Anda di halaman 1dari 6

LAHAN BASAH

A. Pengertian Lahan Basah


Lahan basah adalah suatu wilayah dimana tanahnya tergenang oleh air atau
memiliki kandungan air yang tinggi. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai,
hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga
terumbu karang. Lahan ini bisa ada di perairan tawar, payau maupun asin, proses
pembentukannya bisa alami maupun buatan.
Lahan basah meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi ini, namun merupakan
sistem yang sangat penting bagi alam seperti pembuluh darah bagi seluruh bentang
alam. Lahan basah adalah salah satu bagian permukaan bumi yang sangat unik dan
tersebar tidak merata di bumi. Di Indonesia, lahan basah banyak dijumpai di
Kalimantan dan Sumatera.
Ekosistem lahan basah terbentuk akibat adanya genangan air yang terjadi secara
terus menerus, baik permanen maupun musiman. Kemudian biota yang ada di areal
tersebut beradaptasi terhadap kondisi yang basah. Keadaan alam dan biota tersebut
membentuk sebuah ekosistem khas disebut lahan basah.

B. Jenis-jenis Lahan Basah


Beberapa Jenis Lahan Basah:
1. Rawa
Rawa adalah daerah yang hampir selalu tergenang air sepanjang tahun.
Ketinggian air di daerah ini dapat bervariasi, mulai dari sangat dangkal hingga
cukup dalam. Umumnya rawa-rawa tergenang air sebagai dampak dari sistem
drainase yang mengalami hambatan. Termasuk di dalamnya yaitu area rawa gambut
yang banyak dijumpai di sekitar pulau jawa, terutama di daerah sekitar pantai.

Rawa dibedakan menjadi dua; Hutan Rawa air tawar dan Hutan bakau.
Hutan rawa air tawar, atau banjir hutan, adalah hutan yang dibanjiri dengan air
tawar, baik secara permanen maupun musiman. Mereka biasanya terjadi di
sepanjang hilir sungai dan sekitar danau air tawar.
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di
atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari
gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
2. Paya
Paya atau disebut juga paya-paya adalah sejenis lahan basah yang terbentuk dari
lapangan yang sering atau selalu tergenang oleh air. Paya adalah rawa dangkal yang
terutama ditumbuhi oleh rerumputan seperti wlingi, mendong, gelagah, atau terna
sejenis bakung, teratai dan sebangsanya.
Paya bisa jadi merupakan bagian dari ekosistem yang lebih besar, seperti
mangrove atau hutan rawa gambut. Atau, merupakan wilayah ekoton (peralihan)
antara danau, sungai dan hutan rawa air tawar.
3. Gambut
Lahan gambut adalah lahan tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa tumbuhan
dengan kondisi setengah membusuk. Lahan ini memiliki kandungan organik yang
cukup tinggi, sehingga karakter tanahnya subur dan cocok untuk perkebunan. Luas
lahan gambut secara keseluruhan mencapai setengah dari luas lahan basah di dunia,
dan menutupi 3% dari total luas permukaan bumi . Semua lahan gambut dapat
dijumpai di berbagai belahan dunia.
Berikut beberapa dokumentasi dari lahan gambut yang berada di ujung jalan
Sepakat II Pontianak, Kalimantan Barat yang diambil tanggal 29 Agustus 2019.

Tampak tanah gambut berwarna coklat gelap dengan tekstur lembek dan lunak. Serta
memiliki kandungan air dan bahan organik yang tinggi.
Karena kondisi tanah gambut yang
memiliki kadar air yang tinggi dan
disertai drainase yang buruk pada
beberapa bagian dari lahan gambut
tergenang air.

Sungai yang berada disepanjang lahan gambut mempunyai kandungan organik


berlumpur dan saat air sungai kering membuat air sulit untuk mengalir. Walaupun
dengan kondisi tersebut tanah disekitar tetap memiliki kandungan air yang cukup tinggi
dapat dilihat dari tanah tersebut yang kelihatan lembab.
Beberapa jenis vegetasi yang tumbuh pada lahan gambut. Tanah gambut yang
memiliki kandungan air yang cukup tinggi membuat tanaman dan pohon dapat
tumbuh cukup subur di lokasi ini.

Di sekitaran lahan gambut ini juga rawan terhadap kebakaran, walaupun lahan gambut
memiliki kadar air yang tinggi namun ketika kadar air menyusut di musim kemarau,
serta kegiatan pengeringan gambut yang dilakukan oleh manusia meningkatkan potensi
kebakaran di atas lahan gambut. Dalam kondisi seperti itu, api akan membakar bahan-
bahan yang ada di atas permukaan lahan seperti pepohonan, semak, dan lain-lain.
C. Manfaat Lahan Basah
Lahan basah memiliki banyak sekali manfaat dan memiliki peran penting bagi
kehidupan umat manusia. Ekosistemnya menyediakan air bersih, keanekaragaman
hayati, pangan, berbagai material, mengendalikan banjir, menyimpan cadangan air tanah,
dan mitigasi perubahan iklim.
Secara spesifik lahan basah berupa kawasan gambut memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Lahan Gambut dapat menyerap air hujan, mencegah terjadinya banjir, melepaskan
air secara perlahan-lahan, dan menjamin pasokan air bersih sepanjang tahun.
2. Jutaan orang bergantung pada lahan gambut sebagai kawasan untuk menggembala
ternak, penangkapan ikan, dan melakukan kegiatan pertanian.
3. Hutan rawa gambut tropis merupakan rumah bagi ribuan hewan dan tumbuhan,
termasuk spesies langka dan terancam punah seperti orangutan dan harimau
Sumatera.
4. Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan yang ada di
seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, lahan gambut dapat menjadi
sumber utama emisi gas rumah kaca.

D. Upaya Konservasi Lahan Basah


Masyarakat dunia mulai mengangkat keberadaan lahan basah dalam kebijakan
global sejak tahun 1960-an. Sekelompok ahli dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
mengkhawatirkan kondisinya yang semakin memburuk. Pada tahun 1971 digelar
konvensi pertama lahan basah yang diikuti 18 negara.
Konvensi diselenggarakan di kota Ramsar, Iran, menghasilkan sebuah kesepakatan
Ramsar. Pada tahun 1975 konvensi tersebut mendapatkan kekuatan politik yang
mengikat karena diakui oleh UNESCO. Setahun berikutnya, diadakan konferensi
Contracting of Parties (COP) pertama yang diiukti 38 negara, dan selalu digelar hingga
saat ini.
Pada lahan gambut langkah yang perlu dilakukan dalam rangka konservasi dan
rehabilitasi secara tepat adalah:
1. Mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan di lahan gambut.
2. Menetapkan areal lahan gambut yang memiliki kedalaman lebih dari 4 m
sebagai kawasan konservasi.
3. Mengelola secara lestari hutan gambut yang memiliki kedalaman 1-4 m lahan
dan tidak menetapkannya sebagai hutan konversi. Hanya hutan gambut yang
kurang dari 1 m yang dapat dikonversi untuk keperluan lain dengan tetap
mengindahkan kaidah konservasi tanah, air dan satwa liar.
4. Melakukan rehabilitasi lahan gambut yang sudah mengalami drainase hebat
dengan menutup kanal yang sudah dibuat. Menanam pohon pada hutan gambut
yang mengalami degradasi dengan jenis-jenis lokal.
5. Menata ulang sistem pengelolaan lahan gambut dengan sistem kelembagaan
dan kewenangan yang jelas baik di tingkat pusat maupun daerah.
6. Mencabut Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 14/Permentan/ PL.110/2/2009
Tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit.

Sumber :

https://indonesia.wetlands.org/id/wetlands/mengapa-lahan-basah-penting/

https://jurnalbumi.com/knol/lahan-basah/

https://indonesia.wetlands.org/id/wetlands/apa-lahan-basah-itu/

https://pllbfmipaunlam.wordpress.com/2015/02/27/lahan-basah-wetland/

https://leimena.org/blog/2010/03/09/konservasi-dan-rehabilitasi-lahan-gambut-kunci-penurunan-
emisi-gas-rumah-kaca-nasional/

Anda mungkin juga menyukai