Laporan Pendahuluan
No. Kontrak: KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-DBPSDA/2014
Tanggal: 04 juli 2014
Tahun Anggaran 2014
KATA PENGANTAR
Laporan Pendahuluan ini merupakan salah satu kewajiban dari pihak penyedia jasa kepada
pihak pengguna jasa terkait pekerjaan Kajian Strategis SDA Sumatera. Laporan ini berisi
tentang latar belakang masalah, deskripsi lokasi pekerjaan, metodologi yang digunakan dan
rencana kerja dari konsultan.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
4.5 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS) untuk Bidang Sumberdaya Air ...4-
10
4.5.1 Fenomena Umum Pengambilan Keputusan di Bidang Pengembangan Sumberdaya Air ....... 4-10
4.5.2 Komponen Utama Model DSS untuk PengembanganSumber Daya Air .................................. 4-10
4.5.3 Proses Pengambilan Keputusan di Bidang PSDA ..................................................................... 4-12
4.5.4 Faktor Penentu Kesuksesan Pengambilan Keputusan ............................................................. 4-12
4.5.5 Metode Analisis Tersedia......................................................................................................... 4-12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Wilayah Sungai di Pulau Sumatera dan Sekitarnya ....................................1-6
Gambar 1.2 Peta Wilayah Sungai di Provinsi NAD ..................................................................1-7
Gambar 1.3 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Sumatera Utara ...............................................1-8
Gambar 1.4 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Sumatera Barat ................................................1-9
Gambar 1.5 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Riau ............................................................... 1-10
Gambar 1.6 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Jambi............................................................. 1-11
Gambar 1.7 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Bengkulu ....................................................... 1-12
Gambar 1.8 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Sumatera Selatan ......................................... 1-13
Gambar 1.9 Peta Wilayah Sungai di Provinsi Lampung ....................................................... 1-14
Gambar 3.1 Bagan cakupan kegiatan analisis pada Pengembangan Sumberdaya Air ...........3-2
Gambar 4.1 Langkah Pelaksanaan Pekerjaan .........................................................................4-1
Gambar 4.2Representasi skema proses pemodelan dan optimasi sistem .............................4-5
Gambar 4.3 Skema Multi Stage Decision Making Problem ....................................................4-9
Gambar 4.4 Skema model DSS untuk Pengembangan SDA................................................. 4-12
Gambar 4.5 Bagan rumusan masalah pengambilan keputusan dalam AHP ....................... 4-19
Gambar 4.6 Struktur Model Sacramento ............................................................................ 4-21
Gambar 4.7 Contoh pemakaian interbasin transfer pada Ribasim ..................................... 4-24
Gambar 4.8 Skema analisis menggunakan RIBASIM ........................................................... 4-25
Gambar 5.1 Lokasi ketersediaan data Pola PSDA ...................................................................5-2
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : vi DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Data pencatatan hujan di WS Siak ..........................................................................5-2
Tabel 5.2 Data pencatatan hujan WS Belawan Ular Padang ..................................................5-3
Tabel 5.3 Data pencatatan hujan WS Batanghari ...................................................................5-4
Tabel 5.4 Data pencatatan hujan WS Rokan ..........................................................................5-5
Tabel 5.5 Data pencatatan hujan WS INdragiri Akuaman ......................................................5-5
Tabel 5.6 Data pencatatan hujan WS Teramang Muar ..........................................................5-6
Tabel 6.1 Program kerja penyelesaian pekerjaan...................................................................6-1
Tabel 6.2 Jadwal pelaksanaan pekerjaan................................................................................6-2
Tabel 6.3 Jadwal penugasan personil .....................................................................................6-3
Tabel 6.4 Tugas dan tanggungjawab tenaga ahli ....................................................................6-4
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 1-1 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
1 PENDAHULUAN
1.4 SASARAN
Sasaran dari pekerjaan ini, yaitu:
1. Mendokumentasikan kondisi eksisting sumber daya air dan penggunaan air, berdasar
studi dan data yang telah ada;
2. Mengembangkan dan menganalisis skenario masa depan dari tata guna lahan,
sumber daya air dan penggunaan air, termasuk dampak perubahan iklim di Sumatera
dan mengidentifikasi titik rawan (hotspots) keamanan air (berdasarkan kriteria Commented [B3]: Prone areas???
1.5 KELUARAN
Keluaran dari pekerjaan ini, yaitu:
2. Laporan-laporan, meliputi:
a. Laporan RMK 10 (sepuluh) set
b. Laporan Pendahuluan 10 (sepuluh) set
c. Laporan Pertengahan 10 (sepuluh) set
d. Konsep Laporan Akhir 10 (sepuluh) set
e. Laporan Akhir 15 (lima belas) set
f. Album Peta (ATLAS) ukuran A3 (skalamenyesuaikan) sebanyak 5 (lima) set
g. Laporan Ringkas (ExecutiveSummary) 10(sepuluh) set
3. Seluruh Soft copy materi sebanyak 3 (tiga) dalam 3 (tiga) eksternal hardisk dengan
kapasitas masing-masing1 terrabyte.
Pada studi ini, wilayah yang dikaji terbatas pada pulau Sumatera, yaitu 8 provinsi dan 38
Wilayah Sungai. Tanda “striketrhrough” menunjukkan Wilayah Sungai yang bersangkutan
tidak termasuk dalam kajian.
Agar analisis yang dilakukan dapat lebih mendalam dan tajam, wilayah studi dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu: Commented [B4]: Berdasarkan wilayah administrasi
pengelolaan sungai untuk mempermudah koordinasi dalam
pengelolaan.
1. Wilayah Utara, meliputi Provinsi NAD dan Provinsi Sumatera Utara
2. Wilayah Tengah, meliputi Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Barat
3. Wilayah Selatan, meliputi Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai,
yang termasuk Wilayah Sungai Lintas Provinsi di Pulau Sumatera, yaitu:
1. Wilayah Sungai Alas Singkil, meliputi Provinsi NAD dan Sumatera Utara
2. Wilayah Sungai Batang Natal-Batang Batahan, meliputi Provinsi Sumatera Utara dan
Sumatera Barat
3. Wilayah Sungai Rokan, meliputi Provinsi Sumatera Utara - Riau - Sumatera Barat
4. Wilayah Sungai Kampar, meliputi Provinsi Riau – Sumatera Barat
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 1-5 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Adapun untuk Wilayah Sungai Strategis Nasional pada Pulau Sumatera, sebagaimana yang
tertuang dalam Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012, meliputi:
perkebunan berskala besar); DAS Beting, DASTerusan Batang dan DAS Gaung
pada bagian muara sungaiyang didominasi oleh hutan mangrove telah beralih
fungsimenjadi lahan budidaya)
3. Lahan Kritis
Luas lahan kritis di WS Indragiri-Akuaman diperkirakan bertambah menjadilebih dari
375.500 ha. Pembukaan hutan sekunder untuk keperluan lahanpertanian dan kebun
penduduk telah menyebabkan terbentuknya lahanlahankritis oleh karena lahan
garapan tersebut tidak dipelihara dengan baikdan ditinggalkan untuk berpindah ke
lokasi lainnya. Lahan yang ditinggalkanberubah menjadi semak belukar dan alang-
alang, sehingga tidak mampumenahan air lebih lama untuk diresapkan ke dalam
tanah.
a. Akuaman : Tingkatan lahan kritis pada kondisi hingga Tahun 2011telah terjadi
pada DAS-DAS sebagai berikut: DAS Antokan ±8.300 ha; DAS Anai ± 7.200 ha;
DAS Mangor ± 3.400 ha; DASArau ± 2100 ha
b. Indragiri : Tingkatan lahan kritis pada DAS Indragiri terdapat padaDAS Sumani
Lembang, DAS Palangki, DAS Agam, DASSinamar, DAS Ombilin, DAS Lawas,
DAS Kuantan, DASPeranap, DAS Cenako, DAS Gaung, DAS Terusan
Batang,DAS Beting.
4. Pencemaran Air Sungai
Kegiatan industri hulu yang mengolah sumber daya hutan, perkebunan
danpertambangan, seperti industri pengolahan kelapa sawit (PKS),
permukimanpenduduk, kegiatan komersial dan jasa, dan lainnya yang
membuanglimbahnya ke badan sungai telah menurunkan kualitas air
sungai.Pencemaran badan sungai tersebut berdampak terhadap
pemanfaatansumber daya air bagi kebutuhan masyarakat, di mana sebagian
pendudukyang bermukim di tepi sungai bagian tengah WS Indragiri-
Akuamanmemanfaatkannya untuk keperluan rumah tangga. Selain itu, kualitas
airsungai yang tercemar menyulitkan pengembangan budidaya perikanan airtawar.
a. Akuaman : Tingkatan pencemaran air sungai dan danau hinggaTahun 2011
telah terjadi pada DAS-DAS sebagai berikut:DAS Arau, DAS Anai, DAS Air
Dingin, DAS Kuranji, DASAntokan, DAS Mangor, Danau Maninjau
b. Indragiri : Tingkatan pencemaran air sungai dan danau hinggaTahun 2011
telah terjadi pada DAS-DAS sebagai berikut:DAS Sumani-Lembang, Danau
Singkarak, DAS Palangki,DAS Ombilin, DAS Kuantan, DAS Gaung, DAS
TerusanBetung, DAS Beting.
5. Penambangan Liar
Makin maraknya Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) khususnya diWS Indragiri-
Akuaman bagian tengah/di daerah Lubuk Ambacang yang tidakmematuhi
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 2-5 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
mg/L (baku mutu 10 – 25 mg/L). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Sungai
Siak sudah mengalami tingkat pencemaran yang tinggi /cemar berat (Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Riau Tahun 2011). Permasalahan timbul dalam
pemenuhan kebutuhan air rumah tangga, kota dan industri (RKI) di WS Siak, di mana
kualitas airnya yang semakin tercemar, sehingga tidak layak lagi sebagai sumber air
bakuuntuk PDAM.
2. Banjir
Potensi terjadinya banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan di wilayah tengah,
hulu dan di sepanjang DAS. Banjir dan genangan sering terjadi di daerah yang dilalui
Sungai Siak. Kota Pekanbaru menjadi daerah yang sering terkena dampak banjir
Sungai Siak dan luas daerah rawan banjir di Kota Pekanbaru mencapai 8.755 ha
(BalaiWilayah Sungai Sumatera III, Tahun 2011).
3. Lahan Kritis
Pembukaan hutan sekunder untuk keperluan lahan pertanian dan kebun penduduk
telah menyebabkan terbentuknya lahan-lahan kritis. Pembukaan hutan untuk fungsi
lainnya yang beragam berlangsung secara berangsurangsur dan tercatat seluas ±
2,04 juta Ha sampai dengan Tahun 2009 (RTRW Provinsi Riau, 2011). Dari sekian
banyak luasan lahan yang dibuka, peruntukan terbesar yaitu perkebunan kelapa
sawit di mana ratarata pembukaan lahan untuk kelapa sawit dapat mencapai 10.000
ha/tahunnya (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Riau, 2011). Lahan kritis
yang ada di WS Siak sebesar ± 5500 km2, meningkat 50 % dariTahun 2005 yang
sebesar ± 3.600 km2.
4. Kerusakan bantaran dan tebing sungai
Rusaknya tebing ini selain faktor alam (abrasi dan longsor) jugadisebabkan oleh
hempasan gelombang dari lalu lintas kapal yang lewat.Lokasi kerusakan ini bervariasi
karena dipengaruhi juga kondisi tanah ditempat tersebut (diantaranya Kab. Siak,
Kota Pekanbaru dan Kab. Kampar).
5. Sedimentasi Sungai
Adanya sedimentasi pada sungai yang disebabkan oleh material erosi dibagian hulu.
Hal ini akan berdampak pada kapasitas tampung sungai danaktifitas transportasi
(terjadinya pendangkalan sehingga kapal besar tidakbisa berlayar). Dari data BP DAS
Rokan Indragiri Tahun 2010, nilai erosi WSSiak mencapai ± 200 ton/ha/tahun dengan
tingkat sedimentasi sebesar ±400 juta ton/tahun (klasifikasi tingkat erosi berat).
1. Kerusakan DAS
Kerusakan DAS terjadi di Desa Talang Guci I & II Kecamatan Padang Guci seluas 50
ha, Air Bengkenang berupa semak belukarseluas ± 1500 ha.
2. Bencana Banjir
Bencana banjir sering terjadi tiap tahunnya di Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan
dengan luas ± 100 ha dan lama banjir sekitar 5 jam. Selain itu di kejadian banjir juga
sering terjadi Desa Talang Guci I & II Kecamatan Padang Guci Kabupaten Kaur.
Penyebab banjir dikarenakan banyaknya kerusakan hutan di bagian hulu sungai yang
disebabkan karena penebangan liar dan konversilahan menjadi perkebunan sawit.
3. Krisis Air
Krisis air terjadi pada musim kemarau di Kecamatan Seginim, Kecamatan Nipis, dan
Kecamatan Kedurang Kabupaten BengkuluSelatan.
4. Penambangan Liar
Di sepanjang Sungai Nasal banyak terdapat penambangan liar material-material
sungai yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Apabila tidak ditertibkan, akan terjadi
eksploitasi secara besarbesaranyang mengakibatkan rusaknya ekosistem sungai.
5. Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai banyak dijumpai di Sungai Air Manna dan Sungai Air Sarak, baik
pencemaran yang dikarenakan limbah industri, rumah tangga, penambangan liar,
maupun perkebunan sawit. Pencemaran ini perlu segera diatasi karena
mengganggukehidupan biota air di tersebut.
6. Erosi Tebing Sungai
Erosi tebing sungai terjadi di sungai padang guci, air menggerus tebing sungai yang
terdapat jalan provinsi yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dan Provinsi
Lampung. Sehingga perlu segera ditangani agar perekonomian masyarakat tidak
terganggu atauterputus.
7. Abrasi Pantai
Terjadi Abrasi pantai di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur sebagai
daerah pesisir yang mempunyai panjang garis pantai ± 60 km, berpotensi mengalami
kerusakan hutanmangrove dan pesisir.
8. Irigasi
Di Kabupaten Kaur terdapat potensi irigasi dengan luas 7.114 ha, dan yang telah
berfungsi seluas 6.129 ha. Di Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat potensi irigasi
dengan luas 13.808 ha, sudah menjadi sawah seluas 10.595 ha dan belum menjadi
sawah seluas3.196 ha.
9. Perikanan
a. Di muara sahung Kabupaten Kaur terdapat tebat (danau) alami sekitar 70 ha
dan sedang dikembangkan keramba jaringapung.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 2-8 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
1. Ancaman tsunami, gempa, dan intrusi air laut di pesisir baratKabupaten Mukomuko.
2. Kabupaten Mukomuko memiliki kesuburan tanah yang tinggi,sehingga sangat sesuai
untuk pertanian tanaman pangan danperkebunan. Pertanian tanaman pangan
terutama padi tadahhujan, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi kayu.
Perkebunanmeliputi karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi dan teh.
3. Bencana banjir sering terjadi tiap tahunnya di Kecamatan LubukPinang terutama di
Desa Tanjung Alai, Desa Arah Tiga, DesaLubuk Pinang, Desa Sumber Makmur, dan
Desa SP.7. KecamatanXIV Koto di Desa Lubuk Sanai dikarenakan meluapnya
SungaiManjunto. Selain itu banjir juga terjadi di Kecamatan KotaMukomuko yaitu di
Desa Tanah Harapan, Desa Pondok Batu,Tranbandet, Desa Tanah Rekah dan Desa
Bandaratu. KecamatanTeras Terunjam Desa Pondok Kopi dikarenakan
meluapnyaSungai Selagan.
4. Pencemaran sungai dijumpai di Sungai Air Dikit, SungaiManjunto, Sungai Air Rami,
Sungai Air Berau Hilir, SungaiSelagan, dan Sungai Air Ipuh Hilir, baik pencemaran
yangdikarenakan limbah industri, rumah tangga, penambangan liar,maupun
perkebunan sawit. Pencemaran ini perlu segera diatasikarena mengganggu
kehidupan biota air di tersebut.
5. Kerusakan bangunan pengaman tebing terjadi di Sungai MuarKecamatan Ipuh.
Apabila tidak segera ditangani, dikhawatirkanakan mengancam pemukiman
masyarakat dan jalan negara.
6. Terjadi abrasi pantai di Kecamatan Kota Mukomuko, KecamatanAir Dikit, dan
Kecamatan Ipuh (Kabupaten Mukomuko) yangberpotensi mengalami kerusakan
hutan mangrove dan pesisir.
7. Di Kabupaten Mukomuko terdapat potensi irigasi seluas 12.207ha, dan yang telah
berfungsi seluas 6.981 ha. Tetapi sekarang inisudah banyak terjadi alih fungsi lahan
tanaman pangan menjadiperkebunan sawit termasuk pabrik sawit.
8. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan perkotaan masih sangatterkonsentrasi di
Mukomuko Kota.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 2-9 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
1. Degradasi DAS
Berdasarkan pengamatan muka air sungai Batanghari terlihat bahwa terjadi
degradasi DAS di hulu, pada musim kemarau sungai tidak dapat sepenuhnya
digunakan sebagai transportasi air karena muka air yang surut, sedimentasi tinggi
pada muara dan dasar sungai, sehingga beberapa kapal berukuran besar tidak dapat
masuk sungai dan merapat di pelabuhan. Hal tersebut akan mempengaruhi
kondisiekonomi setempat.
2. Penurunan Pelayanan/Kinerja Sarana dan Prasana Irigasi danRawa
Dalam kurun waktu ± 3 - 4 tahun terakhir telah terjadi penurunan fungsi
pelayanan/kinerja sarana dan prasarana jaringan irigasi dan rawa jambi yang
berdampak kepada menurunnya produktifitas areal irigasi dan rawa di propinsi
Jambi, sehingga berdampak kepada penurunan produksi padipada khususnya dan
tanaman pangan pada umumnya.
3. Meningkatnya frekuensi Banjir
Dalam kurun waktu ± 5 tahun terakhir frekuensi banjir pada WS Batanghari
meningkat disertai dengan bertambahnya luas genangan banjir. Hal ini terjadi
sebagai akibat adanyaperubahan tutupan lahan akibat alih fungsi lahan.
4. Semakin Menurunnya Kualitas Air Sungai
Sungai yang ada di WS Batanghari sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai
sumber air baku untuk berbagai kepentingan, namun kualitasnya semakin menurun
sebagai akibat adanya buangan limbah rumah tangga, industri danlainnya.
5. Limbah Pertambangan
Terdapat 27 (dua puluh tujuh) pertambangan yang membuang limbah berbahaya
mengandung unsur mercuri ke sungai, sehingga dapat mencemari air sungai maupun
air tanahdisekitar tepi sungai.
1. Ketahanan Pangan
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 2-10 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
1. Bencana Banjir
Banjir di WS Mesuji-Tulang Bawang menggenangi lahan seluas376.771 ha dengan
lokasi sebagai berikut :
a. Sekitar Pertemuan Way Sesah – Way Rarem di sebelah hilir WadukWay
Rarem seluas 46 ha;
b. Sekitar pertemuan Way Abung – Way Sabuk – Way Rarem di sebelah hilir
pertemuan Way Sesah – Way Rarem (di sebelah hulu Kotabumi)seluas 27.3
ha;
c. Sekitar pertemuan Way Umbar – Way Nakau – Way Rarem (disebelah hilir
Kotabumi) seluas 51 ha
d. Sungai Way Kanan di Kertajaya berdekatan dengan DI Way Nibungdi
Kecamatan Negara Batu, Kabupaten Way Kanan seluas 1.896 Ha
e. Sungai Way Kanan di Kiling-kiling berdekatan dengan DI Hanakan Ilir di
Kecamatan Negara Besar, Kabupaten Way Kanan seluas 1.008Ha
f. Sungai Way Kanan di Gunung Terang berdekatan dengan DI Way Tanjung
Agung di Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten TulangBawang, seluas 1.018
Ha
g. Sungai Way Kanan di Tebing Suluh berdekatan dengan DI Bawang Lambu
Purus di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, KabupatenTulang Bawang,
seluas 1.120 Ha
h. Sungai Way Pidada di Mesuji sebelah hulu Irigasi Rawa Pasang Surut PITU di
Kecamatan Penawar Tama, Kabupaten TulangBawang, seluas 1.562 Ha
i. Sungai Way Kanan di Penawar, berdekatan dengan DI Gelam di Kecamatan
Gedung Aji dan Kecamatan Menggala, Kabupaten TulangBawang, seluas
2.500 Ha
j. Sungai Way Mesuji di Medasari, berdekatan dengan Irigasi Pasang Surut JITU
di Kecamatan Rawa Jitu Selatan, Kabupaten TulangBawang, seluas 1.250 Ha.
2. Penurunan Kualitas Air
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 2-12 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
3 PENDEKATAN
Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan pola pengelolaan sumber daya air,
berdasarkan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah, keseimbangan antara upaya
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia
usaha seluas-luasnya.
Perencanaan pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu unsur dalam penyusunan,
peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah. Selain itu, perencanaan
pengelolaan sumber daya air disusun sesuai dengan prosedur dan persyaratan melalui tahapan yang
ditetapkan dalam standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang mencakup inventarisasi
sumber daya air, penyusunan, dan penetapan rencana pengelolaan sumber daya air.
1. Millenium Development Goals Commented [B6]: MDGs mempunyai target hingga 2015,
sehingga kurang relevan jika dijadikan acuan. MP3EI mungkin
1.2. MP3EI lebih cocok.
GAMBAR 3.1 BAGAN CAKUPAN KEGIATAN ANALISIS PADA PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-1 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
4 METODOLOGI
Pengumpulan data hidrologi dilakukan untuk keperluan input model. Data ini sangat vital
perannya dan dapat bersumber dari BMKG, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai
Besar/ Balai Wilayah Sungai, Dinas Sumber Daya Air, dsb.
dampak terhadap lingkungan, seperti polusi, kerusakan tebing sungai dan lain
sebagainya.
6. Erosi tebing sungai
Erosi tebing sungai terjadi karena tidak terkendalinya daya rusak air. Rusaknya
tataguna lahan di hulu menyebabkan hidrograf banjir naik cepat dan kecepatan
aliran sungai juga menjadi lebih cepat.
7. Waduk
Waduk pada dasarnya berfungsi untuk menampung air pada saat kelebihan dan
meregulasinya pada saat kekurangan. Penggunaan air waduk dapat untuk
pemenuhan kebutuhan domestik, perkotaan, industri, pertanian, pembangkit listrik
dan lain sebagainya.
Rekayasa sistem juga membantu proses pembuatan keputusan dengan cara seleksi
kebijakan alternatif terbaik menggunakan simulasi dan Teknik optimasi.
Model matematik umumnya digunakan untuk mendapatkan cara terbaik dalam mengatur
(controlling) atau mengelola (management) sebuah sistem fisik.
Untuk itu model matematik yang dibuat harus semirip/sedekat mungkin dengan sistem yang
dimodelkan. Kriteria umum untuk hal ini adalah keluaran model dan keluaran sistem nyata
harus identik.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-5 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Solusi yang diperoleh dari penyelesaian model matematik dapat diaplikasikan pada sistem
fisik yang sesungguhnya. Dalam menerapkan stategi penyelesaian persoalan kita dapat
menempuh dengan pendekatan optimasi, simulasi atau gabungan keduanya. Hasil akhir
dari prosedur di atas hádala keputusan optimal terkait dengan pengendalian dan/atau
pengelolaan sebuah sistem.
Prosedur penetapan nilai sejumlah variable keputusan (decision variables) sesuai dengan
fungsi tujuan (objective function) yang diinginkan (maximize or minimize) dan memenuhi
batasan-batasan (contraints) yang berlaku pada sistem yang ditinjau.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-6 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
1. Calculus Method,
Optimasi dengan menggunakan metode kalkulus merupakan cara klasik yang dapat
dipergunakan untuk menentukan nilai optimal dari suatu fungsi kontinyu dan diferensiable
(dapat diturunkan/dideferensialkan). Metode analitis ini menggunakan prinsip diferensial
kalkulus untuk menemukan lokasi titik-titik optimum. Dengan algoritme tersebut, metode
ini terbatas keberlakuannya hanya untuk pemakaian praktis, oleh karena beberapa
persoalan dapat melibatkan fungsi tujuan yang tidak bersifat kontinyu atau tidak dapat
dideferensialkan. Commented [B7]: Sebutkan teknik optimasi yang digunakan
dalam pekerjaan ini!!!
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-7 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
OF: max Z = f ( X1, X2, X3, ... , Xn ) ataumin Z = f ( X1, X2, X3, ... , Xn )
dimana :
Xi = decision variables,
bi = parameter model,
Model program linier dapat diterapkan untuk kasus optimasi dengan jumlah variabel dan
perumusan kendala yang cukup banyak. Hanya saja model ini terbatas pada kasus yang
perumusan fungsi tujuan dan kendalanya mempunyai bentuk hubungan linier.
Untuk kasus dengan n variabel dan m fungsi kendala bentuk standar perumu-san model
matematik adalah sebagai berikut ini.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-8 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Max Z C1 X 1 C2 X 2 Cn X n
sedemikian hingga dipenuhi:
Secara umum problem demikian dikatakan bersifat multi-tahap, yang mana tercakup
keharusan untuk dapat menetapkan nilai-nilai optimal dari variable keputusan untuk setiap
tahapnya. Kasus demikian dikenal dengan istilah “multi-stage decision making problem“.
Penetapan keputusan optimal dapat dilakukan dengan mengevaluasi hasil yang diperoleh
(return) apabila dilakukan suatu tindakan penetapan suatu nilai variable yang memenuhi
batasan persoalan (feasible region) berdasarkan faktor penentu atau kondisi (state) yang
ditinjau pada setiap tahap (stage) evaluasi.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-9 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Decision variable: variabel yang harus dicari/diputuskan nilainya pada setiap stage (debit
release waduk, alokasi suplai air, tingkat purifikasi instalasi pengolah limbah, banyaknya
pompa air, dll.).
State variable: variabel yang menyatakan keadaan sistem pada setiap stage sebagai akibat
dari penetapan nilai variable keputusan (decision variable) yang diambil pada stage
sebelumnya (misal: tampungan awal waduk, ketersediaan dana proyek, dll.).
State return: ukuran dari efektifitas penentuan keputusan optimal pada setiap stage yang
secara umum merupakan fungsi dari state awal, state akhir dan nilai keputusan variabel
terpilih (harga jual air, pembangkitan enerji listrik, tingkat pengendalian banjir, dll.)
“Bagaimana rangkaian keputusan X1,X2,... Xn, untuk sejumlah n tahap (stage) agar
memberikan hasil [r1(X1),r2(X2)....rn(Xn)] yang optimal untuk sembarang state yang mungkin
terjadi pada setiap tahap problem (stage i) ?”
Misal dikehendaki agar jumlah kumulatif nilai return (ri) maksimal, maka fungsi tujuan
n
Max Z ri ( X i )
i 1
1. Persoalan dipisahkan kedalam beberapa tahapan (stage) yang mana pada tiap tahap
diperlukan kebijakan dalam menetapkan keputusan.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-10 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
dimana:
fi(Si) = hasil optimal yang diperoleh dari stage i, i+1, i+2,..., n jika pada stage i sistem
berada pada state Si.
ri(Si,Xi) = hasil yang diperoleh pada stage i jika sistem pada stateSi dan
keputusan yang diambil adalah Xi.
fi+1(Si+1) = hasil optimal yang diperoleh dari stage i+1, i+2,...n jika pada stage i+1
sistem berada pada stateSi+1.
4.5.2 KOMPONEN UTAMA MODEL DSS UNTUK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-11 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Dari hasil evaluasi tersebut dapat dihitung nilai manfaat kolektif (CU) untuk setiap alternatif.
Selanjutnya dapat dibandingkan nilai CU relatif dari masing-masing alternatif, untuk dapat
ditentukan alternatif mana yang paling baik berdasarkan kriteria yang digunakan.
Nilai CU merupakan jumlah kumulatif dari perkalian antara nilai faktor bobot dan indeks
nilai yang diberikan untuk masing-masing kriteria dalam melakukan evaluasi kelayakan
setiap alternatif. Proses hitungan akan menjadi sederhana dengan menggunakan cara
matrik.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-14 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Langkah-langkah penyelesaian
Z ij min Z ij
bij ; o bij 1
max Z ij min Z ij
(2) Tentukan nilai faktor bobot untuk setiap kriteria atau tujuan 1, 2, ...n.
n
CU j bij
i 1
(4) Prioritas alternatif didasarkan pada nilai CUj dan pilih alternatif dengan nilai CU besar
Jika terdapat beberapa solusi (alternatif proyek), efektifitas dapat diukur dengan metode
CU.
Untuk menerapkan metode CE perlu diketahui (ditetapkan) terlebih dahulu batas maksimal
biaya (financial constraint), K dan efektifitas tiap alternatif (W).
Aturan :
Jika batas nilai K diberikan, dipilih solusi dengan nilai W maksimum dan biaya
minimum.
Jika nilai W diberikan, pilih solusi dengan biaya minimum dan paling dekat dengan W
atau W yang maksimum.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-15 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Titik optimal adalah titik pada kurva transformasi yang mempunyai jarak terhadap Q yang
minimum. Jadi harus dicari nilai Lj minimum.
1. Euclidean Distance
0.5
2 2
min L j Z iQ Z ij
j
i 1
2. Normalized Distance
Jika masing-masing tujuan atau objective mempunyai batas interval ukuran yang berbeda,
maka perlu dilakukan penyeragaman (normalisasi).
2
ZiQ Zij
2 0.5
min L j
j i 1 Zi max Zi min
Cara ini diterapkan apabila masing-masing tujuan mempunyai bobot prioritas yang tidak
sama.
2
i Z iQ Z ij
0.5
2
min L j
j i 1 Z Z
i max i min
4. Generalized Distance
p = 1 → collective utility
4.5.5.4 E LECTRE I
Metode Electre I untuk penentuan beberapa alternatif yang dipandang mempunyai prioritas
lebih besar diantara banyak alternatif.
Hasil akhir bukan urutan prioritas alternatif, tetapi kelompok alternatif yang dapat dianggap
lebih layak untuk dipertimbangkan diantara banyak alternatif (Kernel).
Untuk dapat menentukan urutan dan arah operator R untuk setiap pasangan alternatif
digunakan ukuran kriteria dan prosedur hitungan sebagai berikut ini.
Prosedur Umum
Dengan menggunakan metode AHP keputusan-keputusan dapat lebih cermat dan dapat
dipertanggungjawabkan, karena struktur logikanya jelas. Namun demikian ada kalanya data
tidak lengkap sehingga nilai dalam suatu kriteria yang dituntut harus ditetapkan secara
subyektif. Hal ini dapat dikatakan merupakan bagian dari kebijakan/policy pengambil
keputusan.
Walaupun unsur subyektifitas kadang kala tidak dapat dihindari, namun paling tidak metode
ini melokalisir subjektifitas sehingga pengaruhnya pada tindakan pengambilan keputusan
dapat dikendalikan.
meningkatkan koherensi antara respon hidrologi DAS yang teramati dan tersimulasi. Validasi
adalah proses evaluasi terhadap model untuk meningkatkan gambaran tentang tingkat
ketidakpastian oleh suatu model dalam memprediksi proses hidrologi.
Metode Sacramento ini ideal digunakan untuk simulasi DAS dengan ukuran besar (>1.000
km2). Data-data yang diperlukan dalam simulasi model Sacramento adalah:
Pada dasarnya model Sacramento ini mengacu pada persamaa water balance, yaitu:
1. Air terkekang
2. Air bebas
3. Aliran permukaan
4. Drainase lateral
5. Evapotranspirasi
6. Drainase vertikal (perkolasi)
Keterangan:
Parameter model:
RSERV = fraksi air bebas pada lower zone tidak terpindahkan ke air terkekang lower
zone
SIDE = rasio resapan menuju baseflow
ET Demand = ET demand harian (mm/hari)
PE Adjust = faktor penyesuaian PE masing-masing bulan
Variabel:
Java Spatial Model (JSM) adalah sebuah aplikasi untuk Sistem Dukungan Keputusan
(Decision Support System/DSS). aplikasi ini menerapkan prinsip desain utama dengan
merancang model Tata Ruang Pulau Jawa yang terdiri dari tiga sub-model terpisah (model
sosio-ekonomi, model tata ruang dan postprocessor untuk indikator ruang, air dan
pertanian). Sub-model sosial-ekonomi telah dikembangkan untuk menghitung jumlah masa
depan dan jenis kegiatan oleh kabupaten. Model Alokasi Tata Ruang telah dikembangkan
untuk mengalokasikan pertumbuhan kegiatan unit spasial, yaitu di tingkat desa.
Struktur ber-layer untuk menangkap tren spasial yang berbeda dari sentralisasi pada
tingkat interregional dan suburbanisasi (atau desentralisasi) di suatu daerah;
Pemodelan dinamis dan menggunakan langkah waktu satu tahun, hal ini
mencerminkan sifat inkremental perubahan spasial dan memungkinkan ke
pengembangan model ketergantungan jalur waktu;
Fitur kunci dari model ini adalah detil spasial, model ini mampu menghitung dampak
pada distribusi spasial penduduk/pekerjaan dan terkait penggunaan lahan dari
skenario perubahan sosial ekonomi yang berbeda (atau demografi) danatau
kebijakan di tingkat unit desa;
Struktur fleksibel dengan modul berinteraksi, karena tidak ada kerangka kerja yang
kaku telah digunakan untuk komponen pemodelan individu dapat
ditingkatkan/diperbarui tanpa mengubah seluruh pemodelan.
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-23 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Kelebihan dari Ribasim adalah tampilan interaktif yang dapat dengan mudah memberikan
informasi imbangan/alokasi air pada suatu daerah (Water District) dalam suatu wilayah
sungai.Adapun kekurangan dari Ribasim adalah adanya batasan jumlah node/link dalam
software RIBASIM termasuk salah satu kelemahan software, yang perlu diantisipasi sebelum
software digunakan pada suatu wilayah sungai (Korgt Der Van W.N.M., 2003).
Skema analisis menggunakan Ribasim dapat dilihat pada Gambar 4.8. Input data dari
RIBASIM, yaitu:
1. Data Hujan
2. Evapotranspirasi
3. Data Pencatatan Debit
4. Peta Informasi Lahan
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 4-24 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
5. Data Penduduk
6. Data Karyawan Industri
7. Data Ternak
8. Data Perikanan
9. Data irigasi
Data yang mempunyai variabel rentang waktu yang sudah diperoleh hingga saat ini adalah
data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Data tersebut adalah data PODES 2008
dan PODES 2011. Informasi yang ada di data PODES yang dapat digunakan untuk analisa
spasial adalah :
1. Data populasi,
2. Jumlah rumah tangga,
3. Jumlah tenaga kerja,
4. Data produk domestik bruto,
5. Data migrasi
Selain itu, data lain yang telah dikumpulkan untuk keperluan analisa spasial, yaitu:
1. WS Belawan-Ular-Padang
2. WS Toba Asahan
3. WS Siak
4. WS Nasal-Padang-Guci
5. WS Teramang Muar
6. WS Seputih Sekampung
7. WS Mesuji Tulangbawang
8. WS Jambo Aye
9. WS Rokan
10. WS Indragiri Akuaman
11. WS Batanghari
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 5-2 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Dari studi literatur terhadap dokumen-dokumen POLA yang telah ditetapkan diperoleh
rentang waktu data sumber daya air yang digunakan untuk menyusun dokumen POLA
tersebut. Dari 11 dokumen POLA WS di Pulau Sumatera yang telah ditetapkan, 8 dokumen
mencantumkan rentang waktu data sumber daya air yang digunakan.
WS Siak
2001 √ √ √ √
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 5-3 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
WS Siak
2002 √ √ √ √
2003 √ √ √ √
2004 √ √ √ √
2005 √ √ √ √
2006 √ √ √ √
2007 √ √ √ √
2008 √ √ √ √
2009 √ √ √ √
2010 √ √ √ √
Tahun Sta.
Sta. Bangun Sta.
Sta Deli Muda Sta. Saentis Sta. Silinda Pulau
Bandar Pabatu
Tagor
1998 √ √ √ √ √ √
1999 √ √ √ √ √ √
2000 √ √ √ √ √ √
2001 √ √ √ √ √ √
2002 √ √ √ √ √ √
2003 √ √ √ √ √ √
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 5-4 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Tahun Sta.
Sta. Bangun Sta.
Sta Deli Muda Sta. Saentis Sta. Silinda Pulau
Bandar Pabatu
Tagor
2004 √ √ √ √ √ √
2005 √ √ √ √ √ √
2006 √ √ √ √ √ √
2007 √ √ √ √ √ √
DAS Batanghari
Tahun
DAS Batanghari Hulu DAS Batanghari Tengah Batanghari Hilir
1992 √ √
1993 √ √ √
1994 √ √ √
1995 √ √ √
1996 √ √ √
1997 √ √ √
1998 √ √ √
1999 √ √ √
2000 √ √ √
2001 √ √ √
2002 √ √ √
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 5-5 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
WS Teramang Muar
1980 √ √
1981 √ √ √ √ √
1982 √ √ √ √ √ √
1983 √ √ √ √ √ √ √ √
1984 √ √ √ √ √ √ √ √
1985 √ √ √ √ √ √ √ √
1986 √ √ √ √ √ √ √ √
1987 √ √ √ √ √ √ √
1988 √ √ √ √ √ √ √
1989 √ √ √ √ √ √ √ √
1990 √ √ √ √ √ √ √ √
1991 √ √ √ √ √ √ √ √
1992 √ √ √ √ √ √ √ √
1993 √ √ √ √ √ √ √ √
1994 √ √ √ √ √ √ √ √
1995 √ √ √ √ √ √ √ √
1996 √ √ √ √ √ √ √ √
1997 √ √ √ √ √ √ √ √
1998 √ √ √ √ √ √ √ √
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 5-7 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
WS Teramang Muar
1999 √ √ √ √ √ √ √ √
2000 √ √ √ √ √ √ √ √
2001 √ √ √ √ √ √
2002 √ √ √ √ √ √
2003 √ √ √ √ √ √ √ √
2004 √ √ √ √ √ √ √ √
2005 √ √ √ √ √ √ √ √
2006 √ √ √ √ √ √ √ √
2007 √ √ √ √ √ √ √ √
2008 √ √ √ √ √ √ √
2009 √ √ √ √ √ √ √
2010 √ √ √ √ √ √
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan No. Kontrak:
Rev. : 0 KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-
Hal. : 6-1 DBPSDA/2014
Tahun Anggaran 2014
Target
No Item Penanggungjawab
Minggu Bulan
A Tahap I
1 Pengumpulan data studi terdahulu Koordinator Wilayah 2 1
2 Pengadaan Peta Ahli GIS 2 1
3 Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Ahli Sosial Ekonomi 2 1
4 Pengumpulan Data RTRW Koordinator Wilayah 2 1
5 Pengumpulan data terkait konservasi lingkungan Ahli Konservasi 2 1
6 Pengumpulan data regulasi terkait SDA Koordinator Wilayah 2 1
7 Pengumpulan data hidrologi Ahli Pem. Hidrologi 2 1
8 Identifikasi dan inventarisasi isu-isu kritis Koordinator Wilayah 4 1
B Tahap II
1 Simulasi aliran sungai pada WS terpilih Ahli Pem. Hidrologi 4 2
2 Verifikasi tataguna lahan eksisting Ahli GIS 4 2
3 Simulasi prediksi perubahan tataguna lahan Ahli GIS 2 3
4 Penyusunan Sumatera Spatial Model Ahli Perenc. Ruang 4 4
5 Identifikasi & penyiapan skenario pengembangan Koordinator Wilayah 4 4
6 Simulasi dan optimasi Ahli Pem. Hidrologi 4 5
C Tahap III
1 Penyusunan strategi pengem. man. dan invest. Koordinator Wilayah 4 6
2 Penyusunan rencana aksi Koordinator Wilayah 4 6
3 Penyusunan strategi komunikasi dan multimedia Koordinator Wilayah 4 6
4 Sosialisasi dan penjaringan masukan akhir Koordinator Wilayah 2 7
5 Finalisasi dan rekomendasi Team Leader 4 7
D Pelaporan
1 Laporan RMK Team Leader 2 1
2 Laporan Pendahuluan Team Leader 4 1
3 Laporan Pertengahan Team Leader 2 4
4 Konsep Laporan Akhir Team Leader 3 7
5 Laporan Akhir Team Leader 4 7
6 Album Peta Ahli GIS 4 6
7 Laporan Ringkas Team Leader 4 7
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan
No. Kontrak:
Rev. : 0
KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-DBPSDA/2014
Hal. : 6-2
Tahun Anggaran 2014
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Commented [B11]: Tahapan yang sudah dilaksanakan beri
No Item
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 warna yang berbeda untuk membedakan tahapan kegiatan yang
A Tahap I sudah selesai dan yang akan dilaksanakan.
1 Pengumpulan data studi terdahulu
2 Pengadaan peta
3 Pengumpulan data sosial ekonomi
4 Pengumpulan data RTRW
5 Pengumpulan data terkait konservasi dan lingkungan
6 Pengumpulan data regulasi terkait SDA
7 Pengumpulan data hidrologi
8 Identifikasi dan inventarisasi isu-isu kritis
B Tahap II
1 Simulasi aliran sungai pada WS terpilih
2 Verifikasi tataguna lahan eksisting
3 Simulasi prediksi tataguna lahan
4 Penyusunan Sumatera Spatial Model (SSM)
5 Identifikasi dan penyiapan skenario pengembangan
6 Simulasi dan optimisasi
C Tahap III
1 Penyusunan strategi pengembangan, man. & investasi
2 Penyusunan rencana aksi
3 Perumusan strategi komunikasi dan multimedia
4 Sosialisasi dan penjaringan masukan akhir
5 Finalisasi dan Rekomendasi
D Pelaporan dan Diskusi
1 Laporan RMK
2 Laporan Pendahuluan
3 Laporan Pertengahan
4 Konsep Laporan Akhir
5 Laporan Akhir
6 Album Peta
7 Laporan Ringkas
8 Workshop
9 Asistensi dengan Puslitbang SDA
10 Diskusi Laporan Pendahuluan
11 Diskusi Laporan Antara
12 Diskusi Laporan Akhir
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan
No. Kontrak:
Rev. : 0
KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-DBPSDA/2014
Hal. : 6-3
Tahun Anggaran 2014
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5
No Posisi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
A Tenaga Ahli
1 Ketua tim
2 Koordinator Wilayah
3 Ahli Pemodelan Hidrologi dan Tata Air
4 Ahli Database GIS
5 Ahli Konservasi/Pengelolaan DAS
6 Ahli Sosial Ekonomi
7 Ahli Pemodelan/Perencanaan Ruang
B Asisten Tenaga Ahli
1 Asisten Ahli Database dan GIS
2 Asisten Ahli Pemodelan Hidrologi dan Tataair
3 Asisten Ahli Pemodelan/Perencanaan Ruang
4 Asisten Pengelolaan Sumber Daya Air
C Tenaga Pendukung
1 Sekretaris/Administrator
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan
No. Kontrak:
Rev. : 0
KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-DBPSDA/2014
Hal. : 6-4
Tahun Anggaran 2014
No Personil Tugas
1 Ketua Tim Melakukan fungsi koordinasi dan supervisi / pengawas internal Tim Konsultan untuk seluruh pekerjaan, baik
pekerjaan lapangan maupun pekerjaan analisa dan kantor selama 5,5 bulan penuh sampai dengan pekerjaan
dinyatakan selesai.
Memberi petunjuk dan pengarahan kepada masing-masing anggota tim sesuai bidang tugasnya.
Melakukan mekanisasi kerja eksternal yang menyangkut tindakan diskusi atau rapat dengan Pihak Direksi untuk
kemudian diteruskan sebagai bahan arahan kerja semua tim.
Membuat pedoman dan catatan perencanaan yang akan digunakan seluruh anggota tim dalam merencanakan
pekerjaan yang ditugaskan.
Menjalankan tugas keseluruhan, menerus dan koordinatif.
2 Koordinator Wilayah/ Mengkoordinir tenaga ahli dalam menyelesaikan tugas pada masing-masing wilayah
Ahli PSDA Melaporkan perkembangan kegiatan pada masing-masing wilayah kepada Team Leader
Mengkoordinir pengumpulan data studi terdahulu
Mengkoordinir pengumpulan data RTRW
Mengkoordinir pengumpulan data terkait regulasi SDA
Mengkoordinir identifikasi dan inventarisasi isu-isu kritis
Mengkoordinir identifikasi dan persiapan skenario pengembangan
Mengkoordinir penyusunan strategi pengembangan dan investasi
Mengkoordinir penyusunan rencana aksi
Mengkoordinir penyusunan strategi komunikasi dan multimedia
Mengkoordinir sosialisasi dan penjaringan masukan akhir
Mengarahkan Asisten Ahli PSDA dalam melaksanakan tugas terkait Pengelolaan SDA seperti:
Kajian Strategis SDA Sumatera
Judul : Laporan Pendahuluan
No. Kontrak:
Rev. : 0
KU.03.01/ADENDUM KONT-02/SATKER-DBPSDA/2014
Hal. : 6-5
Tahun Anggaran 2014
No Personil Tugas
o Inventarisasi data pengelolaan SDA
o Melakukan analisis kebutuhan air
o Pembuatan laporan
No Personil Tugas
Perumusan strategi komunikasi dan multimedia
LAMPIRAN
PETA WILAYAH SUNGAI DI PULAU SUMATERA
(Sumber : Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2012)