REPRODUKSI BETINA
KELOMPOK II :
1. CLEMENTINA ASUAT (1706050085)
2. JUNIRIUS HALLA (1706050080)
3. ELFINTA ALAUKABELI (1706050121)
4. MEGADIANA KASE (1606050050)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2019
REPRODUKSI BETINA
I.PENDAHULUAN
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat
penting yang terjadi secara proses biologis untuk menghasilkan keturunan.
Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah. Oleh karena itu,
perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan
jenis suatu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang disebut
reproduksi (Urogenital).
Reproduksi dapat terjadi secara generative atau vegetatif. Reproduksi
secara vegetatif tidak melibatkan proses pembentukan gamet, sedangkan
reproduksi generatif diawali dengan pembentukan gamet.
Sistem reproduksi vertebrata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran
reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamalia) dan organ
kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi
betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu dan saluran
reproduksi betina. Pada mamalia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva)
dan kelenjar susu.
II. PENYAJIAN
Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang
melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila
makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki
seksual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin,
alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat
berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina
terdiri atas ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima
telur-telur yang diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke
tempat implantasi yaitu uterus, tetapi juga menerima sperma dan
membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk.
Pada mamalia, ovarium dan bagian duktus dari sistem reproduksi
berhubungan satu dengan yang lain dan melekat pada dinding tubuh dengan
sebuah seri dari ligamen-ligamen. Ovarium menerima suplai darah dan suplai
saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Oviduk berada di dalam
lipatan mesosalpink, sedangkan mesosalpink melekat pada ligamen ovarium.
Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan
gubernakulum testis. Bagian ligamen ini membentuk ligamen bulat pada
uterus yang kemudian melebarkan diri dari uterus ke daerah inguinal.
Sistim reproduksi hewan betina terdiri dari sepasang ovarium dan sistim
duktus (saluran) betina. Sistim duktus betina meliputi oviduct, uterus, cervix,
vagina, dan vulva. Embrional ovarium berasal dan secondary sex cord dan
genital ridge, sedangkan sistim duktus dan mullerian ducts, yaitu sepasang
duktus yang muncul saat perkembangan embrio awal.
Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga
pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra
coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh
ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi
menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.
A. STRUKTUR OVARIUM
B. OVIDUK
2. Myometrium
Myometrium merupakan lapisan otot yang disusun oleh kumpulan otot
polos. Bagian dalam lapisan ini kebanyak disusun oleh otot yang
berbentuk sirkuler “melingkar”, sedangkan bagian luarnya berbentuk
longitudinal dan diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan oblik
“lapisan paling kuat dan mengandung banyak pembuluh darah”.
Myometrium merupakan lapisan dinding yang paling tebal dari uterus,
fungsinya juga sangat penting pada masa pertumbuhan dan perkembangan
janin.
3. Perimetrium
Perimetrium merupakan lapisan terluar dari uterus, lapisan ini juga sering
disebut dengan lapisan serosa. Perimetrium merupakan membran berlapis
ganda yang akan berlanjut ke abdomen dan disebut peritoneum.
Uterus sebenarnya terapung didalam rongga pelvis, untuk mendukung
posisinya tersebut ada beberapa jaringan ikat dan ligamentum yang
menjadi penyokongnya sehingga dapat terfikasasi dengan baik.
Fungsi utama dari uterus adalah sebagai tempat pertumbuhan dan
perkembangan dari hasil pembuah sel ovum oleh sel sperma. Hasil fertilisasi
ini akan tumbuh dan berkembang menjadi janin, ukurannya akan terus
bertambah hingga tiba waktunya melahirkan.
Uterus juga berfungsi untuk mengalirkan darah ke organ seksual selama
berhubungan intim. Uterus juga dapat mempermuah proses persalinan dengan
kontraksi otot-otot penyusunnya.
D. SERVIKS
Servix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai
pintu masuk ke dalam uterus karena dapat terbuka dan tertutup dan tergantung
pada fase siklus birahi hewan. Serviks memiliki dinding yang sangat tebal
terletak diujung uterus dan diujung vagina, pada serviks terdapat cairan yang
berfungsi membantu jalannya spermatozoa.
Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya
sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan
sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu
mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran dapat
melaluinya pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995).
Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup
kemungkinan untuk masuknya mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai
tempat reservoir spermatozoa.
E. VAGINA
Pada sapi terdapat beberapa fase utama dalam siklus estrus yaitu fase
Proestrus, Fase Estrus, Fase Metestrus, dan Fase Diestrus.
1. Fase Proestrus
Fase Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya
progesteron serta melanjut sampai terjadinya fase estrus selama 1-3 hari.
Akibat kehilangan hambatan progesteron, GnRH meningkat dan
menyebabkan stimulasi LH dan FSH. FSH menyebabkan maturasi akhir
folikel yang tumbuh. Folikel yang tumbuh menghasilkan estrogen oleh sel-
sel granulosa dan sel theka interna. Fase ini dianggap sebagai fase
penumpukan. Dalam fase ini folikel ovarium dengan ovumnya yang
menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang
berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran
darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital
dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi.
2. Fase Estrus
Fase Estrus didefinisikan sebagai periode waktu ketika betina resepsif
terhadap jantan dan akan membiarkan untuk dikawini (Anonim, 2003a).
Menurut Frandson (1993), fase estrus ditandai dengan sapi yang berusaha
dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva dan
peningkatan sirkulasi sehingga tampak merah.
Lama estrus pada sapi sekitar 12-24 jam. Estrus pada sapi biasanya
berlangsung selama 12 – 18 jam. Variasi terlihat antar individu selama
siklus estrus, pada sapi-sapi di lingkungan panas mempunyai periode estrus
yang lebih pendek sekitar 10-12 jam. Selama atau segera setelah periode
ini, terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam
darah dan penaikan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi, folikel membesar
dan turgid serta ovum yang ada di situ mengalami pemasakan. Estrus
berakhir kira-kira pada saat pecahnya folikel ovari atau terjadinya ovulasi.
3. Fase Metestrus
Fase Metestrus adalah fase pasca ovulasi di mana corpus luteum berfungsi.
Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH (Luteotropik
Hormon) yang disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat
penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari.
Selama metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai
terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus
hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah
menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau CL. Fase ini
sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh
korpus luteum. Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih 10-12 jam
sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah birahi. Metestrus terjadi
2-4 hari pada siklus estrus.
4. Fase Diestrus
Fase Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus
luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran
reproduksi menjadi nyata. Pada sapi dimulai kira-kira sampai hari ke-5
siklus, ketika suatu peningkatan progesteron dalam darah dapat dideteksi
pertama kali, dan berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari 16 dan
17.
I. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Reproduksi Betina
Faktor – faktor yang mempengaruhi reproduksi betina, yaitu faktor
lingkungan, hormonal, genetik, dan infeksi penyakit. Faktor – faktor
tersebut dapat menganggu proses reproduksi pada berbagai kondisi. Akibat
gangguan proses reproduksi tersebut menyebabkan anestrus, infertilitas
akibat kegagalan fertilisasi dan kematian embrio dini, kematian embrio,
kematian fetus, kematian perinatal, dan neonatal.
III. RANGKUMAN
Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat
penting. Tanpa kemampuan tersebut, suatu jenis hewan akan punah.
Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan
seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup
khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah memasuki seksual maturity atau
dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya
akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak
jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas ovarium dan
sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang
diovulasikan oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu
uterus, tetapi juga menerima sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi
yaitu oviduk.
Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga
pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra
coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os coxae. Os coxae dibentuk oleh
ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina dapat dibagi
menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.
SIKLUS MENSTRUASI
Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen
atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia,
hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause.
Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata besar,
sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus
Siklus Estrus
Pada hewan betina sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi
telah dimulai, estrus akan terjadi pada hewan betina yang tidak bunting
menurut suatu siklus yang teratur dan khas. Estrus atau birahi adalah periode
atau waktu hewan betina siap menerima pejantan untuk melakukan
perkawinan. Interval waktu antara timbulnya satu periode estrus kepermulaan
periode estrus berikutnya disebut siklus estrus. Saluran reproduksi hewan
betina akan mengalami perubahan-perubahan pada interval-interval tersebut.
Siklus estrus dikontrol secara langsung oleh hormon-hormon ovarium dan
secara tidak langsung oleh hormon-hormon adenohipofise.
Fase-fase Siklus Estrus
Menurut perubahan-perubahan yang kelihatan maupun yang tidak
kelihatan selama siklus estrus maka siklus estrus dibedakan menjadi empat fase
yaitu proestrus, estrus, metestrus/postestrus, dan diestrus. Pembagian yang lain
berdasarkan perkembangan folikel dan pengaruh hormon maka siklus estrus
dibedakan menjadi fase folikuler atau estrogenik yang meliputi proestrus dan
estrus, serta fase luteal atau progestational yang terdiri atas
metestrus/postestrus dan diestrus. Lama berbagai periode siklus estrus pada
beberapa hewan tercantum pada Tabel 8. Secara umum, siklus birahi pada babi,
sapi, dan kuda berkisar antara 20—21 hari, sedangkan pada domba 16—17
hari.
Faktor – faktor yang mempengaruhi reproduksi betina, yaitu faktor
lingkungan, hormonal, genetik, dan infeksi penyakit. Faktor – faktor tersebut
dapat menganggu proses reproduksi pada berbagai kondisi. Akibat gangguan
proses reproduksi tersebut menyebabkan anestrus, infertilitas akibat kegagalan
fertilisasi dan kematian embrio dini, kematian embrio, kematian fetus,
kematian perinatal, dan neonatal.
IV. SOAL
1. Jelaskan secara singkat faktor – faktor yang mempengaruhi siklus Estrus !
2. Jelaskan fase – fase dalam siklus menstruasi !
3. Jelaskan bagaimana fase- fase siklus estrus yang terjadi pada Sapi !
4. Jelaskan bagian-bagian dari tuba fallopi (oviduk) !
5. Jelaskan tiga bagian dari lapisan uterus !
V. JAWAB
1. Siklus Estrus adalah perubahan fisiologis yang terjadi secara berkala pada
kebanyakan hewan mamalia betina akibat hormone – hormone reprduksi.
Siklus ini dimulai setelah betina matang secara seksual. Faktor – faktor yang
mempengaruhi siklus estrus yaitu :
a. Keadaan makanan dan keadaan sekeliling yang baik dapat menimbulkan
lebih banyak berahi pada hewan yang monoestrus atau diestrus,
misalnya pada anjing yang umumnya hanya dua kali mengalami siklus
estrus dalam satu tahun, dapat mengalami siklus estrus lebih dari dua
kali dalam setahun. Pada domba dan babi dikenala “flushing” yaitu
pemberian makananyang berlebihan sebelum musim berahi, sehingga
dicapai masa berahi yang dipercepat . Sebaliknya setiap kekurangan
makanan yang hebat, sehingga mengakibatkan kelaparan dan kekurusan
pada hewan betina itu, dapat menghasilkan kekurangan produksi
hormon gonadotropin dari kelenjar Hypophysa anterior, sehingga siklus
berahi dapat sangat diperpanjang atau tidak berlangsung sama sekali.
b. Musim dan cahaya matahari
c. Suhu udara
Pengaruh dari suhu disekitarnya terhadap berlangsungnya siklus birahi
masih ada walaupun hal ini tidak terlalu menonjol. Hal ini sangat berkaitan
dengan faktor banyaknya cahaya matahari yang diterima oleh hewan
ternak itu.
d. Umur
Pada sapi dan babi, umumnya betina yang masih mudah menunjukan
birahi dan siklus birahi yang sedikit lebih pendek dai pada yang dewasa.
Ketuaan yang disertai kehilangan gigi, sehingga hewan sukar makan dan
menjadi kurus, umumnya mengakibatkan berhentinya siklus birahi.
e. Penyakit – penyakit
Penyakit umum yang kronis dan hebat sehingga menyebabkan kekurusan
pada hewan betina itu dapat memberhentikan berlangsungnya siklus
birahi.
2.
4.
a. Infundibulum
Struktur pertama dari tuba fallopi (oviduk) adalah infundibulum, yaitu
ujung tuba fallopi yang berdekatan dengan ovarium. Infundibulum
memiliki bentuk menyerupai corong yang dilengkapi oleh rumbai-rumbai
(fimbriae) penangkap sel telur yang dikeluarkan dari ovarium (ovulasi).
Fimbriae bergabung dengan infundibulum membentuk struktur tubular
tunggal pada bagian akhir distal infundibulum.
b. Ampula Tuba
Ampula tuba adalah bagian tuba fallopi (oviduk) yang menjadi tempat
terjadi pembuahan (fertilisasi). Bagian ini terdiri dari lipatan mukosa. Sel
telur (ovum) akan masuk ke bagian ampula tuba, menunggu untuk dibuahi
oleh spermatozoa. Ada ratusan dari jutaan spermatozoa yang masuk ke
dalam tuba fallopi, dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur.
c. Isthmus
Isthmus adalah saluran sempit pada tuba fallopi dengan diameter sekitar
0,5-1 mm. Isthmus berfungsi sebagai penghubung antara ampula tuba
dengan rongga rahim. Isthmus akan melebar pada saat proses kehamilan
berlangsung.
d. Intramural
Intramural adalah bagian tuba fallopi (oviduk) yang menembus dinding
uterus. Bagian ini merupakan saluran akhir dari perjalanan sel telur
menuju uterus (rahim). Dengan kata lain, intramural adalah pintu masuk
sel telur ke dalam rahim.
a) Endometrium
Merupakan lapisan selaput lendir yang disusun oleh jaringan epitel,
kelenjar dan banyak pembuluh darah. Epitel penyusunnya adalah epitel
selapis silindris, banyak kelenjar yang memproduksi lendir pada bagian ini.
Dua pertiga bagian atas dari uterus dalam dilapisi oleh epitel silindris dengan
selaput lendir, sedangkan bagian sepertiga bawahnya dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng yang menyatu dengan epiter vagina. Endometrium
merupakan lapisan yang memegang peran penting selama proses menstruasi
“haid”. Dinding endometrium inilah yang akan luruh bersamaan dengan sel
ovum matang yang tidak dibuahi saat masa menstruasi.
b) Myometrium
Myometrium merupakan lapisan otot yang disusun oleh kumpulan otot
polos. Bagian dalam lapisan ini kebanyak disusun oleh otot yang berbentuk
sirkuler “melingkar”, sedangkan bagian luarnya berbentuk longitudinal dan
diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan oblik “lapisan paling kuat dan
mengandung banyak pembuluh darah”. Myometrium merupakan lapisan
dinding yang paling tebal dari uterus, fungsinya juga sangat penting pada
masa pertumbuhan dan perkembangan janin.
c) Perimetrium
Perimetrium merupakan lapisan terluar dari uterus, lapisan ini juga sering
disebut dengan lapisan serosa. Perimetrium merupakan membran berlapis
ganda yang akan berlanjut ke abdomen dan disebut peritoneum. Uterus
sebenarnya terapung didalam rongga pelvis, untuk mendukung posisinya
tersebut ada beberapa jaringan ikat dan ligamentum yang menjadi
penyokongnya sehingga dapat terfikasasi dengan baik berikut ini adalah
beberapa ligamen tersebut:
Ligamentum Kardinale Sinistrum Et Dekstrum
Merupakan ligamentum terpenting yang mencegah uterus agar tidak turun.
Ligamentum ini terdiri dari jaringan tebal yang berjalan dari serviks dan
puncak vagina menuju arah samping dinding perlvis.
Ligamentum Sakro Uterinum Sinistrum Et Dekstrum
Ligamentum ini berfungsi untuk menahan uterus agar tidak terlalu banyak
bergerak baik ke kiri maupun ke kanan.
Ligamentum Rotundum Sinistrum Et Dekstrum
Ligamentum yang mempertahankan uterus dalam posisinya dari sudut
fundus uteri kiri ke kanan. Pada masa kehamilan seorang wanita biasanya
merasa sakit saat berdiri di daerah pangkal pahan karena tarikan dari
ligamentum rotundum yang berkontraksi.
Ligamentum Latum Sinistrum Et Dekstrum
Sebenarnya ligamentum ini tidak banyak membantu dalam fiksasi uterus
ia merupakan bagian dari peritoneum yang meliputi uterus dan tuba fallopi
dan berbentuk sebagai lipatan.
Ligamentum Infundibulo Pelvikum
Ligamentum yang memfiksasi tuba fallopi dan ovarium ke dinding pelvis.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University
Press, Yogyakrta.
Hardjopranjoto, S. 1993. Ilmu Perkembangan Hewan. Airlangga University Press,
Surabaya.
Toliehere, M.R., 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Manusia. Penerbit Angkasa,
Bandung.