihardjo (1984) bahwa secara yuridis-
konstitusional, “Pancasila adalah Dasar Negara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur-
menyelenggarakan pemerintahan negara. … Mengingat bahwa Pancasila adalah Dasar Negara,
maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifat
imperatif/ memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk-taat kepadanya. Siapa
saja yang melanggar Pancasila sebagai Dasar Negara, ia harus ditindak menurut hukum, yakni
hukum yang berlaku di Negara Indonesia.”

Pernyataan tersebut sesuai dengan posisi Pancasila sebagai sumber tertinggi tertib hukum
atau sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, segala hukum di Indonesia harus
bersumber pada Pancasila, sehingga dalam konteks sebagai negara yang berdasarkan hukum
(Rechtsstaat), Negara dan Pemerintah Indonesia „tunduk‟ kepada Pancasila sebagai „kekuasaan‟
tertinggi.

Dalam kedudukan tersebut, Pancasila juga menjadi pedoman untuk menafsirkan UUD 1945
dan atau penjabarannya melalui peraturan-peraturan operasional lain di bawahnya, termasuk
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan pemerintah di bidang pembangunan, dengan
peran serta aktif seluruh warga negara.

Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa seluruh undang-undang, peraturan-peraturan


operasional dan atau hukum lain yang mengikutinya bukan hanya tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila, sebagaimana dimaksudkan oleh Kirdi Dipoyudo (1979:107): “… tetapi sejauh
mungkin juga selaras dengan Pancasila dan dijiwai olehnya …” sedemikian rupa sehingga
seluruh hukum itu merupakan jaminan terhadap penjabaran, pelaksanaan, penerapan Pancasila.

Demikianlah tinjauan historis dan yuridis-konstitusional secara singkat yang memberikan


pengertian bahwa Pancasila yang otentik (resmi/ sah) adalah Pancasila sebagaimana tercantum
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan dan pengamanannya sebagai dasar
negara bersifat imperatif/ memaksa, karena pelanggaran terhadapnya dapat dikenai tindakan
berdasarkan hukum positif yang pada dasarnya merupakan jaminan penjabaran, pelaksanaan dan
penerapan Pancasila.

Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara oleh the founding fathers Republik Indonesia patut
disyukuri oleh segenap rakyat Indonesia karena ia bersumber pada nilai-nilai budaya dan
pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri atau yang dengan terminologi von Savigny disebut
sebagai jiwa bangsa (volkgeist). Namun hal itu tidak akan berarti apa-apa bila Pancasila tidak
dilaksanakan dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedemikian rupa
dengan meletakkan Pancasila secara proporsional sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang
nilai-nilai budaya bangsa dan pandangan hidup bangsa.

Tinjauan tentang sifat dasar Pancasila

Secara yuridis-konstitusional, Pancasila adalah dasar negara. Namun secara


multidimensional, ia memiliki berbagai sebutan (fungsi/ posisi) yang sesuai pula dengan esensi
dan eksistensinya sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Karena itu Pancasila sering disebut dan dipahami sebagai: 1 ) Jiwa Bangsa Indonesia; 2 )
Kepribadian Bangsa Indonesia; 3 ) Pandangan Hidup Bangsa Indonesia; 4 ) Dasar Negara
Republik Indonesia; 5 ) Sumber Hukum atau Sumber Tertib Hukum bagi Negara Republik
Indonesia; 6 ) Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia pada waktu mendirikan Negara; 7 ) Cita-cita
dan Tujuan Bangsa Indonesia; 8 ) Filsafat Hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia.

Sebutan yang beraneka ragam itu mencerminkan kenyataan bahwa Pancasila adalah dasar
negara yang bersifat terbuka. Pancasila tidak bersifat kaku (rigid), melainkan luwes karena
mengandung nilai-nilai universal yang praktis (tidak utopis) serta bersumber pada nilai-nilai
budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Maka keanekaragaman fungsi Pancasila tersebut
merupakan konsekuensi logis dari esensinya sebagai satu kesatuan sistem filsafat (philosophical
way of thinking) milik sendiri yang dipilih oleh bangsa Indonesia untuk dijadikan dasar negara
(dasar filsafat negara atau philosophische gronslaag negara dan atau ideologi negara/ staatside).

Meskipun demikian, dalam tugas dan kewajiban luhur melaksanakan serta mengamankan
Pancasila sebagai dasar negara itu, kita perlu mewaspadai kemungkinan berjangkitnya
pengertian yang sesat mengenai Pancasila yang direkayasa demi kepentingan pribadi dan atau
golongan tertentu yang justru dapat mengaburkan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara.
Karena itu tepatlah yang dianjurkan Darji Darmodihardjo berdasarkan pengalaman sejarah
bangsa dan negara kita, yaitu bahwa “… dalam mencari kebenaran Pancasila sebagai
philosophical way of thinking atau philosophical system tidaklah perlu sampai menimbulkan
pertentangan dan persengketaan apalagi perpecahan.”

Pancasila diharapkan tidak dimengerti melulu sebagai indoktrinasi yang bersifat imperatif
karena fungsi pokoknya, tetapi yang juga perlu diintenalisasi ke dalam batin setiap dan seluruh
warga negara Indonesia karena „fungsi penyertanya‟ yang justru merupakan sumber Pancasila
sebagai dasar negara.

Dipandang dari segi hukum, kedudukan dan fungsi dasar negara dalam pengertian yuridis-
ketatanegaraan sebenarnya sudah sangat kuat karena pelaksanaan dan pengamalannya sudah
terkandung pula di dalamnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan Pancasila secara
multidimensional.

Sebagaimana kita ketahui dari sejarah kelahirannya, Pancasila digali dari sosio-budaya
Indonesia, baik secara perorangan maupun kolektif, kemudian ditetapkan secara implisit sebagai
dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Mengenai kekokohan Pancasila yang bersifat kekal-
abadi (Pancasila dalam arti statis sebagai dasar negara), Ir. Soekarno mengatakan: “Sudah jelas,
kalau kita mau mencari suatu dasar yang statis, maka dasar yang statis itu haruslah terdiri dari
elemen-elemen yang ada jiwa Indonesia.”

Namun Pancasila bukanlah dasar negara yang hanya bersifat statis, melainkan dinamis
karena ia pun menjadi pandangan hidup, filsafat bangsa, ideologi nasional, kepribadian bangsa,
sumber dari segala sumber tertib hukum, tujuan negara, perjanjian luhur bangsa Indonesia, yang
menuntut pelaksanaan dan pengamanannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam praksis kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, peranan atau
implementasi Pancasila secara multidimensional itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai
berikut:

Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi dasar/ tumpuan dan tata cara penyelenggaraan
negara dalam usaha mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila menghidupi dan dihidupi oleh bangsa Indonesia
dalam seluruh rangkaian yang bulat dan utuh tentang segala pola pikir, karsa dan karyanya
terhadap ada dan keberadaan sebagai manusia Indonesia, baik secara individual maupun sosial.
Pancasila merupakan pegangan hidup yang memberikan arah sekaligus isi dan landasan yang
kokoh untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.

Sebagai filsafat bangsa, Pancasila merupakan hasil proses berpikir yang menyeluruh dan
mendalam mengenai hakikat diri bangsa Indonesia, sehingga merupakan pilihan yang tepat dan
satu-satunya untuk bertingkah laku sebagai manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai budaya bangsa yang terkandung dalam Pancasila telah
menjadi etika normatif, berlaku umum, azasi dan fundamental, yang senantiasa
ditumbuhkembangkan dalam proses mengada dan menjadi manusia Indonesia seutuhnya.

Sebagai ideologi nasional, Pancasila tidak hanya mengatur hubungan antarmanusia


Indonesia, namun telah menjadi cita-cita politik dalam dan luar negeri serta pedoman pencapaian
tujuan nasional yang diyakini oleh seluruh bangsa Indonesia.

Sebagai kepribadian bangsa, Pancasila merupakan pilihan unik yang paling tepat bagi
bangsa Indonesia, karena merupakan cermin sosio-budaya bangsa Indonesia sendiri sejak adanya
di bumi Nusantara. Secara integral, Pancasila adalah meterai yang khas Indonesia.

Sebagai sumber dari segala sumber tertib hukum, Pancasila menempati kedudukan tertinggi
dalam tata perundang-undangan negara Republik Indonesia. Segala peraturan, undang-undang,
hukum positif harus bersumber dan ditujukan demi terlaksananya (sekaligus pengamanan)
Pancasila.

Sebagai tujuan negara, Pancasila nyata perannya, karena pemenuhan nilai-nilai Pancasila itu
melekat erat dengan perjuangan bangsa dan negara Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 hingga kini dan di masa depan. Pola pembangunan nasional semestinya
menunjukkan tekad bangsa dan negara Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

Sebagai perjanjian luhur, karena Pancasila digali dari sosio-budaya bangsa Indonesia sendiri,
disepakati bersama oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai milik yang harus diamankan dan
dilestarikan. Pewarisan nilai-nilai Pancasila kepada generasi penerus adalah kewajiban moral
seluruh bangsa Indonesia. Melalaikannya berarti mengingkari perjanjian luhur itu dan dengan
demikian juga mengingkari hakikat dan harkat diri kita sebagai manusia

B. PEMBAHASAN

Istilah filsafat sudah tidak asing lagi di dengarnya istilah ini dipergunakan dalam berbagai

konteks tapi kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan fungsi filsafat serta kegunaan filsafat dengan

uraian yang singkat ini saya mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat adalah

suatu yang tidak sukar dan dapat di pelajari oleh semua orang di samping itu saya menghrapkan

agar kita tak beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan tidak berpijak realita

dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakan sebagai modal untuk memepelajari
pancasila dari sudut pandang filsafat

Agara setiap orang yang belum mengetahui tentang pancasila dari sudut falsafat

a. Di dalam bukunya elements of Philiosofi Kattsott 1963 tentang perenungan filsafat

b. Di dalam bukunya filosofi

c. Selanjutnya mengutip pendapat Van Melsen yang yang intinya adalah menggambarkan flsafat

sebagai refleksi di dalam ilmu pengetahuan

d. Di dalam bukunya Perpectivies In Social Philosophy Back 1967

Dan kita menganal filsafat pancasila dari sejarah pelaksanaannya diantara bangsa – bangsa barat

tersebut bangsa belandalah yang akhirnya dapat memegang peran sebagai penjajah yang benar –

benar yang menghancurkan p\rakyat Indonesia mengingat keadaan perjuangan bangsa Indonesia

kita harus mengetahui perjuangan sebelum tahun 1900

Sebenarnya sejak waktu itu pula mempertahankan kemerdekaan dengan cara bermacam –

macam perlawanan rakyat Indonesia untuk menemtang kolonialisme, belanda telah berjalan

dengan hebat. Akan tetapi masih berjalan sendiri – sendiri dan belum ada kerja sama melelui

organisasi yang teratur

Dan kita harus mengetahui unsur – unsur pancasila yang menjiwai perlawanan terhadap

kolonialisme jika pejuangan bangsa Indonesia mengetahui dan teliti dengan seksama maka unsur

– unsur pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan tersebut kita harus menganalisa

dalam pembahasan seperti:

1. Apa unsur – unsur ketuhanan dalam penjajahan belanda

2. Unsur kemanusiaan dalam penjajahan belanda yang menghancurkan rakyat indonesia dengan

tidak ada perikemanusiaan, suatu siksaaan yang di derota rakyat indonesia

3. Unsur persatuan terhadap penjajahan belanda yang memecah belah persatuan

4. Unsur kerakyatan terhadap penjajahan belanda tentang kebebasan untuk mendapatkan

pendidikan dan seolah olah rakyat kecil tidak ada artinya

5. Unsur yang terakhir yaitu keadilan tentang penjajahan belanda tidak ada keadilan untuk

mendapatkan kebutuhan kebebasan hak

BAB III

INTI PEMBAHASAN MASALAH


A. Pengetian Filsafat

Tulisan ini saya menggunakan istilah pengertian dan bukan definisi. Dalam hal ini ada beberapa

pendapat yang antara lain mengatakan bahwa pada hakekatnya sukar sekali memberikan definisi

mengenai filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif . Sebenarnya pendapat yang demikian

ini tidak hanya mengenai filsafat saja akan tetapi juga menganai definisi lain. Terhadap berbagai

kata berikut ini misalnya ekonomi, hukum, politik kebudayaan negara masyarakat manusia , juga

terdapat definisi itupun bermacam-macam pula.

Oleh karena itu dalam tulisan ini saya ingin mengemukakan pengertian mengenai filsafat dan

cirri-ciri berfilsfat, dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakannya sebagai modal

untuk mempelajari Panca Sila dari sudut pandang filsafat.

1. Pengertian menurut arti katanya, kata filsfat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Yunani terdiri dari kata Philein artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti

Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang

sungguh-sungguh.

Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti

Hasrat atau Keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.

2. Pengertian umum dari pengertian menurut kata-katanya tersebut di atas filsafat secara umum

dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk

memperoleh kebenaran hakekat atai sari atau inti atau esensi segala sesuatu dengan cara ini

jawaban yang akan diberikan berupa keterangan yang hakiki. Hal-hal mana sesuai dengan arti

filsafat menurut kata-katanya

3. Pengertian khsusu, karena filsafat telah mengelami perkembangan yang cukup lama tentu

dipengaruhi oleh berbagai factor, mislanya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya

maka timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya

masing-masing.

Ada berbagai aliran didalam filsafat ada suatu bukti bahwa bemacam-macam pendapat yang

khsusu yang berbeda satu sama lain. Misalnya.

- Rationalisme mengagunggkan akal

- Materialisme mengagunggkan materi

- Idealisme mengagunggkan idea

- Hedonisme mengagunggkan kesenangan


- Stoicisme mengagunggkan tabiat salah

Aliran – aliran tersebut mempunyai kekhususan masing-masing dengan menekankan kepada

sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus diberi tempat yang tinggi , misalnya

kesenangan, kesolehan, kebendaan, akal dan idea.

B. Fungsi Filsafat

Berdasarkan sejara kelahirannya filsafat mula-mula berfungsi sebagai induk atau ibu ilmu

pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain sehingga filsafat harus menjawab

segala macam hal, soal manusia filsafat yang membicarakannya, demikian pula soal masyarakat,

soal ekonomi, soal negara, soal kesehatan dan sebagainya.

Kemudian karena berkembang keadaan dari masyarakat banyak problem yang tidak dapat

dijawab lagim oleh filsafat. Lahirnya ilmu pengetahuan sanggup memberikan jawaban terhadap

problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Pengetahuan Ekonomi dan lain-lain.

Ilmu pengetahuan tersebut lalu berpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus. Demikianlah lahirnya

berbagai disiplin ilmu yang sangat banyak dengan kekhususannya masin-masing.

Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu

pengetahuan sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada

pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-oleh tidak mempunyai hubungan. Jika ilmu-ilmu

pengetahuan tersebutterus bersusaha memperdalam dirinya akhirnya sampai juga pada filsafat.

Sehubungan dengan keadaan tersebut diatas filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner

sistim. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetauhuan yang telah kompleks

tersebut. Filsapat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan

Cara ini dapat pula di gunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Cara ini dapat saya

gambarkan sepertiorang sedang meneliti sebuah pohon wajib meneliti ke seluruh pohon tersebut,

ia tidak hanya meperhatikan daunnya, pohonnnya akarnya, bunganya, buahnya dan sebagian

lagi, akan tetapi keseluruhannya dalam menghadapi suatu masalah diharapkan menggunakan

berbaga disiplin untuk mengatasinya. Misalnya ada problem sosial tentang kenaikan tngkat

kejahatan. Hal ini belum dapat di selesaikan dengan tuntas jika hanya menghukum para
pelangarnya saja. Di samping itu perlu di cari sebab pokok. Langkah ini mungkin dapat

menemukan berbagai sebab yang saling berkaiatan satu sama lain, misalnya adanya tuna karya,

tuna wisma, urbanisasi, kelenbihan penduduk, kurangnya lapangan kerja dan sebagainya. Dari

penemuan ini dapat kita ketahui bahwa masalah kejahatan menyangkut berbagai disiplin. Oleh

karena itu untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pula oleh berbagai disiplin

C. Guna Filsafat

Berdasarkan atas uraian diatas, filsafat mempunyai kegunaan sbb.

a. Melatih diri untuk berfkir kritik dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara

sistematik

b. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersifat sempit

dan tertutup

c. Melatih diri melakukan peneltian, pengkajian dan memutuskan atau mengabil kesipulan

mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif

d. Menjadikan diri bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem

e. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa

f. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentngan prbadinya maupun dalam

hubungan dengan orang lain

g. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang

lain alam sekitar dan tuhan yang maha esa

D. Perjuangan Bangsa Indonesia

Sebelum kedatangan bangsa – bangsa belanda bangsa Indonesia telah mengali sejarahnya yang

panjang dengan berbagai liku – likunya. Demikian pula bahwa portugis mendapat perlawanan

rakyat Indonesia. Diantara bangsa – bangsa barat tersebut bangsa Belandalah yang akhirnya

dapat memegang peranan sebagai penjajah yang benr – benr menghancurkan rakyat Indonesia

Mengingat keadaan yang demikian perjuangan bahwa Indonesia melawan penjajahan belanda

dan jepang

1. Perjuangan sebelum tahun 1900

Pada umumnya kita telah mengetahui bahwa bangsa Indonesia telah di tindas dan di cekam oleh

penjajah belanda selama tiga setengah abad. Hitungan sejak tahun 1596 yaitu pada waktu orang
– orang belanda yang di pimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Indonesia. Orang – orang

belanda bermula berdagang dan di terima baik oleh bangsa Indonesia ternyata dengan sefala

daya dan upaya yang penuh kelicikanberusaha menjajah bangsa Indonesia

2. Perjuangan Setelah tahun 1900

Bangsa Indonesia menyadari bahwa untuk mengusir penjajah tidak cukup hanya dengan cara

mengadu kekuatan fisik saja akan tetapi perlu adanya cara yang lebihteratur dan terkordinasi

serta terpadu. Betapapun ketatnya penjajah engekang bangsa ndonesia untuk menjadi bodoh,

namun terbuka juga jalan bagi sekelompokkecil rang ndonesia untuk endapatkan pendidikan

E. Unsur Pancasila Menjiwai Perlawanan Terhadap Kolonialisme

Jika pejuang bangsa Indonesia itu kita teliti dengan seksama maka unsur – unsur Pancasila

merupakan semangat dan jiwa perjuangan tersebut diantaranya

a. Unsur Ketuhanan. Pada hakikatnya penjajahan bertentangan dengan ajaran tuhan. Karena

penjaahan tidak mengenal cinta kash dan sayang sebagai mana di ajarkan oleh tuhan. Oleh

karena itu perlawanan terhadap kolonialisme ada yang di dorong oleh keyakinan melaksanakan

tugas – tugas agama

b. Unsur Kemanusiaan. Penjajahan tidak mengenal peri kemanusiaan. Penjajahan pada

hakikatnya adalah hendak menemukan kembali nilai – nilai kemanusiaan yang telah di

hancurkan oleh penjajah

c. Unsur Persatuan. Di dalam kenyataan memang bangsa Indonesia I pecah- pecah oleh penjajah.

Meskipun demikian bangsa Indonesia menyadari bahwa perpecahan akan mengakibatkan

keruntuhan sebagaimana semboyan yang berbunyi bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Oleh

karena itu bagaimanpun juga persatuan sebagai senjata ampuh tidak hancur sama sekali

d. Unsur Kerakyatan. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa penjajahan di atas dunia harus

dihapuskan karena tidak sesua denga peri peri keadilan penjajahan bertentangan dengan

kemerdekaan dan kebebasan

e. Unsur Keadilan. Iatas sudah di sebutkan bahwa penjajahan tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan peri keadilan. Hal ini terbukti pada pengalaman bangsa Indonesia yang selama

I jaah tidak pernah di perlakukan adil. Apalagi untuk mendapatkan pendidikan sebagaimana

mestinya sangat di persukar


F. Pelaksanaan

Pancasila yang unsur – unsurnya di gali dari bangsa Indonesia sendiri kemudian di terima bulat

oleh bangsa Indonesia menjadi Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia harus di laksanakan

Pelaksanaan Pancasila ada dua macam yaitu:

a. Pelaksanaan Obyektif

Pelaksanaan obyektif adalah pelaksanaan Pancasila di dalam semua peraturan dari yang tertinggi

sampai terendah yaitu Undang - Undang Dasar 1945 dan peraturan –peraturan hukum yang ada

di bawahnya. Seluruh kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan serta segala tertib hokum di

Indonesia harus di dasarkan atas Pancasila

b. Pelaksanaan Subyektif

Pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan di dalam diri setiap orang Indonesia yaitu penguasa,

warga negara dan setiap orang yang berhubungan dengan Indonesia

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis berusaha menguraikan masalah dalam setiap babnya penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut

Bahwa nsur – unsur Pancasila memang telah di miliki dan di jalankan oleh bangsa Indonesia

sejak dahulu. Oleh karena bukti – bukti sejarah sangat beraneka ragam wujudnya maka perlu

diadakan analisa yang seksama. Karena bukti – bukti sejarah sebagian ada yang berupa symbol

maka diperlukan analisa yang teliti dan tekun berbagai bahan – bahan bukti itu dapat

diabstaksikan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil – hasil yang memadai. Melalui cara –
cara tersebut hasilnya dapat bersifat kritik dan tentu saja ada kemungkinan yang bersifat

spekulatif. Demikian pula adaunsur – unsur yang di suatu daerah lebih menonjol dari daerah lain

misalnya tampak pada perjuangan bangsa Indonesia dengan peralatan yang sederhana serta

tampak pada bangunan dan tulisan dan perbuatan yang ada

Contoh – contoh yang saya tulis diatas, merupakan sebagian bukti atas perjuangan bangsa

Indonesia sebagai sejarah bukti – bukti atas peninggalan zaman dahulu misalnya arti dari tiap –

tiap bangunan isi dan dan setiap buku tulisan serta lukisan makna dari pembuatan yang ada

dengan mengemukakan contoh – contoh ini saya mengharapkan dapat menimbulkan rangsangan

untuk elakukan penelitian yang seksama terutama dalam rangka mempelajari filsafat Pancasila

dalam tulisan ini setidak – tidaknya saya dapat menyatakan bahwa unsur – unsur Pancasila

berasal dari bangsa Indonesia sendiri dan bukan jiplakan dari luar. Unsur – unsur itu telah ada

sebelum tanggal 17 Agustus 1945, bahkan sebelum datangnya kau penjajah dan pernah berfungsi

secara sempurna

B. Saran – Saran

Dalam karya tulis ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca dalam pembuatan

karya tulis ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan baik

dari bentuk maupun isinya

- Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana

pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila

- Semoga dengan karya tulis ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad Notosoetarjo 1962, Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia

2. Notonagoro, Pnacasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III

3. K.Wantjik Saleh 1978, Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI, Jakarta PT. Gramedia

4. Soediman Kartohadiprojo 1970, Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung Alumni

Anda mungkin juga menyukai