KOTA PEKANBARU
KELOMPOK V
UNIVERSITAS RIAU
2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
B. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
C. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Power point
2. Leaflet
E. PENGORGANISASIAN
F. SETTING TEMPAT
MO M Pre
P P P
Pr
F F P
Ob
Pr P P
Keterangan:
M : Media D : Dokumentasi
G. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegaiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan:
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan Mahasiswa 2. Memperhatikan
3. Perkenalan preseptor 3. Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
5. Menjelaskan kontrak 5. Memperhatikan
waktu
2 20 menit Penyampaian materi :
1. Menjelaskan definisi 1. Mendengarkan
HIV/AIDS pada ibu 2. Mendengarkan
hamil 3. Mendengarkan
2. Menjelaskan penularan 4. Mendengarkan
HIV/AIDS pada ibu 5. Mendengarkan
hamil
3. Menjelaskan tanda dan
gejala HIV/AIDS pada
ibu hamil
4. Menjelaskan
penatalaksanaan
HIV/AIDS pada ibu
hamil
5. Menjelaskan pencegahan
HIV/AIDS pada ibu
hamil
H. URAIAN TUGAS
1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Presentator
a. Menyampaikan penyuluhan pada peserta
b. Menjawab pertanyaan peserta
c. Menyimpulkan materi penyuluhan
3. Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan diri dan anggota kelompok serta preseptor
c. Menyampaikan tujuan
d. Menutup acara
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
5. Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
6. Dokumentasi
a. Mendokumentasikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Peserta dan mahasiswa menghadiri penyuluhan.
b. Tempat, media serta alat penyuluhan tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.
b. Peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir .
c. Peserta yang hadir berperan aktif selama kegiatan
ke giatan berlangsung .
3. Evaluasi hasil
a. Perwakilan peserta
peserta mampu menjelaskan definisi HIV/AIDS.
b. Perwakilan peserta mampu menyebutkan 3 cara penularan HIV/AIDS.
c. Perwakilan peserta mampu menyebutkan 4 dari 8 tanda dan gejala HIV/AIDS pada
ibu hamil
d. Perwakilan peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan HIV/AIDS pada i bu hamil
e. Perwakilan peserta mampu menjelaskan pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil
Lam iran
1. Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang didapat). AIDS
disebabkan oleh adanya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), di dalam tubuh
virus HIV ini hidup di dalam 4 cairan tubuh manusia:
– Cairan
Cairan darah
– Cairan
Cairan sperma
– Cairan
Cairan vagina
– Air
Air susu ibu
Virus HIV jumlah terbesar terdapat di dalam darah, cairan vagina dan sperma,
sedangkan jumlah terkecil terdapat di dalam ASI, air liur, air mata dan air seni. AIDS
disebabkan oleh virus bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh. AIDS memerlukan perhatian yang
sangat khusus karena:
1. Belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah.
2. Pengidap virus menjadi pembawa dan dapat menularkan penyakitnya seumur
hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat.
3. Biaya pengobatan mahal.
4. Menurunkan mutu sumber daya manusia dan produktivitas kerja, sehingga dapat
mengganggu perekonomian Negara.
5. Penyakit ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, sebagian besar
ditularkan melalui hubungan seks.
Perbedaan antara HIV positif dengan penderita AIDS adalah:
1. Penderita HIV positif adalah seseorang yang terinfeksi virus HIV, dapat menularkan
penyakitnya walaupun Nampak sehat dan
dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun.
apapun.
2. Penderita AIDS adalah seseorang yang telah menunjukkan tanda-tanda dari
sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah sekian waktu
terinfeksi HIV.
3. Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV sehingga menderita AIDS
dapat berlangsung lama antara 5 sampai 10 tahun.
2. Etiologi
AIDS disebabkan oleh Virus yang di sebut HIV, dulu dinamakan
Lymhadenopathy Associated Virus (LAV). Gallo (National Institute of health, USA
1984) menemukan virus HTL-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga adalah
penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama,
sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of
Viruses (1986) WHO memberikan nama resmi HIV(Widoyono, 2005).
Daili, F.S. (2009) menyatakan bahwa virus masuk ke dalam tubuh manusia
terutama melalui perantara darah, semen dan sekret Vagina. Sebagian besar (75%)
penularan terjadi melalui hubungan seksual. HIV tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetik RNA Bilamana virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel
hospes), maka RNA virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang
dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian diintregasikan ke dalam sel
hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai
antigen permukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting
dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh. Selain limfosit T4,
virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel
dendrite folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru,sel retina, sel
serviks uteri dan sel-sel microglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4
selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri. HIV juga mempunyai sejumlah gen yang dapat
mengatur replikasi maupun pertumbuhan virus yang baru. Salah satu gen tersebut
ialah yang dapat mempercepat replikasi virus sedemikian hebatnya sehingga terjadi
penghancurkan limfosit T4 secara besar-besaran yang akhirnya menyebabkan system
kekebalan tubuh menjadi lumpuh.
3. Gejala klinis
Masa berkembangnya penyakit 6 bulan sampai 5 tahun, Window period
selama 6-8 minggu adalah waktu saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum
terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium, seorang dengan HIV dapat bertahan sampai
dengan 5 tahun, jika tidak diobati maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai
AIDS, Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti : Diare, jamur
atau sariawan mulut yang luas. Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut WHO)
antara lain :kehilangan berat badan (BB) > 10%, Diare Kronik > 1 bulan, Demam > 1
bulan. Sedangkan tanda minornya adalah : Batuk menetap > 1 bulan, Dermatitis
pruritis (gatal), Herpes Zoster berulang, Kandidiasis orofaring, Herpes simpleks yang
meluas dan berat, Limfadenopati yang meluas. Tanda lainnya adalah : Sarkoma
Kaposi yang meluas, Meningitis kriptokokal. Gejala AIDS timbul 5-10 tahun setelah
terinfeksi HIV. Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.
Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam,
kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah
bening. Gejala-gejala
Gejala -gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai
s ampai sebulan,
dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun.
Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan,
menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-
infeksi oportunistik.
4. Penularan
Penyakit ini menular melalui berbagai cara. Antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, cairan sperma dan ASI. Virus terdapat juga pada saliva,
air mata dan urin tapi dengan konsentrasi yang sangat rendah. HIV tidak dilaporkan
terdapat dalam air mata dan keringat
Terdapat tiga cara penularan HIV yaitu :
a. Hubungan seksual; baik secara vagina, oral, maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara
c ara yang paling umum terjadi,
terj adi, meliputi 70-80% dari
total kasus sedunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes
genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Dari
penelitian para pakar (Nasution R., 1990) ternyata bahwa pria homoseks
penderita AIDS mempunyai pasangan seksual yang jauh lebihbanyak
dibandingkan dengan pria homosekseks sehat, dalam penelitian ini juga
ditunjukkan bahwa pria yang melakukan hubungan seksual melalui anus
lebih mudah terinfeksi. Tampaknya hubungan homoseksual merupakan
cara yang paling berbahaya karena ternyata 90% mitra seksual orang-orang
dengan HIV positif mengalami penularan (Nasution R., 1990)
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik:
- Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, risikonya sangat
tinggi sampai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus sedunia
- Pemakaian jarum suntik tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik
dan sempritnya pada para pecandu narkotika suntik. Risikonya sekitar
0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kasus sedunia
- Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada petuga kesehatan,
risikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat 0,1% dari total kasus
sedunia
c. Secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama
hamil dari hubungan ibu ke janin melalui plasenta, saat melahirkan
perveginam, atau setelah melahirkan. Risiko sekitar 25-40% dan angka
transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga.
5. Diagnosis
Diagnosis dini untuk menemukan infeksi HIV dewasa ini diperlukan mengingat
kemajuan-kemajuan yang diperoleh dalam hal pathogenesis dan perjalanan penyakit
dan juga perkembangan pengobatan. Keuntungan menemukan diagnosis dini ialah:
a. Intervensi pengobatan fase infeksi asimtomatik dapat diperpanjang
b. Menghambat perjalanan penyakit ke arah AIDS
c. Pencegahan infeksi oportunistik, Konseling dan pendidikan untuk kesehatan
umum
d. Penyembuhan (bila mungkin) hanya dapat terjadi bila pengobatan pada fase dini.
Pada orang yang akan melakukan tes HIV atas kemauan sendiri atau karena saran
dokter, terlebih dahulu perlu dilakukan konseling sebelum dilakukan tes. Bila semua
berjalan baik, maka tes HIV dapat dilaksanakan pada individu tersebut dengan
persetujuan yang bersangkutan.
Diagnosis dini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk dari
gejala-gejala klinis atau dari adanya perilaku risiko tinggi individu tertentu.
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 metode:
a. Langsung: yaitu isolasi virus dari sampel, umumnya dilakukan dengan
menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara
deteksi antigen virus yang makin populer belakangan ini ialah polymerase
chain reaction (PCR)
b. Tidak langsung: dengan melihat respon zat anti spesifik, misalnya dengan
ELISA, Western Blot immunofluorescent assay(IFA), atau
radioimmunoprecipitation assay (RIPA).
AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV, penderita dinyatakan sebagai
AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-
infeksi dan kanker oportunistik yang mengancam jiwa penderita, selain infeksi dan
kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk ensefalopati, sindrom
kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dan hitungan CD4 <200/ml. CDC
menetapkan kondisi dimana infeksi HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS
6. Pencegahan
Pada prinsipnya pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan
virus HIV melalui perubahan perilaku seksual yang terkenal dengan istilah “ABC”
yang telah terbukti mampu menurunkan percepatan penularan HIV, terutama
diUganda dan beberapa negara Afrika lain. Prinsip “ABC” ini telah dipakai dan
dibakukan secara internasional, sebagai cara paling efektif mencegah HIV lewat
hubungan seksual.
Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral digunakan
untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain
digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi yaitu hampir
semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS Konsekuensi yang mungkin
terjadi pada janin dan bayi yaitu 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu
tahun pertama kelahiran. Dua puluh persen dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut
akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada
saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang
cukup besar.
Kehamilan pada ibu-ibu dengan HIV positif akan berpengaruh buruk bagi
bayinya, karena itu Ibu penderita AIDS atau HIV positif, dianjurkan untuk tidak hamil
atau bila hamil perlu dipertimbangkan secara hukum peraturan yang memperbolehkan
dilakukannya pengguguran kandungan (indikasi medis), hal ini dengan sendirinya
akan menurunkan morbiditas pada anak (Nasution,R., 1990) Berdasarkan situasi
epidemic yang dijelaskan sebelumnya, kita ketahui bahwasannya Indonesia telah
memasuki epidemik terkonsentrasi maka dalam rangka meningkatkan upaya
pencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh,
me nyeluruh, terpadu, dan
terkoordinasi, dibentuklah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN)
(Peraturan Presiden/Perpres RI no.75 tahun 2006).
DAFTAR PUSTAKA
th
Daili, S.F., 2009. Gonore. In
Gonore. In:: Daili, S.F., et al ., Infeksi
., Infeksi Menular Seksual . 4 ed. Jakarta: Balai
Penerbitan FKUI, 65-76.
Djamilus, Herlina, (2008). Faktor risiko kejadian HIV/AIDS ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Bogor . Diperoleh pada tanggal 19 Agustus 2015 dari: http://www.
motekar.tk/topik/pengkajian-HIV/AIDS-pada-Ibu hamil.html.
Peraturan Presiden RI nomor 75 tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Widoyono. 2005. Penyakit
2005. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan,
Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya.
Pemberantasannya. Erlangga Medical Series (EMS). Semarang