Anda di halaman 1dari 3

Kiper Modern dalam Sepakbola Modern*

January 17, 2016

*Tulisan ini sebagai pengantar kegiatan “Goalkeeper Advanced Coaching Seminar”


yang akan diadakan di GBK - Jakarta, 2-3 Maret 2016. Info lebih lanjut klik di sini.

Dalam FIFA Law of the Game, ada satu pemain sepakbola dalam tim yang memiliki
kekhususan tersendiri. Ia menggunakan warna baju yang berbeda dan menjadi satu-
satunya pemain yang boleh menggunakan tangan di kotak pinalti sendiri. Ya, ia adalah
penjaga gawang alias kiper. Ia adalah pemain istimewa yang tentunya juga perlu
mendapatkan penanganan istimewa pula.

Penanganan istimewa pada kiper diwujudkan dengan keberadaan pelatih kiper yang
kemudian menangani latihan khusus kiper. Pada perkembangannya, terjadi suatu
pemisahan cukup tegas antara latihan kiper dengan latihan tim. Secara umum,
kebanyakan kiper berlatih secara terpisah dengan pelatih kiper. Integrasi kiper ke dalam
tim baru terjadi saat game di akhir latihan.

Sepakbola terus berkembang. Demi mengikuti perkembangan sepakbola, dibutuhkan


suatu metode latihan yang dapat mengakomodir berbagai tuntutan sepakbola modern.
Untuk itu penting sebelum menentukan metode dan pola latihan, dilakukan suatu
penelaahan terhadap permainan sepakbola itu sendiri. Pada kasus kiper, analisa itu
dilakukan dengan cara meneliti apa yang seorang kiper lakukan selama 90 menit dalam
pertandingan top level dunia.

Aksi Kiper
KickOff! melakukan riset sederhana pada beberapa game top level dunia. Salah satu
game yang kami jadikan contoh adalah game Belanda vs Argentina, semifinal Piala
Dunia Brasil 2014. Adapun elemen aksi yang dicatat adalah perbandingan aksi attacking
dan aksi defending. Lalu perbandingan aksi yang dilakukan kiper dengan kaki dan
tangan. Terakhir, waktu antar satu aksi ke aksi lainnya.
Hasilnya cukup menarik. Jasper Cillesen melakukan 22 aksi sepanjang babak ke-1.
Dari 22 aksi tersebut, 7 dilakukan saat tim tidak menguasai bola (Defending). 10
dilakukan saat tim menguasai bola (Attacking). Sisanya 5 aksi terjadi saat transisi.
Romero melakukan 10 aksi. Masing-masing 4 aksi saat bertahan dan menyerang. Lalu
sisanya 2 aksi saat transisi. Artinya kerja kiper dalam tiga momen pertandingan yaitu
menyerang-bertahan-transisi cukup berimbang.

Bagaimana soal perimbangan penggunaan tangan dan kaki dalam pertandingan?


Ternyata fakta mengatakan Romero melakukan 5 kali aksi dengan tangan. Juga 5 kali
aksi dengan kaki. Sebaliknya, Cillessen lebih banyak melakukan aksi dengan kaki.
Sepanjang babak ke-1, ia beraksi dengan tangan sebanyak 10 kali. Sisanya 12 kali, ia
beraksi gunakan kakinya. Ini berarti kedua kiper dunia ini menggunakan kaki dan tangan
hampir sama banyaknya.

Hal menarik lain dari riset sederhana ini adalah ternyata adanya jarak waktu yang
sangat lama dari terjadinya satu aksi kiper ke aksi berikutnya. Jarak waktu antar aksi
Cillesen paling cepat adalah 14 detik. Sedangkan yang paling lama adalah 10 menit 37
detik. Hal yang mirip terjadi pada Romero. Jarak antar aksi tercepat Romero adalah 12
detik. Sedang yang terlama adalah 10 menit 32 detik. Fakta ini membuktikan bahwa
setelah kiper melakukan suatu aksi, ia memiliki waktu istirahat yang amat banyak
sebelum kembali melakukan aksi berikutnya.

Konsekuensi Latihan
Dari riset sederhana, bisa diambil beberapa kesimpulan penting. Pertama, tiga momen
penting di sepakbola, yaitu attacking-defending-transition juga terjadi pada kiper. Itulah
sebabnya seorang kiper harus secara proporsional mengalami tiga momen sepakbola
tersebut dalam latihan. Tidak bisa dipungkiri, umumnya latihan kiper lebih terfokus pada
aksi bertahan. Seperti lompat, tangkap, blok, tip dan tinju. Amat jarang kiper berlatih aksi
menyerang seperti passing, kontrol atau lempar.

Kesimpulan kedua adalah sepakbola modern menuntut seorang kiper untuk sama-sama
lihai gunakan kaki dan tangan. Tentunya kembali latihan kiper harus merangsang kiper
untuk gunakan tangan dan kaki sama banyaknya. Lagi-lagi, kita harus mengakui bahwa
umumnya kepelatihan kiper yang berlaku sekarang masih sedikit sekali mengakomodir
penggunaan kaki. Tak heran, banyak kiper di Indonesia selalu gagap saat menerima
backpass.
Fakta berikutnya adalah jarak waktu antar aksi kiper umumnya sangatlah lama. Langka
sekali terjadi dua atau tiga aksi beruntun dalam waktu singkat. Kesimpulannya, untuk
seorang kiper kualitas aksi seorang kiper jauh lebih penting dari pada kuantitas aksi.
Sebab umumnya setiap aksi kiper dilakukan dalam keadaan segar. Setelah kiper pulih
secara total (fully recovered). Untuk itu, latihan kiper juga harus memberi penekanan
lebih pada kualitas aksi, ketimbang kuantitas aksi. Bukan rahasia lagi, latihan kiper yang
ada masih sering lebih menekankan pada repetisi daripada kualitas aksi!

Kesimpulan terakhir adalah kiper modern senantiasa terlibat pada permainan tim. Dalam
pertandingan kiper tidak bekerja sendirian, tetapi bersama kawannya. Ini berlaku saat
menyerang, bertahan maupun transisi. Untuk itu, kiper juga harus banyak terlibat dalam
permainan bersama kawan dalam latihan. Menyesuaikan levelnya, harus ada proporsi
lebih banyak untuk latihan kiper yang terintegrasi pada latihan tim. Penting misalnya
kiper juga terlibat pada latihan position game atau pressing. Proses komunikasi dan
pengambilan keputusan kiper akan terasah dengan sendirinya.

Tantangan terbesar adalah wrong mindset alias pola pikir keliru. Pada kasus filosofi
latihan kiper, problem mindset ini bisa datang dari pengurus, pelatih kepala, pelatih
kiper, bahkan kiper itu sendiri. Mindset keliru itu diantaranya adalah latihan bersama tim
bukanlah latihan kiper! Jadi ketika kiper terlibat pada latihan 4v2, meski didampingi oleh
pelatih kiper, sering dianggap bukan latihan kiper. Jika ini terjadi, maka selamanya
kiper-kiper kita akan sulit memenuhi tuntutan sepakbola modern. Pertanyaannya ialah,
“apakah kita mau membiasakan yang benar, atau membenarkan yang biasa?”. Selamat
mencetak kiper modern! <>

@kickoffid

*KickOff! Indonesia menyelenggarakan “Goalkeeper Advanced Coaching Seminar” yang


akan diadakan di GBK - Jakarta, 2-3 Maret 2016. Pada seminar tersebut, akan hadir
Iwan Setiawan (AFC A License), Jarot Supriadi (GK Coach Bali United) & Jan Saragih
(UEFA B Coach) yang akan mengupas kiper modern pada sepakbola modern. Berbagai
materi kepelatihan kiper yang terintegrasi dengan tim juga akan dibagi dalam seminar
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai