Anda di halaman 1dari 7

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN SUHU PADA

PENGUJIAN METODE IMPAK CHARPY


TERHADAP KETANGGUHAN
Diki Irawan1, Rahmawaty,ST, MT2
1,2
Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan 2017

BAJA ST 37

ABSTRAK

Kekuatan baja ST 37 untuk kontruksi kendaraan merupakan suatu hal yang penting dan harus diperhatikan
karena selain berfungsi sebagai penopang seluruh komponen kendaraan, kontruksi juga berfungsi untuk
menjaga kestabilan ketika berkendaraan. Pengaruh variabel suhu 300C, 8000C, 00C untuk mengetahui terhadap
kekuatan kontruksi adalah mengukur energi yang dialami oleh kontruksi tersebut ketika diberi beban. Penelitian
ini mengetahui energi yang dialami oleh kontruksi kendaraan ketika diberi beban, dengan beban pendulum
sebesar 144 kg pada spesimen jenis material baja ST 37 menurut ASTM D 9542-96. Penelitian dilakukan secara
pengujian langsung di LAB menggunakan mesin uji impak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kontruksi
dengan material mengalami deformasi permanen ketika diberi beban pendulum sebesar 144 kg. Maka hasil dari
pengujian impek mendapatkan hasil energi 17,1 kg/mm2 dalam temperatur 300C, 15,7 kg/mm2 dalam temperatur
8000C, 17,13 kg/mm2 dalam temperetur suhu 00C. karena energi.

Kata kunci : Kontruksi, Analisis, Uji impak, Energi

ABSTRACT

Strength steel ST 37 for a review of the construction vehicle is one thing that is important and should be taken in
addition to functioning as a crutch BECAUSE Whole Vehicle Components, construction Also serves to review
Maintaining the stability when driving. The influence of variable temperatures of 300C, 8000C, 00C to review
determine Against the construction strength is to measure the energy Yang experienced by the construction
when given LOADS. Singer energy research to know Being experienced by construction vehicles when given
COST, WITH LOADS OF pendulum by 144 kg steel specimens TYPE ST 37 * According to ASTM D 9542-96.
Direct Testing Operations Research conducted in LAB USE MACHINES impact test. Test results showed that
the construction WITH substances undergoing permanent deformation when given EXPENSES pendulum by
144 kg. From the test results then get results energy impek 17.1 kg / mm2 hearts 300C temperature, 15.7 kg /
mm2 hearts 8000C temperature, 17.13 kg / mm2 hearts temperetur Temperature 00C. BECAUSE energy.

Keywords : Construction, Analysis, Impact testing, Energy

1. Pendahuluan
sifat-sifat yang memadai untuk berbagai aplikasi
Latar Belakang di dunia industri. Perkembangan dunia industri
juga sedang berusaha untuk mendapatkan suatu
Kemajuan teknologi saat ini bukan hanya material yang memiliki sifat mekanik yang baik
sekedar kebutuhan teknis tetapi juga terdapat tapi dengan biaya produksi yang murah. 9
pertimbangan ekonomis. Penentuan bahan atau Penggunaan baja karbon sedang dapat menjadi
material teknik yang tepat pada dasarnya bertujuan suatu solusi yang dilakukannya, penelitian
untuk mendapatkan berbagai sifat, lingkungan dan terhadap baja karbon sedang bertujuan untuk
cara penggunaan, sampai dimana sifat bahan teknik mendapat sifat-sifat yang lebih baik. Hari Amanto
dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. dan Daryanto (1999:63), menyatakan bahwa
Bahan teknik perlu diketahui secara seksama perlakuan panas adalah proses memanaskan bahan
karena bahan teknik digunakan untuk berbagai sampai suhu tertentu dan didinginkan menurut cara
macam keperluan dalam berbagai keadaan tertentu, tujuan perlakuan panas itu adalah untuk
lingkungan. Sehingga perlu dicari alternatif memberikan sifat yang lebih sempurna pada bahan.
suatu material yang murah tapi tetap memiliki

1
Tata Surdia dan Kenji Chiijiwa (1999:185). setelah dikerjakan atau hasil suatu
Perlakuan panas adalah proses untuk memperbaiki konstruksi, merubah sifat-sifat
sifat dari logam dengan jalan memanaskan coran bahan dan menghilangkan
sampai temperatur yang cocok, kemudian dibiarkan tegangan-tegangan sisa.
beberapa waktu pada temperatur itu, kemudian  Memahami pengujian impak
didinginkan ke temperartur yang lebih rendah dengan menggunakan metode
dengan kecepatan yang sesuai. Selanjutnya Wahid Charpy
Suherman (1998:1), menyatakan bahwa perlakuan  Dapat membedakan yang mana
panas atau heat treatment dapat didefinisikan patah ulet dan mana patah getas.
sebagai kombinasi operasi pemanasan dan  Mengetahui pengaruh beban impak
pendinginan terhadap logam/paduan dalam keadaan
terhadap sifat material.
padat dengan waktu tertentu, dimaksudkan untuk
memperoleh sifat mekanik tertentu.

Rumusan Masalah

Dilandasi dari latar belakang maka dapat


dirumuskan beberapa permasalahan yaitu :
 Memahami pengujian impak
dengan menggunakan metode
Charpy.
 Pengaruh variasi suhu pada
pengujian impactterh adap
kemampuan baja ST 37

Batasan Masalah
Gambar 1. Ilustrasi Pengujian Impact
Agar dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini lebih mengarah ke tujuan penelitian dengan
membatasi pokok permasalahan sebagai berikut: Berat pendulum dipengaruhi oleh
 Mengetahui perbedaan metode gravitasi,massa pendulum maka berat pendulum
Charpy dalam melakukan pengujian dapat di peroleh dari persamaan berikut (Zemansky,
impak. 1962):
 Pengaruh variasi suhu pada
P = m x g...........................(2.1)
pengujian impact

Tujuan Penelitian Dimana:


P = berat pendulum (kg)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui m = massa pendulum (kg)
dapat membedakan yang mana patah ulet dan mana g = gravitasi (m/s2)
patah getas akibat variasi pengaruh suhu terhadap Untuk mencari massa pendulum dapat diperoleh
beban impact. dengan persamaan berikut ini :
𝑃 ...............................(2.2)
Tujuan Umum m=
𝑔
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan kajian atau informasi Dimana:
bagi dunia kerja khususnya penggunaan baja ST m = massa pendulum (kg)
37. P = berat pendulum (kg) = 25.539kg
g = gravitasi (m/s2)
Tujuan Khusus Uji Impak

 Untuk mengetahui pengaruh Pengujian Impak ini dilakukan dengan cara


temperatur terhadap harga impak menjatuhkan sebuah massa besi (m), dengan
(HI), energi impak dan sifat ketinggian tertentu (h) sehingga sampai terjadi
perpatahan berdasarkan persen kerusakan yang dialami material logam. Setelah
patahan melalui pengujian impak. didapatkan nilai h pada saat material rusak. Setelah
 Perlakuan panas dilakukan adalah nilai h didapat, maka dapat dihitung besar energi
untuk mengurangi perubahan impaknya (E) dengan menggunakan perumusan
energi potensial pada persamaan Ep = mgh dengan
bentuk pada saat dikerjakan atau

2
Ep, m, dan h berturut-turut adalah energi impak Patahan getas merupakan fenomena patah pada
(joule), massa besi (gram), dan ketinggian benda material yang diawali terjadinya retakan secara
jatuh (meter) cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi
plastis terlebih dahulu dan dalam waktu yang
singkat. Dalam kehidupan nyata, peristiwa patah
getas dinilai lebih berbahaya dari pada patah ulet,
. karena terjadi tanpa disadari begitu saja. Biasanya
patah getas terjadi pada material berstruktur
martensit, atau material yang memiliki komposisi
karbon yang sangat tinggi sehingga sangat kuat
namun rapuh. Ciri khas kuat tapi rapuh:
a. Permukaannya terlihat berbentuk
granular, berkilat dan memantulkan
Gambar 2. Kurva uji impak cahaya.
(http://ekoalan.blogspot.com)
b. Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada
deformasi plastis terlebih dahulu
Baja ST 37 sehingga tidak tampak gejala-gejala
material tersebut akan patah.
Baja ST 37 banyak digunakan untuk kontruksi c. Tempo terjadinya patah lebih cepat.
umum karena mempunyai sifat mampu las dan d. Bidang patahan relatif tegak lurus
kepekaan terhadap retak las. Baja ST 37 adalah terhadap tegangan tarik.
berarti baja yang mempunyai kekuatan tarik antara e. Tidak ada reduksi luas penampang
37 kg/mm2 sampai 45kg/mm2 . Kekuatan tarik ini patahan, akibat adanya tegangan
adalah maksimum kemampuan sebelum material multiaksial.
mengalami patah. Kekuatan tarik yield (σy) baja
harganya dibawah kekuatan tarik maksimum. Baja
pada batas kemampuan yield merupakan titik awal
dimana sifatnya mulai berubah dari elastis menjadi
plastis, Perubahan sifat material baja tersebut
pada kondisi tertentu sangat membahayakan
fungsi konstruksi mesin. Kemungkinan terburuk
konstruksi mesin akan mengalami kerusakan
ringan sampai serius.Baja ST 37 dijelaskan secara Gambar 3. Spesimen patah getas
umum merupakan baja karbon rendah (low
carbon steel ), disebut juga baja lunak (mild steel),
banyak sekali digunakan untuk pembuatan baja
batangan,tangki perkapalan, jembatan,
menara, pesawat dan dalam permesinan.Untuk
dapat lebih jelas tentang komposisi kimia dari baja
ST 37 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49
556/3/Chapter%20II.pdf)

Tabel 1. Komposisi kimia baja ST 37 (steels for


general structural porpose) Gambar 4. Spesimen perpatahan ulet

Sumber:http://potatoci.blogspot.co.id/2016/03/st-
37-specificationmechanical.html

Gambar 5. Jenis-jenis bentuk takikan

3
Gambar 6. Metode impact Izod
(https://danidwikw.wordpress.com)

2. METODE PENELITIAN Gambar 8. Alat Uji Impact.


Desain Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan 3. Jangka sorong
adalah metode eksperimen, yaitu suatu metode 4. Kuas
untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua 5. Gelas plastik
faktor yang sengaja ditimbulkan. Penelitian ini 6. Gunting
akan dihasilkan data-data yang objektif sesuai 7. Sarung tangan
dengan permasalahan metode eksperimen. Metode 8. Amplas
eksperimen yang dilakukan adalah meneliti b. Bahan-Bahan yang digunakan dalam penelitian
pengaruh variasi suhu terhadap ketangguhan pelat ini adalah:
baja karbon ST37 yang didapat dengan pengujian 1. Pelat baja ST37
metode Charpy dengan menggunakan impact 2. Tang
testing machine. 3. Obeng
4. Jangka Sorong
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan


pada bulan 30 Agustus 2016. Tempat yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pengujian komposisi di Politeknik
Teknologi kimia Industri Medan dan
Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan
2. Pembuatan spesimen dilaksanakan di
Lab. Teknik Mesin Sekolah
Tinggi Teknik Harapan Medan
3. Pengujian impact dilakukan di Lab “
Material Test” Politeknik
Teknologi Kimia Medan.
Gambar 9. Jangka Sorong Untuk Mengukur
Alat dan Bahan
Spesimen
a. Ada beberapa alat yang dibutuhkan agar
penelitian ini berjalan dengan baik, namun alat 5. Gelas pendingin
yang terpenting yaitu:
1. Furnace

Gambar 10. Alat Pendingin Untuk Spesimen

Gambar 7. Alat Uji Pemanasan Baja ST 37

4
Spesimen 3. PEMBAHASAN
Penelitian ini mempunyai tahapan-tahapan
yang harus dilalui mulai dari pemilihan bahan Identifikasi Alat Uji Impact ASTM D 5942-96
sampai pengujian. Tahap pertama adalah pemilihan Berdasarkan Standar pengujian ASTM D
bahan, selanjutnya dilakukan uji komposisi kimia 5942-96 menjelaskan prosedur untuk menentukan
untuk menjamin bahwa material tersebut kekuatan Impact Charpy pada material uji
merupakan baja karbon ST37. Tahap kedua adalah berbahan baja ST 37 untuk rangka batang kontruksi
pembuatan spesimen uji impact. Bahan yang sudah permesinan.Pengujian ini digunakan untuk
diuji komposisi kimia tadi diubah menjadi meneliti perlakuan pada spesimen uji baja ST 37
spesimen uji sesuai dengan standart pengujian yang saat dilakukan pengujian impak untuk
telah ditentukan, yaitu seperti Gambar 3.5 berikut mengetahui kegetasan dan keuletan spesimen
ini : dalam batas tertentu.
Spesifikasi dalam pengujian menggunakan
ukuran dari spesimen yang diuji. Faktor-faktor
seperti, besar energi dari pendulum, kecepatan
impact, s uh u dan kondisi dari spesimen akan
mempengaruhi hasil pengujian.Faktor-faktor
tersebut harus dikontr
5
Hasil Pengujian Impact
Gambar 11. Spesifikasi Berdasarkan Standar
ASTM D 5942-96 Pengujian kekuatan benturan ini
dilakukan dengan jalan memukul spesimen
Alur Penelitian dengan kecepatan tertentu(5,42m/s)yang
dilakukan oleh suatu bandul (pendulum) yang
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam diayunkan.Spesimen standar yang digunakan
penelitian ini dapat digambarkan dalam Gambar pada penelitian ini adalah standar Charpy
3.6 berikut ini: (USA).Spesimen Charpy berpenampang10x10
2 0
mm dan memiliki takikan 45 ,dalam takikan 2
mm dan radius dasar takikkan 0.25 mm.
Pengujian ini dilakukan pada suhu kamar.
Banyaknya energi yang diserap oleh bahan
untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran
ketahanan impact atau ketangguhan bahan
tersebut. Suatu material dikatakan tangguh bila
memiliki kemampuan menyerap beban kejut
yang besar tanpa terjadinya retak atau
terdeformasi dengan mudah.
Data hasil dari pengukuran, perhitungan dan
pengujian impact spesimen pada suhu kamar 300C
hasilnya adalah sebagai berikut ini :
1. Luas penampang spesimen A1 Temperatur 300C
A=a.b
A = 8,2 . 10,1
A = 82,8 mm2
2. Harga impak Spesimen A1
E
𝑎𝑘 =
A
5,8
𝑎𝑘 =
82,8
𝑎𝑘 = 7,004 kg.m/mm2
3. Pertambahan panjang Spesimen A1
LE = bi – b
LE = 10,7 – 10,1
LE = 0,6 mm
4. Luas penampang spesimen A2 Temperatur
300C
A=a.b
Gambar 12. Bagan Alur Penelitian
A = 8,7 . 10,1

5
A = 87,8 mm2 LE = 12,8 – 10,1
5. Harga impak Spesimen A2 LE = 2,7 mm
E 7. Luas penampang spesimen B3 Temperatur
𝑎𝑘 = 8000C
A
18,8 A=a.b
𝑎𝑘 =
87,8 A = 8,1 . 10,4
𝑎𝑘 = 21,41 kg.m/mm2 A = 84,2 mm2
6. Pertambahan panjang Spesimen A2 8. Harga impak Spesimen B3
LE = bi – b E
𝑎𝑘 =
LE = 12,1 – 10,1 A
LE = 2 mm 15,7
𝑎𝑘 =
7. Luas penampang spesimen A3 Temperatur 84,2
300C 𝑎𝑘 = 18,64 kg.m/mm2
A=a.b 4. Luas penampang spesimen C2 Temperatur
A = 8,2 . 10,1 00C
A = 82,8 mm2 A=a.b
8. Harga impak Spesimen A3 A = 8,5 . 10,1
E A = 85,8 mm2
𝑎𝑘 =
A
17,1
𝑎𝑘 =
82,8 Tabel 2. Pengujian impact spesimen Baja ST
𝑎𝑘 = 20,65 kg.m/mm2 37 pada suhu 300C, 8000C, 00C.
9. Pertambahan panjang Spesimen A3
LE = bi – b
LE = 12,1 – 10,1
LE = 2 mm

Data hasil dari pengukuran, perhitungan


dan pengujian impact spesimen yang dipanaskan
pada suhu 8000C hasilnya adalah sebagai berikut
ini:
1. Luas penampang spesimen B1 Temperatur
8000C
A=a.b
A = 7,8 . 10,3
A = 80,3mm2
1. Harga impak Spesimen B1
E
𝑎𝑘 =
A
15,7
𝑎𝑘 =
80,3
𝑎𝑘 = 19,55 kg.m/mm2 4. Kesimpulan dan Saran
3. Pertambahan panjang Spesimen B1
LE = bi – b Kesimpulan
LE = 11,9 – 10,3
LE = 1,6 mm Bab ini menjelaskan ketangguhan suatu bahan
dapat juga dilakukan dengan mengamati bentuk
4. Luas penampang spesimen B2 Temperatur permukaan patah, dimana semakin besar persentase
8000C perpatahan berserat atau berbentuk dimple
A=a.b menandakan bahan tersebut semakin ulet yang
A = 8,10 . 10,1 berarti semakin tangguh pula suatu material.
A = 81,8 mm2 Sebaliknya semakin halus dan datar permukaan
5. Harga impak Spesimen B2 perpatahannya, maka material tersebut semakin
E getas dan rapuh. Material yang getas dapat juga
𝑎𝑘 =
A ditandai dengan permukaan patah berbentuk
15,1 kristalin yang menghasilkan pantulan cahaya atau
𝑎𝑘 =
81,8 sering disebut dengan mekanisme pembelahan
𝑎𝑘 = 18,45 kg.m/mm2 (cleavage). Berikut ini ditunjukkan beberapa
6. Pertambahan panjang Spesimen B2 bentuk permukaan patah pada berbagai variasi
LE = bi – b

6
temperatur. Bentuk permukaan patah pada bahan
ST 37 adalah sebagai berikut : Davis, Harmer Elmer, Troxell, George Earl,
a. Pada temperatur 300C terjadi perpatahan dan George F. W. Hauck. 1982. The Testing of
ulet dan perpatahan campuran, yaitu Engineering Material. 4 th edition. USA: Mc Graw
kombinasi ulet dan getas. Hill
b. Pada temperature 8000C terjadi perpatahan Pollack, Herman W. 1988. Material Science
ulet dengan ciri adanya lubang dimple dan and Metallurgy. 4 th edition. New York: Prentice
menyerap cahaya. Jadi makin tinggi Hall.
temperatur bentuk permukaan patah Marrow, J., 2009, “ The Materials Science Internet
semakin mengarah ke tipe perpatahan ulet Microscope”,UMIST and University of
c. Pada temperature 00C terjadi perpatahan Manchester,www.umist.ac.uk/matsci
getas dengan bentuk datar dan memecah
butir
(transgranular) serta memantulkan cahaya
seperti terlihat pada gambar 4.8.

Saran

Saran-saran yang diberikan sehubungan dengan


hasil dan simpulan dari penelitian ini:
1. Adanya cacat, ketidakteraturan bentuk
atau alur pada permukaan bahan akan
membuat suatu bahan menjadi lemah
dan kemampuannya menurun

2. Saat bekerja pada suhu yang berbeda


Kemampuan bahan akan berubah sifat
apakah ulet dan getas

3. Kecepatan dan kejutan dapat


menyebabkan terjadinya keretakan dan
perubahan bentuk spesimen.

5. Daftar Pustaka

Anonim,2001. Technical Data Sheet, P.T. Justus


Kimia Raya, Jakarta.
ASTM, 1998, Annual Book of ASTM Standart
Section 4, Vol.13, ASTM, New York, C 393 – 94.
Berthelot, Marie dan Jean,1999, Composite
Materials, New York, USA
Callister, W.D., 1997, ‖Material Science And
Engineering‖, Jhon Wiley&Sons, New York.
Ismoyo dan Smith M.J, 1999, Bahan Konstruksi
dan Struktur Teknik (eds.2), Jakarta.
Laboratorium Metallurgy Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sriwijaya, "Panduan Pengujian
Mekanik dan Metalurgy". 2006
Singer, L. Ferdinand, Andrew Pytel dan Ir. Darwin
Sebayang, Kekuatan Bahan (Teori kokoh-Strength
of Material )eds.3, 1999, Jakarta
Sudjono, Hendra, 2004, The Influence Of Catalyst
Volume On The Property Of Polymer Composites,
Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta
[4] Akhmad,H.W., 2009,“ Buku Panduan
Praktikum Karakterisasi Material 1 Pengujian
Merusak”, Departemen Metalurgi dan Material
Fakultas Teknik UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai