Anda di halaman 1dari 4

LEPRA

No. Dokumen : 044/PRT/KDPM-IN/SOP/X/2018

No. Revisi :-
SOP
Tanggal terbit : 1 Oktober 2018

Halaman : 1-4

Klinik Diana dr. Fachrudiana F.A


Permata Medika Pimpinan Klinik

1. Pengertian Lepra adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh


Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Penularan terjadi
melalui saluran pernafasan atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan
terus menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun dapat juga
bertahun-tahun.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas / dokter dalam penanganan kasus lepra

3. Kebijakan SK Pimpinan Klinik Nomor 029/KDPM-IN/SK/IX/2018 tentang Layanan


Klinis.

4. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien (Subjective)


Langkah- Apakah bercak kulit berwarna merah atau putih berbentuk plakat,
langkah terutama di wajah dan telinga tidak gatal, tidak nyeri, mati rasa (baal).
Faktor Resiko :
a. Sosial ekonomi yang rendah
b. Kontak lama dengan pasien, seperti ada anggota keluarga yang
didiagnosis dengan lepra
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemik lepra
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik (Objective), ditemukan :
a. Bercak keputihan atau kemerahan yang berbentuk plakat yang
hilang sensasi nyeri, baal
b. Penebalan nervus perifer, yaitu saraf fasialis, saraf medianus,
saraf ulnaris, saraf peroneus communis, saraf auricularis magnus,
saraf radialis, saraf tibialis posterior
c. Alis mata rontok / madarosis
d. Hidung pelana
e. Kontraktur lemas (clowing)
f. Kontraktur kaku (stiffness)
Mutilasi / absorbsi (hilangnya / susutnya jari-jari atau bagian dari
anggota gerak)
h. Ulkus

1
i. Tangan lunglai (drop hand, drop wrist, drop foot)
j. Lagopthalmus (sulit memejamkan mata)
3. Penegakkan diagnosis (Assesment) dilakukan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Diagnosis ditegakkan bila terdapat tanda cardinal sign, yaitu :
a. Kelainan lesi kulit yang mati rasa
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf
c. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit
skin smear)
Klasifikasi lepra ada 2 tipe, yaitu :
a. Pausibasiler (PB)
Bercak kusta jumlahnya 1-5, penebalan saraf tepi hanya 1 saraf,
kerokan jaringan kulit BTA negatif, tempatnya unilateral atau
bilateral asimetris, permukaan bercak kering, kasar, batas bercak
tegas, mati rasa pada bercak jelas, deformitas proses terjadi lebih
cepat.
b. Multibasiler (MB)
Bercak kusta jumlahnya lebih dari 5, penebalan saraf tepi lebih
dari 1 saraf tepi, kerokan jaringan kulit BTA positif, tempatnya
bilateral simetris, permukaan bercak halus, mengkilap, batas
bercak kurang tegas, mati rasa pada bercak kurang jelas,
deformitas terjadi pada tahap lanjut, ciri-ciri khas : madarosis,
hidung pelana, wajah singa (facies leonina), ginekomastia pada
pria
4. Penatalaksanaan (Plan)
Petugas melakukan penatalaksanaan sebagai berikut :
a. Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) pada :


Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah
mendapat MDT
 Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di
bawah ini :
- Relaps
- Masuk kembali setelah default (dapat PB maupun MB)
- Pindahan
- Ganti klasifikasi / tipe
b. Terapi pada pasien PB :
 Pengobatan bulanan : hari pertama setiap bulannya (obat
diminum di depan petugas) terdiri dari 2 kapsul Rifampisin
@300 mg (600 mg) dan 1 tablet Dapson / DDS 100 mg
 Pengobatan harian : hari ke 2-28 setiap bulannya 1 tablet
Dapson / DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan Pasien
minum obat selama 6-9 bulan (6 blister), pada anak 10-15
tahun, dosis rifampisin 450 mg dan DDS 50 mg
c. Terapi pada pasien MB :
 Pengobatan bulanan : hari pertama setiap bulannya (obat
diminum di depan petugas), terdiri dari 2 kapsul Rifampisin

2
@300 mg (600 mg), 3 tablet Lampren (klofazimin) @ 100 mg
(300 mg) dan 1 tablet Dapson / DDS 100 mg
 Pengobatan harian : hari ke 2-28 setiap bulannya 1 tablet
Lampren 50 mg dan 1 tablet Dapson / DDS 100 mg. 1 blister
obat untuk 1 bulan. Pasien minum obat selama 12-18 bulan
(12 blister). Pada anak 10-15 tahun, dosis Rifampisin 450 mg,
Lampren 150 mg dan DDS 50 mg untuk dosis bulanannya,
sedangkan dosis hariannya untuk Lampren 50 mg diselang 1
hari.
d. Dosis MDT pada anak < 10 thn dapat disesuaikan dengan berat
badan :
 Rifampisin : 10 – 15 mg/kgBB
 Dapson : 1 – 2 nmg/kgBB
 Lampren : 1 mg/kgBB
e. Vitamin B1, B6, B12
f. Terapi untuk reaksi kusta dengan pemberian prednison, cara
pemberian :
 2 minggu pertama 40 mg/hari (1x8 tab) pagi hari sesudah
makan
 2 minggu kedua 30 mg/hari (1x6 tab) pagi hari sesudah makan
 2 minggu ketiga 20 mg/hari (1x4 tab) pagi hari sesudah makan
 2 minggu keempat 15 mg/hari (1x3 tab) pagi hari sesudah
makan
 2 minggu kelima 10 mg/hari (1x2 tab) pagi hari sesudah
makan
 2 minggu keenam 5 mg/hari (1x1 tab) pagi hari sesudah
makan
 Bila terdapat ketergantungan terhadap prednison, dapat
diberikan Lampren lepas
Memberikan edukasi agar keluarga dapat memonitor pengobatan
pasien sehingga dapat tuntas sesuai waktu pengobatan dan
apabila terdapat tanda-tanda dan gejala serupa pada anggota
keluarga lainnya perlu dibawa dan diperiksakan ke klinik

1. Referensi 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang praktek kedokteran.


2. Permenkes no 5 tahun 2014 tentang panduan praktik klinis bagi dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
2. Dokumen terkait 1. Rekam Medis.
2. Form rujukan.
3. Informed concent.
4. Resep.
3. Unit terkait 1. Ruang Pendaftaran.
2. Ruang Pemeriksaan Umum.
3. Ruang Farmasi.
4. Rekam medis.

4. Riwayat Perubahan Dokumen

3
No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal Terbit

Anda mungkin juga menyukai