Anda di halaman 1dari 21

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Sudut Pandang Islam

DOSEN PEMBIMBING

Nurbuana, S.Ag, M.Pd.I

DISUSUN OLEH
M Akbar Tahjul Wahyu (03021381823082)
Wisnu Prasetya Justitia (03021381823092)
Kelas B

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat
kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang
benar yaitu agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dalam Sudut Pandang Islam” ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa
yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini. Juga kepada pihak-pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iptek yang positif
dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.

Palembang, 10 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 2

1.3 Tujuan.................................................................................................................... 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3

2.1. Konsep Iptek dalam Islam..................................................................................... 3

2.2 Sumber Ilmu Pengetahuan........................................................................................... 4

2.3 Keutamaan Orang Beriman dan Beramal Saleh........................................................ 6

BAB III

PEMBAHASAN............................................................................................................ 9

3.1. Pengertian Iptek..................................................................................................... 9

3.2. Kewajiban Mencari Ilmu....................................................................................... 10

3.3 Keutamaan Orang yang Berilmu ................................................................................ 11

3.4 Integrasi Ilmu, Iman, dan Amal .................................................................................. 12

3.5. Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Alam dan Lingkungan ................................. 13

3.6. Bukti Ilmu Pengetahuan yang Dijelaskan dalam Al-Quran .................................. 14

BAB IV

PENUTUP...................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 17

4.3. Saran...................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki
umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi
seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam
ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah
Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan
sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan
standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh
Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak
boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat
satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan
dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat
orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis
terhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT. Ada
banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu.
Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “menuntut ilmu adalah
sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam
dan kehidupanya keimanan.

5
1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari iptek ?
2. Mengapa manusia diwajibkan untuk mencari ilmu ?
3. Apa saja keutamaan mencari ilmu ?
4. Bagaimana integrasi dari ilmu, iman dan amal ?
5. Bagaimana tanggung jawab ilmuwan terhadap alam ?
1.3 Tujuan
Yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang iptek dalam paradigma islam
2. Untuk melatih penulis agar dapat menulis karya ilmiah
3. Sebagai pelengkap tugas mata kuliah materi Pendidikan Agama Islam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Iptek dalam Islam

6
Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filsuf,
ilmuwan dan budayawan seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dangan
apa yang mereka senangi. Sains di indonesia menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut
pandang filsafat ilmu pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengatahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan panca indra, intuisi dan firasat,
sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan
interpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat
diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan. Karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya
terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian
pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.

Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu
seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedang orang yang banyak
tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan manusia, maka sangat jarang
ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karateristik, obyektif dan netral
dalam situasi tertentu teknologi tidak netral karena memilikin potensi untuk merusak dan potensi
kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kahidupan manusia dan lingkungnnya yang mengakibatkan kehancuran alam semesta.
Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan
manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.

Seni adalah hasil ungkapan akal dengan sebagai prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa
seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik
dengan keindahan. Keindahan yang hakiki indentik dengan kebenaran. Kebudayaan memiliki
nilai yang sama yaitu keabadian. Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan
halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah

7
sebagai karya seni. Seni yang lepas dari ilmu-ilmu ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya
adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya Tarik yang selalu bertambah bagi
orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Dalam pikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari wahyu allah tidak
diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama
dipertentangkan dengan ilmu. Sedangkan dalam ajaran islam wahyu dan akal, agama dan ilmu
harus sejalan tidak boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama
adalah membimbing dan mengarahkan akal pikiran manusia.

2.2 Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu,yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Qur’an dan Sunnah Rasul. Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran Islam ada
yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak (absolute),
karena bersumber dari wahyu Allah, dan ilmu yang bersifat perolehan (acquired knowledge)
tigkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.

Akal

Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (batin) manusia,antara pikiran
dan hati manusia. Intelek adalah alam untuk memperoleh pengetahuan untuk alam nyata. Intuisi
adalah alat untuk alam tak nyata. Dalam membentuk pengetahuan ia dapat melakukan lompatan
dari tidak tahu menjadi tahu.

Pengajaran melalui intelek hanya mungkin mengubah seseorang sedikit demi sedikit.
Tetapi pendidikan melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat. Ia tidak terikat oleh
hal yang bersifat lahiriah karena ia dapat menangkap kesatuan tentang sesuatu yang diketahui
tanpa analisis dan dipecah-pecah. Tetapi pada kenyataan hidup manusia itu tidak dapat bekerja
secara terpisah sepenuhnya. Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi dengan pola yang
berbeda-beda, dan itulah yang menentukan corak akal manusia.

Apabila intelek dan intuisi benar-benar sudah terasah, maka kerja akal manusia menjadi
demikian sensitifnya. Oleh karena itu seseorang ahli seni dapat menghasilkan karya yang sangat

8
bernilai, dan seseorang ahli fisika dapat menemukan hokum-hukum alam melalui kerja intuisi.
Akal seperti ini mampu menghasilkan pengetahuan yang lebih utuh dan menyeluruh. Dalam
QS.22 (al-Hajj) : 46 Allah berfirman :

‫ب نیوعاقلعَہہوولن ابلہہہااَ اَلوو ااَلذاَنن نیوسہہلمعَعوولن ابلہہہاَ لفااَننلہہہاَ لل‬


‫کوولن للعَہ وم قعَلعَوو ن‬ ‫اَللفلل وم لیاسویعَروواَ افیِ اَوللور ا‬
َ‫ض لفلت ع‬
‫صعَدووار‬‫ب اَلناتویِ افیِ اَل ص‬ َ‫صاَعَر لو الکاون لتوعلمیِ اَولقعَلعَوو ع‬ ‫لتوعلمیِ اَوللوب ل‬

Artinya : Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,tetapi yang buta,ialah hati yang
didalam dada.

Wahyu

Wahyu adalah tuntunan yang diberikan oleh Allah Sang pencipta kepada para hamba-
hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi kehidupannya di alam semesta ini.
Sebenarnya kata yang dipakai Al-Quran dengan kata wahyu, menunjukkan bahwa Al-Quran
memandangnya sebagai sesuatu milik hidup yang universal, Sekalipun kodrat dan waktunya
berbeda menurut perbedaan tingkat-tingkat kehidupan itu.

Tumbuh-tumbuhan tumbuh bebas dalam ruang, binatang yang mengembangkan jenis


baru untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Manusia memperoleh penerangan dari
makna yang mendalam dari kehidupan. Semua itu wahyu dengan watak yang bermacam-
macam,tergantung pada kebutuhan spesies tempat penerima itu tergolong. Dalam QS. 16 (al-
Nahl) : 48 Allah berfirman :

‫اَللو لل وم لیلروواَ ااَالیِ لماَ لخلللق ا ا‬


َ‫اعَ امون لشویِءء نیلتلفنیعَؤاَ اظاللعَ ہہ لعان اَوللیامویان لو اَلنشلماائال عَسنجددا‬
‫ا‬
‫لاا‬
‫ل لو ہعَ وم اداخعَروولن‬

9
Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah
yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada
Allah,sedang mereka merendah diri?

Selain berarti bimbingan fungsional biologis, wahyu juga merupakan bimbingan ajaran
pada manusia pilihan Allah SWT. Cara penyampainnya bermacam-macam, baik langsung
maupun tidak langsung, yakni melalui malaikat jibril. Wahyu mencegah pemikiran manusia dari
pengaruh hawa nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama
wahyu menjadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan hanya dengan landasan kepentingan
manuiawi. Dalam QS. 53 (al-Najm) : 1-5 Allah berfirman yang Artinya :

1. Demi binatang ketika terbenam.

2. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.

3. Dan tiadalah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.

4. Ucapanmu itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

5. Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.

Imam Suyudi berpendapat, bahwa sebenarnya Hadist Rosulullah SAW adalah wahyu
juga, Tetapi Jibril menyampaikannya dalam bentuk makna, Sedangkan Al-Quran adalah wahyu
yang disampaikan dalam bentuk Lafadz dan makna. Dalam perspektif Islam,Ilmu
pegatahuan,teknologi dan seni merupakan hasil pengembangan potensi manusia yang diberikan
Allah berupa Akal dan budi. Prestasi yang gemilang dalam pengembangan iptek, pada
hakikatnya tidak lebih dari sekedar menemukan proses sunatullah itu terjadi di alam semesta ini,
bukan merancang atau menciptakan suatu hokum baru diluar sunatullah (Hukum Allah/ Hukum
Alam). Mengapa manusia menyombongkan diri? Sungguh sebuah ironi.

2.3 Keutamaan Orang Beriman dan Beramal Saleh

Perbuatan baik seseorang tidak akan akan berilai amal shalih apabila perbuatan tersebut
tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya pengembangan iptek
yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya, bahkan akan menjadi
malapetaka dalam kehidupannya sendiri.

10
Manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya
karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling Utama adalah akal. Akal berfungsi
untuk berfikir,hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan,teknologi dan seni. Ilmu-ilmu yang
dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akan memberikan
jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah
berjanji dalam QS. 58 (Al-Mujadalah) : 11 :

َ‫شعَزووا‬َ‫ک وم لو ااَلذاَ اقویلل اَون ع‬ ‫س لفاَوفلسعَحوواَ لیوفلسح ا ا‬


َ‫ا عَ لل ع‬ ‫و‬
‫ک وم لتلفنسعَحوواَ افیِ اَللماجلا ا‬ َ‫اایاَ لصیلہاَ اَلناذویلن ااَلمعَن واواَ ااَلذاَ اقویلل لل ع‬
‫ا‬
‫ت لو ا ا‬
‫ا عَ ابلماَ لتوعلمل عَوولن لخابوینر‬ ‫ک وم لو اَلناذویلن اَ عَووعَتواَ اَولاعوللم لدلراج ء‬ ‫شعَزوواَ لیورلفع ا ا‬
َ‫ا عَ اَلناذویلن ااَلمعَنوواَ امون ع‬ َ‫لفاَون ع‬
‫ا‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “ Berlapang-lapanglah


dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabil dikatakan : “ Berdirilah kamu,maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang memberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Menurut al –Ghazali, bahwa mahkluk yang paling mulia adlah manusia, sedangkan
sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Tugas utama pendidik adalah
menyempurnakan, membersihkan, dan menggiring peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada
Allah SWT melalui pengembangan ilmu penhgetahuan. Kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan yang amat mulia yang dapat menentukan masa depan seseorang. Karena itu para
pendidik akan selalu dikenang dalam hati anak didiknya. Al-Ghazali memberikan argumenasi
yang kuat, baik berdasarkan al-quran, as-sunnah maupun argumentasi secara rasional.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Iptek

Pengetahuan yang dimiliki manusia ada dua jenis yaitu :


1) Dari luar manusia , yaitu wahyu yang hanya diyakini bagi mereka yang beriman kepada Allah
SWT, ilmu dari wahyu diterima dengan yakin, sifatnya mutlak.
2) Dari dalam diri manusia, dibagi dalam tiga kategori : pengetahuan (knowledge/kenneis), ilmu
pengetahuan, (watenschap/science), dan filsafat.

12
Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sumber Islam yang isi keterangannya mutlak (absolut)
dan wajib diyakini (QS. Al-Baqarah/2:1-5 dan QS. An-Najm/53:3-4).
Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para filosuf, ilmuwan dan
budayawan seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-masing sesuai dengan apa yang
mereka senangi.
Sains diindonesiakan menjadi ilmu pengetahuan sedangkan dalam sudut pandang filsafat
ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali
dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.
Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu
seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang
banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan manusia,
maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral.
Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan
potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan
manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan

13
kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.
Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat
keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas
dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan
budi.
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan
jiwanya terus bertambah. Dalam pemikiran sekuler perennial knowledge yang bersumber dari
wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan
akal, agama dipertentangkan dengan ilmu sedangkan dalam ajaran islam wahyu dan akal, agama
dan ilmu harus sejalan tidak boleh dipertentangkan, memang demikian adanya karena hakikat
agama adalah membimbing dan mengarahkan akal.
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam
ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena
bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat
kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia .
3.2 Kewajiban Mencari Ilmu

Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman
pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3,
sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun
muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-
hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil)
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan
orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan
emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya).
Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam
hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh
kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu harus tetap dikejar.

14
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih dahulu
adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap orang
yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu telah
dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan
lainya.

Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan ilmu-
ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan
kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu
keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah orang islam
yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu
diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding sedekah harta benda. Ini
dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi
(dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri,
tetapi dapat dinikmati orang lain.

3.3 Keutamaan Orang yang Berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat
yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan
makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al
Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-A'limun”
(al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan
gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam ayat
ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT .

15
Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT.
Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan
kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan
apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati
pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga
bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada
hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga
diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih).
Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh dapat
bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan pengetahuanya untuk hal-hal
yang bermanfaat.
3.4 Integrasi Ilmu, Iman, dan Amal

Menurut Islam, ilmu pada hakekatnya tidak bersifat dikotomik seperti : ilmu agama-ilmu
umum, ulama-intelektual, madrasah-sekolah, santri-pelajar dan sebagainya. Menurut Al-Qur’an,
dua ayat Allah dihadapkan kepada manusia:
Ayat al-kauniyah (alam semesta dan manusia: individu, komunal dan temporalnya)
Ayat al-qauliyah (Al-Qur’an dan sunnah rasul)
Interpretasi manusia terhadap fenomena kauniyah melahirkan ilmu pengetahuan: biologi,
fisika, kimia, sosiologi, antropologi, komunikasi, ilmu politik, sejarah dan lain-lain. Interpretasi
manusia terhadap fenomena qauliyah melahirkan pemahaman agama (actual). Kebenaran hakiki
dan sumber ilmu ialah pada Allah swt. Ilmu harus difungsikan sesuai dengan petunjuk Allah swt.
(QS. Fushshilat/41:53 dan QS. Ali-Imran/3:164).
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan
yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam.
Didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain
iman, ilmu dan amal shaleh/ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an
S.Ibrahim/14:24-25.
Ayat ini menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik,
iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu
diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang ilmu

16
pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni.
Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal saleh apabila perbuatan tersebut tidak
dibangun di atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya pengembangan ipteks yang
lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
kemaslahatan bagi ummat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka
bagi kehidupannya sendiri.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT
akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia termasuk bagi
lingkungannya (QS. Al-Mujadalah/58:11).
3.5 Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan sebagai
khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam konteks 'abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya.
Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan
rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta berupa potensi yang sempurna yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur
mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama
manusia termasuk pada dirinya.
Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan
dan kecenderungan kepada perbuatan fasik (QS. Asy-Syams/91:8). Dengan kedua
kecenderungan tersebut, Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia
untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang
selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia diberikan
kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan
sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan ummat manusia dengan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk

17
menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memadai. Tanpa menguasai IPTEKS, fungsi hidup manusia sebagai khalifah akan menjadi
kurang dan kehidupan manusia akan tetap terbelakang. Allah menciptakan alam, karena Allah
menciptakan manusia. Seandainya Allah tidak menciptakan manusia, maka Allah tidak perlu
menciptakan alam. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara
alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan ummat manusia.
Kalau terjadi kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah manusia
sendiri. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah (QS. Ar-Rum/30:41).
3.6 Bukti Ilmu Pengetahuan yang Dijelaskan dalam Al-Quran

Berikut adalah bukti-bukti yang telah dijelaskan dalam Al-Quran :

1) Nebula
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.
2) Kesempurnaan di alam semesta
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk: 3-4)
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam
orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet,
dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-
masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama
lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para
astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
3) Orbit
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiya: 33)

18
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang
lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbit tertentu.
4) Perjalanan matahari
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin:38)
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan
kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat
dengan bintang Vega.
5) Langit tujuh lapis
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.” (QS. Ath-Thalaq:12)
Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana
(9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan
troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.
6) Gunung mencegah gempa bumi
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-
gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.” (QS. Luqman:10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai
pasak?” (QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan
ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik
pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung
ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat
disamakan seperti paku yang menyatukan kayu. Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi
ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan
bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
7) Air laut tak saling bercampur
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”(QS. Ar-Rahman:19-20)
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur
akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu,

19
diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang.
Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut
Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu,
airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Di Selat Gibraltar
lebih terlihat lagi antara air di selat Gibraltar dengan laut mediteran terdapat perbedaan warna
yang jelas yang menjadi batas antara keduanya.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran
Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah
Islam sebagai standar penggunaan iptek . Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat,
yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat islam dalm mengaplikasikan iptek. Untuk itu setiap
musllim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan iptek dan seni, tetapi

20
harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara mencari ilmu dan
mengamalkannya dan tetap berpegang teguh pada syari ‘at islam.
4.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap para pembaca mengetahui pentinnya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi didalam kehidupan manusia. Serta memahami bagaimana Islam
memberikan aturan-aturan didalam kita menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar
manusia tidak menyalahgunakannya, karena perkembangan IPTEK di zaman sekarang ini
sangatlah pesat sehingga diperlukan pegangan yang kuat agar kita dapat dengan bijak didalam
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga meminta atas kekurangan
didalam penulisan makalah ini,kritik dan saran dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah ini sehingga menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

David Ali,SH., Prof. Muhammad. 2013. Pendidikan Agama Islam. PT.Raja Grafindo Persada :
Jakarta.

Lubis, Syamsuddin, dkk. 2013. Islam Universal Menebar Islam sebagai Agama Rahmatan
Lil’Alamiin. Jakarta : Hartomo Media Pustaka.

Zamawi, Somad, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Universitas Trisakti.

Zein,M.Ag. Dr. Muhammad.dkk. 2009. Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam


Pada Perguruan Tinggi. Departemen Agama,Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam,Direktorat Pendidikan Tinggi Islam : Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai