870 1726 2 PB PDF
870 1726 2 PB PDF
Octaviana I. S. Rahim
Sunny Wangko
Sonny J.R. Kalangi
Abstract: Langerhans cells belong to a kind of dendritic cell that functions as an antigen
precenting cell. These cells are mostly found in the skin. Some studies suggested that these
cells were originated from bone marrow. Langerhans cells can not be identified by using a
routine fixation or a usual histological coloration, but by using an electron microscope or a
histochemical technique. Birbeck granules are special organelles which exist only in
Langerhans cells. Important surface receptors of Langerhans cells are class II MHC, FcER,
some integrins, and adhesins. The actions of Langerhans cells are clearly seen in the
sensitisation phase of allergic contact dermatitis. In this case, these cells engulf and process
antigens of class II MHC, so they can be presented to T cells. Besides processing antigens
done by class II MHC, Langerhans cells have CD1 receptors that are not found in other
dendritic cells. CD1 molecules present antigens in several forms: lipid, and exogen and
endogen glycolipids .
Keywords: Langerhans cells, dendritic cells, antigen presenting cells
Abstrak: Sel Langerhans merupakan salah satu jenis sel dendritik yang berfungsi sebagai sel
penyaji antigen. Sel ini terbanyak ditemukan di kulit. Beberapa penelitian mengemukakan
bahwa sel Langerhans berasal dari sumsum tulang. Sel Langerhans tidak dapat diidentifikasi
dengan menggunakan fiksasi rutin atau pewarnaan histologi biasa, tetapi harus dengan
mikroskop elektron atau tehnik histokimia. Granula Birbeck ialah organel khas yang hanya
terdapat di sel Langerhans. Reseptor permukaan penting yang terdapat pada sel Langerhans
yaitu MHC kelas II, FceR dan beberapa integrin serta adhesin. Mekanisme kerja sel
Langerhans terlihat jelas pada fase sensitisasi dermatitis kontak alergi yaitu dengan
menangkap antigen dan memrosesnya dengan MHC kelas II sehingga dapat disajikan kepada
sel T. Selain pemrosesan antigen yang dilakukan oleh MHC kelas II, sel Langerhans memiliki
reseptor CD1 yang tidak dimiliki oleh jenis sel dendritik lainnya. Molekul CD1 menyajikan
antigen dalam bentuk lipid dan glikolipid baik yang eksogen maupun endogen.
Kata kunci: sel Langerhans, sel dendritik, sel penyaji
Tubuh manusia memiliki sistem imun yang bangkitkan reaksi yang tepat untuk
berespons terhadap bahan atau partikel menyingkirkan sumber antigen tersebut.1
asing yang terpapar untuk melindungi Salah satu jenis respon imun yang mungkin
tubuh terhadap bahan atau partikel tersebut. terjadi jika terpapar dengan antigen yaitu
Respon imun sangat bergantung pada respon imun adaptif. Kejadian penting
kemampuan sistem imun untuk mengenali selama terjadinya respon imun adaptif ialah
molekul asing (antigen) yang bersifat penyajian antigennya.2
patogen potensial, dan kemudian mem- Pada stadium awal (inisiasi) suatu
137
138 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 3, November 2011, hlm. 137-143
respon imun, sekelompok sel fungsional Sel penyaji antigen dibagi dalam dua
yang disebut sel penyaji antigen/antigen kategori yaitu sel penyaji antigen profe-
presenting cell (APC) memfagositosis sional dan non-profesional. Terdapat tiga
antigen kemudian menyajikannya kepada jenis sel penyaji antigen profesional yang
limfosit dalam bentuk yang dapat dikenal utama yaitu makrofag, sel dendritik dan
oleh limfosit. Sel-sel yang dapat bertindak limfosit B/sel B.
sebagai sel penyaji antigen yaitu sel
dendritik, sel Kupffer, sel endotel, fibroblas
dan limfosit B.1 SEL LANGERHANS
Seluruh hubungan antara tubuh dan Sejarah
lingkungan luar dibatasi oleh epitel yang
Berawal pada tahun 1868, ketika se-
berfungsi untuk memberi penghalang fisik
orang mahasiswa kedokteran Paul Langer-
terhadap infeksi. Jaringan epitel dan sub-
hans menemukan populasi sel dendritik in-
epitel mengandung sel dendritik epidermal
traepidermal pada kulit manusia yang di-
yang disebut sel Langerhans. Sel-sel yang
warnai dengan gold chloride.7 Karena sel
sama ditemukan juga dalam organ-organ
ini mempunyai morfologi dendritik
limfoid perifer yang kaya akan limfosit T,
(tonjolan-tonjolan panjang pada permukaan
dan dalam jumlah kecil pada organ lain-
selnya), maka Langerhans mengasumsikan
nya.3
bahwa sel ini mungkin merupakan tipe baru
dari sel saraf. Setelah lebih dari 100 tahun
SEL PENYAJI ANTIGEN kemudian, disarankan bahwa sel
Sel penyaji antigen ialah sel yang se- Langerhans mungkin merupakan leukosit.
cara khusus membantu melawan zat asing Pada awal 1970-an sel-sel dendritik
yang masuk ke dalam tubuh. Sel-sel ini me- diidentifikasi dan dikarakterisasi sebagai
ngirimkan sinyal ke limfosit T helper/sel sel penyaji antigen khusus derivat sumsum
Th ketika antigen masuk ke dalam tubuh tulang dan kemudian pemahaman
(Gambar 1). Setiap jenis sel T khusus mengenai fungsi-fungsinya mulai berkem-
dilengkapi untuk menangani jenis patogen bang.8
berbeda-beda yang dapat berupa bakteri,
virus, atau toksin.4 Definisi
Sel Langerhans ialah sel dendritik
penyaji antigen berasal dari sumsum tulang
yang umumnya bertempat pada stratum
spinosum (Gambar 2).9,10 Oleh karena sel-
sel Langerhans berada dalam epidermis,
maka diperkirakan sel-sel ini menyediakan
perangkap untuk antigen eksternal yang
ditemukan pada kulit.11
Fungsi
Sel Langerhans berfungsi sebagai sel
penyaji antigen yang berada di epidermis
oleh karena mempunyai morfologi den-
Gambar 3. Asal mula sel Langerhans. Sumber: dritik dengan fenotip permukaan sel
Bolognia et al, 20082 sebagai penyaji antigen dan kemampuan
140 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 3, November 2011, hlm. 137-143
Reseptor Fc (FcR)
Reseptor Fc ialah molekul yang
diekspresikan pada permukaan berbagai
sel, yang dapat mengenali dan mengikat
daerah Fc dari kelas dan subkelas
imunoglobulin. Pada sel Langerhans
ditemukan ekspresi reseptor IgE (FcεR)
berafinitas tinggi.16
Pada interaksi dengan peptida antigen, terdapat pada cairan lepuhan positif
fragmen CLIP dilepaskan dari kompleks terwarnai untuk kerusakan DNA
dan digantikan oleh peptida antigen. A- (cyclobutyl pyrimidine dimer), mem-
khirnya MHC kelas II yang terikat antigen perlihatkan sel tersebut berasal dari epider-
peptida diekspresikan pada permukaan sel, mis yang terkena UV-B. Ketidakhadiran sel
memungkinkan pengenalan antigen oleh sel Langerhans yang terinduksi UV-B seperti-
T yang membawa TCR yang sesuai.2 nya terutama disebabkan oleh migrasi.
Selain pemrosesan antigen dilakukan Sel Langerhans merupakan sel yang
oleh MHC kelas II, sel Langerhans memi- memicu awal terjadinya dermatitis kontak
liki reseptor CD1 yang tidak dimiliki oleh alergi yaitu pada fase sensitisasi.20 Hapten
jenis sel dendritik lainnya. Molekul CD1 yang masuk ke dalam epidermis melewati
menyajikan antigen dalam bentuk lipid dan stratum korneum akan ditangkap oleh sel
glikolipid baik eksogen maupun endo- Langerhans dengan cara pinositosis,
gen.17,18 Molekul CD1 dihasilkan di dalam kemudian diproses secara kimiawi oleh
retikulum endoplasma dan diekspresikan enzim lisosom atau sitosol serta
pada membran plasma, menuju ke dikonjugasikan pada molekul MHC
permukaan melalui penghantaran oleh menjadi antigen lengkap. Pada awalnya sel
vesikel.13 Langerhans dalam keadaan istirahat, tetapi
Kostimulasi diperlukan untuk meng- keratinosit yang terpajan oleh hapten (yang
inisiasi respon imun produktif oleh sel T. juga mempunyai sifat iritan) akan
Kostimulator yang paling penting pada sel melepaskan sitokin (IL-1) yang selanjutnya
T naif ialah CD28; dan ligannya yang se- mengaktifkan sel Langerhans sehingga
suai yaitu CD80 (B7-1) dan CD86 (B7-2), mampu menstimulasi sel T. Aktivasi ter-
terdapat pada sel penyaji antigen matur. sebut akan mengubah fenotip sel Langer-
CD80 dan CD86 merupakan anggota per- hans dan meningkatkan sekresi sitokin ter-
tama dari subfamili B7 yang lebih besar.13 tentu (misalnya IL-1) serta ekspresi mole-
Kolgen et al (2002)19 menyatakan kul permukaan sel termasuk MHC kelas II,
bahwa jumlah sel Langerhans berkurang ICAM-1, LFA-3 dan B7. Sitokin proinfla-
pada saat kulit terpapar oleh sinar ultra- masi lain yang dilepaskan oleh keratinosit
violet (UV). Penelitian ini ditujukan untuk yaitu TNF-α, yang dapat mengaktivasi sel
mengetahui mekanisme ketidakhadiran sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi
Langerhans oleh induksi UV. Mekanisme perubahan molekul adhesi sel dan pelepas-
yang paling banyak diterima yaitu akibat an sitokin juga meningkatkan MHC kelas
apoptosis dan migrasi. Penilaian apoptosis II.21
secara in vivo dilakukan dengan menyinari TNF-α menekan produksi E-cadherin
kulit bokong minimal enam dosis eritema yang mengikat sel Langerhans pada epider-
UV-B. Ternyata hanya ditemukan sedikit mis; juga menginduksi aktifitas gelatinoli-
sel Langerhans yang mengalami apoptosis sis sehingga memperlancar sel Langerhans
pada potongan kulit yang terpajan oleh melewati membran basalis bermigrasi ke
UV-B. Metode yang digunakan untuk kelenjar getah bening setempat melalui
mendeteksi migrasi sel Langerhans yaitu saluran limfe. Di dalam kelenjar getah be-
dengan menangkap sel-sel ini dari cairan ning, sel Langerhans memresentasikan
lepuhan. Lepuhan dikembangkan pada sisi kompleks MHC-antigen kepada sel Th
fleksor lengan bawah dari sukarelawan spesifik (yang mengekspresikan molekul
sehat pada beberapa titik waktu setelah CD4 yang mengenali MHC sel
terpajannya kulit dengan minimal enam Langerhans) dan kompleks reseptor sel T-
dosis eritema UV-B. Cairan lepuhan CD3 (yang mengenali antigen yang telah
dikumpulkan dan sel Langerhans terdeteksi diproses).21
dalam cairan lepuhan pada kulit yang Sel Langerhans menyekresi IL-1 yang
terpajan UV-B, dan tidak pada kulit yang menstimulasi sel T untuk menyekresi IL-2
tidak terpajan. Sel Langerhans yang dan mengekspresikan reseptor IL-2 (IL-
142 Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 3, November 2011, hlm. 137-143