Rawa dibedakan menjadi dua; Hutan Rawa air tawar dan Hutan bakau.
Hutan rawa air tawar, atau banjir hutan, adalah hutan yang dibanjiri dengan air
tawar, baik secara permanen maupun musiman. Mereka biasanya terjadi di
sepanjang hilir sungai dan sekitar danau air tawar.
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di
atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari
gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
2. Paya
Paya atau disebut juga paya-paya adalah sejenis lahan basah yang terbentuk dari
lapangan yang sering atau selalu tergenang oleh air. Paya adalah rawa dangkal yang
terutama ditumbuhi oleh rerumputan seperti wlingi, mendong, gelagah, atau terna
sejenis bakung, teratai dan sebangsanya.
Paya bisa jadi merupakan bagian dari ekosistem yang lebih besar, seperti
mangrove atau hutan rawa gambut. Atau, merupakan wilayah ekoton (peralihan)
antara danau, sungai dan hutan rawa air tawar.
3. Gambut
Lahan gambut adalah lahan tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa tumbuhan
dengan kondisi setengah membusuk. Lahan ini memiliki kandungan organik yang
cukup tinggi, sehingga karakter tanahnya subur dan cocok untuk perkebunan. Luas
lahan gambut secara keseluruhan mencapai setengah dari luas lahan basah di dunia,
dan menutupi 3% dari total luas permukaan bumi . Semua lahan gambut dapat
dijumpai di berbagai belahan dunia.
Berikut beberapa dokumentasi dari lahan gambut yang berada di ujung jalan
Sepakat II Pontianak, Kalimantan Barat yang diambil tanggal 29 Agustus 2019.
Tampak tanah gambut berwarna coklat gelap dengan tekstur lembek dan lunak. Serta
memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi.
Karena kondisi tanah gambut yang
memiliki kadar air yang tinggi dan
disertai drainase yang buruk pada
beberapa bagian dari lahan gambut
tergenang air.
Di sekitaran lahan gambut ini juga rawan terhadap kebakaran, walaupun lahan gambut
memiliki kadar air yang tinggi namun ketika kadar air menyusut di musim kemarau,
serta kegiatan pengeringan gambut yang dilakukan oleh manusia meningkatkan potensi
kebakaran di atas lahan gambut. Dalam kondisi seperti itu, api akan membakar bahan-
bahan yang ada di atas permukaan lahan seperti pepohonan, semak, dan lain-lain.
C. Manfaat Lahan Basah
Lahan basah memiliki banyak sekali manfaat dan memiliki peran penting bagi
kehidupan umat manusia. Ekosistemnya menyediakan air bersih, keanekaragaman
hayati, pangan, berbagai material, mengendalikan banjir, menyimpan cadangan air tanah,
dan mitigasi perubahan iklim.
Secara spesifik lahan basah berupa kawasan gambut memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Lahan Gambut dapat menyerap air hujan, mencegah terjadinya banjir, melepaskan
air secara perlahan-lahan, dan menjamin pasokan air bersih sepanjang tahun.
2. Jutaan orang bergantung pada lahan gambut sebagai kawasan untuk menggembala
ternak, penangkapan ikan, dan melakukan kegiatan pertanian.
3. Hutan rawa gambut tropis merupakan rumah bagi ribuan hewan dan tumbuhan,
termasuk spesies langka dan terancam punah seperti orangutan dan harimau
Sumatera.
4. Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan yang ada di
seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, lahan gambut dapat menjadi
sumber utama emisi gas rumah kaca.
Sumber :
https://indonesia.wetlands.org/id/wetlands/mengapa-lahan-basah-penting/
https://jurnalbumi.com/knol/lahan-basah/
https://indonesia.wetlands.org/id/wetlands/apa-lahan-basah-itu/
https://pllbfmipaunlam.wordpress.com/2015/02/27/lahan-basah-wetland/
https://leimena.org/blog/2010/03/09/konservasi-dan-rehabilitasi-lahan-gambut-kunci-penurunan-
emisi-gas-rumah-kaca-nasional/