Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
NI PUTU ASTINI (1713031004)/VA
I GUSTI AYU AGUNG MAS ROSMITA (1713031013)/VA
APLIANA PRISKILA MONE (1713031017)/VA
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
PERCOBAAN II
PENENTUAN TETAPAN KALORIMETER
DAN
KALOR PELARUTAN
I. Tujuan
1. Mengetahui sifat-sifat kalorimeter
2. Menentukan tetapan kalorimeter sebagai dasar percobaan-percobaan yang lain
3. Menentukan kalor pelarutan
4. Menentukan kalor reaksi secara tidak langsung dengan menggunakan hukum Hess
II. Dasar Teori
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas disebut dengan calorimeter.
Kalorimeter menggunakan teknik pencampuran dua zat di dalam suatu wadah. Setiap
kalorimeter mempunyai sifat yang khas dalam mengukur panas. Ini terjadi karena
kalorimeter tersebut terbuat dari berbagai jenis seperti polietena, gelas, dan logam sehingga
mempunyai kemampuan penyerap panas yang berbeda.
Kalorimeter dapat dibagi menjadi dua yaitu kalorimeter volume konstan dan kalori
meter tekanan konstan. Pada kalorimeter volume konstan digunakan untuk menentukan
perubahan kalor untuk reaksi pembakaran. Sedangkan kalorimeter tekanan konstan
digunakan untuk menentukan perubahan kalor untuk reaksi selain pembakaran. Secara kasar,
kalorimeter tekanan-konstan dapat dibuat dari dua cangkir kopi Styrofoam. Cangkir luar
membantu menyekat campuran reaksi dari lingkungan. Peralatan ini mengukur pengaruh
kalor pada berbagai reaksi, seperti penetralan asam-basa, kalor pelarutan, dan kalor
pengenceran. Karena tekanannya konstan, perubahan kalor untuk proses (qreaksi) sama
dengan perubahan entalpi (∆H).
Proses dalam kalorimeter berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak ada energi yang
lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter. Zat yang akan direaksikan dimasukkan
dalam kalorimeter, dengan mengukur suhu sebelum dan sesudah reaksi dapat ditentukan
kapasitas panas dan kalor reaksi (Petrucci,1987).
Panas yang diserap oleh kalorimeter beserta termometernya dapat diketahui dari
konstanta atau tetapan kalorimeter yang digunakan dalam suatu percobaan. Tetapan
kalorimeter adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 0C
pada air dengan massa 1 gram.Prinsip yang digunakan dalam pengukuran besaran kalor
dengan metode mencampur adalah pertukaran kalor antara dua benda yang suhu awalnya
berbeda. Tercapainya suatu suhu keseimbangan diantara kedua benda disebabkan oleh
besarnya kalor yang hilang pada benda yang lebih dingin. Pernyataan ini dinyatakan benar
jika tidak ada kalor yang diperoleh oleh sistem ke sekelilingnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menentukan tetapan kalorimeter adalah
dengan mencampurkan air dingin (massa m1 suhu T1) dan air panas (massa m2 dan T2)
dengan volume tertentu sehingga tetapan dalam kalorimeter dapat ditentukan.Jika
kalorimeter tidak menyerap panas dari pencampuran antara air panas dan air dingin ini,
maka kalor yang diberikan oleh air panas harus sama dengan kalor yang diserap oleh air
dingin. Namun, karena kalorimeter ikut menyerap panas, maka kalor yang diserap oleh
kalorimeter merupakan selisih kalor yang diberikan oleh air panas dikurangi dengan kalor
yang diserap oleh air dingin. Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah
kalor yang diserap oleh kalorimeter dengan perubahan temperatur pada kalorimeter. Dengan
demikian, satuan dari tetapan kalorimeter adalah JK-1 (Retug, 2003).
Untuk meningkatkan suhu benda dari suhu awal t1 sampai suhu akhir t2, diperlukan
sejumlah kalor. Banyaknya kalor yang diperlukan suatu benda untuk menaikkan suhunya
sangat bergantung pada kapasitas kalor (C) dari bahan benda tersebut yang terlihat pada
persamaan berikut:
C = dQ/dT
Kapasitas kalor dapat dibedakan menjadi dua yaitu kapasitas kalor pada volume
konstan dan kapasitas kalor pada tekanan konstan. “Jika volume sistem konstan selama
proses dengan suhu berubah, kapasitas kalor disebut kapasitas kalor pada volume konstan
dan dinyatakan dengan Cv dan ditulis sebagai Cv = (dQ/dT)v” (Ainie, 2010: 76).
“Kapasitas kalor dari suatu sistem tidak dapat dihitung dari persamaan keadaan zat
(atau zat-zat) penyusun sistem. Banyak pengukuran eksperimental dari kapasitas kalor
dilakukan dengan tekanan luar konstan. Harga kapasitas kalor yang diperoleh disebut
kapasitas kalor pada tekanan konstan dan dinyatakan dengan C p“ (Ainie, 2010: 77).
Cp = (dQ/dT)p
Kalor jenis adalah kapasitas kalor bahan tiap satuan massanya, yaitu :
c = C/m
Salah satu sifat termometrik benda adalah kalor jenis. Dalam selang suhu yang tak
terlalu besar, biasanya c dapat dianggap konstan, sehingga apabila suatu benda bermassa m,
kalor jenis bahannya c dan suhunya T 1 maka untuk menaikkan suhunya menjadi T2
diperlukan kalor sebesar:
Q = m.c.(T2-T1)
Suhu dua benda akan menjadi setimbang saat sebuah benda dengan suhu tertentu
disinggungkan benda lain yang suhunya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh perpindahan
suhu. Benda yang bersuhu lebih tinggi akan memberikan panasnya ke benda yang bersuhu
lebih rendah. Berdasarkan hukum kekekalan energi jumlah panas yang diberikan sama
dengan jumlah panas yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah (asas
Black).Dalam percobaan ini, sejumlah air yang telah diketahui massanya, dipanaskan
dengan menggunakan kompor listrik. Air yang suhunya lebih tinggi ini dimasukkan ke
dalam kalorimeter yang berisi air, massa air dingin sudah ditimbang terlebih dahulu. Dalam
hal ini air dingin dan kalorimeter adalah dua benda yang bersuhu sama yang akan menerima
panas dari air panas. Menurut asas Black diperoleh bahwa:
kalor yang dilepas (air panas) = kalor yang diterima (air dingin + kalorimeter)
m2.c.(T2-Ta) = m1.c (Ta-T1) + C(Ta-T1)
dimana, m1 = massa air dingin dengan suhu T1
m2 = massa air panas dengan suhu T2
c = kalor jenis air (1 kal/g.0C)
Ta = suhu akhir sistem
C = kapasitas kalor kalorimeter (Petrucci,1987).
Tabel 2. Bahan
No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Air dingin - 50 mL
2. Air panas - 50 mL
Tabel 4. Bahan
No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Kristal CuSO4.5H2O - 5 gram
2. Kristal CuSO4 anhidrat - 5 gram
3. Aquades - 100 mL
Gambar 1
V. Tabel Pengamatan
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Catat hasil pengamatan ke dalam tabel berikut!
Waktu (menit) Suhu (oC)
0 28oC
0,5 29oC
1 29oC
1,5 29oC
2 Penambahan air panas
2,5 44,5oC
3 44oC
3,5 44oC
4 44oC
4,5 43,5oC
5 43,5oC
5,5 43,5oC
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Berdasarkan kurva yang telah dibuat, maka dari ekstrapolasi dapat diketahui ∆T
pencampuran air panas dengan air dingin
∆T = T2 - T1
∆T = 44,498oC – 29,25oC
∆T = 15,248oC
∆Tpanas = T2panas - T1panas
∆Tpanas = 44,498oC – 65oC
∆Tpanas = -20,502oC
∆Tdingin = ∆T
∆Tdingin = 15,248oC
Massa air dingin (m1) = 50 gram
Massa air panas (m2) = 50 gram
Maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Kalor (energi panas) yang diserap oleh air dingin
Qpanas = m1 x c x ∆Tpanas
Qpanas = 50 g x 4,2 J/g°C x -20,502 oC
Qpanas = -4305,42 J
Kalor (energi panas) yang dilepaskan oleh air panas
Qdingin = m2 x c x ∆Tdingin
Qdingin = 50 g x 4,2 J/g°C x 15,248oC
Qdingin =3202,08 J
Qlepas = Qterima
Qpanas = -Qdingin + Qkalorimeter
-4305,42 J = - 3202,08 J + C × ∆T
4305,42 J - 3202,08 J = C × 15,248oC
1103,34 J = C × 15,248oC
1103,34 J
C= 15,248o C
C = 72,3596 J oC-1
Perhitungan:
Massa air = 100 gram
Massa Larutan = Massa air + massa kristal CuSO4
Massa Larutan = 100 g + 5 g
Massa Larutan = 105 g
ΔT = T 2 – T1
ΔT = 31,333oC - 28,75oC
ΔT = 2,583oC
a. Perhitungan mol CuSO4
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4
Mol (n) CuSO4 = 𝑀𝑟 𝐶𝑢𝑆𝑂4
5𝑔
Mol (n) CuSO4 = 160𝑔/𝑚𝑜𝑙
∆H1
CuSO4.5H2O(s) CuSO4 (aq)
∆H3
∆H2
CuSO4 (s)
VII. Pembahasan
PenentuanTetapan Kalorimeter
Dalam menentukan banyaknya panas yang diserap oleh kalorimeter perlu
diketahui tetapan kalorimeter yang digunakan dalam percobaan. Tetapan kalorimeter
adalah nilai kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar 1 oC
pada aquades dengan massa 1 gram. Tujuan dilakukannya percobaan penentuan
tetapan kalorimeter yaitu untuk mengetahui tetapan kalorimeter yang akan digunakan
pada percobaan selanjutnya. Kalorimeter ini tidak boleh ditukar maupun diganti
karena kalorimeter memiliki tetapan yang berbeda-beda. Berdasarkan percobaan
yang dilakukan
Pengukuran suhu aquades dingin dilakukan setiap 30 detik dan berhenti hingga
suhu dari aquades konstan (minimal tiga titik konstan) yaitu sebesar 29oC. Sebelum
memasukkan air panas ke dalam bejana kalorimeter, suhu dari air panas diukur. Suhu
dari air panas yaitu 65oC. Ketika air panas dimasukkan ke dalam bejana kalorimeter
yang berisi air dingin terjadi peningkatan suhu dari 29 oC menjadi 44,5 oC.
Peningkatan suhu ini diakibatkan karena kalor dari aquades panas diserap oleh
aquades dingin dan kalorimeter. Secara teori, pengamatan ini sesuai dengan hukum
kekalan energi (Asas Black) yaitu jumlah panas yang diberikan sama dengan jumlah
panas yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah. Suhu konstan saat
mencapai suhu 43,5 oC.
Dari pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan maka tetapan kalor
pada kalorimeter ini didapatkan sebesar 72,3596 J oC-1
Penentuan Kalor Pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat
Pada percobaan ini dilakukan penentuan panas pelarutan senyawa CuSO4.5H2O
dan CuSO4 anhidrat. Kalorimeter yang digunakan pada percobaan ini telah diketahui
ketetapannya melalui percobaan sebelumnya. Besar tetapan kalorimeter yang
diperoleh yaitu sebesar 72,3596 J oC-1.
Pada percobaan pertama dilakukan pengukuran kalor CuSO4.5H2O. Kristal
CuSO4.5H2O yang telah digerus dimasukkan ke dalam kalorimeter pada menit ke dua,
kemudian mencapai titik kesetimbangan pada menit ke 5 dengan memperoleh enam
titik yang konstan pada suhu 28oC. Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data
kalor CuSO4.5H2O sebesar -256,679 J dan kalor pelarutannya (∆H1 ) sebesar -
12,83395 kJ mol-1 yang perhitungannya dapat dilihat pada analisis data.
Pada percobaan kedua dilakukan pengukuran kalor CuSO4anhidrat yang
diperoleh dari memanaskan CuSO4.5H2O dengan pemanas listrik. Serbuk CuSO4
anhidrat dimasukkan ke dalam kalorimeter pada menit ke dua,kemudian mencapai
titik kesetimbang pada menit ke 5 dengan memperoleh empat titik yang konstan pada
suhu 31oC. Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data kalor CuSO 4anhidrat
sebesar 1326,007 J dan kalor pelarutannya (∆H2) sebesar 42,50022 kJ mol-1.
Berdasarkan analisis perhitungan, diperoleh nilai kalor pelarutan pada
CuSO4.5H2O (∆H1) berharga negatif, yang menyatakan bahwa reaksi tersebut
melepas kalor (reaksi eksoterm). Sedangkan kalor pelarutan pada CuSO 4anhidrat
(∆H2) berharga positif, yang menyatakan reaksi tersebut menyerap kalor (reaksi
endoterm). Berdasarkan data kalor pelarutan CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O yang
diperoleh, nilai kalor pelarutan pada CuSO4.5H2O lebih kecil dibandingkan dengan
CuSO4anhidrat yang menandakan kalor yang diserap dalam pelarutan CuSO 4.5H2O
lebih kecil dibandingkan dengan kalor pelarutan CuSO4 anhidrat. Hal ini disebabkan
oleh:
1. Pada CuSO4.5H2O terdapat lima molekul air yang terhidrat sehingga massa
CuSO4 sesungguhnya (dalam CuSO4.5H2O) lebih kecil jika dibandingkan
dengan massa CuSO4 anhidrat.Karena kalor berbanding lurus denganmassa,
maka zat yang massanya lebih besar, dalam hal ini adalah CuSO4 anhidrat,
akan menghasilkan kalor yang lebih besar.
2. Pada CuSO4.5H2O molekul air terhidrat dari kristal akan bergabung dengan
air dingin dalam kalorimeter. Hal Ini jelas berpengaruh pada kalor yang
dihasilkan.
Nilai perubahan energi yang terjadi pada dua senyawa CuSO4(s) dan
CuSO4.5H2O(s) dengan reaksi sebagai berikut
CuSO4(s) → CuSO4.5H2O(s)
∆H3 = ∆H2 - ∆H1, sehingga perubahan energi yang terjadi adalah sebesar +555,334 kJ
mol-1
VIII. Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan yang dilakukan diketahui sifat dari kalorimeter adalah
menyerap panas dari sistem (aquades panas).
2. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh tetapan sebesar 72,3596 J oC1.
3. Kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh suhu percampuran
melalui ekstrapolasi pada percobaan dapat dilihat sebagai berikut:
Kurva Hubungan Suhu terhadap Waktu
Penentuan Tetapan Kalorimeter
y = -0.3214x + 45.143
50
R² = 0.8438
40
y = 0.3x + 28.65
30
R² = 0.6
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6