Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT KETERAMPILAN BERBICARA

1. Hakikat Keterampilan Berbicara

a. Keterampilan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Terampil adalah mampu dan cekatan,
Sedangkan keterampilan merupakan kecakapan seseorang untuk menyelesaikan tugas”. Jadi
Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan proses berpikir yang mendasari bahasa.
Menurut Reber “keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil
tertentu”.
Dari beberapa definisi keterampilan diatas dapat penulis simpulkan bahwa
keterampilan merupakan kegiatan seseorang yang melibatkan gerak jasmani dan kesadaran
yang dapat dikuasai seseorang dengan banyak berlatih.
Dari definisi keterampilan dan berbicara yang sudah dipaparkan tersebut, maka dapat
penulis simpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kecakapan seseorang dalam
berbahasa saat mengekspresikan pendapat atau menyampaikan pesan sesuai dengan
kebutuhan para pendengarnya.

b. Berbacara
Berbicara menurut Tarigan adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan. Sebagai perluasan ini berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan otot dan jaringan otot
tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.

Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatka faktor-
faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistic sedemikian ekstensif, secara luas
sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol manusia.

Jadi secara umum berbicara yaitu aktivitas mengeluarkan kata-kata atau bunyi
berwujud ungkapan, gagasan, informasi yang mengandung maknan tertentu secara lisan.
c. Ketrampilan Berbicara
Berdasarkan pengertian keterampilan dan pengertian berbicara di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. Aktivitas anak yang
dapat dilakukan yaitu dengan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang yang ada
disekitarnya, sehingga dapat melatih anak untuk terampil berbicara.
Keterampilan berbicara perlu dilatihkan kepada anak sejak dini, supaya anak dapat
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata sehingga mampu mengekspresikan,
menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain.
Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa melalui
percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan
pengetahuannya dan mengembangkan bahasanya. Anak membutuhkan reinforcement
(penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang
dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara


Hurlock mengemukakan kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan dalam berbicara
yaitu kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis kelamin, keinginan
berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak,
kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya, kepribadian.
Kondisi yang dapat menimbulkan perbedaan berbicara tersebut dapat diuraikan berikut ini.

1) Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat,
karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial
dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.

2) Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat
kecerdasannya rendah.
3) Keadaan Sosial Ekonomi
Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah
belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang
anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya
adalah bahwa anak dari kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak di dorong untuk berbicara
dan lebih banyak dibimbing melakukannya.

4) Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih cepat dalam belajar berbicara dibandingkan anak lakilaki.
Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek dan kurang betul tata bahasanya,
kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak
perempuan.

5) Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat
motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha
yang diperlukan untuk belajar.

6) Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya bicara dan
didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik
kualitas bicaranya.

7) Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih
baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang
lebih banyak untuk mengajar anaknya berbicara.

8) Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang anak yang lahir
kemudian. Ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk
mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk
anak yang lahir kemudian.
9) Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa “anak harus dilihat
dan bukan didengar” merupakan hambatan belajar, sedangkan pelatihan yang memberikan
keleluasaan dan demokratis akan mendorong anak untuk belajar.

10) Hubungan Dengan Teman Sebaya


Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar
keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya, akan semakin kuat
motivasi mereka untuk belajar berbicara.

11) Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicarnya
lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, ketimbang anak yang
penyesuaian dirinya kurang baik. Kenyataanya, berbicara seringkali dipandang sebagai salah
satu petunjuk anak yang sehat mental.
Dari uraian di atas menunjukan bahwa kondisi yang dapat menimbulkan
perbedaan dalam berbicara dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan berbicara anak. Faktor internal berkaitan
dengan kondisi dalam dirinya. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi
lingkunganya. Kondisi lingkungan adalah keadaan yang
ada di sekitar anak.

Di sisi lain ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk keefektifan berbicara,
yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor-Faktor Kebahasaan
Faktor kebahasaan yang harus diperhatikan pembicara yaitu ketepatan ucapan,
pengucapan konsonan, penempatan konsonan, penggunaan nada, pilihan kata, pilihan
ungkapan, variasi kata, struktur kalimat, dan ragam kalimat.

b. Faktor Non Kebahasaan


Selain faktor kebahasaan pembicara juga harus memperhatikan faktor non kebahasaan
misalnya keberanian dan semangat dalam berbicara, kelancaran dalam berbicara, kenyaringan
suara saat berbicara, pandangan mata saat berbicara, mimik saat berbicara, dan penguasaan
topik yang akan dibicarakan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
seorang pembicara dalam berbicara harus memilih kata-kata yang tepat pada saat berbicara
dan struktur kalimat agar pendengar cepat mengerti dan memahami materi yang pembicara
sampaikan. Selain itu seorang pembicara juga harus memiliki semangat yang dapat ditularkan
oleh para pendengarnya, pandangan mata seorang pembicara dengan pendengar juga
merupakan hal yang penting bagi seorang pembicara.

e. Tujuan Berbicara

Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu sebagai berikut :
 Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
 Menjamu dan menghibur (to entertain)
 Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade)
Disamping itu, keterampilan berbicara juga memiliki tujuan dalam pengembangan
yang akan dimiliki bagi seorang yang berbicara, diantaranya:

1. Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai
mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik di
hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.

2. Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan jelas, baik artikulasi maupun diksi
kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik.

3. Bertanggung Jawab
Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar
berbicara secara tepat, dan dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi
pokok pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak berbicara, dan bagaimana situasi
pembicaraan serta momentumnya.
4. Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak
secara tepat dan kritis juga menjadi tujuan utama, yaitu peserta didik perlu belajar untuk
mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicaranya.

5. Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa
yang dipelajari bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk
kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang
Tujuan keterampilan berbicara secara umum yaitu untuk memberikan informasi,
menghibur dan meyakinkan seseorang.

f. Fungsi Berbicara
Menurut Jauharoti alfin , fungsi berbicara yaitu:
1. untuk menggerakan serta memanipulasi lingkungan
2. pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa
3. menyampaikan fakta dan pengetahuan
4. menjelaskan, menggambarkan
5. untuk menyatakan perasaan dan emosi yang ada dalam benaknya
6. untuk mendapatkan pengetahuan
7. untuk menciptakan gagasan imajiner
Dapat Disimpulkan bahwa fungsi berbicara dapat menyampaikan pengetahuan yang
dimiliki kepada pendengar, berbicara juga dapat membantu pembicara dalam mengeluarkan
ide-ide dan perasaan yang sedang atau pernah dirasakan.

Menurut Tarigan (2008: 16), tujuan utama dari berbicara adalah berkomunikasi. Lebih
lanjut, Tarigan (2008:8) menegaskan bahwa manusia sebagai makhuk sosial tindakan pertama
dan paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman,
saling mengemukakan dan saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima
pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui suatu
pendirian atau atau keyakinan.
g. Jenis-jenis Berbicara

Bila diperhatikan mengenai bahasa akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara.
Diantaranya berbicara ditinjau sebagai seni yakni sebagai berikut:

a. Diskusi
Diskusi berasal dari kata bahasa latin “discutere”, yang berarti membeberkan
masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau
pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-
menukar pikiran yang terjadi dalam kelompok kecil atau besar.
Bertukar pikiran baru dapat dikatakan berdiskusi apabila ada masalah yang
dibicarakan, ada seseorang sebagai anggota diskusi, ada peserta sebagai anggota diskusi,
setiap anggota mengemukakan pendapatnya, keputusan dan kesimpulan harus disetujui
bersama

b. Pidato
Seorang guru hendaknya memiliki keterampilan berbicara dan memiliki kemampuan
berpidato, karena orang yang dapat berpidato dengan baik akan mampu meyakinkan
pendengarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), pidato diartikan sebagai
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan pada orang lain. Menurut
Djago Tarigan pidato adalah berbicara di hadapan orang banyak dalam rangka menyampaikan
suatu masalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu Dengan demikian, jenis-jenis
keterampilan berbicara tersebut dapat mengefektifkan keterampilan berbicara karena adanya
pembicara, pendengar dan pokok pembicaraan yang dipilih.

Ada beberapa klasifikasikan kegiatan berbicara yaitu:

a. Situasi

Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan
lingkungan itu dapat bersifatformal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak
resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam
situasi tak formal, pembicara harus berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang
bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu
pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar. Untuk itu, diperlukan beberapa
prasyarat.Jenis kegiatan berbicara informal meliputi : bertukar pengalaman,
percakapan,menyampaikan pengumuman, bertelpon dan memberi petunjuk. Sedangkan jenis
kegiatan yang bersifat formal meliputi: perencanaan dan penilaian, ceramah, interview,
prosedur parlementer dan bercerita.

b. Tujuan

Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya


tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasikan dan
meyakinkan atau menggerakan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di
atas dapat kita klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:

1. Berbicara menghibur

Biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak berarti bahwa berbicara menghibur
tidak dapat membawakan pesan dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha
membuat pendengarnya senang gembira dan bersukaria.

2. Berbicara menginformasikan.

Dalam suasana serius, tertib dan hening. Berbicara menginformasikan pembicara


berusaha berbicara jelas, sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga
keakuratannya.

3. Berbicara Menstimulasi

Berbicara menstimulasi juga berusaha serius, kadang-kadang terasa kaku, pembicara


berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan,
pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara
menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga
pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih
berkesenambungan. Pembicara biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan,
harapan, dan inspirasi pendengar.

4. Berbicara meyakinkan

Sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya, suasananya pun


bersifat serius, mencekam dan menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap
pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak
mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan pembicaraannya
kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan dapat bertanggungjawabkan dari segala
segi.

5. Berbicara menggerakkan

Berbicara juga menuntun keseriusan baik dari segi pembicara maupun dari segi
pendengarnya. Pembicara dalam berbicara mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola,
dan panutan masyarakat.

c. Metode penyampaian

Empat (4) cara yang biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya,
antara lain yaitu:

1. Penyampaian secara mendadak, terjadi karena seseorang tanpa direncanakan


sebelumnya harus berbicara di depan umum. Hal ini dapat tertjadi karena tuntutan
situasi.
2. Penyampaian berdasarkan cacatankecil, biasanya berupa butir-butir penting sebagai
pedoman berbicara. Berbasarkan catatan itu pembicara bercerita panjang lebar
mengenai sesuatu hal. Hal ini dapat berhasil apabila pembicara sudah mempersiapkan
dan menguasai isi pembicaraan secara mendalam sebelum tampil di depan umum.
3. Penyampaian berdasarkan hafalan,berbicara berdasarkan hafalan memang banyak ke
lemahannya, pembicara mungkin lupa akan beberapa bagian dari isi pidatonya,
perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku dan kurang penyesuaian
pada situasi yang ada.
4. Penyampain berdasarkan naskah. Berbicara yang berlandalandaskan naskah di
laksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi dan menyangkut
kepentingan umum.

d. Jumlah penyimak

Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat di bagi atas tiga (3) jenis, yaitu:

 Berbicara antarpribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi
membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan.
 Berbicara dalam kelompok kecil, terjadi apabila seseorang pembicara menghadapi
sekelompok kecil pendengar, misanya 3-5 orang
 Berbicara dalam kelompok besar. Terjadi apabila seorang pembicara menghadapi
pendengar berjumlah besar atau massa.

e. Peristiwa khusus

Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas
lima jenis:

1) Pidato presentasi, ialah pidato yang dilakukan dalam suasana pembagian hadiah
2) Pidato penyambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.
3) Pidato perpisahan, berisi kata-kata perpisahan
4) Pidato perkenalan, berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama,
jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalka kepada tuan
rumah.
5) Pidato nominasi (mengunggulkan)berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu
diunggulkan.

Resume
Peningkatan Keterampilan Berbahasa
“Hakikat Keterampilan Berbicara”

Oleh

Nurul Fhadillah ( 18129045 )

18 BKT 09

Dosen pembimbing : Dra. Ritawati Mahjudin,S.Pd

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
2019

Daftar pustaka
Arifin, Zaenal, Tasai Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akamedia
Presindo

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Taufina, 2016. Mozaik Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Anda mungkin juga menyukai