Anda di halaman 1dari 46

Curiculum Vitae

o Update Infection Control and Septic Shock


RIWAYAT DIKLAT (Surabaya, 2016)
o Workshop implementasi program PPI di RS o Participant in the 8th International Congress of
sesuai standar akreditasi KARS 2012 dan JCI Asia Pasific Society of Infection Control/APSIC,
edisi 4(RS Fatmawati – Jakarta, 2014) (Bangkok – Thailand, 2017)
Nama : Ari Siswanto Efendi o Workshop Pengukuran, Analisa dan Validasi o Pelatihan IPCN Lanjut HIPPII (Jakarta, 2017)
Data Indikator untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien (Jakarta, 2014) o Participant in symposium & workshop peripheral
Alamat : Ds. Suruh RT 10 RW 02 line and central care INICC Bundle (Jakarta,
o Pelatihan PPI Dasar (RS Siloam Surabaya, 2014) 2017)
Sukodono o Pelatihan PPI Tingkat Lanjut (RS Siloam o Participant in one day national symposium hand
Pekerjaan : IPCN RSUD Sidoarjo Surabaya, 2014) hygiene focus : where are we now (Jakarta,
o Nasional Workshop & Caracter Building IPCN 2017)
(2014 – Sekarang) (Batu, 2015) o Pelatihan Manajemen Risiko (Sidoarjo, 2017)
Organisasi : PPNI & HIPPII o Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HIPPII Ke -1 o Pelatihan Customer Service Dalam Upaya
(Surabaya, 2015) Meningkatkan Komunikasi Informasi Edukasi
Phone : 0815 5316 3181 o Workshop Para Pimpinan, Pokja Akreditasi dan dan Handling Complain (Sidoarjo, 2017)
Staf Klinis Tentang PPI dalam standar akreditasi o Participant SHEA – EUCIC – ISC Epidemiology
Email : aritiens77@gmail.com RS tahun 2012, KARS (Jakarta, 2016) Training, (Yogyakarta, 2017)
o Pelatihan Training of Trainer PPI PPSDM o Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HIPPII ke – 3
Kemenkes (Surabaya, 2016) (Batam, 2017)
o Pelatihan IPCN HIPPII (Surabaya, 2016) o Pelatihan Manajemen Risiko (Sidoarjo, 2017)
o Participant in symposium of wound infection : o Workshop SNARS Edisi 1, KARS (Sidoarjo, 2018)
From Basic to Clinic (Surabaya, 2016)
o Pelatihan Surveilans Berbasisi Android (Surbaya,
o Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HIPPII Ke -2 2018)
(Bandung, 2016)
o Pelatihan Patient Safety (Sidoarjo, 2019)
o Pelatihan K3RS (Sidoarjo, 2016)
PENDAHULUAN
Di banyak fasilitas perawatan kesehatan, pasien
dengan penyakit menular yang diketahui atau
diduga diisolasi secara fisik dari pasien lain.
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan standar
untuk kamar isolasi yang direnovasi atau yang
baru di fasilitas perawatan kesehatan .
PENDAHULUAN
Prosedur Isolasi dan barier precaution bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan penularan
langsung atau tidak langsung pasien-ke-pasien
dari layanan kesehatan terkait
infeksi yang dapat terjadi.
TATALAKSANA PROSEDUR
ISOLASI
Ari Siswanto Efendi, S.Kep.,Ns
PENDAHULUAN
Selain penularan dari pasien ke pasien, infeksi
terkait layanan kesehatan dapat bersifat endogen
(pasien adalah sumber patogen menyebabkan
infeksi) atau didapat (eksogen) dari lingkungan
sumber seperti persediaan air yang
terkontaminasi, peralatan medis, cairan intravena
, dll.
PENDAHULUAN

Kombinasi penerapan keawaspaan standar dan


prosedur isolasi merupakan strategi yang efektif
dalam mengendalikan penularan agen infeksius
terkait perawatan kesehatan
GOALS
Mengontrol aliran udara di dalam ruangan
sehingga jumlah infeksi yang ditularkan melalui
partikel udara dikurangi ke tingkat yang
memastikan infeksi silang dari orang lain di
fasilitas pelayanan kesehatan tidak mungkin
terjadi.
GOALS

Meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas


pelayanan kesehatan, sehingga melindungi
sumber daya manusia kesehatan, pasien dan
masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
DASAR KEBIJAKAN

DESIGN RUANG RAWAT


• Tersedia ruang rawat
tersendiri (privat
room) untuk isolasi
pasien infeksius dan
imunitas rendah
DASAR KEBIJAKAN
Standar PPI 8
Rumah sakit menyediakan alat
pelindung diri untuk kewaspadaan
(barrier precautions) dan prosedur
isolasi yang melindungi pasien,
pengunjung, dan staf dari penyakit
menular serta melindungi pasien
yang mengalami imunitas rendah
(immunocompromised) dari infeksi
yang rentan mereka alami.
Elemen Penting

 Kontrol kuantitas dan kualitas  Mengencerkan (deluting)


udara masuk atau keluar. partikel infeksius dengan
 Pertahankan tekanan udara yang volume udara besar.
berbeda antara area yang
berdekatan.  Filter udara - Filter HEPA dll
 Merancang pola aliran udara
(airflow) untuk prosedur klinis
tertentu.
JENIS TRANSMISI
Infeksi dapat terjadi melalui
3 mekanisme:
 Melalui kontak,  Melalui droplet  Melalui
(kulit atau mukosa)  udara/airborne:
transfer pernapasan yang partikel 5 μm atau
mikroorganisme lebih besar dari 5 lebih kecil menetap di
secara langsung dari udara dalam waktu
satu pasien ke pasien μm, yang tidak
yang lama, dan dapat
yang lain atau melalui tinggal lama di udara bergerak ke jarak
tangan seorang dan biasanya yang jauh dan
petugas, dan tidak menginfeksi host
langsung melalui bergerak jarak rentan beberapa
permukaan kurang dari 1 meter. meter dari sumber.
terkontaminasi.
KLASIFIKASI RUANG ISOLASI

Isolasi Standar (S)

Isolasi Negatif (N)

Isolasi Positif (P)

Isolasi Alternatif (A)


KLASIFIKASI RUANG ISOLASI

IHFG versi 5 2017


ANTEROOM

o Loby airlock
o Membutuhkan ruang yang cukup untuk
penyimpanan APD (sarung tangan, gawn, masker
dll)
o Anteroom seharusnya tidak di sharing dengan
ruang isolasi
o Jika ensuite disediakan untuk ruang isolasi, pintu
masuk ensuite tidak boleh dalam anteroom
ANTEROOM

o Anteroom disediakan untuk akses staf dan


pengunjung, dan tidak perbolehkan untuk
akses bed
o Pintu masuk terpisah ke ruang pasien
disediakan untuk akses bed
Alasan akses bed harus terpisah

1) Kamar pasien sangat bertekanan negatif dibandingkan


dengan koridor ; ketika pintu ke kamar pasien terbuka,
udara dari koridor akan ditarik ke kamar pasien - tidak
ada akses keluar organisme dari kamar pasien ke
koridor
2) Anteroom tekanan negatif dibandingkan dengan
koridor, ketika pintu dari koridor ke anteroom dibuka,
udara ditarik dari koridor ke anteroom
Alasan akses bed harus terpisah

3) Bedroom tekanan negatif dibanding dengan


Anteroom, ketika pintu antara bedroom dan
anteroom terbuka, udara akan mengalir bedroom
dan tidak mengalir melalui Anteroom
4) Kamar yang bertekanan sangat negatif akan
mencegah udara dari anteroom, bedroom mengalir
ke koridor
ANTEROOM Fungsi
o Area terkendali di mana transfer persediaan, peralatan, dan
orang dapat terjadi tanpa kontaminasi yang berdampak pada
area perawatan kesehatan di sekitarnya.
o Suatu barier terhadap potensi gangguan/kehilangan tekanan
ruang.
o Mengontrol masuk atau keluarnya udara terkontaminasi ketika
pintu anteroom dibuka.
o Area terkontrol di mana APD atau pakaian dipakai/dilepas
sebelum masuk/keluar dari area ruang isolasi/kontaminasi
ANTEROOM

Design
ISOLASI STANDAR
KELAS “S”
ISOLASI STANDAR

Ruang isolasi kelas “S” dengan


tekanan standar, untuk mengisolasi
pasien dengan penularan infeksi
melalui kontak dan droplet
ISOLASI STANDAR

AC normal sesuai


Ruang Isolasi tekanan standar dapat
digunakan untuk pasien yang lain
ketika tidak diperlukan untuk tujuan
isolasi
ISOLASI STANDAR

Elemen yang disarankan untuk Kamar Isolasi


Kelas S :
 Tempat cuci tangan ada di dalam ruangan
 Kamar mandi/toilet
 Pintu yang menutup sendiri.
ISOLASI STANDAR

Elemen opsional untuk isolasi Kelas S :


 Pan sanitiser dekat ruangan
 Beri label yang menunjukkan ruangan tekanan
standar
ISOLASI STANDAR
ISOLASI STANDAR
PROSEDUR ISOLASI KONTAK

 Tempatkan pasien tersendiri/kohorting


 Jarak TT ≥ 1 m
 Alur pasien tidak perlu khusus
 Penanganan udara khusus tidak diperlukan
 APD sarung & gaun
 Batasi gerak pasien
 Terminal dekontaminasi area sekitar pasien/ruangan
setelah pasien pulang
PROSEDUR ISOLASI DROPLET

 Tempatkan pasien tersendiri/kohorting


 Jarak TT ≥ 1 m
 Cegah kontaminasi
 Batasi gerak pasien, jika diperlukan keluar pasien diberi
masker bedah
 APD (sarung tangan, gaun & masker) jika bekerja radius
1-2 m dari pasien.
 Tidak perlu penangan udara secara khusus
 Terminal dekontaminasi area sekitar pasien/ruangan
setelah pasien pulang
ISOLASI NEGATIF
KELAS “N”
ISOLASI NEGATIF

Ruang isolasi kelas “N” dengan tekanan negatif,


untuk mengisolasi pasien dengan penularan
infeksi melalui udara.

Campak, varicella zoster (cacar air), legionella,


tuberkulosis.
ISOLASI NEGATIF
ISOLASI NEGATIF

o Tujuan menempatkan pasien di ruang tekanan negatif adalah


untuk mengurangi risiko infeksi melalui transmisi udara ke
orang lain.

o Ruang tekanan negatif harus ditempatkan di pintu masuk ke


Unit Rawat Inap, sehingga pasien yang membutuhkan isolasi
tidak perlu melewati area pasien lain.

o Ada label ruang isolasi negatif


ISOLASI NEGATIF

 Sistem pembuangan khusus (exhaust) harus disediakan


di ruang isolasi tekanan negatif.

 Untuk mempertahankan tekanan negatif sistem


pembuangan (exhaust) mengeluarkan jumlah udara
lebih besar dari pasokan udara.
ISOLASI NEGATIF

o Tekanan ruang isolasi tekanan negatif lebih rendah dengan


koridor yang bersebelahan.
o Perbedaan tekanan sebaiknya tidak kurang dari 15 Pa.
o Ada alat pengukur tekanan ruang di luar ruang isolasi &
anteroom yang mudah terlihat (dekat pintu masuk koridor).
o Kontrol ruang isolasi dapat diakses oleh staf sehingga ketika
diperlukan, tekanan negatif dapat dimatikan.
ISOLASI NEGATIF

Sarana prasarana di ruang tekanan negatif :


o Wastafel cuci tangan (hand free) di kamar isolasi & anteroom
o Kamar mandi & toilet
o Pintu menutup sendiri
o 100% aliran udara keluar (tidak ada aliran balik) dengan exhaust
(150 – 300 mm) diatas permukaan lantai
o Pasokan udara independen
o Untuk pasien immunosupresi dan infeksi tersedia filter HEPA
o Exhaust di filter HEPA
ISOLASI NEGATIF

IHFG versi 5 2017


ISOLASI NEGATIF
PROSEDUR ISOLASI AIRBORNE

 Tempatkan pasien tersendiri/kohorting


 Jarak TT ≥ 1 m
 Ruang tekanan negatif atau pertukaran udara ≥ 12 x/jam
 Batasi gerak pasien, jika diperlukan keluar pasien diberi
masker bedah
 APD (masker N59) jika melakukan tindakan yang
kemungkinan menimbulkan aerosol
 Terminal dekontaminasi area sekitar pasien/ruangan
setelah pasien pulang
ISOLASI POSITIF
KELAS “P”
ISOLASI POSITIF
 Ruang Isolasi kelas “P” dengan tekanan positif
dapat digunakan untuk mengisolasi pasien
dengan gangguan kekebalan
(immunocompromised) : onkologi dan
transplantasi.

 Ruang Isolasi Protektif.


ISOLASI POSITIF
 Tujuan mengurangi risiko dari penularan
airborne atau infeksi pada pasien yang rentan.

 Tekanan ruang harus lebih besar dibanding


sekitarnya.

 Anteroom tidak diharuskan/opsional


ISOLASI POSITIF
o Fasilitas cuci tangan di dalam ruang isolasi (hand free)
o Kamar mandi & Toilet
o Pintu menutup sendiri
o Label ruang tekanan positif
o HEPA filter pada inlet supply udara
o Exhaust tidak perlu HEPA filter karena udara tidak
infeksius
o Pasang alat pengontrol tekanan ruang di dekat pintu
masuk
ISOLASI ALTERNATIF

Ruang isolasi kelas A (tekanan bolak


balik), tidak direkomendasikan dan
tidak dapat dipertimbangkan untuk
digunakan.

Tekanan udara reversible (positif –


negatif)
ALUR PENEMPATAN
PASIEN

Anda mungkin juga menyukai