Al-Gazali Dan Teori Psikologi
Al-Gazali Dan Teori Psikologi
A. Biografi Al-Ghazali
Al-Ghazali (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali)
dilahirkan di Thus, salah satu kota di Khurasan (Persia) pada pertengahan
abad kelima Hijriyah (450 H/1058 M). Ia adalah salah seorang pemikir
besar Islam yang dianugerahi gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran agama
Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama). Al-Ghazali meninggal di kota
kelahirannya, Thus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H (19 Desember
1111 M). Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Thus, kemudian
meneruskan di kota Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam Juwaini
sampai yang terakhir ini wafat pada tahun 478 H/1085 M.
1
Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah
2
4. karya imam al ghazali Bidang Fiqih
Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul
Al mankhul minta’liqoh al ushul (pilihan yang tersaing dari noda-
noda ushul fiqih).
Tahzib al ushul (elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
3
dirinya sebelum tidur malam (taubikh al-nafs). Meskipun koreksi diri
dan mencari kejelekan diri telah diteorisasikan oleh Al-Ghazali, namun
konsep tersebut terlihat sama dengan konsep pythagorenisme dan
hermetisme
3. Struktur Manusia
Dalam diri manusia, Al-Ghazali membagi tiga bagian. Pertama, An-
Nafs sebagai substansi manusia tidak bertempat dan berdiri sendiri.
Kedua, Ar-Ruh sebagai panas alami (Al-Hararah Al-Ghariziyyah) yang
mengalir pada pembulu-pembulu nadi, otot-otot dan syaraf.
Sedangkan—Kedua—Al-Jism adalah bagian tubuh yang tersusun dari
materi. namun, dalam pandangan Al-Ghazali, Al-Nafs tetap menjadi
esensi manusia, bukan Al-Ruh. Karena Al-Ruh juga ada pada selain
manusia. Al-ruh menyatu dengan Al-Jism, seakan ia mengalir dalam
aliran-aliran darah pada Jism. Oleh karena itu Al-Jism tanpa Al-Ruh
dan Al-Nafs adalah benda mati.
Jiwa rasional memiliki dua daya. Al-‘amilat (Praktis) dan Al-
‘Alimat (teoritis). Yang pertama berfungsi menggerakkan tubuh
4
melalui daya-daya jiwa sensitif sesuai dengan tuntutan pengetahuan
yang dicapai oleh teoritis. Jiwa teoritis menyampaikan gagasan-
gagasan teori kepada akal praktis.
akal teoriris memiliki empat kemampuan, yaitu :
- al-hayulani (Akal Material).
- al-‘aql bil malakat (Habitual Intellect)
- al-‘aql bi al-af’al (Akal Aktual)
- Al-Aql Al Mustafad (akal perolehan)
1. kekuatan fikir,
2. kekuatan syahwat dan
3. kekuatan amarah.
Maka jiwa yang sehat akan terwujud, jika ketiga kekuatan tersebut
terarah dan terbina dengan baik
5
Dengan terarahnya potensi ini, maka tercapailah kesederhanaan
jiwa ('iffah). 'Iffah akan membentengi manusia dari perbuatan maksiat dan
senantiasa mendorongnya untuk mendahulukan perilaku yang terpuji.
Sedangkan fokus ketiga diarahkan untuk mengendalikan kekuatan amarah
hingga tercapainya kesabaran (hilm) dan keberanian (syaja'ah).
Berbicara tentang Ruh maka tidak bisa dilepaskan dari salah satu faktor
pendukung yang tak kalah penting, yaitu Hati.
- Pertama adalah hati sebagai salah satu organ tubuh berupa sepotong
daging yang terdapat pada tiap – tiap makhluk hidup.
- Kedua adalah makna hati (Qalb, kalbu) sebagai sesuatu yang tak
kasat mata (Lathifah), tidak dapat diraba dan bersifat Rabbani
ruhani, dia adalah bagian utama dari manusia yang berpotensi
mencerap ( memiliki daya tanggap atau persepsi) untuk mengenal
dan mengetahui yang di tujukan kepadanya segala pembicaraan dan
penilaian, yang di kecam dan yang di mintai pertanggung jawaban,
meskipun dua makna hati dia tas berbeda akan tetapi tetap memiliki
keterkaintan seperti keterkaitan antara Aradh (sifat yg berubah ubah)
dengan Jisim,
Nafs
Kata Nafs mengandung beberapa makna ( jiwa, diri, nafsu, sukma, dsb).
Namun yang berkaitan dalam pembahasan ini hanya ada dua makna saja
1. “Hawa nafsu” yang selalu menyuruh kedalam kejahatan dan tindakan tidak
terpuji
2. Nafs sebagai jati diri manusia yang terpuji karena memiliki potensi untuk
mengetahui tentang Allah dan segala sesuatu yang lain.
6
Akal
Kata ini juga mengandung beberapa makna, akan tetapi dalam hal ini hanya
akan kita bahas dua makna saja
1. “pengetahuan yang berkaitan tentang hakikat segala sesuatu yang
bertempat di dalam hati”.
2. “bagian dari manusia yang menyerap kemampuan (sama seperti makna
Hati diatas), seperti yang kita ketahui bahwa di dalam dir setiap orang ada
semacam wadah untuk menampung pengetahuan, oleh karena itu kata akal
kadang juga digunakan untuk menyebutkan tentang sifat yang melekat
pada diri seseorang yang berpengetahuan.
Nabi Muhamad SAW bersabda “yang pertama kali di ciptakan oleh
Allah adalah akal”. Sebab pengetahuan bersifat ‘Aradh (aksiden) tidak
dapat dibayangkan sebagai (makhluk) ciptaan yang pertama, tentunya
wadahnya telah tercipta sebelumnya atau bersamaan dengannya.