Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hepatitis B adalah penyakit infeksi yang sampai saat ini masih

merupakan masalah kesehatan dunia, karena dapat mengakibatkan

penyakit hati serius mulai dari hepatitis fulminat sampai karsinoma

hepatoseluler. Diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah

terinfeksi virus hepatitis B dan 360 juta orang sebagai pengidap

(carier) HbsAg dan 220 juta (78%) di antaranya terdapat di Asia lima

ratus ribu hingga 750 ribu orang diduga akan meninggal karena sirosis

hepatitis atau berkembang menjadi kanker hati.

( WHO, 2011)

Negara-negara dengan endemisitasnya tinggi terutama di

kawasan Asia, yaitu China, Vietnam, Korea, di mana 50-70% dari

penduduk berusia antara 30-40 tahun pernah kontak dengan Virus

Hepatitis B (VHB) dan sekitar 10-15% menjadi pengidap Hepatitis b

surface Antigen (HbsAg). Menurut WHO, Indonesia termasuk

kelompok daerah dengan endemisitas sedang dan berat. Infeksi Virus

Hepatitis B (VHB), tersebar di seluruh dunia dan menyebar dari

individu yang mengidap infeksi kepada individu lain serta dapat

menyebarkan adanya “resevoir” berupa pengidap kronik (“Chronic

reservoir”) yang jumlahnya lebih dari 280 juta orang. Dalam populasi
2

manusia banyak terdapat carrier hepatitis B, diperkirakan melebihi 200

juta di seluruh dunia WHO (Rasmaliah 2007)

Hepatitis B merupakan masalah kesehatan dunia termasuk

Indonesia. Diperkirakan bahwa hepatitis B merupakan penyebab dari

780.000 kematian tiap tahun di dunia. Di Indonesia angka kejadian

hepatitis B berlangsung terus menjadi Hepatitis kronis dan bila tidak

diobati akan beresiko menjadi Serosis Hepatitis. Indonesia

digolongkan ke dalam kelompok endemis sedang sampai tinggi dan

termasuk negara yang dihimbau WHO untuk segera melaksanakan

usaha pencegahan terhadap Hepatitis (Rusminingsih, 2002).

Data Riskesdas yang dilaporkan pada tahun 2013 menunjukan

bahwa secara umum prevalensi hepatitis pada seluruh provinsi di

Indonesia adalah 1,2% atau dua kali lipat lebih tinggi jika

dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007 yaitu 0,6%

sedangkan proporsi penderita hepatitis B rata-rata 21,8%. Maluku

merupakan provinsi kelima dengan prevalensi hepatitis tertinggi yaitu

2,3%. Provinsi yang menduduki urutan pertama adalah Nusa

Tenggara Timur (4,3%). Diikuti tiga provinsi lainnya Yaitu Papua

(2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%) dan Sulawesi Tengah (2,3%). (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2013).

Kelompok masyarakat beresiko menderita hepatitis B, adalah

masyarakat yang perilaku hidupnya mengalami penyimpangan,

seperti: perilaku sex bebas, pengguna narkoba. Sumber utama


3

penularan Virus hepatitis B adalah darah. Hepatitis B juga dapat

ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh dari orang yang

terinfeksi. Semua cairan tubuh bisa menular, namun hanya darah,

cairan vagina, dan air mani yang telah terbukti menular. Selain itu,

penularan bisa terjadi melalui perkutan dan permukosa cairan tubuh

yang menular. Salah satu jenis pekerjaan masyarakat yang

rentan/beresiko terhadap penularan virus hepatitis B salah satunya

adalah Pelayan Karaoke yang melayani tamu-tamu dan selalu

berganti-ganti pasangan, meminum minuman beralkohol dan

merokok, serta sangat mungkin melakukan hubungan sex bebas,

sehinggga memiliki resiko tertingi terinfeksi hepatitis B

Pertambahan jumlah penduduk yang lahir akan selalu yang

dimanfaatkan oleh beberapa kalangan untuk membuka lapangan

usaha yang menjanjikan. Hal ini secara otomatis akan menyebabkan

bertambah pula tenaga kerja dari berbagai daerah dan ragam

penduduk pun bertambah. Ragam penduduk yang memiliki jumlah

cukup besar membuat industri hiburan semakin gencar memadati

kota Ambon, salah satunya adalah hiburan karaoke.

Karaoke menjadi hiburan yang tidak asing lagi di

telinga masyarakat Ambon. Hiburan yang mampu menjadi pelepas

penat ini telah digandrungi semua kalangan. Tempat karaoke yang

terjaga privasinya memberi ruang bebas untuk bernyanyi sepuasnya.

Stigma negatif dalam masyarakat tentang hiburan karaoke yang lekat


4

dengan seksualitas dan obat-obatan terlarang lambat laun mulai

berkurang seiring berkembangnya tempat hiburan karaoke berbasis

keluarga. Lantas, tidak kemudian mengurangi adanya karaoke

penyedia wanita dan pria pelayan karaoke. Bagi tamu yang

menginginkan ditemani wanita saat berkaraoke, mereka dapat

membooking/memesan wanita untuk menemani, dapat dilakukan

melalui manejer operasional (atau yang biasa dipanggil “ mami”

ataupun server karaoke). Pelayan Wanita bertugas menemani

tamu bernyanyi, berjoget, ngobrol, hingga minum alkohol bersama.

Dalam satu room karaoke, kedekatan di antara tamu dan pelayan

terjalin sangat intens/erat.

Mereka bernyanyi, bergoyang, dan merayu tamu dengan tutur

katanya yang manja. Trik ini bisa menjadi cara untuk menjaga

hubungan baik supaya tamu datang kembali. Tak jarang pula karena

pengaruh alkohol para pelanggan yang datang ke karaoke ini

biasanya memboking wanita juga untuk melakukan hubungan seks

bebas yang di mana merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya

penularan Hepatitis B.

Sebagai pelayan karaoke, mereka diharuskan bekerja dan

memenuhi persyaratan di tempat kerjanya akan tetapi mereka tidak

menyadari bahaya meminum minuman beralkohol, merokok dan

melakukan hubungan seks bebas dapat menjadi salah satu faktor

utama seseorang terinfeksi Virus Hepatitis B mengingat, sebagian


5

orang yang terinfeksi hepatitis B tidak menunjukan gejala apapun

yang disebut dengan infeksi persistern.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara awal dengan

beberapa narasumber pada beberapa tempat hiburan karaoke,

perilaku seperti yang penulis uraikan di atas sering kali dilakukan.

Hal ini pada prinsipnya bukan didasarkan atas keinginan para

pelayan, melainkan karena tuntutan pekerjaan, di mana para pelayan

diwajibkan menemani para tamu dan memberikan pelayanan terbaik.

Hal ini agar dapat berkesan bagi para tamu, sehingga mereka akan

kembali lagi.

Sebagian dari para pelayan, sebenarnya sudah mengetahui

dan memahami bahwa penyalahgunaan alkohol, merokok dan

berhubungan seks bebas dapat menjadi salah satu faktor utama

seseorang terinfeksi Virus Hepatitis B namun karena faktor

lingkungan kerja yang cenderung selalu banyak d e n g a n hal-hal

negatif di dalamnya. Selain faktor lingkungan ada juga faktor diri

sendiri, artinya semua yang terjadi pada subjek dapat dihindari

jika memang ada niat dari subjek sendiri. Namun memang

dirasa sulit selama subjek sendiri masih bekerja ditempat

tersebut, di mana mengkonsumsi alkohol dianggap sah saja,

dengan alasan mencari uang tambahan. Yuriska Afrinanda (2009).


6

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Identifikasi HBsAg pada pelayan karaoke “B” di

wilayah Urimessing Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana

gambaran HBsAg pada pelayan karaoke “B” di Urimessing

Kecamatan Sirimau Kota Ambon?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran HBsAg pada

pelayan karaoke “B” di Urimessing Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Sebagai informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa Jurusan

Analis Kesehatan pada Politeknik Kesehatan Maluku dalam

melakukan penelitian selanjutnya mengenai pemeriksaan HBsAg.

2. Bagi pihak Karaoke “B”

Sebagai informasi tentang hasil pemeriksaan HBsAg pada para

pelayan di karaoke “B” dan diharapkan dapat memberikan

informasi kepada pihak Manejer/pimpinan karaoke maupun


7

pembaca tentang pervalensi HBsAg di kalangan para pelayan

karaoke

3. Bagi Peneliti

Sebagai wujud implementasi dan pengalaman dari disiplin ilmu

yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan

keilmuan peneliti.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Hepar (Hati)

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dengan berat

1.200 – 1.500 gram serta membentuk seperlima puluh berat

badan dewasa total. Hati terlindungi oleh iga dalam kuadran

kanan atas.

Berbentuk seperi piramid yang aspeknya mencapai

xiphistemum. Batas atas terletak sekitar setinggi puting susu

(Sherlock, 1995).

Hati mempunyai empat lobus yang terdiri dari dua lobus

utama yaitu lobus kanan (lobus dexter) dengan ukuran yang

cukup besar dan lobus kiri (lobus sinister) serta dua lobus kecil

terletak di belakang lobus kanan. Setiap lobus terdiri dari lobus-

lobustus

yang sebagian berkisar antara 50.000-100.000 lobulus. Setiap

lobulus terdiri dari vena sentral yang dikelilingi oleh sel-sel hati

kecil dikelompokan dalam lembaran atau bundel. Sel-sel ini

melakukan pekerjaan hati. Hati juga memiliki rongga sunusoid

yang menyebabkan hati memiliki tekstur kenyal dan

memungkinkan hati untuk menyimpan sejumlah besar darah.


9

Hati berperan dalam banyak proses tubuh dan memiliki

fungsi yang penting serta kompleks, diantaranya sebagai

berikut:

1. Membersihkan darah sebelum zat toxin mencapai organ

tubuh yang peka seperti otak (detoxifikasi)

2. Memproduksi agen imunitas untuk mengontrol infeksi

3. Mensintesis protein-protein khusus (albumin dan fibrinogen)

4. Menyimpan cadangan energi dalam bentuk glukosa

5. Memproduksi cairan empedu untuk proses pencernaan, dan

6. Hati juga mampu meregenerasi selnya sendiri saat sel-sel

tersebut rusak atau kehilangan fungsinya (Misnadiarly,

2008)

2. Tinjauan Umum Tentang Hepatitis

a. Pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah salah satu penyakit hati (Liver) selain

leptospirosis, tuberculosis hati dan abses hati. Secara

umum hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang

ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ

tubuh seperti hati. Hepatitis diakibatkan berbagai faktor

dimana tiap faktor mempunyai karakter khas, maka

timbullah berbagai macam hepatitis yang berbeda satu

sama lain (Misnadiarly, 2008)


10

b. Jenis-jenis Hepatitis

Beberapa jenis hepatitis yang umum ditemukan terbagi

atas:

1) Hepatitis karena virus. Hepatitis A (HAV), Hepatitis B

(HBV), Hepatitis C (HCV), Hepatitis D (HDV), Hepatitis E

(HEV), Hepatitis F, dan Hepatitis G

2) Hepatitis non-virus yaitu Hepatitis Alkoholik yang

disebabkan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dan

Hepatitis karena obat yang disebabkan oleh pengaruh

obat-obatan tertentu, misalnya obat anti tuberulosis

seperti INH dan rifampin.

c. Gejala Hepatitis

Gejala/ Tanda- tanda penyakit hepatitis yang sering

ditemukan:

1) Gejala Hepatitis A: Penyakit kuning pada kuku, mata,

kulit penderita mengalami warna kekuningan dan

tampak jelas sekali, kelelahan (fatique), nyeri lambung,

kehilangan nafsu makan, mual-mual, diare dan demam

(fever).

2) Gejala Hepatitis B: Mual, muntah,hilang nafsu makan,

sakit kepala, dan penyakit kuning.

3) Gejala Hepatitis C: Penurunan nafsu makan, lambung

tidak nyaman,mual, muntah dan penyakit kuning.


11

d. Penyebaran Virus Hepatitis

1) HAV disebarkan melalui kotoran dan tinja penderita,

orang-orang yang tidak punya perilaku hidup bersih dan

sehat seperti tidak mencuci tangan dengan sabun

setelah keluar dari toilet umum, tidak cuci tangan saat

akan makan dll.

2) HBV ditularkan melalui darah ketika terjadi kontak

terutama bagian tangan yang terluka dengan darah

yang terinfeksi, juga melalui cairan tubuh (sperma).

3) HCV penyebarannya mirip dengan hepatitis B, yakni

melalui darah. Khusus pada hepatitis C, penyebaran

terbesar terjadi melalui transfusi darah, terutama pada

darah yang belum dilakukan screning. Hingga saat ini

hepatitis C belum ada vaksinnya.

Hepatitis alkoholik disebabkan oleh alkohol dan

berbeda dengan hepatitis karena virus, meskipun

demikian ada juga banyak aspek yang asama. Respon

dari tubuh karena minum alkohol secara berlebihan

adalah: Penambahan suplay darah ke organ yang

terkena organ membengkak dan memerah, peningkatan

agen kekebalan tubuh seperti sel darah putih dan

senjata kimianya dan rasa nyeri.


12

Beberapa faktor yang dapat meningfkatkan risiko

hepatitis alkoholik, yaitu: jenis kelamin wanita lebih

berisiko dari pada pria; sejarah/riwayat konsumsi

alkohol, sering dan semakin lama mengkonsumsinya

makin besar risikonya, minum alkohol tanpa makan,

minum alkohol berlebihan sekaligus meminum berbagai

jenis minuman beralkohol.

3. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Hepatitis B

a. Pengertian Hepatitis B

Hepatitis B merupakan infeksi hati yang disebabkan oleh

virus yang dikenal sebagai virus hepatitis B (HBV) “Hepatitis”

berarti “radang atau bengkak hati”. Setelah terinfeksi penderita

akan menghapuskan infeksi dan tidak mengalami masalah

lebih lanjut atau akan terinfeksi secara kronis mungkin

mengalami masalah sehubungan dengan infeksi tersebut,

sedangkan yang lain tidak.

Kemampuan seseorang untuk mengahapuskan infeksi atau

terinfeksi secara kronis bergantung terutama pada usinya 90 %

bayi baru lahir, 20-50% anak 1-5 tahun, dan 1-10% anak lebih

besar dan orang dewasa, terinfeksi secara kronis. Penderita

infeksi kronis biasanya dapat menularkan penyakit seumur

hidup dan mungkin menderita hepatitis berkelanjutan. Setelah


13

bertahun-tahun ini, dapat mengakibatkan sirosis atau kanker

hati (Unit Kesehatan Umum NSW, 2008).

b. Etiologi Hepatitis B

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV)

Partikel virus lengkap berbentuk bundar dan garis tengah

sekitar 42 nm, terdiri dari bagian sentral berdiameter 27 nm

sebagian adalah inti DNA dengan batas dua lapis (bersama

dengan DNA polimerase) terbungkus dalam mantel lipoprotein

virus ini kadang-kadang disebut partikel Dane, sebagai tanda

pada penemunya yang pertama kali mempublikasikan. Selama

reaksi aktif, partikel ini telah dapat ditemukan dalam sel hati

yang terinfeksi, tetapi tidak lazim dalam serum (Robins &

Kumar, 1995).

c. Identifikasi Hepatitis B

Virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut

bahkan 10% dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik

dan 20% penderita hepatitis kronik ini dalam waktu 25 tahun

sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatitis dan carsinoma

hepatoselluler (hepatoma). Risiko berkembang menjadi infeksi

kronis VHB terjadi sekitar 90% pada bayi yang terinfeksi pada

waktu proses kelahiran, 0 – 50% pada anak-anak yang

terinfeksi pada usia 1-5 tahun dan sekitar 1% - 10% pada anak-

anak usia yang lebih tua dan dewasa. Diperkirakan 15%-25%


14

orang dengan infeksi VHB kronis akan meninggal lebih awal

dengan cirrhosis atau carcinoma hepatosellular dan VHB

mungkin sebagai akibat sampai 80% dari semua kasus

carsinoma hepatosellular di dunia.

Diagnosis ditegakan dengan ditemukannya antigen dan atau

antibody sepesifik pada serum. Ada tiga bentuk sistem antigen-

antibody yang sangat bermanfaat secara klinis antigen-antibody

yang sangat bermanfaat secara klinis yang ditemukan pada

infeksi hepatitis B yaitu:

1) Antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) dan antibodi

terhadap HBsAg (antiHBs).

2) Antigen core hepatitis B (HbcAg) dan antibody terhadap

HbcAg (anti-Hbe)

3) Antigen e hepatitis B (HbeAg) dan antibody terhadap

Hbeag (anti-Hbe)

HBsAg muncul dalam serum selama infeksi akut dan tetap

ditemukan selama infeksi kronis. Ditemukannya HBsAg dalam

darah menunjukan bahwa orang tersebut potensial untuk

menularkan. Ditemukannya HbeAg artinya orang tersebut

sangat menular.

Virus hepatitis B berupa partikel dua lapisan berukuran 42

nm yang disebut dengan “ Partikel Dane”. Lapisan luar terdiri

atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core).


15

Pada partikel ini terdapat hepatitis B core antigen (HbcAg) dan

hepatitis B antigen (HbeAg). Antigen permukaan (HBsAg)

terdiri atas lipoprotein virus hepatitis B mempunyai masa

inkubasi 45-80 hari. Bagian-bagian dari hepatitis B (VHB)

adalah 1. HBsAg, 2. HbcAg, 3. HbeAg, 4. HBV-DNA

d. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis B

1) Faktor Host (Penjamu)

Faktor host (Penjamu) adalah semua faktor yang

terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi

timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor

penjamu meliputi: a) Umur: Hepatitis B dapat menyerang

semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak

(25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun

dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 %

akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 %

dan pada orang dewasa 3-10% (Markum, 2007).

Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam

jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis

kronis; b) Jenis kelamin : Berdasarkan sex ratio, wanita 3x

lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding pria; c)

Mekanisme pertahanan tubuh: Bayi baru lahir atau bayi 2

bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis


16

B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B,

terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi

hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang

sempurna; d) Kebiasaan hidup: Sebagian besar penularan

pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual

dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat

narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian

akupuntur; e) Pekerjaan: Kelompok resiko tinggi untuk

mendapat infeksi hepatitis B adalah para Pelayan Karaoke

yang melayani tamu misalnya Mengkonsumsi Alkohol,

Mengkonsumsi Rokok, Berhubungan Sex Bebas dapat

menjadi pemicu terbesar seseorang terinfeksi Hepatitis B

2) Faktor Agent

Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B

termasuk DNA virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis

antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.


17

e. Epidemiologi

Hepatitis B tersebar di seluruh dunia. Cara penularan dan

respons terhadap infeksi bervariasi, bergantung pada usia saat

infeksi (Tabel 2.1). Kebanyakan orang yang terinfeksi saat bayi

mengalami infeksi kronik. Bila terkena saat dewasa, mereka

muda terkena penyakit hati dan berisiko tinggi mengalami

karsinoma hepatoselular. Terdapat lebih dari 250 juta carrier,

sekitar 1 juta di antaranya hidup di Amerika Serikat; 25% carrier

mengalami hepatitis kronik aktif. Di seluruh dunia, 1 juta

kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit hati akibat HBV

dan karsinoma hepatoselular (Jawetz, et al., 2008).

Tabel 2.1. Transmisi virus hepatitis B dan spectrum akibat infeksi

Transmisi
Vertical (Asia) Kontak (Afrika) Parenteral,
Seksual
Usia saat infeksi Neonatus, bayi Anak Remaja, dewasa
Penyembuhan
5% 20% 90-95%
dari infeksi akut
Progresi menjadi
95% 80% 5-10%
infeksi kronik
Carrier kronik (%
10-20% 10-20% 0,5%
populasi total)
buku Mikrobiologi Kedokteran, Jawetz., et al, 2011.

Transmisi (penularan) secara parenteral melalui suntikan,

transfusi darah, operasi, tusuk jarum, rajah kulit (tato), dan hubungan

seksual, serta melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak (Widoyono,

2011).
18

4. Tinjauan Umum tentang Pemeriksaan HBsAg

a. Defenisi HBsAg

HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) adalah material

permukaan kulit virus Hepatitis B berisi protein yang dibuat

oleh sitoplasma sel hati yang terkena infeksi dan beredar

dalam darah sebelum dan selama infeksi akut, karier dan

Hepatitis B kronik. HBsAg tidak infeksius tetapi justru

merangsang tubuh untuk membentuk antibody.

Apabila ditemukan +(positif) pada darah berarti pasien

mengidap VHB (Virus Hepatitis B). HBsAg muncul atau

menjadi + (postif) setelah 6 minggu dari infeksi dan

menghilang dalam 3 bulan. Apabila HBsAg lebih dari 6 bulan

berarti menjadi kronis atau karier.

b. Masa Inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari,

rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan waktu selama 2

minggu untuk bisa menentukan HBsAg dalam darah dan

jarang sekali sampai 6-9 bulan. Perbedaan masa inkubasi

tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah

virus dalam inoculum, cara-cara penularan dan faktor

penjamu.
19

f. Metode pemeriksaan HBsAg

Pemeriksaan HBsAg merupakan salah satu pemeriksaan

serologi untuk mendeteksi penyakit hepatitis B. Deteksi

HBsAg dapat dilakukan dengan beberapa metode

pemeriksaan, yaitu serologi dan Polymerase Chain Reaction

(PCR), uji serologi antara lain menggunakan metode enzyme

Immunoassay (EIA), Enzyme Linked Immunoassay (ELISA),

Enzyme Linked Flouroscent Assay (ELFA),

Immunochromatography Test (ICT), atau Rapid Test. (Lin et

al.2008).

Immunochronmatography test (ICT) atau rapid test

merupakan salah satu jenis uji serologi yang banyak

digunakan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam serum

manusia. Rapid test merupakan metode untuk mendeteksi

HBsAg secara kualitatif yang ditampilkan secara manual dan

memerlukan pembacaan dengan mata. Terdapat beberapa

jenis rapid test yang telah diakui keakuratannya, seperti

determine HbsAg yang memiliki sensitifitas 9892% dan

spesifitas 100%. Serta DRW HBsAg yang memiliki sensitifitas

99,46% dan spesifitas 99,2% (Lin et al, 2008).


20

e. Patogenesis

Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui

aliran darah untuk mencapai sel hati. Di dalam sel hati, virus

memperbanyak diri melalui proses transkripsi-replikasi dengan

bantuan sel hati. Inti virus mengalami proses replikasi dengan

bantuan sel hati, sedangkan selaput virus dibantu oleh

sitoplasma sel hati, sedangkan selaput virus dibantu oleh

sitoplasma sel hati (Widoyono, 2011).

Respons sel tubuh manusia pada infeksi virus hepatitis

B dapat menyebabkan keadaan berikut: 1) Tidak terjadi

proses peradangan dan sel hati masih berfungsi normal, tetapi

produksi virus berlangsung terus yang disebut dengan infeksi

persisten (pasien tetap sehat dengan titer HBsAg yang

tinggi); 2) Terjadi proses peradangan sel hati dan sintesis

virus ditekan, yang disebut sebagai hepatitis akut; 3) Terjadi

proses peradangan yang berlebihan, dan keadaan ini akan

menyebabkan kerusakan sel hati, yang disebut dengan

hepatitis fulminal; 4) Terjadi proses yang tidak sempurna,

yaitu proses peradangan dan sintesis virus berjalan terus,

yang disebut sebagai hepatitis kronik.


21

f. Fase – fase perkembangan Penyakit

1) Fase prodromal, yaitu terdapat keluhan yang tidak

khas seperti mual, sebah, anoreksia, dan demam.

2) Fase ikterik, yaitu air seni yang berwarna seperti

teh, kulit menguning, serta keluhan menguat.

3) Fase penyembuhan, yaitu saat sudah mulai

terbentuk anti-HB.

Prognosis penyakit ini bervariasi sesuai dengan

virulensi virus dan daya tahan tubuh pasien. Sekitar 5-10%

hepatitis B akut akan berubah menjadi hepatitis kronis. Pasien

hepatitis B harus dirawat di rumah sakit untuk mencegah

proses lebih lanjut.

g. Pencegahan

1) Tindakan Pencegahan Standar

Prosedur lingkungan yang sederhana dapat

membatasi risiko infeksi bagi petugas kesehatan, petugas

laboratorium, dan lain-lain. Dengan pendekatan ini, semua

darah dan cairan tubuh serta bahan yang terkontaminasi

oleh virus diperlakukan seolah-olah infeksius untuk HIV,

HBV, HCV, dan patogen lain yang ditularkan melalui

darah. Pajanan yang mungkin memberikan risiko infeksi


22

pada para pekerja adalah cedera kulit (missal, tusukan

jarum) atau kontak membran mukosa atau kulit yang tidak

utuh (misal, kulit pecah-pecah, terpotong, dermatitis)

dengan darah, jaringan, atau cairan tubuh lain yang

berpotensi infeksius. Berbagai metode diciptakan untuk

mencegah kontak dengan sampel tersebut. Contoh

tindakan pencegahan yang spesifik mencakup hal berikut:

sarung tangan harus digunakan ketika menangani semua

bahan yang berpotensi infeksius, pakaian pelindung harus

dikenakan dan dilepaskan sebelum meninggalkan tempat

kerja, masker dan pelindung mata harus digunakan setiap

kali droplet atau percikan dari bahan infeksius

memberikan resiko, hanya jarum dibuang langsung ke

dalam wadah khusus tanpa dibungkus kembali,

permukaan kerja harus didekontaminasi menggunakan

larutan pemutih, dan petugas laboratorium menghindari

menggunakan pipet mulut, tidak makan, minum, dan

merokok di tempat kerja. Objek dan alat-alat logam dapat

didisinfeksi dengan autoklaf atau pajanan terhadap gas

etilen oksida.
23

2) Vaksinasi dan Imunisasi

Saat ini telah dikembangkan imunisasi hepatitis B

yaitu immunoglobulin hepatitis B (HBIG) yang diberikan

saat bayi. Pemberian vaksin hepatitis B pada minggu

pertama kehidupan (0-7 hari) telah berhasil menurunkan

perkembangan penyakit secara signifikan.

h. Pengobatan

Pengobatan dengan interferon alfa (α-interferon) memiliki

Efikasi yang terbatas tetapi pegylated interferon (IFN) bersifat

Superior untuk mendapatkan supersi VHB yang bertahan

tanpa resistensi obat. Lamivudin, suatu inhibitor nukleosida,

dapat menurunkan jumlah virus dapat muncul resistensi.

Obat-obat baru, seperti adenivir, entekavir, tenofovir,

telbivudin dan Klevudin memiliki efikasi antivirus yang

sebanding atau lebih baik (superior) dan dapat digunakan

untuk melawan VHB yang resistensi lamivudin. Supresi

replikasi VHB oleh antivirus selama 2-5 tahun dapat

memperbaiki fibrosis hati, mencegah sirosis dan jika telah

terjadi sirosis, memperbaiki fungsi hati, mencegah


24

dekompensasi hati, dan menurunkan risiko kanker hati

(Gillespie, S & Bamford, K, 2011).

a. Gambaran Laboratorium

Aktivitas DNA polimerase, HBV DNA, dan HBeAg, yang

ditemukan pada stadium viremia hepatitis B, terjadi pada awal

periode inkubasi, bersamaan atau segera setelah timbulnya

HBsAg pertama kali. Kosentrasi partikel HBV yang tinggi

dapat timbul dalam darah (sampai 1010 partikel/ml) selama

fase awal infeksi, kemampuan menularkan paling tinggi pada

waktu ini. HBsAg biasanya dapat dideteksi 2-6 minggu setelah

berkembangnya tanda klinis dan biokimia hepatitis serta

menetap sepanjang perjalanan klinis penyakit tetapi khas

menghilang enam bulan setelah pajanan (Jawetz, et al.,

2008).

Kadar IgM spesifik anti-HBc yang tinggi sering

terdeteksi saat awitan penyakit klinis. Karena antibodi ini

ditujukan untuk komponen inti internal HBV berukuran 27 nm,

kemunculannya dalam serum menunjukan replikasi virus.

Antibodi terdapat HBsAg terdeteksi pertama kali pada periode

yang berubah-ubah setelah menghilangnya HBsAg. Antibodi

terdapat dalam kosentrasi rendah. Sebelum HBsAg

menghilang, HBeAg digantikan oleh anti HBe, yang menandai


25

dimulainya resolusi penyakit. Kadar anti HBe sering tidak lagi

terdeteksi setelah 6 bulan (Jawetz, et al., 2008).

Berdasarkan definisi, carrier kronik HBV adalah mereka

dengan HBsAg yang menetap selama lebih dari 6 bulan

dengan adanya HBeAg atau anti HBe. HBsAg dapat menetap

selama bertahun-tahun setelah hilangnya HBeAg. Kebalikan

dengan titer tinggi IgM spesifik anti-HBc yang ditemukan pada

penyakit akut, titer rendah IgM anti-HBc ditemukan dalam

serum sebagian besar carrier HBsAg kronik. DNA HBV dalam

jumlah sedikit biasanya dapat dideteksi dalam serum jika

terdapat HBsAg. Interpretasi penanda serologi HBV terdapat

pada (Tabel 2.2).

Metode deteksi yang paling berguna adalah ELISA

untuk antigen HBV dan antibodi serta PCR untuk DNA virus.

Selain itu pemeriksaan dengan immunoassay untuk HBsAg,

HBeAg, HBcAg dan antibodi. Untuk jumlah virus dapat diukur

dengan NAAT dan sekuensing terhadap resistensi mutasi

memungkinkan pemantauan terapi dan mengarahkan

pemilihan obat.
26

Tabel 2.2.
Interpretasi penanda serologi HBV pada pasien dengan hepatitis.

Hasil Pemeriksaan
HBsAg Anti-HBs Anti- Interpretasi
HBc
Infeksi akut awal. Konfirmasi diperlukan
Positif Negatif Negatif untuk menyingkirkan reaksi nonspesifik.

Infeksi HBV, akut maupun kronik.


Bedakan dengan IgM anti-HBc.
Positif/Ne Tentukan tingkat aktivitas replikatif
Positif Positif
gatif (infektivitas) dengan HBeAg atau DNA
HBV.
Menunjukkan infeksi HBV yang lalu dan
Negatif Positif Positif kekebalan terhadap hepatitis B.
Kemungkinannya mencakup: infeksi
HBV di masa lalu; pembawa HBV
“kadar rendah”; periode “jendela
(window)” antara hilangnya HBsAg dan
munculnya anti-HBs; atau reaksi positif
Negatif Negatif Positif palsu atau nonspesifik. Periksa dengan
IgM anti-HBc, periksa dengan vaksin
HBsAg, atau keduanya. Bila ada, anti-
HBe membantu memvalidasi reaktivitas
anti-HBc.

Agen infeksius lain, cedera toksik


terhadap hati, gangguan imunitas,
Negatif Negatif Negatif penyakit herediter pada hati, atau
penyakit saluran empedu.

Negatif Positif Negatif Respons tipe vaksin.


Buku Mikrobiologi, Jawetz, et al., 2008.
27

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Reaktif (+)
Sampel Darah Pemeriksaan
Pelayan Karaoke HBsAg Non Reaktif (-)

Gambar 2.3 Kerangka konsep

Keterangan :

= variable bebas

= variable terikat
28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian

deskriptif yang ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium untuk

mengidntifikasi gambaran HBsAg pada Pelayan Karaoke “B” di

Urimesing Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2017

2. Lokasi penelitian

Lokasi pengambilan sampel di Karaoke “B” Urimesing

Kecamatan sirimau Kota Ambon dan pemeriksaan sampel

dilaksanakan di Laboratorium RSUD. Dr. M. Haulussy

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Pelayan Wanita di

Karaoke “B” Urimesing Kecamatan Sirimau Kota Ambon yang

berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan


29

sampling dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki

peneliti.sehuingga sampelyang digunakan yaitu Pelayan Karaoke

sebanyak 25 orang supardi et. Al (2012). Untuk mendapatkan data

sesuai dengan fokus penelitian menentukan responden penelitian

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bekerja lebih dari satu tahun

2. Tidak pernah menderita sakit kuning

3. Belum pernah mendapat vaksinasi Hepatitis B


30

D. Variabel Dan Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Variabel dan Defenisi Operasional

Definisi Cara Alat


No Variabel Hasil ukur Skala
operasional ukur ukur
1 Pemeriksa Pemeriksaan Metode Strip Nonreaktif (-): Nominal
an HBsAg sampel darah Rapid Anti- alat
pada Pelayan Karaoke Test HBc menunjukan
sampel “B” di Urimesing hanya satu
darah Kecamatan garis
Pelayan Sirimau Kota berwarna,
Karaoke Ambon untuk yaitu pada
Mendiagnosis area control
penyakit hepatitis (C)
B
Reaktif (+):
alat
menunjukkan
dua garis
berwarna,
yaitu pada
area test (T)
dan area
kontrol (C).

E. Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara

Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara

melakukan pendekatan dan mengajukan pertanyaan secara

langsung kepada Beberapa Pelayan di Karaoke “B” di

Urimessing Kec. Sirimau Kota Ambon.

2. Metode Observasi pada Tempat Karaoke “B”

Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara

memperlihatkan sesuatu dengan mempergunakan mata atau

observasi juga disebut pengamatan, Meliputi kegiatan pemusat


31

perhastian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh

Indra.

F. Bahan/Instrumen Penelitian

1. Alat

a. Tabung reaksi

b. Rak tabung

c. Spuit

d. Mikro plate/sampel cup

e. Centrifuge

f. Mikropipet 100 ul

2. Bahan

a. Serum/plasma EDTA

b. Strip HBsAg

c. Kapas alkohol 70%

3. Cara Pengambilan Specimen

Pada Orang dewasa daerah pengambilan darah adalah

salah satu vena dalam fosa cubiti, atau dapat juga darah dari

sinus sagittalis superior (Gandasoebrata R, 2009).

Cara memperoleh serum adalah dengan pengambilan darah Vena

yang baik dan pengisapan tidak terlalu cepat kemudian dimasukan

ke dalam Tabung EDTA dibawa Ke laboratorium RSUD Dr. M

Haulussy selanjutnya setelah dimasukan kemudian disentrifus

dengan kecepatan 3000 rpm selama 5-10 menit di lokasi


32

pengambilan sampel, maka setelah itu didapatkan bagian cairan

yang terpisah dari bekuan tersebut yang berwarna kuning muda

inilah yang disebut serum, kemudian dibawa ke Lab. RSUD Dr. M.

Haulussy untuk dilakukan pemeriksaan Hepatitis B.

4. Prosedur kerja

a. Pipet serum sebanyak 100 ul kemudian masukan kedalam

micro plate/ sampel cup.

b. Masukan strip kedalam micro plate/ sampel cup yang sudah

berisi serum.

c. Hasil diamati setelah 10-15 menit dengan melihat tanda garis

merah pada garis kontrol (C) dan garis Test (T).

G. Jalannya Penelian

1. Tahap Persiapan

Penentuan Judul penelitian pembuatan Usulan Penelitian,

melakukan Survey lokasi Penelitian dan seminar proposal.

Mengurus surat izin penelitian dari jurusan Analis Kesehatan

untuk selanjutnya diserahkan kepada Pemilik Karaoke sebagai

tempat dilaksanakannya penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan persiapan seperlunya, peneliti harus

melaksanakan kegiatan penelitian yang meliputi:

a. Melakukan survey

b. Mengumpulkan data
33

c. Membuat kesimpulan

3. Tahap Akhir

Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti menjelaskan

terlebih dahulu dari penelitian, melakukan konsultasi dengan dosen

pembimbing terhadap hasil penelitian, membuat laporan hasil

penelitian untuk dipresentasikan dan memperoleh masukan dari

dosen penguji.

H. Penyajian Data

Data yang disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan

menggunakan kalimat yang jelas.

I. Etika Penelitian

1. Hak dan Kewajiban Responden :

Hak-hak responden:

a. Hak untuk dihargai privacy-nya: Sebisa mungkin tidak

mengganngu waktu luang responden.

b. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan: Tidak

mencantumkan nama responden, cukup dengan kode-kode

tertentu.

c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat

informasi yang diberikan.

d. Hak memperoleh imbalan atau kompensasi

Kewajiban responden:
34

Memberikan informasi yang diperlukan peneliti.

2. Hak dan kewajiban peneliti

Hak peneliti:

Peneliti mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan

sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden.

Kewajiban peneliti:

a. Menjaga privacy responden: Menyesuaikan waktu dan tempat

dilakukannya pengambilan data dengan responden, sehingga

tidak merasa diganggu privacy-nya.

b. Menjaga kerahasiaan responden: Tidak menyampaikan

kepada orang lain tentang apapun yang diketahui oleh peneliti

tentang responden diluar untuk kepentingan atau mencapai

tujuan penelitian.

c. Memberikan kompensasi

3. Substansi Keilmuan

a. Subjek penelitiannya manusia

b. Lingkup masalah: Preventif

c. Hasilnya dapat bermanfaat bagi perbaikan kebijakan pelayanan

kesehatan masyarakat.

4. Pengolahan dan Analisis Data

a. Perolehan dan penggunaan data memperhatikan prinsip

privasi, kerahasiaan, anonimitas, dan asas kesukarelaan.


35

b. Data dicatat dalam bentuk tahan lama dengan rujukan yang

sesuai.

c. Peneliti dapat merahasiakan sebagian data yang dianggap

perlu.

d. Data penelitian merupakan milik Pelayan Karaoke “B” di

Urimesing kecamatan sirimau kota Ambon

5. Laporan Hasil Penelitian

a. Hasil penelitian dipublikasikan dalam media masa bidang

keilmuan.

b. Publikasi menyertakan informasi mengenai sumber data

penelitian.

J. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan disajikan dalam

dua bentuk antara lain:

1. Tekstular yaitu penyajian data dengan menggunakan bahasa yang

benar, ringkas dan jelas.

2. Tabular yaitu penyajian data dalam bentuk tabel.


36

Anda mungkin juga menyukai