Anda di halaman 1dari 37

BAB II

PEMBAHASAN

A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan


yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar


isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik
yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan


dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada
satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan
berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di
masa yang akan datang.

Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga
dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan SMA/MA/ SMALB/Paket


C memiliki kompetensi pada dimensi sikap sebagai berikut.
 DIMENSI SIKAP

SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/


Paket A Paket B Paket C

RUMUSAN
Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap: mencerminkan sikap: mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan
peduli, peduli, peduli,
3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati
sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani 5. sehat jasmani dan rohani 5. sehat jasmani dan rohani

Sesuai dengan Sesuai dengan perkembangan Sesuai dengan perkembangan


perkembangan anak di anak di lingkungan keluarga, anak di lingkungan keluarga,
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan sekolah, masyarakat dan
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, lingkungan alam sekitar,
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan bangsa, negara, kawasan
bangsa, dan negara. regional. regional, dan internasional.

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/ SMPLB/Paket B; dan SMA/MA/ SMALB/Paket


C memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan sebagai berikut.
 DIMENSI PENGETAHUAN

SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/


Paket A Paket B Paket C

RUMUSAN
Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual, faktual, konseptual, faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif prosedural, dan metakognitif prosedural, dan metakognitif
pada tingkat dasar pada tingkat teknis dan pada tingkat teknis, spesifik,
berkenaan dengan: spesifik sederhana berkenaan detil, dan kompleks
1. ilmu pengetahuan, dengan: berkenaan dengan:
2. teknologi, 1. ilmu pengetahuan, 1. ilmu pengetahuan,
3. seni, dan 2. teknologi, 2. teknologi,
4. budaya. 3. seni, dan 3. seni,
4. budaya. 4. budaya, dan
Mampu mengaitkan 5. humaniora.
pengetahuan di atas dalam Mampu mengaitkan
konteks diri sendiri, pengetahuan di atas dalam Mampu mengaitkan
keluarga, sekolah, konteks diri sendiri, keluarga, pengetahuan di atas dalam
masyarakat dan lingkungan sekolah, masyarakat dan konteks diri sendiri, keluarga,
alam sekitar, bangsa, dan lingkungan alam sekitar, sekolah, masyarakat dan
negara. bangsa, negara, dan kawasan lingkungan alam sekitar,
regional. bangsa, negara, serta kawasan
regional
dan internasional.

Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif pada masing-masing


satuan pendidikan dijelaskan pada matriks berikut.
PENJELASAN SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/
Paket A Paket B Paket C
Faktual Pengetahuan dasar Pengetahuan teknis Pengetahuan teknis
berkenaan dengan dan spesifik tingkat dan spesifik, detail
ilmu pengetahuan, sederhana berkenaan dan kompleks
teknologi, seni, dan dengan ilmu berkenaan dengan
budaya terkait pengetahuan, ilmu pengetahuan,
dengan diri sendiri, teknologi, seni, dan teknologi, seni, dan
keluarga, sekolah, budaya terkait dengan budaya terkait dengan
masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
lingkungan alam lingkungan alam lingkungan alam
sekitar, bangsa, dan sekitar, bangsa, sekitar, bangsa,
negara. negara, dan kawasan negara, kawasan
regional. regional, dan
internasional.
Konseptual Terminologi/ Terminologi/ Terminologi/
istilah yang istilah dan klasifikasi, istilah dan klasifikasi,
digunakan, kategori, prinsip, kategori, prinsip,
klasifikasi, kategori, generalisasi dan teori, generalisasi,
prinsip, dan yang digunakan teori,model, dan
generalisasi terkait dengan struktur yang
berkenaan dengan pengetahuan teknis digunakan terkait
ilmu pengetahuan, dan spesifik tingkat dengan pengetahuan
teknologi, seni dan sederhana berkenaan teknis dan spesifik,
budaya terkait dengan ilmu detail dan kompleks
dengan diri sendiri, pengetahuan, berkenaan dengan
keluarga, sekolah, teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan,
masyarakat dan budaya terkait dengan teknologi, seni, dan
lingkungan masyarakat dan budaya terkait dengan
alam sekitar, bangsa, lingkungan alam masyarakat dan
dan negara. sekitar, bangsa, lingkungan alam
negara, dan kawasan sekitar, bangsa,
regional. negara, kawasan
regional, dan
internasional.

Prosedural Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang


cara melakukan cara melakukan cara melakukan
sesuatu atau kegiatan sesuatu atau kegiatan sesuatu atau kegiatan
yang berkenaan yang terkait dengan yang terkait dengan
dengan ilmu pengetahuan teknis, pengetahuan teknis,
pengetahuan, spesifik, algoritma, spesifik, algoritma,
teknologi, seni, dan metode tingkat metode, dan kriteria
budaya terkait sederhana berkenaan untuk menentukan
dengan diri sendiri, dengan ilmu prosedur yang sesuai
keluarga, sekolah, pengetahuan, berkenaan dengan
masyarakat dan teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan,
lingkungan alam budaya terkait dengan teknologi, seni, dan
sekitar, bangsa dan masyarakat dan budaya, terkait
negara. lingkungan alam dengan masyarakat
sekitar, bangsa, dan lingkungan alam
negara, dan kawasan sekitar, bangsa,
regional. negara, kawasan
regional, dan
internasional.

Metakognitif Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang


kekuatan dan kekuatan dan kekuatan dan
kelemahan diri kelemahan diri sendiri kelemahan diri
sendiri dan dan menggunakannya sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari menggunakannya
dalam mempelajari pengetahuan teknis dalam mempelajari
ilmu pengetahuan, dan spesifik tingkat pengetahuan teknis,
teknologi, seni dan sederhana berkenaan detail, spesifik,
budaya terkait dengan ilmu kompleks,
dengan diri sendiri, pengetahuan, kontekstual dan
keluarga, sekolah, teknologi, seni, dan kondisional
masyarakat dan budaya terkait dengan berkenaan dengan
lingkungan alam masyarakat dan ilmu pengetahuan,
sekitar, bangsa dan lingkungan alam teknologi, seni, dan
negara. sekitar, bangsa, budaya terkait dengan
negara, dan kawasan masyarakat dan
regional. lingkungan alam
sekitar, bangsa,
negara, kawasan
regional, dan
internasional.
 DIMENSI KETERAMPILAN

SD/MI/SDLB/ SD/MI/SDLB/ SMA/MA/SMALB/


Paket A Paket A Paket C
RUMUSAN
Memiliki keterampilan Memiliki keterampilan Memiliki keterampilan
berpikir dan bertindak: berpikir dan bertindak: berpikir dan bertindak:
1. kreatif, 1. kreatif, 1. kreatif,
2. produktif, 2. produktif, 2. produktif,
3. kritis, 3. kritis, 3. kritis,
4. mandiri, 4. mandiri, 4. mandiri,
5. kolaboratif, dan 5. kolaboratif, dan 5. kolaboratif, dan
6. komunikatif 6. komunikatif 6. komunikatif

melalui pendekatan ilmiah melalui pendekatan ilmiah melalui pendekatan ilmiah


sesuai dengan tahap sesuai dengan yang dipelajari sebagai pengembangan dari
perkembangan anak yang di satuan pendidikan dan yang dipelajari di satuan
relevan dengan tugas yang sumber lain secara mandiri pendidikan dan sumber lain
diberikan secara mandiri

Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan
memperhatikan:
a. perkembangan psikologis anak;
b. lingkup dan kedalaman;
c. kesinambungan;
d. fungsi satuan pendidikan; dan
e. lingkungan.

Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan
memperhatikan:
a. perkembangan psikologis anak;
b. lingkup dan kedalaman;
c. kesinambungan;
d. fungsi satuan pendidikan; dan
e. lingkungan.
B. STANDAR ISI
1. Hakikat

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, di antaranya adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut telah ditetapkan
Standar Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mencapai kompetensi
lulusan tersebut perlu ditetapkan Standar Isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan menyongsong
Generasi Emas Indonesia Tahun 2045, telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang
berbasis pada Kompetensi Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi Indonesia
menjadi Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus memperkuat kontribusi
Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia. Ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi peserta didik yang harus dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan
dalam jenjang dan jenis pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata
pelajaran.
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain
sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi
dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai
dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan
kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakteristik kompetensi beserta proses
pemerolehan kompetensi tersebut. Ketiga kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan
yang berbeda. Sikap dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas:
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan proses pemerolehannya
mempengaruhi Standar Isi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah
kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan
berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.
Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan
peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

2. Tingkat Kompetensi

Dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah ditetapkan


untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan
menjadi Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar dan Tingkat Kompetensi Pendidikan
Menengah. Tingkat Kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai
kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat generik
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan dalam rangka
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat perkembangan
peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3) Penguasaan kompetensi yang
berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga memperhatikan tingkat
kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang
yang relevan. Untuk menjamin keberlanjutan antar jenjang, Tingkat Kompetensi dimulai dari
Tingkat Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini. Berdasarkan pertimbangan di atas, Tingkat
Kompetensi dirumuskan sebagai berikut:

No Tingkat Kompetensi Jenjang Pendidikan


1. Tingat pendidikan anak TK/RA (catatan: standar isi
TK/RA Diatur secara
2 Tingkat Pendidikan dasar SD/MI/SDLB/Paket A
3 SMP/MTS/SMPBL/Paket B
4 Tingkat pendidikan menengah SMA/MA/SMALB/Paket c

Keterangan:
SDLB, SMPLB, dan SMALB yang dimaksud hanya diperuntukkan bagi tuna netra, tuna
rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Bloom Taxonomy yang pertama kali dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang
dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh
Anderson and Krathwol pada tahun 2001 digunakan sebagai rujukan pada Standar
Kompetensi Lulusan. Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga
domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi
sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang
terkait dengan penguasaan ketrampilan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi
faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya dimulai sejak Tingkat
Pendidikan Dasar hingga Tingkat Pendidikan Menengah.
Structure of Observed Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang pertama kali
dikembangkan oleh Biggs dan Collin (1982) dan telah diperbarui tahun 2003 digunakan
sebagai dasar untuk mengelompokkan Tingkat Kompetensi untuk aspek pengetahuan.
Menurut SOLO Taxonomy ada lima tahap yang dilalui oleh peserta didik untuk menguasai
suatu pengetahuan, yaitu tahah pre-struktural, uni-struktural, multi-struktural, relasional dan
abstrak yang diperluas. Kelima tahap ini dapat disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu
surface knowledge, deep knowledge dan conceptual atau constructed knowledge.
Tahap surface knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Dasar, tahap deep knowledge diperoleh pada Tingkat Pendidikan Dasar untuk Sekolah
Menengah Pertama dan tahap conceptual/constructed knowledge diperoleh pada Tingkat
Pendidikan Menengah yaitu ada Sekolah Menengah Atas. Walaupun demikian, untuk jenis
pengetahuan tertentu, ketiga tahap ini dapat dicapai dalam satu jenjang pendidikan atau
dalam satu tingkat kelas.
Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan Kompetensi yang bersifat
generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Kompetensi dan
ruang lingkup materi yang bersifat spesifik untuk setiap mata pelajaran. Secara hirarkis,
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan untuk menetapkan Kompetensi yang
bersifat generik pada tiap Tingkat Kompetensi. Kompetensi yanag bersifat generik ini
kemudian digunakan untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap mata
pelajaran. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan
Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum tingkat satuan dan jenjang pendidikan.
Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini
diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya
yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan
pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4
(empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).
Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan
penilaian. Penjabaran Tingkat Kompetensi lebih lanjut pada setiap jenjang pendidikan sesuai
pencapaiannya pada tiap kelas akan dilakukan oleh Pihak Pengembang Kurikulum. Tingkat
Kompetensi yang berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan
yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks intensitas
pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian.
Uraian revisi Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensi disajikan dalam tabel berikut.
1. Tingkat Pendidikan Dasar

(TingkaKelas I-VI DESKRIPSI KOMPETENSI


SD/MI/SDLB/PAKET A)
KOMPETENSI INTI
Sikap Spritual
1. Menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang
dianutnya.

Sikap Sosial
2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab

dalam berinteraksi dengan keluarga,


teman, guru, dan tetangga, dan negara.
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan
cara :
a. mengamati,
b. menanya, dan
c. mencoba

Berdasarkan rasa ingin tahu tentang


dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain
2. Tingkat Pendidikan Menengah

(Tingkat Kelas VII-IX SMP/MTs/SMPLB/PAKET B)


KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI
Sikap Spritual 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menghargai dan menghayati perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab

dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan


perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
dan kawasan regional.
Pengetahuan 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis
dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang:
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya

dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan


terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan
menyaji secara:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif,
dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang teori.
(Kelas X-XII SMA/MA/SMALB/PAKET C)
KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI
Sikap Spritual Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
e. bertanggung jawab,
f. responsif, dan
g. pro-aktif,

Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan


anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional.
Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya, dan
Dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,

Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan


dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan
metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.
(Kelas X- XII SMK/MAK)
KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI
Sikap Spritual Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif melalui
keteladanan, pemberian nasehat, penguatan, pembiasaan,
dan pengkondisian secara berkesinambungan serta
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi


pengetahuanfaktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian pada bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan
masalah.
Keterampilan Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.
C. STANDAR PROSES
1. Pengertian Standar Proses

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan


pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran
serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
ketercapaian kompetensi lulusan.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso
sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

2. Karakteristik Pembelajaran

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan
kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap
satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)
yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik
terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
Mencipta

Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi.


Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi.
Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan
mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS.
Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket
C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih
dipertahankan. Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna
netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi
tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas.
Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga
ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan
pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-
masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah
mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut
secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan
ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi
yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

3. Perencanaan Pembelajaran

a. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP
disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan


kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d) Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
e) Tema (khusus sd/mi/sdlb/paket a);
f) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan;
h) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk
satu semester atau satu tahun; dan
j) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau
sumber belajar lain yang relevan.
k) Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada
setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau
subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.
Komponen RPP terdiri atas:
a) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c) Kelas/Semester;
d) Materi Pokok;
e) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kd dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus
dan kd yang harus dicapai;
f) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan kd, dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
g) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
i) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
j) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajaran;
k) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan;
l) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan
penutup; dan
m) Penilaian hasil pembelajaran.
3. Prinsip Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
b) Partisipasi aktif peserta didik.
c) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
e) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
f) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber
belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
g) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar, dan keragaman budaya
h) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b) Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik
dan jenjang peserta didik;
c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
e) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik
dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang
mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.

b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain
pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain
keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat
disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik
individual maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).

c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan
pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).

c. Penilaian Proses Dan Hasil Pembelajaran


Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic
assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh.
Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
perolehan belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada
aspek sikap.
Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan
(remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil
penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai
dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman,
catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan
tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil
pembelajaran.
d. Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi,


evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan. Pengawasan proses
pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas.
1. Prinsip Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna peningkatan mutu
secara berkelanjutan.
2. Sistem dan Entitas Pengawasan
Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas
pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
a) Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melakukan
pengawasan dalam rangka peningkatan mutu.
b) Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk supervisi
akademik dan supervise manajerial.
3. Proses Pengawasan
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui antara lain, diskusi
kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh
pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.

c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun
dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan
pendidik secara berkelanjutan.

d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
a) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi
atau melampaui standar; dan
b) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan.
D. STANDAR PENILAIAN
a. Ketentuan Umum Penilaian

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1) Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,
prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik
yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2) Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.
3) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
4) Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi
Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk memantau
kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik.
5) Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian
dari suatu satuan pendidikan.
6) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada
standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

b. Lingkup Penilaian
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
meliputi aspek:
 Sikap
Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik.
 Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
penguasaan pengetahuan peserta didik.
 Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan


c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
c. Tujuan Penilaian
 Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
 Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

d. Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian hasil belajar:
 sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur;
 objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai;
 adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
 terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran;
 terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
 menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;
 sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
 beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan; dan
 akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme,
prosedur, teknik, maupun hasilnya.

e. Bentuk Penilaian
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan,
penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
 mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik;
 memperbaiki proses pembelajaran; dan
 menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester,
akhir tahun. dan/atau kenaikan kelas.
3) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian
sekolah/madrasah.
4) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan digunakan untuk penentuan kelulusan
dari satuan pendidikan.
5) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dan hasil
penilaian oleh pendidik untuk melakukan perbaikan dan/atau penjaminan mutu
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
6) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan, satuan pendidikan
menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria dan/atau kenaikan kelas peserta
didik.
7) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional
dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
8) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional digunakan
sebagai dasar untuk:
 pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
 pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
 pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
9) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal terkait.

f. Mekanisme Penilaian
1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:
 perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
 penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian
lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru
kelas;
 penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan
sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
 penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio,
dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
 peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti
pembelajaran remedi; dan
 hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik disampaikan
dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.

2) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:


 penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan pendidik;
 penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran mencakup
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
 penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah;
 laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun ditetapkan
dalam rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil
penilaian oleh Pendidik; dan
 kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan melalui
rapat dewan pendidik.

3) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:


 penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN)
dan/atau bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;
 penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama
dengan instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.
 hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil UN;
 hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan dalam
perbaikan proses pembelajaran;
 hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk:
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk
jenjang pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada
satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;
 bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk
survei dan/atau sensus; dan
 bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri.

g. Prosedur Penilaian
1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
 mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
 mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar
observasi/pengamatan;
 menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
 mendeskripsikan perilaku peserta didik.
2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
 menyusun perencanaan penilaian;
 mengembangkan instrumen penilaian;
 melaksanakan penilaian;
 memanfaatkan hasil penilaian; dan
 melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
 menyusun perencanaan penilaian;
 mengembangkan instrumen penilaian;
 melaksanakan penilaian;
 memanfaatkan hasil penilaian; dan
 melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
4) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan
urutan:
 menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
 menyusun kisi-kisi penilaian;
 membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
 melakukan analisis kualitas instrumen;
 melakukan penilaian;
 mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan
 hasil penilaian;
 melaporkan hasil penilaian; dan
 memanfaatkan laporan hasil penilaian.
5) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan
mengkoordinasikan kegiatan dengan urutan:
 menetapkan KKM;
 menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
 menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
 melakukan analisis kualitas instrumen;
 melakukan penilaian;
 mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
 melaporkan hasil penilaian; dan
 memanfaatkan laporan hasil penilaian.
6) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:
 menyusun kisi-kisi penilaian;
 menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
 melakukan analisis kualitas instrumen;
 melakukan penilaian;
 mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
 melaporkan hasil penilaian; dan
 memanfaatkan laporan hasil penilaian.
7) Instrumen Penilaian
 Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa
tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
 Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk
penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
 Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas
empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah,
antardaerah, dan antartahun.

E. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIK

a) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK/MAK, yang selanjutnya disebut


Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria minimal mengenai kualifikasi
dan kompetensi guru, instruktur kejuruan, dan tenaga kependidikan SMK/MAK.
b) Guru umum adalah guru pengampu mata pelajaran muatan umum dan muatan adaptif.
c) Guru kejuruan adalah guru pengampu mata pelajaran muatan kejuruan.
d) Instruktur kejuruan adalah setiap orang yang memiliki keterampilan teknis yang berasal
dari dunia usaha/industri yang melatih dan membimbing peserta didik dalam
meningkatkan
e) keterampilan teknis.
f) Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik yang sekurang-kurangnya meliputi pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan,
g) pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan
teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
h) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru yang sekurangkurangnya mencakup
kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis,
mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri
secara mandiri dan berkelanjutan.
i) Kompetensi profesional adalah Kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang
sekurangkurangnya meliputi penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam
sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok
mata pelajaran yang akan diampu, dan penguasaan konsep dan metode disiplin keilmuan,
teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
j) Kompetensi sosial adalah kemampuan Guru sebagai bagian dari masyarakat yang
sekurang-kurangnya meliputi kompetensiuntuk berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau
isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesamapendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan
k) pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan
prinsip
l) persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

a. Guru Dan Instruktur Kejuruan


1) Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran terdiri atas:
 Guru umum pengampu mata pelajaran muatan umum dan muatan adaptif; dan
 Guru kejuruan pengampu mata pelajaran muatan kejuruan.

2) Instruktur kejuruan
Instruktur kejuruan yang memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan pelaksanaan
pembelajaran materi kejuruan yang diajarkan pada peserta didik.

b. Standar Kualifikasi Akademik Guru Dan Instruktur Kejuruan


1) Standar Kualifikasi Guru
 Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK melalui pendidikan formal Standar
kualifikasi akademik guru SMK/MAK adalah jenjang pendidikan sedikitnya yang
harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan ijazah sarjana (S1) atau
sarjana terapan (D-IV) yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi
Guru (PPG).
 Kualifikasi Kompetensi profesional guru kejuruan SMK/MAK mengacu pada
kompetensi sebagai guru dan kompetensi kerja yang berlaku di dunia usaha dan
industri.
 Kualifikasi kompetensi kerja guru kejuruan SMK/MAK yang dimaksud pada butir 2
memiliki jenjang 4 (empat) pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

2) Standar Kualifikasi Instruktur Kejuruan


 Standar kualifikasi akademik instruktur kejuruan minimal memiliki ijazah
SMK/MAK sesuai bidang kejuruan dan memiliki pengalaman kerja pada dunia
usaha/industri yang relevan sekurang kurangnya 3 (tiga) tahun.
 Kualifikasi instruktur kejuruan dapat juga diperoleh melalui mekanisme Rekognisi
Pembelajaran Lampau (RPL) pada Jenjang IV Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia
(KKNI) yang dibuktikan dengan sertifikat keahlian.
 Sertifikat keahlian instruktur kejuruan berasal dari Lembaga Sertifikasi yang diakui
secara nasional dan/atau internasional.

c. Standar Tenaga Kependidikan Smk/Mak


Standar Tenaga Kependidikan untuk SMK/MAK mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Standar TenagaAdministrasi,
Standar Tenaga Perpustakaan, Standar Pengawas, Standar Kepala Sekolah, dan Standar
Tenaga Laboratorium/Bengkel.

F. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

Setiap pendidikan wajib memiliki perlengkapan yang dilengkapi perabot, peralatan


pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lain, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang disiapkan dan
dikembengkan.Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang mencakup lahan,
ruang kelas, ruang pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat olahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain
yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

G. STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN

a) Pedoman Sekolah/Madrasah
1) Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengaturberbagai aspek
pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
2) Perumusan pedoman sekolah/madrasah:
 mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah;
 ditinjau dan dirurnuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
3) Pedoman pengelolaan sekolah/madrasah meliputi:
 kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);
 kalender pendidikan/akademik;
 struktur organisasi sekolah/madrasah;
 pembagian tugas di antara guru;
 pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
 peraturan akademik;
 tata tertib sekolah/madrasah;
 kode etik sekolah/madrasah;
 biaya operasional sekolah madrasah.
4) Pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional.
5) Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian tugas pendidik dan
tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan, sementara lainnya dievaluasi
sesuai kebutuhan.

b) Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah

1) Struktur organisasi sekolah/madrasah berisi tentang system penyelenggaraan dan


administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan.
2) Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan penyelenggaraan dan
administrasi sekolah/madrasah.
3) Pedoman yang mengatur tentang Struktur organisasi sekolah/madrasah:
 memasukkan unsur staf administrasi dengan wewenang dan tanggungjawab yang jelas
untuk menyelenggarakan administrasi secara optimal;
 dievaluasi secara berkala untuk melihat efektititas mekanisrne kerja pengelolaan
sekolah;
 diputuskan oleh kepala sekolah/madrasah dengan mempertimbangkan pendapat dari
komite sekolah/madrasah.

c) Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah


1) Kegiatan Sekolah/madrasah:
 dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan;
 dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan
sumber daya yang ada.
2) Pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah
ditetapkan perlu mendapat persetujuan rnelalui rapat dewan pendidik dan komite
sekolah/madrasah.
3) Kepala Sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan
bidang akademik pada rapat dewan pendidik dan bidang non akademik pada rapat
komite sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang
disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya.

d) Bidang Kesiswaan
1) Sekolah/Madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional
mengenai proses penerimaan peserta didik yang meliputi:
Kriteria calon peserta didik:
 SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, pengecualian terhadap usia
pescrta didik yang kurang dari 6 (enam) tahun dilakukan atas dasar rekomendasi
tertulis dari pihak yang berkompeten, seperti konselor sekolah/madrasah maupun
psikolog;
 SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau sosial;
 SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan pendidikan bentuk
lainnya yang sederajat;
 SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah lulus dari
SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.

2) Penerimaan peserta didik sekolali/madrasah dilakukan:


 secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalarn aturan
sekolah/madrasah;
 tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial,
kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMPIMTs penerima subsidi dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah;
 berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK, dan kriteria
tambahan bagi SMK/MAK;
 sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.

3) Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa
kekerasan dengan pengawasan guru.

e) Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1) Sekolah/Madrasah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga


kependidikan.
2) Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan:
 disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
 dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah, termasuk pembagian tugas,
mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan
pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta
menerapkannya secara profesional, adil, dan terbuka.
3) Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah/madrasah.
4) Sekolah/Madrasah perlu mendukung upaya:
 promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan azas kemanfaatan, kepatutan,
dan profesionalisme;
 pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang diidentifikasi secara
sistematis sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum dan
sekolah/madrasah; penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan
baik jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas;
 mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain didasarkan pada analisis
jabatan dengan diikuti orientasi tugas oleh pimpinan tertinggi sekolah/madrasah yang
dilakukan setelah empat tahun, tetapi bisa diperpanjang berdasarkan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk tenaga kependidikan tambahan tidak
ada mutasi.
5) Sekolah/Madrasah mendayagunakan:
 kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
pimpinan pengelolaan sekolah/madrasah;
 wakil kepala SMP/MTs melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pembantu kepala sekolah/madrasah;
 wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kurikulum melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
bidang kurikulum;
 wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang sarana prasarana melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola
sarana prasarana;
 wakil kepala SMA/SMK, MA/MAK bidang kesiswaan melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah madrasah dalam mengelola
peserta didik;
 wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pernbantu kepala sekolah/madrasah dalam mengelola kemitraan
dengan dunia usaha dan dunia industri;
 guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembelajaran yang
rnemotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan rnelatih peserta didik
sehingga menjadi manusia berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi
kemanusiaannya secara optimum;
 konselor melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada peserta didik;
 pelatih/instruktur melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya memberikan pelatihan
teknis kepada peserta didik pada kegiatanm pelatihan;
 tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan
pengelolaan sumber belajar di perpustakaan;
 tenaga laboratoriurn melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya membantu guru
mengelola kegiatan praktikum di laboratorium;
 teknisi sumber belajar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mempersiapkan,
merawat, memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran;
 tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
menyelenggarakan pelayanan administratif;
 tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan
lavanan kebersihan lingkungan.

f) Bidang Sarana dan Prasarana


1) Sekolah/Madrasah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai
pengelolaan sarana dan prasarana.
2) Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana dan
Prasarana dalam hal:
 merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan;
 mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi
mendukung proses pendidikan;
 melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah/madrasah;
 menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan
pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat;
 pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan kesehatan
dan keamanan lingkungan.
 Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan
kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik.
3) Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah:
 direncanakan secara sisternatis agar selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik
dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana;
 dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung dan
laboratorium serta pengembangannya.
4) Pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah perlu:
 menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan bahan pustaka
lainnya;
 merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lainnya sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan pendidik;
 membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari kerja;
 melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, balk internal maupun ekstemal;
 menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari sekolah/madrasah lain
balk negeri maupun swasta.
5) Pengelolaan laboratoriurn dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas sehingga tidak
terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan.
6) Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstra-kurikuler disesuaikan dengan
perkembannan kegiatan ekstra-kurikuler peserta didik dan mengacu pada Standar
Sarana dan Prasarana.

g) Bidang Keuangan dan Pembiayaan


1) Sekolah/Madrasah menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional
yang mengacu pada Standar Pernbiayaan.
2) Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional Sekolah/madrasah mengatur:
 sumber pemasukan, pengeluaran clan jumlah dana yang dikelola;
 penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana investasi
dan operasional;
 kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah madrasah dalam membelanjakan
anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya;
 pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk
dilaporkan kepada komite sekolah madrasah, serta institusi di atasnya.

3) Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah/madrasah diputuskan


oleh komite sekolah/madrasah dan ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah serta
mendapatkan persetujuan dari institusi di atasnya.
4) Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah madrasah
disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah/madrasah untuk menjamin tercapainya
pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel.

h) Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah

1) Sekolah/Madrasah menciptakan suasana, Mini, dan Lingkungan pendidikan yang


kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan.
2) Prosedur pelaksanaan penciptaan suasana, iklim, dan Lingkungan pendidikan:
 berisi prosedur tertulis mengenai informasi kegiatan penting minimum yang akan
dilaksanakan;
 memuat judul, tujuan, lingkup, tanggung jawab dan wewenang, serta penjelasannya;
 diputuskan oleh kepala Sekolah/madrasah dalam rapat dewan pendidik.
3) Sekolah/Madrasah menetapkan pedoman tata-tertib yang berisi:
4) tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, termasuk dalarn hal
menagunakan dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan;
5) petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di Sekolah/Madrasah, serta
pemberian sangsi bagi warga yang melanggar tata tertib.
6) Tata tertib sekolah/rnadrasah ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah melalui rapat
dewan pendidik dengan rnempertirnbangkan masukan komite sekolah/madrasah, dan
peserta didik.
7) Sekolah/Madrasah menetapkan kode etik warga sekolah/madrasah yang memuat
norma tentang:
 hubungan sesama warga di dalam Lingkungan sekolalt/madrasah dan hubungan
antara warga sekolah/madrasah dengan masyarakat;
 sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang mematuhi dan sangsi bagi
yang melanggar.
8) Kode etik sekolah/madrasah ditanamkan kepada seluruh warga sekolah/madrasah
untuk menegakkan etika sekolah/madrasah.
9) Sekolah/Madrasah perlu memiliki program yang jelas untuk meningkatkan kesadaran
beretika bagi semua warga sekolah/madrasahnya.
10) Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur peserta didik memuat norma untuk:
 menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya;
 menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;
 mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi ketentuan pembelajaran
dan mematuhi semua peraturan yang berlaku;
 memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial di antara
teman;
 mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama;
 mencintai Lingkungan, bangsa, dan negara; serta
 menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban, keamanan,
keindahan, dan kenyamanan sekolah/madrasah.
11) Peserta didik dalarn menjaga norma pendidikan perlu mendapat bimbingan dengan
keteladanan, pembinaan dengan membangun kemauan, serta pengembangan
kreativitas dari pendidik dan tenaga kependidikan.
12) Kode etik sekolah/madrasah yang mengatur guru dan tenaga kependidikan
memasukkan larangan bagi guru dan tenaga kependidikan, secara perseorangan
maupun kolektif, untuk:
13) menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian sekolah/madrasah, dan/atau
perangkat sekolah lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
peserta didik;
14) memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau les kepada peserta didik;
15) memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung yang
bertentangan dengan pcraturan dan undangundang;
16) melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang mencenderai
integritas hasil Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional.
17) Kode etik sekolah/madrasah diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan
oleh kepala sekolah/madrasah.
H. STANDAR PEMBIAYAAN

a. Cakupan Mutu Pelayanan Dasar


Mutu Pelayanan Dasar untuk setiap Jenis Pelayanan Dasar SPM Pendidikan
mencakup:
1) standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;
2) standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan
3) tata cara pemenuhan standar.

2. Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa


Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa meliputi:
a. standar satuan pendidikan terdiri atas :
 standar kompetensi lulusan;
 standar isi;
 standar proses;
 standar sarana dan prasarana;
 standar pengelolaan;
 standar pembiayaan; dan
 standar penilaian.

b. standar biaya pribadi Peserta Didik.


Standar biaya pribadi Peserta Didik terdiri atas:
 perlengkapan dasar Peserta Didik
Pendidikan Anak Usia Dini
 Perlengkapan dasar Peserta Didik anak usia dini meliputi: buku gambar; dan alat
mewarnai.
 Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagai berikut: 6 (enam) buah buku gambar dalam kondisi baru per Peserta
Didik per semester; dan 1 (satu) set alat mewarnai paling sedikit 12 (dua belas) warna
dalam kondisi baru per Peserta Didik per semester.
Sekolah Dasar
 Perlengkapan dasar Peserta Didik meliputi: buku teks pelajaran; dan perlengkapan
belajar
 Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik sebagai berikut: 1 (satu) paket
buku teks pelajaran sesuai dengan kurikulum per Peserta Didik per tahun; dan 1 (satu)
set perlengkapan belajar berupa buku tulis dan alat tulis dalam kondisi baru per
Peserta.
Sekolah Menengah Pertama
 Perlengkapan dasar Peserta Didik pada sekolah menengah pertama meliputi: buku
teks pelajaran; dan perlengkapan belajar.
 Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik berikut: 1 (satu) paket buku
teks pelajaran sesuai dengan kurikulum per Peserta Didik per tahun; dan 1 (satu) set
perlengkapan belajar berupa buku tulis dan alat tulis dalam kondisi baru per Peserta
Didik per semester.
Pendidikan Kesetaraan
 Perlengkapan dasar Peserta Didik kesetaraan meliputi: modul belajar; dan
perlengkapan belajar.
 Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik sebagaimana sebagai berikut:1
(satu) paket modul belajar sesuai dengan kurikulum per Peserta Didik per tahun; dan1
(satu) set perlengkapan belajar berupa buku tulis dan alat tulis dalam kondisi baru per
Peserta Didik per semester.
Sekolah Menengah Atas
 Perlengkapan dasar Peserta Didik sekolah menengah atas meliputi: buku teks
pelajaran; dan perlengkapan belajar.
 Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik sebagai berikut: 1 (satu) paket
buku teks pelajaran sesuai dengan kurikulum per Peserta Didik per tahun; dan 1 (satu)
set perlengkapan belajar berupa buku tulis dan alat tulis dalam kondisi baru per
Peserta Didik per semester.

Sekolah Menengah Kejuruan


 Perlengkapan dasar Peserta Didik pada sekolah menengah kejuruan meliputi: buku
teks pelajaran; dan perlengkapan belajar.
 Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik sebagai berikut: 1 (satu) paket
buku teks pelajaran sesuai dengan kurikulum per Peserta Didik per tahun; dan 1 (satu)
set perlengkapan belajar berupa buku tulis dan alat tulis dalam kondisi baru per
Peserta Didik per semester.
Pendidikan Khusus
 Perlengkapan dasar Peserta Didik pendidikan khusus meliputi: materi ajar sesuai
dengan ragam disabilitas; dan perlengkapan belajar.
 Jumlah dan kualitas perlengkapan dasar Peserta Didik sebagai berikut: 1 (satu) paket
materi ajar sesuai dengan ragam disabilitas dan sesuai dengan kurikulum per Peserta
Didik per tahun; dan 1 (satu) set perlengkapan belajar berupa buku tulis dan alat tulis
dalam kondisi baru per Peserta Didik per semester.

pembiayaan pendidikan.
Pembiayaan pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah dibebankan kepada Pemerintah Daerah untuk:
a. pendidikan dasar; dan
b. pendidikan menengah bagi daerah yang telah melaksanakan wajib belajar 12 (dua belas)
tahun.
Dalam hal daerah yang belum melaksanakan wajib belajar 12 (dua belas) tahun, maka
pembiayaan pendidikan menengah bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah dibebankan kepada Peserta Didik atau orangtua/wali.
Besaran nilai pembiayaan pendidikan yang dibebankan kepada Peserta Didik atau
orangtua/wali untuk pendidikan menengah bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah ditetapkan oleh gubernur sesuai dengan standar biaya yang berlaku di
daerah setempat.
Kepala satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat menetapkan besaran
pembiayaan pendidikan setelah mendapatkan pertimbangan dari komite sekolah.

c. Tata Cara Pemenuhan Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa
Pemenuhan standar satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
mencakup satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, satuan pendidikan
kesetaraan, satuan pendidikan menengah, dan satuan pendidikan khusus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Anak Usia Dini
1. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada pendidikan anak usia dini diberikan
pada setiap awal tahun.
2. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 12
(dua belas) buah buku gambar dikali biaya satuan buku gambar; dan
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set alat mewarnai dikali biaya satuan alat mewarnai.
3. Biaya satuan buku gambar dan biaya satuan alat mewarnai sesuai dengan standar biaya
masing-masing daerah.
Sekolah Dasar
1. Pemenuhan buku teks pelajaran pada sekolah dasar diperuntukkan bagi Peserta Didik
yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik.
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada sekolah dasar diberikan pada setiap
awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket buku teks pelajaran dikali biaya satuan buku teks pelajaran; dan
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis.

Sekolah Menengah Pertama


1. Pemenuhan buku teks pelajaran pada sekolah menengah pertama diperuntukkan bagi
Peserta Didik yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik.
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada sekolah menengah pertama diberikan
pada setiap awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket buku teks pelajaran dikali biaya satuan buku teks pelajaran; dan
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis.

Pendidikan Kesetaraan
1. Pemenuhan modul belajar pada pendidikan kesetaraan diperuntukkan bagi Peserta Didik
yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik.
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada pendidikan kesetaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) diberikan pada setiap awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam satu
tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket modul belajar dikali biaya satuan modul belajar; dan
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis.

Sekolah Menengah Atas


1. Pemenuhan buku teks pelajaran pada sekolah menengah diperuntukkan bagi Peserta
Didik yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada sekolah menengah atas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) diberikan pada setiap awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket buku teks pelajaran dikali biaya satuan buku teks pelajaran; dan
 b. jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis.

Sekolah Menengah Kejuruan


1. Pemenuhan buku teks pelajaran pada sekolah menengah kejuruan diperuntukkan bagi
Peserta Didik yang belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik.
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada sekolah menengah kejuruan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) diberikan pada setiap awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket buku teks pelajaran dikali biaya satuan buku teks pelajaran; dan
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis
Pendidikan Khusus
1. Pemenuhan materi ajar pada pendidikan khusus diperuntukkan bagi Peserta Didik yang
belum terlayani perlengkapan dasar Peserta Didik.
2. Pemenuhan perlengkapan dasar Peserta Didik pada pendidikan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan pada setiap awal tahun.
3. Perhitungan pemenuhan perlengkapan dasar bagi Peserta Didik yang berasal dari keluarga
miskin atau tidak mampu yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam 1
(satu) tahun dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 1
(satu) paket materi ajar sesuai dengan ragam disabilitas dikali biaya satuan materi
ajar; dan
 jumlah Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu dikali 2
(dua) set buku tulis dan alat tulis dikali biaya satuan buku tulis dan alat tulis.

a) Pelaksanaan pemenuhan perlengkapan dasar dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya dapat berupa:
 menyediakan perlengkapan dasar; dan/atau
 memberikan uang tunai untuk pemenuhan perlengkapan dasar kepada Peserta Didik
yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu.
b) Pemenuhan Pelayanan Dasar disesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Pemenuhan pembiayaan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
oleh satuan pendidikan.
d) Pelaksanaan pemenuhan pembiayaan pendidikan bagi Peserta Didik pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah, dilaksanakan dengan cara
pembebasan biaya pendidikan pada satuan pendidikan.
e) Pelaksanaan pemenuhan pembiayaan pendidikan bagi Peserta Didik yang berasal dari
keluarga miskin atau tidak mampu pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat, dilaksanakan dengan cara pemberian uang tunai langsung kepada
penyelenggara satuan pendidikan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
f) Perhitungan pemenuhan pembiayaan pendidikan dari Peserta Didik oleh satuan
pendidikan dilaksanakan dengan cara menghitung jumlah Peserta Didik yang berasal dari
keluarga miskin atau tidak mampu dikali 12 (dua belas) bulan dikali pembiayaan
pendidikan.
g) Pemenuhan standar biaya pribadi sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 diprioritaskan bagi
Peserta Didik yang berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Anda mungkin juga menyukai