Disusun oleh:
Dwi Atika Safitri 180106003
Fitrianingsih 180106004
Harnita 180106005
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “Resiko Bahaya Fisik”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut serta dalam menyumbang pemikiran teori yang menunjang dalam pembuatan
tugas ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan tugas
kami selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
A. Kesimpulan.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat risiko bahaya.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan
suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas
setinggi-tingginya.Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang
pekerjaan tanpa kecuali.Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan.Dalam pelaksanaan
K3 sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang
digunakan, yang artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai
penerapan K3 yang efektif dan efisien.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka di setiap
perusahaan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan memiliki risiko besar
terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (Permenakes No. 5 Tahun 1996).
Menurut ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menjaga dan
meningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial seluruh para pekerja dan pada
semua sektor pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit penyakit yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari risiko yang berdampak buruk pada kesehatan,
menempatkan dan menjaga pekerja dalam lingkungan yang sesuai dengan kondisi
fisiologi dan psikologi, menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta pekerja dengan
pekerjaannya (Markkanen, P.K, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hazard dan risiko ?
2. Apa saja tugas-tugas keperawatan dan hazard yang ada di tempat kerja ?
3. Apa saja resiko kecelakaan dan penyakit yang terjadi di rumah sakit ?
4. Bagaimana pencegahannya ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hazard
2. Mengetahui tugas-tugas keperawatan dan hazard yang ada di tempat kerja
3. Mengetahui resiko kecelakaan dan penyakit yang terjadi di rumah sakit
4. Mengatahui pencegahan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
BAB II
PEMBAHASAN
a. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap Pengkajian
Asuhan Keperawatan
c) Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan
perawat
d) Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat
pemeriksaan fisik.
2) Contoh Kasus
Pada tanggal 27 maret 2016 di rumah sakit singapur terjadi kasus nyata
kekerasan fisik dan verbal pada saat perawat sedang melakukan
pengkajian.perawat tersebut pada saat melakukan pengkajian kepada
pasien,mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien yang ia
kaji.seperti yang dikutip dalam suatu artikel di media online:
e) Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah
untuk di dekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga
pasien terlebih dahulu.
b. Upaya Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat dalam Tahap Pengkajian
Berdasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja.
Perencanaan meliputi:
2) Membuat peraturan
4) Indikator kinerja
5) Program kerja
Tugas pokok
Fungsi
i. Model 1
ii. Model 2
2) Konseling
4) Resiko bahaya akibat kebisingan adalah kebisingan akibat alat kerja atau
lingkungan kerja yang melebihi ambang batas tertentu. Resiko ini mungkin berada
di ruang boiler, generator listrik, dan peralatan yang menggunakan alat-alat cukup
besar dimana tingkat kebisingannya tidak dipantau dan dikendalikan. Berdasar
peraturan menteri kesehatan RI no 1204 tahun 2004 tentang pengendalian
lingkungan fisik di rumah sakit, seluruh area pelayanan pasien harus dipantau dan
dikendalikan tingkat kebisingannya minimal 3 bulan sekali.
Di rumah sakit pemantauan ini sudah dilakukan oleh ISLRS dan hasil
temuan yang tidak memenuhi persyaratan di analisa dan dikendalikan bersama
IPSRS dan Unit K3 serta dilaporkan kepada Manajemen rumah sakit.
5) Resiko bahaya akibat pencahayaan adalah pencahayaan pada lingkungan kerja
yang kurang atau berlebih. Tingkat pencahayaan diseluruh area rumah sakit juga
telah dipantau dan dilaporkan seperti resiko bahaya kebisingan tersebut. Hal yang
harus diperhatikan adalah jika terjadi kerusakan lampu, pastikan lampu pengganti
setara tingkat pencahayaannya dengan lampu sebelumnya, sehingga tidak terjadi
perubahan dalam tingkat pencahayaan pada area tersebut.
6) Resiko bahaya listrik adalah bahaya dari konsleting listrik dan kesetrum arus
listrik. Pengendalian yang telah dilakukan adalah melakukan preventif
maintenance seluruh peralatan elektrik yang dilakukan oleh IPSRS. Kalibrasi
peralatan medis dan penggantian peralatan yang telah out off date. Untuk
mencegah bahaya kebakaran akibat peralatan listrik yang dibawa peserta didik dan
keluarga pasien dilakukan sosialisasi kepada seluruh peserta didik pada saat
orientasi dan untuk keluarga pasien informasi diberikan pada saat pasien masuk
rumah sakit khususnya pasien rawat inap.
7) Resiko bahaya akibat iklim kerja adalah berupa suhu ruangan dan tingkat
kelembaban. Jika suhu dan kelembaban di rumah sakit tidak dikendalikan dapat
mempengaruhi lingkungan kerja dan kualitas hasil kerja. Pemantauan secara
berkala telah dilakukan oleh ISLRS dan jika ditemukan kondisi tidak memenuhi
peresyaratan akan dilakukan pengendalian oleh IPSRS, PPI, Unit K3RS dan
ISLRS yang dipimpin oleh Direktur Umum dan Operasional.
8) Resiko bahaya akibat getaran adalah resiko yang tidak banyak ditemukan di rumah
sakit tetapi mungkin masih ada terutama pada kedokteran gigi yang menggunakan
bor dengan motor listrik dan pada bagian housekeeping / rumah tangga yang
menggunakan mesin pemotong rumput (bagian taman).
1. Perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam tempo yang lumayan lama 6
sampai 8 jam /hari, hingga tetap terpajan pada mikroorganisme pathogen bisa
membawa infeksi dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Hasil riset menunjukkan
jika tenaga kerja perawat banyak diketemukan cedera sprain serta strain, nyeri
pinggang, adalah keluhan paling banyak yang diketemukan pekerja perawat di dalam
rumah sakit. Luka sayat serta tusukan jarum yang tidak sesuai mekanisme
penggunaannya atau saat pencucian instrument tajam yang beresiko tersayat.
2. Dokter bisa tertular penyakit dari pasien, terkena bahan kimia anesthesi halotan yang
gampang menguap merembes menembus masker hingga mengakibatkan masalah
somatic, nyeri kepala, mual sampai masalah fungsi saraf pusat. Robeknya sarung
tangan bisa mengakibatkan cedera sayatan serta tusukan jarum.
3. Dokter gigi, tingginya kandungan HBsAg serta anti HBC beberapa dokter gigi
disbanding dengan petugas kesehatan lainnya, perihal ini diduga menjadi pajanan air
ludah pasien, penyakit infeksi karena kerja, pajanan dosis rendah seperti merkuri,
pajanan bahan penambal lubang gigi yang berkepanjagan bisa mengakibatkan
masalah gastrointestinal, lesu, anorexia. Nyeri punggung juga seringkali dihadapi
oleh karena tempat kerja yang tidak ergonomis.
4. Petugas Gizi, menjadi penyaji diet atau makanan pasien, dalam perihal ini petugas
gizi biasanya terpajan salmonella berbahan mentah ikan, daging serta sayuran yang
setiap hari terkena hingga berefek terjadi masalah gastrointestinal.
5. Petugas Farmasi yan melayani pembelian serta penyediaan obat-obat pasien semua
penyakit, yang setiap hari akan menghirup beberapa bahan kimia semua jenis obat-
obatan yang merembes serta menembus masker, perihal ini bisa mengakibatkan
kemungkinan keracunan.
6. Petugas Laboratorium yang setiap hari lakukan pemeriksaan darah, urin, sputum,
feses pasien dengan semua jenis penyakit hingga akan berdampak terpajan bakteri
ataupun virus yang berasal dari bahan objek kontrol.
7. Petugas Radiologi, radiasi adalah pajanan yang sangatlah beresiko bagi gangguan
kesehatan pekerja, dalam perihal ini memerlukan petugas yang lebih
bertanggungjawab dalam usaha pengendaliannya.
8. Petugas londri rumah sakit yang setiap hari terpajan dengan bahan linen yang berasal
dari bekas pakai pasien dengan semua jenis penyakit menyebar, perihal ini bisa
mengakibatkan penyebaran bakteri ataupun virus yang berasal dari linen kotor.
Bakteri serta virus menebar saat petugas londri melakukan seleksi jenis linen, hingga
sangatlah berdampak pada penyakit gangguan pernapasan.
9. Petugas rumah tangga di lingkungan rumah sakit yang setiap hari bersihkan lantai
semua sisi tempat rawat inap pasien semua penyakit menyebar, yang terkena dengan
bakteri ataupun virus, hingga bisa menyebabkan virus serta bakteri berterbangan serta
terhirup petugas, perihal ini bisa menyebabkan penyakit masalah sistem pernapasan
serta infeksi lainnya.
5. Kontrol kesehatan pekerja dengan berkala untuk mencari aspek pemicu serta upaya
penyembuhan.
8. Lakukan pengawasan serta monitoring dengan berkala pada lingkungan kerja rumah
sakit.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat menyebabkan cidera pada
manusia/kerusakan pada alat/lingkungan.Risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang
terpaparnya seseorang/alat pada suatu hazard (bahaya). Pengkajian adalah pemikiran
dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, social, dan lingkungan. Pengkajian
yang sistematis (effendi,1996). Contoh hazard dan resiko bagi perawat saat melakukan
pengkajian :
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan perawat.
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik.
Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatn Pasien Rumah Sakit(patient safety), 2 edn,
Bakti Husada,Jakarta.
Yahya, A. 2009, Integrasikan Kegiatan Manajemen Risiko. Workshop Keselamatan Pasien dan
Manajemen Risiko Klinis. PERSI:KKP-RS
https://ansharbonassifa.wordpress.com/2013/09/03identifikasi-resiko-keselamatan-pasin-patient-
safety-di-rumah-sakit/amp/
https://www.scribd.com/mobile/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-Pengkajian
https://www.scribd.com/mobile/doc/312534347/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-Implementasi