Anda di halaman 1dari 10

BAB II.

BATANG TARIK

Sub Pokok Bahasan


2.1. Pendahuluan
2.2. Elemen Batang Tarik

1. Tujuan Pembelajaran Umum :


Mampu mengetahui, mengidentifikasi serta dapat menjelaskan struktur penampang kayu, sifat-sifat,
klasifikasi dan tegangan ijin kayu, perhitungan terhadap kekuatan sambungan dengan alat sambung baut,
paku, pasak, dan alat sambung moderen lainnya, jenis sambungan gigi, serta mampu melakukan
Perhitungan kapasitas kekuatan kayu sebagai balok desak, tarik, lentur atau kombinasi dan
mengimplementasikan dalam perencaanaan konstruksi bangunan kayu

2. Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Mahasiswa dapat menjelaskan maksud dari elemen (batang) tarik.
2. Mahasiswa dapat menganalisa dan mendisain batang tarik pada konstruksi kayu dengan
menggunakan peraturan baru.

2.1. Pendahuluan
Dalam merancang struktur kayu, hal penting pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan
besarnya gaya yang bekerja pada batang, kemudian menetapkan besarnya tegangan ijin kayu.
Berbeda dengan bahan beton dan baja yang mempunyai tegangan ijin relatif tetap, tegangan ijin
kayu berubah-ubah. Tegangan ijin kayu akan berbeda bila arah serat dan arah gayanya berbeda.
Demikian juga untuk kayu yang sama, tegangan ijin kayu akan berbeda bila mutu kayu, sifat
pembebanan dan keadaan kelengasan berbeda. Setelah gaya batang yang bekerja diketahui,
tinggalah menentukan besarnya ukuran batang tersebut. Untuk keperluan itu diperlukan
ketentuan bahwa besarnya tegangan tarik yang terjadi harus lebih kecil dari pada tegangan ijin
kayu.

II - 01
2.2. Elemen Batang Tarik
Batang disebut sebagai batang tarik, apabila arah gaya meninggalkan tampang atau gayanya menarik
batang. Dalam menentukan luas tampang batang yang mengalami gaya tarik harus diperhitungkan
terhadap berkurangnya luas tampang akibatnya adanya alat-alat sambung. Oleh karena itu, perhitungan
selalu menggunakan luas tampang netto (Fnt). Besarnya Fnt = c . Fbr dengan c adalah faktor perlemahan
akibat adanya alat sambung, dan Fbr = luas tampang bruto.
Adapun besarnya faktor perlemahan untuk berbagai bentuk sambungan sebagai berikut:
- 10 % untuk sambungan dengan paku.
- 20 % untuk sambungan dengan baut dan sambungan gigi.
- 20% untuk sambungan dengan kokot dan cincin belah.
- 30% untuk sambungan dengan pasak kayu.
- 0 % untuk sambung dengan perekat.

Untuk menghitung tegangan tarik pada batang berdasarkan luas neto, perlemahan akibat
lubang baut, pasak harus diperhitungkan.
Sehingga tegangan yang terjadi :

σ tr// = P/A nt ≤ σ
//
Dimana :
σ tr// = tegangan tarik sejajar serat
P = gaya tarik
A nt = luas penampang neto

II - 02
Dengan demikian kebutuhan luas penampang besih (netto) akibat gaya tarik , sebesar :

Akibat adanya perlemahan, luas batang tarik (Fnt) tersebut mesti diperbesar sehingga menjadi luas batang
tarik yang sebenarnya dipakai, yaitu sebesar luas brutto (= Fbr). Tambahan luas disesuaikan dengan
macam perlemahan yang terjadi, tergantung pada jenis sambungan yang dipakai, sebagaimana terlihat
pada Tabel 2.1. Pada sambungan menggunakan perekat mempunyai besaran Faktor Perlemahan FP =
Fbr/Fnt = 1,00, artinya tidak terdapat pengurangan atau perlemahan luasan akibat pemakaian perekat.

Tabe 2.1. Faktor Perlemahan Akibat Pemakaian Alat Sambung

Pada sambungan tampang tunggal tidak menguntungkan karena terjadi deformasi akibat adanya
eksentrisitas pada gaya.
• Sambungan tarik bertampang tunggal

P P

II - 03
• Sambungan tarik bertampang ganda

P P

P/2 P/2

P/2 P/2

Besarnya perlemahan akibat alat sambung


- Perekat 0
- Paku 0,10 – 0,15
- Baut dan gigi 0,20 – 0,25
- Kokot dan cincin 0,20
- Pasak kayu 0,30

Pada sambungan dengan perekat tidak ada perlemahan sehingga A neto = A bruto.
Untuk sambungan pasak kayu perlemahannya sangat besar yaitu 30 %
Maka A neto = 70 % A bruto
A br = A nt/0,70
Sehingga akan didapat dimensi batang, dan besarnya dimensi batang ≥ A br.
Misal didapat A br = 92 cm 2 maka dipilih dimensi batang 8/12… A = 96 cm 2
Apabila dimensi dan jumlah alat sambung diketahui maka luas perlemahan akibat alat sambung
bisa dihitung.

II - 04
Contoh soal 1
Sambungan tarik menerima beban P = 8 ton menggunakan kayu klas II mutu A, dan konstruksi
terlindung dengan beban tetap. Rencanakan dimensi batang tersebut jika alat sambung yang
digunakan adalah baut.
Penyelesaian :
Kayu klas II mutu A
σ tr// = 85 kg/cm 2
A nt = P/ σ tr// = 8000/85 = 94,12 cm 2
Perlemahan akibat alat sambung = 20 %
Sehingga A br = A nt/0,80 = 94,12/0,80 = 117,65 cm 2
Dipakai balok ukuran 8/15 …… A = 120 cm 2

Penyambung 2 batang
A penyambung ≥ A batang

Ukuran batang penyambung 2 x 4/15

P P
baut

II - 05
Contoh soal 2
Rencanakan dimensi batang jika alat sambung yang digunakan adalah pasak kayu dan menerima
gaya tarik sebesar 5 ton menggunakan kayu klas II mutu B. Konstruksi tidak terlindung dengan
pembebanan tetap.

Penyelesaian :
Kayu klas II mutu B
σ tr// = 0,75 x 85 kg/cm 2 = 63,75 kg/cm 2
A nt = P/ σ tr// = 5000/63,75 =78,43 cm 2
Perlemahan akibat pasak kayu = 30 %
Sehingga A br = A nt/0,70 = 78,43 /0,70 = 112,04 cm 2
Dipakai balok ukuran 10/12 …… A = 120 cm 2

Penyambung 2 batang
A penyambung ≥ A batang

Ukuran batang penyambung 2 x 6/12

P P
Pasak kayu

II - 06
Contoh Soal 3 :
Sebuah batang tarik mempunyai lebar b = 8 cm dan mendukung gaya sebesar 6 ton. Sambungan
dilaksanakan dengan pasak kayu. Kayu yang dipakai adalah kayu keruing. Keadaan struktur terlindung dan
beban permanen. Hitunglah tinggi batangnya.

Penyelesaian :
Kayu keruing (menurut lampiran I) termasuk Kelas Kuat II dengan berat jenis 0,79. Kondisi
Struktur terlindung, β = 1, Beban permanen, γ = 1. Sambungan dengan pasak kayu, berdasarkan
tabel 2.1 didapat Fp = Fbr / Fnt = 1,30.
Tegangan ijin berdasarkan berat jenisnya (g = 0,79)

Soal Tugas :

P P

Hitung besarnya P yang mampu dipikul oleh sambungan tarik seperti pada gambar diatas, jika
alat sambung yang digunakan adalah pasak kayu, ukuran batang 12/15 menggunakan kayu klas
II mutu B pada pembebanan tetap dan konstruksi terlindung.

II - 07
Contoh 3.
Sebuah batang tarik dari kayu dengan Bj = 0,5 menahan gaya sebesar 5 ton. β = 1, λ = 1, sambungan
dengan baut. Diminta untuk menentukan dimensi batang tarik tersebut yang aman dan ekonomis.
Penyelesaian:
Kayu dengan Bj = 0,5, β = 1, λ = 1

σ tr // r = 150.0,5 = 75kg / cm 2
P = 5000 kg

P 5000
σ tr = , Fnt = = 66,67cm 2
Fnt 75
Fnt 66,67
Fbr = = = 83,34cm 2
0,80 0,80
Faktor Perlemahan (FP) = 20 %

Diambil b = 7 cm
h = 12 cm (h = 2b ) Fbr = 7. 12 = 84 cm2 > 83,34 cm2 (cukup dekat)
.'. Dimensi yang aman dan ekonomis = 7/12

II - 08
Contoh 4.
Suatu konstruksi gording menahan beban permanen berupa beban tarik sebesar 5 ton dan faktor
perlemahan akibat sambungan diabaikan (dianggap tidak ada sambungan/alat sambung), maka diminta
untuk mengontrol apakah dimensi 6/8 memenuhi syarat. jika tidak, maka direncanakan dimensi yang
aman.
Penyelesaian
Konstruksi gording terlindung, β=1
pembebanan permanen, χ=1
Bj = 0,6, maka :

σ lt.reduksi
σ lt .r = 170.0,6.1.1 = 102kg / cm 2
σ ds // r = σ tr // r = 150.0,6.1.1 = 90kg / cm 2
σ ds ⊥ r = 40.0,6.1.1 = 24kg / cm 2
τ // r = 20.0,6.1.1 = 12kg / cm 2

Catatan: Apabila pada soal tidak disebut lain maka mutu kayu adalah mutu A

P 5000
σ tr = = = 104,17kg / cm 2 > σ tr // r = 90kg / cm 2
Fnt 6.8
∴Dimensi tidak memenuhi.
Dicari dimensi baru

P 5000
F nt = = = 55 , 56 cm 2

σ tr // r 90

dicoba ukuran 7/8,

P 5000
σtr = = = 89,29kg/ cm2 < σtr//r = 90kg/ cm2
Fnt 7.8

II - 09
∴ Dimensi yang aman = 7/8.

Contoh 5.
Pada suatu konstruksi batang tarik terdapat sambungan dengan menggunakan alat sambung baut.
Kekuatan satu buah baut = 50 kg. Konstruksi tidak terlindung dan beban tidak permanen. Apabila gaya
tarik yang bekerja pada konstruksi tersebut sebesar 0,6 ton, maka diminta menghitung jumlah baut yang
dibutuhkan.
Penyelesaian:
Konstruksi tidak terlindung β = 5/6
Pembebanan tidak permanen χ = 5/4
Pbaut reduksi = 50.5/6.5/4 = 52,08 kg

jumlah baut (n) = 600/52,08 = 11,52, digunakan 12 baut


jumlah baut yang digunakan 12 buah.

II - 10

Anda mungkin juga menyukai