Anda di halaman 1dari 7

Vol.8 No.

1 Maret 2019 Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika | Hal 110-116

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA PESERTA


DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED DI KELAS VIII
SMPN 4 BUKITTINGGI
Rini Hendri#1, Sri Elniati*2, Hendra Syarifuddin#3
#
Mathematics Departement, Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang, Indonesia
#1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNP
*2,#3
Dosen Matematika FMIPA UNP
Rinihendri15@gmail.com

Abstract— Creative thinking is the ability in creating various, new, and extraordinary ideas and ways.
This ability is one of the skills that is needed to encounter the rapid changing era. In fact, mathematics
learning in grade VIII of SMPN 4 Bukittinggi, had not been set creative thinking as the goal. This
research aimed to describe students’ creative thinking skills in solving open-ended questions for grade
VIII of SMPN 4 Bukittinggi. The research used qualitative method with descriptive research type. The
data was collected by observation, questionnaires, mathematical creative thinking skills’ test, and the
interview. Based on the results of data analysis, it is found that students' creative thinking abilities are in
enough category, with the criteria of each indicator, namely: fluency and flexibility in the enough
category, originality and elaboration indicators in good categories.
Keywords—Analysis, creative thinking ability, open- ended problem.

PENDAHULUAN baru terhadap situasi baru. Sehingga dapat dikatakan


Pada abad ke-21 ini, peserta didik tidak hanya bahwa berpikir kreatif dapat mendukung tercapainya
memiliki kemampuan akademik, tetapi juga harus salah satu tujuan pembelajaran matematika yaitu
memiliki keterampilan yang mampu menghadapi dan kemampuan pemecahan masalah.
berkompetisi di zaman ini. Salah satu keterampilan abad Kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat atau
ke-21 adalah kreativitas dan inovasi. Hendaknya dalam digambarkan ketika peserta didik menyelesaikan soal
pembelajaran matematika, peserta didik mempunyai yang bersifat terbuka / open-ended. Soal open-ended
kmampuan berpikir dan bertindak yang kreatif, produktif, memiliki banyak jawaban benar, strategi atau langkah
kritis, mandiri, kolaboratif, serta komunikasi [1]. Jadi penyelesaiannya beragam tidak terpaku pada satu cara
berpikir kreatif menjadi satu dari beberapa kemampuan untuk mendapatkan satu jawaban benar, jawaban dan
yang ingin dikembangkan dalam proses pembelajaran di strategi penyelesaiannya beragam. Soal open-ended
sekolah untuk semua tingkat dan semua mata pelajaran, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan hasil jawaban
khususnya matematika. saja, tetapi lebih menekankan pada cara / proses
Berpikir kreatif merupakan kemampuan mendapatkan jawaban tersebut. Soal open-ended dapat
memandang masalah dari banyak sudut pandang dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan pola
menyelesaikannya dengan beraneka cara. Berpikir kreatif pikir matematis peserta didik. Peserta didik diberi
juga diartikan kemampuan memikirkan macam-macam kesempatan untuk berpikir dengan bebas sesuai minat dan
kemungkinan dalam menyelesaikan suatu masalah [2]. kemampuannya. Jadi menyelesaikan soal open-ended
Kemampuan berpikir kreatif juga mempengaruhi prestasi menjadi salah satu tes yang mampu menggambarkan
matematika peserta didik. Mereka yang kemampuan kemampuan berpikir kreatifnya [5].
berpikir kreatifnya tinggi, maka hasil prestasi matematika Berdasarkan wawancara dengan guru mata
yang dicapai juga pada tingkat yang tinggi, dan begitu pelajaran matematika, guru belum pernah melakukan tes
sebaliknya [3]. dan analisis kemampuan berpikir kreatif setiap peserta
Berpikir kreatif memiliki hubungan erat dengan didiknya. Hal ini mengakibatkan guru tidak mengetahui
salah satu tujuan pembelajaran matematika lainnya yaitu kemampuan berpikir kreatif mereka. Peserta didik yang
kemampuan pemecahan masalah. Jika peserta didik mempunyai kemampuan berpikir kreatif akan terabaikan
memiliki kemampuan berpikir kreatif, maka diharapkan ia atau kemampuannya tidak terasah, dan mereka yang
mampu memecahkan masalah rutin dan masalah non- belum mempunyai kemampuan berpikir kreatif, semakin
rutin serta melihat berbagai alternatif solusinya. tidak berkembang karena tidak diperhatikan guru. Jadi
Pemecahan masalah dan pemikiran kreatif sangat erat jika guru mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta
kaitannya [4]. Pemikiran kreatif menghasilkan cara yang didiknya, maka proses pembelajaran akan semakin
baru, dan pemecahan masalah menghasilkan tanggapan optimal. Guru dapat menerapkan model pembelajaran

110
Vol.8 No. 1 Maret 2019 Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika | Hal 110-116

yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan dapat menyelesaikan dengan bermacam-macam solusi.
memaksimalkan tujuan pembelajaran. Keluwesan diartikan peserta didik dapat menyelesaikan
Komponen berpikir kreatif ada empat yaitu: [6] suatu masalah dengan satu cara, lalu ketika diminta
1) Kelancaran dengan cara lain juga dapat menyelesaikannya dengan
Berpikir lancar adalah kemampuan yang benar. Keaslian merupakan kemampuan melahirkan
menghasilkan banyak gagasan/ jawaban yang relevan, gagasan yang baru hasil pemikirannya sendiri atau
memiliki banyak cara atau saran dalam melakukan jawaban tidak bisa dilakukan oleh peserta didik lainnya
bermacam-macam hal. Ciri-ciri peserta didik yang pada tingkat pengetahuannya. Kelancaran, keluwesan,
memiliki kelancaran yaitu : aktif dalam bertanya, satu keaslian dapat digambarkan dengan soal open-ended
masalah ditanggapi dengan banyak gagasan, lancar dalam dengan tipe terbuka pada prosesnya, soal yang memiliki
menggunakan gagasannya, bekerja lebih cepat dan banyak cara penyelesaiannya dan kaya dengan konsep-
mengerjakan sesuatu lebih banyak dari pada peserta didik konsep matematika sehingga mendorong peserta didik
lain, mampu menemukan kesalahan dan kelemahan dari untuk berpikir dari berbagai sudut pandang. Elaborasi
objek/ situasi dengan cepat. merupakan kemampuan dalam mengembangkan,
2) Keluwesan menambah, ataupun memerinci secara detail suatu objek,
Berpikir luwes adalah kemampuan yang gagasan, atau situasi. Elaborasi dapat digambarkan
menghasilkan gagasan yang bervariasi, dan mampu dengan soal open-ended, karena soal open-ended
mengubah pendekatan penyelesaian soal, serta memiliki menyajikan masalah melalui situasi masalah yang nyata
arah pemikiran yang berbeda dari lainnya. Ciri-ciri sehingga peserta didik dapat mengamati konsep
peserta didik yang berpikir luwes yaitu : memberikan matematika dan mengembangkan, menambah, atau
penyelesaian atau gagasan yang tak lazim pada suatu merinci secara detail.
objek, suatu masalah ditafsirkan dengan bermacam-
macam penafsiran, satu konsep diterapkan dengan cara METODE
yang berbeda-beda, memiliki pertimbangan atau pendapat Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian
yang berbeda saat diskusi dengan kelompok mayoritas, ini mengunakan pendekatan kualitatif, dan jenis
dan arah berpikirnya dapat diubah secara spontan. deskriptif. Penelitian deskriptif diperlukan untuk
3) Keaslian mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
Keaslian adalah kemampuan dalam memunculkan terdapat pada saat penelitian dilaksanakan. Bertujuan
jawaban atau solusi yang tidak lazim, jarang diberikan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif
kebanyakan orang, mampu memunculkan pendapat yang peserta didik dalam menyelesaikan soal open-ended.
baru dengan caranya sendiri dan unik. Ciri-ciri peserta Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII A
didik yang berpikir asli yaitu : hal-hal yang aneh atau SMPN 4 Bukittingi. Pemilihan subjek penelitian
masalah yang tidak terpikirkan orang lain menjadi salah berdasarkan kecukupan informasi atau data yang
satu yang ia pikirkan, sering bertanya mengenai cara diperlukan dan diskusi dengan guru.
lama, dan berusaha memikirkan atau menemukan cara Prosedur penelitian yang dilaksanakan terdiri dari
baru, serta memilih cara berpikirnya sendiri. tiga tahap, yaitu pertama persiapan, mempersiapkan
4) Elaborasi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk penelitian. Kedua
Elaborasi atau keterampilan merinci adalah pelaksanaan penelitian, dilakukan observasi selama
kemampuan dalam mengembangkan, menambah, pembelajaran matematika, diberikan tes kemampuan
memperkaya gagasan, merincinya secara detail, dan berpikir kreatif kepada peserta didik, kemudian dilakukan
memperluasnya. Ciri-ciri peserta didik yang elaborasi, wawancara, dan angket. Pada tahap akhir, mengumpulkan
yaitu : melakukan langkah yang terperinci untuk mencari data hasil penelitian dan mengolah data tersebut, sehingga
arti lebih mendalam pada suatu penyelesaian jawaban, diperoleh kesimpulan kemampuan berpikir kreatif
melakukan pengujian secara detail untuk menemukan matematika peserta didik.
arah penyelesaian yang akan dilakukan, memiliki rasa Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
keindahan yang tinggi, dan tidak puas dengan penampilan adalah lembar observasi, soal tes kemampuan berpikir
yang sederhana dan kosong, suka menambah garis, kreatif,pedoman wawancara, dan angket. Observasi
warna-warni, serta detail-detail pada gambarnya sendiri dilakukan selama pembelajaran matematika pada materi
ataupun gambar orang lain. lingkaran dan bangun ruang sisi datar. Tes diberikan
Soal open-ended atau soal terbuka yang merupakan soal open-ended dalam bentuk uraian.
diformulasikan memiliki multijawaban benar. Soalopen- Instrumen pedoman wawancara merupakangaris besar
ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan hasil pertanyaanuntuk mengklarifikasi hasil jawaban subjek
jawaban, tetapi lebih menekankan pada cara / proses penelitian pada tes kemampuan berpikir kreatif. Jenis
mendapatkan jawaban tersebut. Soal open-ended dapat wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak
menggambarkan kemampuan berpikir kreatif matematika terstruktur. Instrumen lainnya adalah angket kemampuan
setiap peserta didik. Pada kemampuan berpikir kreatif berpikir kreatif peserta didik pada setiap indikatornya.
terdapat empat indikator yaitu kelancaran, keluwesan, Teknis analisis data yang dilakukan adalah teknik analisis
keaslian dan elaborasi. Kelancaran diartikan peserta didik data kualitatif model Miles dan Huberman, yaitu pertama

111
Vol.8 No. 1 Maret 2019 Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika | Hal 110-116

reduksi data, kedua penyajian data, dan ketiga penarikan yang tidak terpikirkan orang lain menjadi salah satu yang
kesimpulan. ia pikirkan, dan pada indikator elaborasi yaitu melakukan
pengujian secara detail untuk menemukan arah
HASIL DAN PEMBAHASAN penyelesaian yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VIII A SMPN Tes kemampuan berpikir kreatif matematika
4 Bukittinggi, terlihat bahwa guru menggunakan model diberikan kepada peserta didik kelas VIII A SMPN 4
pembelajaran langsung, metode ceramah dan pemberian Bukittinggi. Penilaian berpedoman pada rubrik
tugas. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru kemampuan berpikir kreatif yang telah ditetapkan. Data
menjelaskan materi, peserta didik mencatat, kemudian hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematika peserta
memberikan latihan dan sesekali melakukan diskusi. didik disajikan dalam rata-rata skor setiap indikator. Rata-
Setiap pertemuan guru memberikan tugas yang rata skor setiap indikator dideskripsikan untuk melihat
ada di buku. Pada umumnya peserta didik berdiskusi pada indikator mana peserta didik menjawab dengan baik.
menyelesaikan tugas tersebut dengan temannya. Mereka Rata-rata skor setiap indikator dapat dilihat pada Tabel I.
mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang diberikan TABEL I
guru. Tugas yang diberikan guru masih sama dengan RATA–RATA SKOR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF UNTUK
contoh soal sebelumnya. Hal ini membuat mereka SETIAP INDIKATOR
kesulitan mengerjakan tugas yang berbeda dengan contoh
Indikator Rata-rata skor Kategori
soal. Soal ujian yang diberikan guru juga hampir sama
dengan soal-soal latihan. Jadi peserta didik terbiasa Kelancaran 1,17 Cukup
dengan soal-soal rutin saja. Keluwesan 0,61 Cukup
Jadi berdasarkan hasil observasi, usaha guru yang Keaslian 1,08 Baik
terlihat untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik adalah memberikan contoh-contoh Elaborasi 2,33 Baik
penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari yang Secara keseluruhan kemampuan berpikir kreatif
dekat dengan peserta didik, memberikan kesempatan peserta didik berada pada kategori cukup.Tabel I
tanya jawab, memberikan batasan waktu dalam menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi yang dicapai
mengerjakan tugas, memberikan kebebasan kepada peserta didik yaitu indikator elaborasi 2,33, hal ini berarti
peserta didik menyelesaikan soal dengan cara masing- indikator elaborasi lebih dikuasai oleh mereka daripada
masing atau menerapkan konsep dengan cara yang indikator yang lain. Rata-rata terendah pada indikator
berbeda. Pada umumnya peserta didik sudah keluwesan 0,61, sedikit dari mereka yang mampu
menunjukkan beberapa ciri-ciri berpikir kreatif. Ciri-ciri menyelesaikan soal dengan dua cara beragam dan benar.
indikator kelancaran yang terlihat yaitu aktif dalam Indikator kelancaran pada kategori cukup, banyak peserta
bertanya, satu masalah ditanggapi dengan banyak didik hanya mampu menyelesaikan soal dengan satu cara.
gagasan, lancar dalam menggunakan gagasannya, bekerja Hal ini dikarenakan peserta didik masih terfokus dengan
lebih cepat dan mengerjakan sesuatu lebih banyak dari cara yang diajarkan guru, belum terbiasa menyelesaikan
pada peserta didik lain, mampu melihat kesalahan dan dengan beberapa cara. Pada indikator keaslian, peserta
kelemahan dari objek atau situasi dengan cepat. didik menyelesaikan soal dengan cara uji coba
Ciri-ciri indikator keluwesan yang terlihat yaitu menyesuaikan jumlah volume buku dan komik dengan
satu konsep diterapkan peserta didik dengan cara yang volume kadus.
berbeda-beda, memiliki pertimbangan atau pendapat yang Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif
berbeda saat diskusi dengan kelompok mayoritas, dan matematika peserta didik secara lebih rinci, disajikan
arah berpikirnya dapat diubah secara spontan. Ciri-ciri dalam bentuk tabel persentase distribusi berdasarkan skor
indikator keaslian yang terlihat yaitu menyelesaikan yang diperoleh peserta didik untuk setiap indikator yang
masalah dengan cara yang berbeda dari contoh guru. Ciri- digunakan, seperti pada Tabel II.
ciri indikator elaborasi yang terlihat yaitu melakukan
langkah-lngkah terperinci untuk mencari arti yang lebih TABEL II
PERSENTASE DISTRIBUSI SKOR KEMAMPUAN BERPIKIR
mendalam pada suatu jawaban, memiliki rasa keindahan KREATIF MATEMATIKA PESERTA DIDIK SESUAI INDIKATOR
yang kuat, dan tidak puas dengan penampilan yang
kosong dan sederhana, suka menambah garis, warna- Persentase Peserta didik pada Skor Setiap
warni, serta detail-detail pada gambarnya sendiri ataupun Indikator Indikator (%)
gambar orang lain. 0 1 2 3 4
Beberapa indikator berpikir kreatif yang belum Kelancaran 13,89 61,11 19,44 5,56
terlihat selama observasi terdapat pada indikator
keluwesan, keaslian, dan elaborasi. Pada indikator Keluwesan 47,22 47,22 5,56
keluwesan yaitu memberikan penyelesaian atau gagasan
yang tak lazim pada suatu objek, memiliki penafsiran Keaslian 36,11 19.44 44.44
yang bermacam-macam terhadap suatu masalah. Pada
indikator keaslian yaitu hal-hal yang aneh atau masalah

112
Vol.8 No. 1 Maret 2019 Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika | Hal 110-116

Elaborasi 8,33 33,33 0 30,56 27,78

Tabel II menunjukan terdapat perbedaan signifikan


pada banyak peserta didik yang memperoleh skor
sempurna setiap indikator. Peserta didik lebih banyak
memperoleh skor sempurna pada indikator keaslian dan
kemudian elaborasi. Pada indikator kelancaran, hanya
5,56% peserta didik mampu menyelesaikan soal open-
ended dengan dua cara berbeda yang relevan dan benar.
Secara umum mereka hanya mampu menyelesaikan soal
dengan satu cara yang relevan dan benar. Pada indikator
keluwesan, hanya 5,56% peserta didik yang mampu
menyelesaikan soal dengan satu cara benar kemudian
dengan cara lain yang beragam juga benar. Secara umum
mereka belum mampu menyelesaikan soal dengan satu
cara benar kemudian dengan cara lain yang beragam juga
benar. Gambar 1. Jawaban Peserta didik A untuk indikator kelancaran
Pada indikator keaslian, sebanyak 44,44% peserta
didik mampu menyelesaikan soal dengan cara sendiri dan Peserta didik A mampu menyelesaikan soal
benar. Sudah banyak peserta didik yang mampu dengan dua cara yang berbeda. Cara pertama, menghitung
memberikan jawaban benar, namun pada umumnya luas yang diarsir dengan menghitung luas tiap daerah.
mereka menggunakan cara yang hampir sama, hanya 3 Cara kedua, menghitung luas yang diarsir dengan
orang peserta didik menggunakan cara berbeda. Pada mengurangi luas keseluruhan dengan luas yang tidak
indikator elaborasi, umumnya peserta didik mampu diarsir. Peserta didik A mampu menemukan bagian yang
menyelesaikan soal dengan benar dan rinci, dan sedikit lebih sederhana dari daerah yang tidak diarsir, sehingga
dari mereka yang memahami soal dengan baik tetapi memudahkannya dalam menjawab.
belum mampu menyelesaikan soal tersebut. Peserta didik kelompok tinggi mampu memahami
Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan menyelesaikan soal open-ended untuk indikator
matematika, peserta didik dikelompokkan menjadi kelancaran dengan dua cara. Cara pertama diselesaikan
kelompok kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini dengan benar dan jelas, namun cara kedua di beberapa
bertujuan untuk mendeskripsikan kemanpuan peserta bagian masing menggunakan cara yang sama dengan cara
didik secara menyeluruh dari yang tinggi sampai rendah. pertama. Dalam proses wawancara, kelompok tinggi
Pada masing-masing kelompok dipilih dua orang subjek lancar dalam menjelaskan jawabannya. Ketika diberi
wawancara untuk memperdalam kemampuan peserta waktu untuk memikirkan cara kedua yang berbeda dengan
didik menjawab soal open-ended. cara pertama, mereka mampu menjawabnya. Kendala
Berikut dibahas kemampuan berpikir kreatif kelompok tinggi ketika ujian hanya keterbatasan waktu.
peserta didikpada setiap indikator : Berdasarkan hasil angket, peserta didik kelompok tinggi
1. Kelancaran menunjukkan hasil yang baik sekali.
Kelancaran adalah kemampuan menghasilkan Peserta didik kelompok sedang memiliki dua tipe
banyak gagasan/ jawaban yang relevan. Berikut jawaban dalam menyelesaikan soal open-ended untuk indikator
peserta didik yang memperoleh skor maksimal. kelancaran, tipe pertama mampu menyelesaikan soal
dengan dua cara, cara yang digunakan berbeda dan
bervariasi. Dalam proses wawancara mereka menjelaskan
jawabannya dengan lancar dan jelas, serta mampu
menemukan cara ketiga dengan cepat. Jadi sudah
menunjukkan kemampuan kelancaran. Tipe kedua hanya
mampu dengan satu cara saja. Dalam proses wawancara
belum lancar mengemukakan jawabannya. Berdasarkan
hasil angket, peserta didik kelompok sedang
menunjukkan hasil yang baik.
Dalam menyelesaikan indikator kelancaran peserta
didik kelompok rendah belum mampu memberikan
jawaban dengan satu cara benar. Mereka masih keliru
memahami soal yang diberikan dan tidak dapat
menyelesaikan masalah dengan tepat. Berdasarkan hasil
angket, peserta didik kelompok rendah menunjukkan hasil
yang cukup.
2. Keluwesan

113
Vol.8 No. 1 Maret 2019 Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika | Hal 110-116

Keluwesan menyelesaikan suatu masalah dengan peserta didik kelompok rendah menunjukkan hasil yang
satu cara, kemudian diselesaikan lagi dengan cara lain, cukup.
dan mampu memberikan penjelasan tentang berbagai 3. Keaslian
metode penyelesaian yang diberikan. Berikut jawaban Keaslian adalah kemampuan untuk melahirkan
peserta didik yang memperoleh skor maksimal. gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri.
Berikut jawaban salah seorang peserta didik yang
memperoleh skor maksimal.

Gambar 2. Jawaban peserta didik B untuk indikator keluwesan

Peserta didik B mampu menyelesaikan soal dengan


cara pertama yaitu, menghitung volume prisma dengan
Gambar 3. Jawaban Peserta didik C untuk indikator keaslian
cara menghitung luas alas 6 segitiga dan kemudian cara
kedua yaitu, menghitung luas alas dengan cara membagi Gambar 3 menunjukkan bahwa peserta didik C
alas menjadi 2 trapesium sama kaki. memulai dengan langkah yang benar. Langkah
Pada soal untuk indikator keluwesan, peserta didik pertamanya adalah menghitung volume kardus, buku dan
kelompok tinggi mampu menyelesaikan cara pertama komik, kemudian mencoba-coba banyak buku dan komik
dengan benar, dan kemudian cara kedua juga benar. yang dapat di masukkan kedalam kardus. Setelah
Peserta didik sudah mampu melihat suatu masalah dari diwawancara diketahui bahwa dia memiliki kebebasan
berbagai sudut pandang. Menggunakan beberapa konsep dalam berpikir, dengan cara coba-coba melihat hubungan
untuk menyelesaikan soal. Dalam proses wawancara, antara volume kardus, buku dan komik terlebih dahulu
mampu menjelaskan dengan lancar dan menemukan cara kemudian menemukan hasilnya. Namun kelemahannya
ketiga. Berdasarkan hasil angket, peserta didik kelompok S3 tidak menuliskan semua idenya dikertas. Satu langkah
tinggi menunjukkan hasil yang baik. tidak dia tuliskan yaitu membagi volume total komik dan
Peserta didik kelompok sedang memiliki dua tipe kardus dengan volume kardus.
dalam menyelesaikan soal open-ended untuk indikator Peserta didik kelompok tinggi sudah mampu
keluwesan, tipe pertama mampu menyelesaikan soal menyelesaikan soal open- ended untuk indikator keaslian
hanya dengan satu cara. Dalam proses wawancara mampu dengan skor maksimal. Mereka sudah mencoba
menjelaskan jawabannya dengan lancar dan jelas. Dan menyelesaikan dengan cara masing-masing dan pada
ketika ditanya cara kedua, dia mampu menjawabnya. Jadi umumnya hanya mencoba-coba saja. Namun ada satu
tipe pertama sudah mampu menyelesaikan indikator peserta didik yang menjawab dengan menerapkan
keluwesan.Tipe kedua tidak memberikan jawaban atau persamaan linear dua variabel. Dalam proses wawancara,
jawaban yang salah. Dalam proses wawancara tipe kedua mereka lancar mengemukakan gagasannya. Peserta didik
belum lancar dalam mengemukakan jawabannya. Peserta belum terbiasa menyelesaikan soal dengan cara sendiri,
didik belum mampu melihat masalah dari berbagai sudut jadi mereka pada umumnya hanya mencoba-coba banyak
pandang, karena masih beranggapan bahwa prisma buku dan komik yang dapat memenuhi kardus. Langkah
segienam beraturan hanya dapat diselesaikan dengan penyelesaian lainnya bisa dengan memperhitungkan
rumus khusus untuk segienam beraturan. Jadi tipe kedua ukuran buku, komik dan kardus. Berdasarkan hasil
belum memiliki indikator keluwesan.Berdasarkan hasil angket, peserta didik kelompok tinggi menunjukkan hasil
angket, peserta didik kelompok sedang menunjukkan yang baik.
hasil yang cukup. Peserta didik kelompok sedang menyelesaikan soal
Dalam menyelesaikan soal untuk indikator open- ended untuk indikator keaslian dengan cara
keluwesan peserta didik kelompok rendah memberikan mencoba-coba saja, dengan syarat jumlah volume buku
jawaban yang salah atau tidak menjawab. Dalam proses dan komik yang dimasukan ke dalam kadus sama dengan
wawancara diketahui bahwa mereka tidak memahami volume kardus. Ada juga yang belum mampu
konsep volume bangun datar, namun ada satu yang menyelesaikan indikator keaslian, tidak menjawab atau
mampu dengan satu cara. Dalam proses wawancara belum memberikan jawaban yang salah. Dalam proses
lancar mengemukakan jawabannya dan tidak dapat wawancara, diketahui ada yang memang sudah terbiasa
mengemukakan cara lainnya. Berdasarkan hasil angket, menjawab soal dengan caranya sendiri untuk
memudahkannya menjawab soal, tetapi secara umum

114
Vol.8 No. 1 Maret 2019 Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika | Hal 110-116

masih terfokus dengan cara guru. Berdasarkan hasil menuliskan langkah penyelesaian masalah. Hal ini
angket, peserta didik kelompok sedang menunjukkan disebabkan anggapan mereka bahwa soal cerita
hasil yang cukup. merupakan soal yang sulit. Berdasarkan hasil angket,
Peserta didik kelompok rendah belum mampu peserta didik kelompok sedang menunjukkan hasil baik.
menyelesaikan indikator keaslian. Pada umumnya peserta Peserta didik kelompok rendah belum mampu
didik tidak ada usaha untuk menjawab soal, memeriksa menyelesaikan soal open-ended untuk indikator elaborasi
kebenaran dari pernyataan yang diberikan. Peserta didik dengan baik dan benar. Mereka tidak menuliskan
hanya menuliskan soal kembali. Namun ada peserta didik informasi yang terdapat pada soal dengan rinci dan jelas,
yang mencoba menjawab, sudah dengan langkah yang dan langkah penyelesaiannya. Namun ada juga yang
terarah, tetapi keliru dalam penyesuaian perhitungan sudah mencoba menjawab meskipun jawabannya salah.
ukuran buku dan komik dangan ukuran kardus. Hal ini disebabkan mereka tidak merinci terlebih dahulu
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa, peserta semua informasi dan tidak memahami maksud soal
didik kelompok rendah meiliki kekurangan dalam dengan baik. Dalam proses wawancara peserta didik juga
pemahaman konsepnya. Peserta didik tidak dapat tidak mampu menjelaskan langkah penyelesaiannya.
menentukan rumus-rumus volume bangun ruang sisi Mereka merasa soal tersebut sulit. Karena terlalu banyak
datar. Berdasarkan hasil angket, peserta didik kelompok informasi jadi bingung untuk menjawabnya. Jadi
rendah menunjukkan hasil yang cukup. penyebab utamanya adalah peserta didik tidak memahai
4. Elaborasi konsep dengan baik. Berdasarkan hasil angket peserta
Elaborasi adalah kemampuan untuk didik kelompok rendah menunjukkan hasil yang cukup.
mengembangkan, menambah, atau memerinci secara detil Secara umum faktor penyebab rendahnya
suatu objek, gagasan, atau situasi. Berikut jawaban salah kemampuan berpikir kreatif peserta didik adalah
seorang peserta didik yang memperoleh skor maksimal. penggunaan soal rutin, sehingga mereka kesulitan dalam
menerjemahkan soal ke dalam kalimat matematika dan
kesulitan menyelesaikan soal berpikir kreatif [7].
Berdasarkan hasil observasi, tes, wawancara, dan angket
diketahui bahwa faktor lain yang menjadi kesulitan
peserta didik dalam menyelesaikan soal open-ended
adalah kebiasaan peserta didik yang menghafal rumus dan
langkah penyelesaian yang dicontohkan guru, guru masih
menjadi tokoh utama dalam proses pembelajaran.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta
didik di kelas VIIIA SMPN 4 Bukittinggi dalam
menyelesaikan soal open-ended berada pada kategori
cukup, dengan kriteria masing-masing indikator yaitu:
Gambar 4. Jawaban peserta didik D untuk indikator elaborasi
indikator kelancaran berada pada kategori cukup,
Gambar 4 menunjukkan peserta didik D indikator keluwesan berada pada kategori cukup,
memahami informasi yang ada pada soal dengan rinci dan indikator keaslian berada pada kategori baik, indikator
benar,menuliskan semua yang diketahui dengan rinci, elaborasi berada pada kategori baik.
langkah penyelesaian terurut dan memberikan alasan
yang jelas. UCAPAN TERIMA KASIH
Peserta didik kelompok tinggi sudah mampu Penelitian ini dengan judul “Analisis Kemampuan
menyelesaikan soal open-ended untuk indikator elaborasi. Berpikir Kreatif Matematika Peserta Didik dalam
Mereka mampu memahami informasi masalah dan Menyelesaikan Soal Open-Ended di Kelas VIII SMPN 4
menguraikan penyelesaian masalah dengan benar serta Bukittinggi” dapat diselesaikan berkat bantuan dan
merincinya secara detail sehingga dapat membuat dukungan dari keluarga, teman-teman prodi Pendidikan
kesimpulan yang tepat. Berdasarkan hasil angket, peserta Matematika angkatan 2013 FMIPA UNP, dan Kepala
didik kelompok tinggi menunjukkan hasil yang baik Sekolah, Guru Matematika, dan Siswa kelas VIII SMPN
sekali. 4 Bukittinggi.
Dalam menyelesaikan soal open-ended untuk
indikator elaborasi, peserta didik kelompok sedang REFERENSI
mampu memahami informasi masalah tetapi tidak [1] Kemendikbud. 2014. Permendikbud No.58 tentang Kurikulum
dituliskan secara rinci, menguraikan penyelesaian 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
masalah dengan benar dan merincinya secara detail [2] Munandar. Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak
sehingga dapat membuat kesimpulan dengan tepat, namun Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
ada juga yang hanya merinci informasi soal dan tidak

115
Vol.8 No. 1 Maret 2019 Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika | Hal 110-116

[3] Supardi U. S. 2012. Peran Berpikir Kreatif dalam Proses didik MTs Annajah Jakarta”. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Pembelajaran Matematika. Jurnal Formatif, 2(3): 248-262 Jakarta. Tersedia online di: http://repository.uinjkt.ac.id. Diakses
[4] Evans, James R. 1994. Berpikir Kreatif dalam Pengambilan tanggal 15 April 2017
Keputusan dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara [7] Putra, Tomi Tridaya., Irwan., Dodi Vionanda. 2012.
[5] Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan
Kontemporer. Bandung: Fak MIPA UPI. Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika.
[6] Rochmanto, Priyogo Wahyu. 2014. “Pengaruh Pendekatan Open Vol.1 No. 1.
Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Peserta

116

Anda mungkin juga menyukai