Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH HUKUM KEPOLISIAN

KEAMANAN DAN KETERTIBAN

Nama : Lala Komala

NPM : 41152020180102

Kelas : 3 AK-B

A. Pengertian Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) adalah suatu kondisi dinamis masyarakat
sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional yang ditandai
dengan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman
yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam mencegah, menangkal, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran
hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

B. Peranan Masyarakat dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban

Peran masyarakat dalam membuat situasi aman dan nyaman sudah tercantum dalam batang
tubuh UUD 1945 yaitu kewajiban mereka sebagai Warga Negara seperti yang telah di atur pada
Kedua Bab XII Pasal 30 :

1. Tiap-tiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
2. Untuk pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

Sehubungan dengan hal tersebut berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam Pertimbangan huruf B ditegaskan “Bahwa
pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi Kepolisian yang
meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.

Warga Negara memiliki kewajiban dalam menciptakan ketertiban dan keamanan di lingkungan
masyarakat seperti yang telah di atur pada UUD 1945 yang menyatakan bahwa:

1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang.

Saat ini sistem keamanan lingkungan yang masih dipakai serta paling efisien adalah Pos Ronda,
merupakan Sistem Keamanan Lingkungan yang di mana masyarakat dapat berperan langusung
dalam menciptakan ketertiban dan keamanan lingkungan. Pos Ronda dapat menekan dan
mengatasi kriminalitas di sebuah lingkungan dan setiap anggota masyrakat yang menempati
lingkungan tersebut wajib menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan dengan menjalankan
sistem piket yang di rotasi setiap minggunya.

Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki peran aktif dalam
meningkatkan ketertiban dan keamanan, peran masyarakat itu bisa dibangkitkan dengan cara
meningkatkan kesadaran masyarakat salah satunya dengan mengadakan sosialisasi Sistem
Keamanan Lingkungan yang memberikan pedidikan dan kesadaran untuk peduli ketertiban dan
keamanan lingkungan. Dengan sosialisasi ini juga akan membuat masyarakat mengerti
pentingnya sistem keamanan lingkungan mereka.
C. Peranan POLRI

Peran dan kedudukan Polri telah di undangkan dalam Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam Undang Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Republik Indonesia Pasal 13 tugas pokok POLRI adalah :
a. Memelihara kamtibmas
b. Menegakkan hukum; dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

Polisi di satu sisi harus mewujudkan tujuan sosial yaitu ketertiban masyarakat yang menuntut
polisi harus menggunakan Instrument Sosial/doelmatigheid, di sisi lain polisi harus mewujudkan
tujuan hukum yaitu keadilan/justice yang menuntut Polisi harus menggunakan instrument hukum
/rechmatigheid. Peran ini sangat berpengaruh dalam kehidupan demokrasi akan tetapi juga
berpotensi untuk salah gunakan. Oleh sebab itu kepolisian harus senantiasa diawasi dan dikontrol
baik, secara internal maupun eksternal. Penegakkan hukum merupakan suatu aturan main (rule
of the game) yang dapat dijadikan rujukan perilaku. Hak-hak setiap warga negara dilindungi oleh
hukum, yang dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan tidak berpihak. Adanya saluran
hukum bagi penyelesaian konflik dan permasalahan antar individu memungkinkan munculnya
ketertiban dalam artian, bahwa tidak terjadi kesewenang-wenangan individu terhadap individu
yang lain. Diharapkan muncul kesadaran individu akan hak dan kewajibannya terhadap individu
yang lain. Cara ini merupakan asset yang sangat berharga dan krusial dalam proses demokratisasi.
Sekalipun didasari oleh prinsip kebebasan bagi warga negaranya, namun tetap diperlukan
aturan-aturan yang memberikan norma-norma dan perilaku. Acuan hukum sebenarnya
merupakan consensus egaliter sebagai aturan main dalam hidup bersama, agar kedamaian dan
kesejahteraan bisa dipelihara secara sosial. Oleh karenanya, hukum dan pelaksanaannya harus
memenuhi rasa keadilan masyarakat.

Di sisi lain fungsi dan peranan yang diemban oleh Polri memang seringkali dimanfaatkan oleh
penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya, atau memaksakan kehendaknya kepada rakyat
yang di anggapnya membangkang. Oleh karena itu dalam proses demokratisasi ini polisi harus
bertindak adil, netral dan tidak ada keberpihakan terhadap kepentingan tertentu, agar dapat
berperan dan berfungsi sebagai pilar demokrasi yaitu penjaga dan pemelihara nilai-nilai sipil
dalam kehidupan masyarakat. Harapan ini bertumpu pada keyakinan bahwa pada kehidupan
masyarakat demokratis, ”hukum” pada hakekatnya adalah consensus egaliter segenap elemen
masyarakat. Dan sesuai dengan paradigma baru Polri yaitu, ”Polisi beserta seluruh elemen
masyarakat yang patuh hukum dan mengeliminir akar-akar kejahatan dan ketidaktertiban”.
Dalam melaksanakan perannya Polri menerapkan model / pola pemolisian sipil untuk
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam rangka menciptakan rasa aman, memelihara
stabilitas kamtibmas, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang dilakukan secara
proaktif, problem solving dengan membangun kemitraan dengan warga masyarakat
(partnership). Dalam kerangka “Polisi Sipil”, Polri diharapkan dapat menempatkan diri secara
profesional kapan ia harus bertindak sebagai “a strong hand of society” dan kapan harus
bertindak dengan karakter “a soft hand of society” dalam melaksanakan tujuan mewujudkan
kamtibmas yang kondusif.

D. Contoh Kasus

Di era digital ini, penjagaan keamanan dan ketertiban tidak hanya dilakukan di dunia nyata tapi
juga di media sosial. Semakin lama, kasus kejahatan cyber yang dapat mengganggu keamanan
dan ketertiban masyarakat terus meningkat. Salah satu contoh kasusnya adalah berita bohong
(hoaks) tentang 7 kontainer surat suara yang telah tercoblos pada Januari 2018 silam. Polri
menangkap dua orang berinisial HY dan LS dalam kasus ini. Keduanya ditangkap pada 4 Januari
2019 di tempat yang berbeda. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri
Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, HY dan LS diduga menjadi orang yang menerima konten dan
kemudian menyebarkan tanpa memverifikasi terlebih dahulu. Meski ditangkap, HY dan LS tidak
ditahan.

Adapun penyidik juga telah melakukan profiling terhadap penyebar hoax tersebut. Rencananya,
penyidik akan memanggil beberapa saksi ahli, saksi ahli hukum pidana, saksi ahli bahasa dan saksi
ahli ITE. Kasus ini berawal saat ada kabar 7 kontainer surat suara tercoblos sudah berada di
Pelabuhan Tanjung Priok. Kabarnya kontainer itu datang dari Cina dan mendarat di Tanjung Priok
pada Rabu malam, 2 Januari 2019. Kabar ini menjadi perbincangan setelah Wakil Sekjen Partai
Demokrat Andi Arief bertanya soal masalah ini dalam cuitan di akun Twitter-nya. “Mohon dicek
kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah
harap dicek kebenarannya, karena ini kabar sudah beredar,” cuit Andi Arief di akun Twitter-nya
@AndiArief_ pada Selasa malam 2 Januari 2019.

KPU yang mendapat kabar serupa kemudian mengecek ke Pelabuhan Tanjung Priok, namun tak
menemukan kontainer tersebut. Lembaga itu memastikan kabar 7 kontainer surat suara
tercoblos adalah hoax. Kemudian bersama Bawaslu, KPU melaporkan kasus ini ke Bareskrim
Mabes Polri. Bareskrim Polri pun telah menyiapkan pasal berlapis dari Undang-Undang Informasi
Transaksi Elektronik (UU ITE) dan UU Tindak Pidana Pemilu untuk tersangka penyebar hoax atau
berita bohong.

Anda mungkin juga menyukai