PEMBAHASAN
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik
yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga
dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
RUMUSAN
Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap: mencerminkan sikap: mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan
peduli, peduli, peduli,
3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati
sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani 5. sehat jasmani dan rohani 5. sehat jasmani dan rohani
RUMUSAN
Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual, faktual, konseptual, faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif prosedural, dan metakognitif prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar pada tingkat teknis dan pada tingkat teknis, spesifik,
berkenaan dengan: spesifik sederhana berkenaan detil, dan kompleks
1. ilmu pengetahuan, dengan: berkenaan dengan:
2. teknologi, 1. ilmu pengetahuan, 1. ilmu pengetahuan,
3. seni, dan 2. teknologi, 2. teknologi,
4. budaya. 3. seni, dan 3. seni,
4. budaya. 4. budaya, dan
Mampu mengaitkan 5. humaniora.
pengetahuan di atas dalam Mampu mengaitkan
konteks diri sendiri, pengetahuan di atas dalam Mampu mengaitkan
keluarga, sekolah, konteks diri sendiri, keluarga, pengetahuan di atas dalam
masyarakat dan lingkungan sekolah, masyarakat dan konteks diri sendiri, keluarga,
alam sekitar, bangsa, dan lingkungan alam sekitar, sekolah, masyarakat dan
negara. bangsa, negara, dan kawasan lingkungan alam sekitar,
regional. bangsa, negara, serta kawasan
regional
dan internasional.
Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan
memperhatikan:
a. perkembangan psikologis anak;
b. lingkup dan kedalaman;
c. kesinambungan;
d. fungsi satuan pendidikan; dan
e. lingkungan.
Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan
memperhatikan:
a. perkembangan psikologis anak;
b. lingkup dan kedalaman;
c. kesinambungan;
d. fungsi satuan pendidikan; dan
e. lingkungan.
B. STANDAR ISI
1. Hakikat
2. Tingkat Kompetensi
Keterangan:
SDLB, SMPLB, dan SMALB yang dimaksud hanya diperuntukkan bagi tuna netra, tuna
rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Bloom Taxonomy yang pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang
dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh
Anderson and Krathwol pada tahun 2001 digunakan sebagai rujukan pada Standar
Kompetensi Lulusan. Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga
domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi
sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang
terkait dengan penguasaan ketrampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi
faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya dimulai sejak Tingkat
Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan Menengah.
Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama kali
dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003 digunakan
sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk aspek pengetahuan.
Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh peserta didik untuk menguasai
suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural, uni-struktural, multi-struktural, relasional dan
abstrak yang diperluas. Kelima tahap ini dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu
surface knowledge, deep knowledge dan conceptual atau constructed knowledge.
Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge diperoleh pada Tingkat
Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah Atas. Walaupun demikian, untuk jenis
pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini dapat dicapai dalam satu jenjang pendidikan atau
dalam satu tingkat kelas.
Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan Kompetensi yang bersifat
generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Kompetensi dan
ruang lingkup materi yang bersifat spesifik untuk setiap mata pelajaran. Secara hirarkis,
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan untuk menetapkan Kompetensi yang
bersifat generik pada tiap Tingkat Kompetensi. Kompetensi yanag bersifat generik ini
kemudian digunakan untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap mata
pelajaran. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan
Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan dan jenjang pendidikan.
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini
diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya
yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4
(empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).
Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan
penilaian. Penjabaran Tingkat Kompetensi lebih lanjut pada setiap jenjang pendidikan sesuai
pencapaiannya pada tiap kelas akan dilakukan oleh Pihak Pengembang Kurikulum. Tingkat
Kompetensi yang berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan
yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks intensitas
pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian.
Uraian revisi Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensi disajikan dalam tabel berikut.
1. Tingkat Pendidikan Dasar
Sikap Sosial
2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
2. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan
kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap
satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)
yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik
terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta
3. Perencanaan Pembelajaran
a. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP
disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
1. Silabus
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b) Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik
dan jenjang peserta didik;
c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
e) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik
dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang
mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain
pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain
keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat
disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik
individual maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan
pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh
pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun
dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan
pendidik secara berkelanjutan.
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
a) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi
atau melampaui standar; dan
b) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan.
D. STANDAR PENILAIAN
a. Ketentuan Umum Penilaian
b. Lingkup Penilaian
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
meliputi aspek:
Sikap
Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.
Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
penguasaan pengetahuan peserta didik.
Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
d. Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian hasil belajar:
sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur;
objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;
adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran;
terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;
sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan; dan
akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.
e. Bentuk Penilaian
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan,
penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik;
memperbaiki proses pembelajaran; dan
menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester,
akhir tahun. dan/atau kenaikan kelas.
3) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian
sekolah/madrasah.
4) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan digunakan untuk penentuan kelulusan
dari satuan pendidikan.
5) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dan hasil
penilaian oleh pendidik untuk melakukan perbaikan dan/atau penjaminan mutu
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
6) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan, satuan pendidikan
menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria dan/atau kenaikan kelas peserta
didik.
7) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional
dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
8) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional digunakan
sebagai dasar untuk:
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
9) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal terkait.
f. Mekanisme Penilaian
1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:
perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian
lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru
kelas;
penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan
sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio,
dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti
pembelajaran remedi; dan
hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik disampaikan
dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
g. Prosedur Penilaian
1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan;
menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
mendeskripsikan perilaku peserta didik.
2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
menyusun perencanaan penilaian;
mengembangkan instrumen penilaian;
melaksanakan penilaian;
memanfaatkan hasil penilaian; dan
melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
menyusun perencanaan penilaian;
mengembangkan instrumen penilaian;
melaksanakan penilaian;
memanfaatkan hasil penilaian; dan
melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
4) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan
urutan:
menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
menyusun kisi-kisi penilaian;
membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
melakukan analisis kualitas instrumen;
melakukan penilaian;
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
hasil penilaian;
melaporkan hasil penilaian; dan
memanfaatkan laporan hasil penilaian.
5) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
menetapkan KKM;
menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
melakukan analisis kualitas instrumen;
melakukan penilaian;
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
melaporkan hasil penilaian; dan
memanfaatkan laporan hasil penilaian.
6) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:
menyusun kisi-kisi penilaian;
menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
melakukan analisis kualitas instrumen;
melakukan penilaian;
mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
melaporkan hasil penilaian; dan
memanfaatkan laporan hasil penilaian.
7) Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa
tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk
penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas
empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah,
antardaerah, dan antartahun.
2) Instruktur kejuruan
Instruktur kejuruan yang memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan pelaksanaan
pembelajaran materi kejuruan yang diajarkan pada peserta didik.
a) Pedoman Sekolah/Madrasah
1) Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengaturberbagai aspek
pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
2) Perumusan pedoman sekolah/madrasah:
mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah;
ditinjau dan dirurnuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
3) Pedoman pengelolaan sekolah/madrasah meliputi:
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
kalender pendidikan/akademik;
struktur organisasi sekolah/madrasah;
pembagian tugas di antara guru;
pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
peraturan akademik;
tata tertib sekolah/madrasah;
kode etik sekolah/madrasah;
biaya operasional sekolah madrasah.
4) Pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional.
5) Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian tugas pendidik dan
tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan, sementara lainnya dievaluasi
sesuai kebutuhan.
d) Bidang Kesiswaan
1) Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional
mengenai proses penerimaan peserta didik yang meliputi:
Kriteria calon peserta didik:
SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, pengecualian terhadap usia
pescrta didik yang kurang dari 6 (enam) tahun dilakukan atas dasar rekomendasi
tertulis dari pihak yang berkompeten, seperti konselor sekolah/madrasah maupun
psikolog;
SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau sosial;
SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan pendidikan bentuk
lainnya yang sederajat;
SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah lulus dari
SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.
3) Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa
kekerasan dengan pengawasan guru.
pembiayaan pendidikan.
Pembiayaan pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah dibebankan kepada Pemerintah Daerah untuk:
a. pendidikan dasar; dan
b. pendidikan menengah bagi daerah yang telah melaksanakan wajib belajar 12 (dua belas)
tahun.
Dalam hal daerah yang belum melaksanakan wajib belajar 12 (dua belas) tahun, maka
pembiayaan pendidikan menengah bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah dibebankan kepada Peserta Didik atau orangtua/wali.
Besaran nilai pembiayaan pendidikan yang dibebankan kepada Peserta Didik atau
orangtua/wali untuk pendidikan menengah bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah ditetapkan oleh gubernur sesuai dengan standar biaya yang berlaku di
daerah setempat.
Kepala satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat menetapkan besaran
pembiayaan pendidikan setelah mendapatkan pertimbangan dari komite sekolah.
c. Tata Cara Pemenuhan Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
Pemenuhan standar satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
mencakup satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, satuan pendidikan
kesetaraan, satuan pendidikan menengah, dan satuan pendidikan khusus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Anak Usia Dini
1. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada pendidikan anak usia dini diberikan
pada setiap awal tahun.
2. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 12
(dua belas) buah buku gambar dikali biaya satuan buku gambar; dan
jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set alat mewarnai dikali biaya satuan alat mewarnai.
3. Biaya satuan buku gambar dan biaya satuan alat mewarnai sesuai dengan standar biaya
masing-masing daerah.
Sekolah Dasar
1. Pemenuhan buku teks pelajaran pada sekolah dasar diperuntukkan bagi Peserta Didik
yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik.
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada sekolah dasar diberikan pada setiap
awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket buku teks pelajaran dikali biaya satuan buku teks pelajaran; dan
jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis.
Pendidikan Kesetaraan
1. Pemenuhan modul belajar pada pendidikan kesetaraan diperuntukkan bagi Peserta Didik
yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik.
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada pendidikan kesetaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) diberikan pada setiap awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam satu
tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket modul belajar dikali biaya satuan modul belajar; dan
jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis.