Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UUD 1945


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi nikmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat penilaian mata kuliah Pancasila
Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu
mengumpulkan dan mengkaji materi pancasila dari berbagai reverensi serta
mengambil literatur dari internet, kami gunakan metode pengumpulan data ini,
agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat. Kami
sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan keritik dan saran dari rekan-rekan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat unuk pembaca sekalian.

Jakarta, Oktober 2019

Penyusun.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
2.1. Definisi Pancasila .........................................................................................
2.2. Nilai-nilai Pancasila .....................................................................................
2.3. Hubungan Pancasila Dan Pembukaan Uud 1945 .........................................
2.4. Pokok - Pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ....
2.5. Hubungan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Dengan Proklamasi ..
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................
3.2. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak jaman nenek moyang
sampai dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara
masyarakat Indonesia dengan masyarakat lain. Nilai-nilai kehidupan tersebut
mewujudkan amal perbuatan dan pembawaan serta watak orang Indonesia.
Dengan kata lain masyarakat Indonesia mempunyai ciri sendiri, yang merupakan
kepribadiannya.

Dengan nilai-nilai pulalah rakyat Indonesia melihat dan memecahkan masalah


kehidupan ini untuk mengarahkan dan mempedomani dalam kegiatan
kehidupannya bermasyarakat. Demikianlah mereka melaksanakan kehidupan yang
diyakini kebenaranya. Itulah pandangan hidupnya karena keyakinan yang telah
mendarah daging itulah maka pancasila dijadikan dasar negara serta ideologi
negara. Itulah kebulatan tekad rakyat Indonesia yang ditetapkan pada Tanggal 18
agustus 1945 melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan
bersama tersebut sifatnya luhur, tiada boleh diganti ataupun dirubah. Masyarakat
pancasila pulalah yang hendak kita wujudkan, artinya suatu masyarakat Indonesia
modern berdasarkan nilai luhur tersebut.

Untuk mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi


norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan
dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD
1945 sebagai hukum dasar tertulis dinegara kita.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis menarik sebuah rumusan masalah
sebagai berikut
1. Apa hubungan Pancasila dengan UUD 1945 ?
2. Apa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 ?
3. Apa hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan UUD 1945.
2. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945.
3. Untuk mengetahui hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi
17 Agustus 1945.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pancasila

Pancasila adalah Dasar Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses


lahirnya Pancasila menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa
Indonesia. Kata pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan
Sila berarti prinsip atau asas. Pancasila berarti lima asas atau Lima Dasar atau
lima Sila. Lima sila tersebut adalah :
1. Ketuhanan yang maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan perwakilan, dan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Masing–masing sila mengandung nilai–nilai yang menjadi pedoman bagi Bangsa
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara
yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental.
Adapun pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya memuat nilai-nilai Pancaasila,
yang bilamana dianalisis makna yang terkandung di dalamnya tiak lain
merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.

2.2. Nilai-nilai Pancasila


Suatu dasar negara akan kuat, apabila dasar tersebut berasal dan berakar pada diri
bangsa yang bersangkutan. Bangsa Indonesia mempunyai dasar negara yang
bukan jiplakan dari luar, akan tetapi asli Indonesia. Unsur-unsur Pancasila
terdapat didalam berbagai agama, kepercayaan, adat istiadat, dan kebudayaan.
Karena dalam agama, kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan tersebut
berkembang nilai-nilai antara lain nilai moral, maka Pancasila pun mengandung
nilai moral dalam dirinya, nilai-nilai Pancasila diungkapkan dalam 2 (dua) nilai,
yaitu:

1. Kedudukan Nilai, Norma, dan Moral dalam Masyarakat


a. Kedudukan Nilai dalam masyarakat
Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai
masyarakat, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma dan moral.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, dan memperkaya batin yang
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai merupakan salah satu
wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan, konsep,
ide tentang suatu hal adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Olah karena
itu nilai dapat dihayati sebagai kebudayaan dalam wujud kebudayaan
abstrak. Untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat ada 6 macam nilai :
1. Nilai teori adalah untuk mengetahui identitas benda dan kejadian yang
terdapat disekitarnya.
2. Nilai ekonomi adalah pemanfaatan benda-benda atau kejadian yang
mengikuti nalar efisiensi.
3. Nila estetik adalah mempelajari sesuatu yang indah.
4. Nilai sosial berorientasi pada hubungan antara manusia dengan yang
lainnya dan menekan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur.
5. Nilai politik berpusat pada kekuasaan srta berpengaruh dalam kehidupan
bermasyarakat.
6. Nilai religi adalah manusia menilai alam sekitarnya sebagai wujud rahasia
kehidupan dan alam semesta.

b. Kedudukan Norma dalam masyarakat


Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya perwujudan
martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan religi. Suatu
kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai yang harus
dipatuhi. Oleh karena norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama,
norma filsafat, kesusilaan, hukum, dan norma sosial.

c. Kedudukan Moral dalam masyarakat


Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut perilaku
manusia. Seseorang yang taat dan patuh pada aturan-aturan, kaidah dan norma
yang berlaku dalam masyarakatnya dia sudah dianggap sesuai dan bertindak benar
secara moral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa aturan, prinsip-prinsip
yang benar, yang baik, yang terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, negara
dan bangsa. Moral dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral
filsafat, etika, hukum, ilmu dan sebagainya. Nilai, Norma, dan Moral secara
bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya. Pancasila
secara filsafat mengandung nilai-nilai yang bersifat Fundamental, universal,
mutlak dan abadi dari Tuhan yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan
ajaran-ajaran agama dalam kitab sucinya, artinya di dalam nilai-nilai tersebut
mengandung nilai moral, maka Pancasila pun mengandung nilai moral dalam
dirinya.

2. Nilai-nilai Pancasila dalam Sosio-Budaya Bangsa Indonesia


a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah suatu kepercayaan yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya melalui penalaran, melainkan suatu kepercayaan
yang berpangkal dari kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan. Keyakinan
yang demikian maka negara Indonesia berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa,
dan negara memberi jaminan sesuai dengan keyakinannya, dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannya.

Sebagai sila pertama menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan, yang menjiwai
dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan
beradab, penggalangan persatuan Insonesia yang telah membentuk RI yang
berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hakekat pengertian nilai-nilai diatas sesuai dengan
Pernyataan dalam Pembukaan Uud 1945 yaitu keyakinan atas berkat rahmat
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam sial pertama ini tercakup nilai religi yang
mengatur hubungan negara dan agama, sehubungan dengan manusia dengan Sang
Pencipta, serta nilai yang menyangkut hak asasi yang paling asasi.

b. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Dalam sila ini merupakan norma untuk menilai apa pun yang menyangkut
kepentingan manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulai dengan kesadaran
martabat dan derajatnya, nilai-nilai dalam sila ini adalah refleksi dari martabat
serta harkat manusia yang memiliki potensi kultural. Menurut sila ini setiap
manusia Insonesia adalah bagian dari warga dunia, yang meyakini adanya prinsip
persamaan hak dan martabatnya sebagai hamba Tuhan.

c. Nilai Persatuan Indonesia


Sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti Ideologis,
ekonomi, politik, sosial budaya, dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangkan
dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia, yang senasib dan didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka
dan berdaulat. Dan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang
abadi. Sila ini mengandung nilai-nilai kerohanian dan nilai etis yang mencakup
kedudukan dan martabat manusia Indonesia untuk menghargai keseimbangan
antara kepentingan pribadi dan masyarakat. Nilai yang menjunjung tinggi tradisi
kejuangan dan kerelaan untuk berkorban dan membela kehormatan bangsa dan
negara.

d. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan.
Dalam sila ini, diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang bersumber
kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa
Indonesia. Perwujudan demokrasi itu dipersepsi sebagai paham kedaulatan
rakyat, yang bersumber nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.

e. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai-nilai yang terkandung dalam sial ini meliputi nilai keselarasan,


keseimbangan, dan keserasian yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki
oleh rakyat Indonesia, tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut,
keyakinan politik, serta tingkat ekonominya. Didalam sila ini pun terkandung nilai
kedermawaan kepada sesama, memberi tempat kepada sikap hidup hemat,
sederhana, dan kerja keras.

Sila kelima ini juga mengembangkan nilai untuk menghargai karya, dan norma
yang menolak adanya kesewenang-wenangan, serta pemerasan kepada sesama.
Juga mengandung nila vital yaitu keniscayaan secara bersama mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial, dalam makna untuk menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia. Nilai-nilai yang tercakup dalam sila ini
memberi jaminan untuk mencapai taraf kehidupan yang layak dan terhormat
sesuai dengan kodratnya, dan menempatkan nilai demokrasi dalam bidang
ekonomi dan sosial.

2.3. Hubungan Pancasila Dan Pembukaan Uud 1945


Dalam sistem tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatkan bahwa
pokok pekiran itu meliputi suasana kebatinan dari undang-undang dasar negara
indonesia serta mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar
tertulis (UUD) dan hukum dasar tidak tertulis (confensi), selanjutnya pokok
pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945. Maka dapatlah di simpulkan
bahwa suasana kebathinan undang-undang dasaar 1945. Tidak lain di jiwai atau
bersumber pada dasar filsaft negara pancasila. Pengertian inilah yang
menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara republik
indonesia. Oleh karena itu secara formal yuridis pancasila di tetapkan sebagidsar
filsafat negara republik indonesia.
Maka hubungan antara pembukaan UUD 1945 denagn pancasila bersifat timbal
balik sebagi berikut:

1. Hubungan formal
Dengan di cantumkannya secara formal didalam pembukaan UUD 1945 maka
pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Denagn
demikian tat kehidupan bertatanegara tidak hanya bertopang kepada asas-asas
sosial, ekonomo, politik, akan tetapi dalam perpaduaanyya denagn keseluruhan
asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-
asas kenegaraan yang unsurnya berdampak pada pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya pancasila secara formal dapat disimpulkan


sebagai berikut:

1) Bahwa rumusan pancasila sebagi dasar negara republik indonesia adalah


seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.

2) Bahwa pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan


pokok kaidah negara yang fundamental. dan terhadap tertib hukum indonesia
mempunyai 2 macam keduduikan yaitu:

a. Sebagai dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan


faktor-faktor mutlak. Bagi adanya hukum tertip hukum indonesia.
b. Memasukkan dirinya dalam tertib hukum tersebut sebagi hukum tertinggi.

3) Bahwa dengan demikian pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi


selain sebagai muqaddimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat di
pisahkan jiaka berkedudukan sebagai sesuatu yang bereksistensi sendiri, yang
hakekat kedudukan hukum nya berbeda denagn pasal-pasal nya. Karena
pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah pancasila tidak tergantung pada
batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagi sumber.

4) Dengan demikian pancasila dapat disimpulakan mempunyai hakekat, sifat,


kedudukan dan fungsi sebagi pokok kaedah negara yang hundamental, yang
menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara republik indnesia
yang di proklamirkan pad tanggal 17 agustus 1945.

5) Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempnyai


kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diuabah ydan terlekat pada
kelangsunagn hidup negar republik indonesia.

Dengan demikian pancasila sebagi substansi esensial dari pembukaan dan


mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam pembukaan, sehingga baik
rumusan maupun yuridiksinya sebagi ddasar negara adalah sebagaimana terdapat
dalam pembukaan UUD 1945. Maka perumusan yang menyimpang dari
pembukaan tersebut adalah sama halnya dengan mengubah secara tidak sah
pembukaan UUD 1945, bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun dan hal ini
sebagimana yang di tentukan dalam ketetapan MPRS no XX/MPRS/1966

2. Hubungan material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat
formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas juga hubungan secara material
sebagai berikut:

Bila kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi
yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila
baru kemudian pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama pembukaan
UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara pancasila.

Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia pembukaan UU/D 1945


adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia
bersumberkan pada Pancasila. Hal ini berarti secara material tertib hukum
Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila
sebagai tertib sumber hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi
sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubunganya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah dasar yang fundamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara
fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila.

Seperti telah disinggung dimuka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih


ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum,yang
menurut penjelasan UUD 1945 merupakan aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis, inilah
yang dimaksuk denagn konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap
atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegraan, oleh karena itu
tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar. UUD 1945 yang hanya
terdiri dari 37 pasal ditambah dengan empat pasal Aturan peralihan dan dua aturan
tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan bersifat supel atau fleksibel.

Dalam hubungan ini penjelasan UUD 1945 mengemukakan bahwa telaah


cukuplah kalau undang-undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok garis-
garis besar sebagi instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain,
penyelenggaraan negara untuk untuk kehidupan negara. Undang-Undang dasar
yang disingkat itu sangat menguntungkan bagi negaraa indonesia ini yang masih
harus terus berkembang bagi negara seperti Indonesia ini yang masih harus terus
menerus berkembang secara dinamis. Sehingga denagn aturan-aturan pokok itu
akan merupakan aturan yang kenyal dan tidak mudah ketinggalan zaman, sedang
aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan-aturan undang-undang yang lebih
mudah, oleh karena itu makin supel(elastic) itu semakin baik. Jadi kita harus
menjadi yang supel agar undang-undang dasar jangan sampai ketinggalan zaman.
Yang penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara harus lebih
semangat yaitu semangat yang dinamis, positif, konstuktifseperti yang
dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945.
2.4. Pokok - Pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
Menurut penjelasan resmi dari Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No.7, dijelasan bahwa Pembukaan UUD 1945
engandung Pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD
Negara Indonesia. Dengan pokok-pokok pikiran tersebut nilai-nilai yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945. Pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pokok Pikiran Pertama


‘Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia’ dalam pengertian ini diterima pengertian negara
persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.
Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran ‘persatuan’ dengan pengertian yang
lazim, negara, penyelenggara negara dan setiap warganegara wajib
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan ataupun
perseorangan. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran Sila Ketiga Pancasila.

2. Pokok Pikiran Kedua


‘Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’, ini
merupakan pokok pikiran ‘keadilan sosial’ yang didasarkan pada kesadaran
bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Pokok pikiran ini
merupakan penjabaran Sila Kelima Pancasila.

3. Pokok Pikiran Ketiga


‘Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan’. Oleh karena itu sistem negara yang termasuk
dalam Undang-Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan rakat dan berdasar
asas pemusyawaratan perwakilan. Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia, pokok pikiran ‘kedaulatan rakyat’ yang menyatakan kedaulatan di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Namun hasil amandemen UUD 1945 yang tercantum dalam Pasal 6A
‘Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat’. Hal ini membuktikan bahwa ada perubahan kedaulatan rakyat yang
tadinya dilakukan sepenuhnya oleh MPR, khusus untuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden dilakukan sendiri oleh seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini
merupakan penjabaran Sila Keempat Pancasila.

4. Pokok Pikiran Keempat


‘Negara berdasarkan atas Ketuhan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan
yang adil dan beradab’. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus
mengandung isi mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara yang lain
untuk memelihara budi pekerti kemanusia yang luhur. Hal ini menegaskan pokok
pikiran “Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Dasar Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran Sila Pertama dan Sila Kedua
Pancasila.

Ini membuktikan bahwa empat pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 merupakan dasar falsafat negara Pancasila. Dalam pokok pikiran yang
pertama ditekankan tentang aliran bentuk Negara persatuan, pokok pikiran kedua
tentang cita-cita Negara yaitu keadilan sosial dan pokok pikiran ketiga merupakan
dasar politik Negara berkedaulatan rakyat. Bilamana kita pahami secara sistematis
maka pokok pikiran I, II, dan III memiliki makna kenegaraan, yakni Negara ingin
mewujudkan suatu tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia ( pokok pikiran I ). Agar terwujudnya tujuan Negara
tersebut maka dalam pelaksanaan Negara harus didasarkan pada suatu dasar
politik Negara yaitu Negara persatuan republik yang berkedaulatan rakyat ( pokok
pikiran I dan III ).

Dalam kehidupan kenegaraan mendasarkan pada suatu dasar moral yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta kemanusiaan yang adil dan beradab
( pokok pikiran IV ).
2.5. Hubungan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Dengan
Proklamasi

Proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat,tidak dapat di pisahkan


dan merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar 1945,terutama
bagian pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,yang di dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 memuat prinsip-prinsip,asas-asas, dan tujuan dari
pada bangsa Indonesia yang akan di wujudkan dengan jalan bernegara.

Proklamasi kemerdekaan dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


merupakan satu kesatuan yang bulat.Apa yang terkandung di dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan suatu amanat yang luhur dan suci dari
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.Oleh karena itu sehubungan dengan
hal ini,presiden Soekarno di dalam pidatonya pada tanggal 17 Agustus 1961
mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 khususnya mengenai
pembukaannya,hal tersebut tidak dapat di pisah-pisah kan dengan proklamasi
kemerdekaan. Undang-Undang Dasar 1945 beserta dengan pembukaannya
merupakan anak kandung daripada proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Makna proklamasi kemerdekaan yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri


sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah merdeka ,dan
tindakan-tindakan yang segera harus di lakukan berkaitan dengan pernyataan
kemerdekaan itu telah di rinci dan mendapat pertanggung jawaban dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.Hal ini dapat di lihat pada ;

1. Bagian pertama (Alenia pertama) proklamasi kemerdekaan (“kami bangsa


Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”) mendapat penegasan
dan penjelasan pada alenia pertama sampai dengan ketiga pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Bagian kedua (Alenia kedua) proklamasi kemerdekaan (“hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain di selenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”) yang merupakan amanat
tindakan yang harus segera di laksanakan yaitu pembentukan Negara Republik
Indonesia yang berdasarkan pancasila dan termuat dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alenia keempat.

Proklamasi kemerdekaan saja tanpa di hubungkan dengan pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945,dimana di cantumkannya prinsip-prinsip,asaa-asas dan
tujuannya yang akan di wujudkan di dalam akan bernegara,maka hal itu akan
berarti tidak lebih hanya akan mengganti kekuasaan orang asing dengan kekuatan
bangasa sendiri,tetapi tidak jelas apa kemudian yang akan di selenggarakan
setelah kekuasaan diganti dengan kekuasaan bangasa sendiri.Sebaliknya kalau kita
hanya memiliki prinsip-prinsip,asas-asas dan tujuan sebagaimana yang di
cantumkan di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tanpa ada
proklamasi kemerdekaan, tanpa menyusun Negara maka prinsip-prinsip,asas-asas
dan tujuan tersebut hanya akan merupakan angan-angan belaka yang tidak akan
terrealisasi.

Dalam ketetapan MPR No.III/MPR/1983 jo ketetapan MPR No.III/MPR/1988


(kedua ketetapan MPR tersebut rumusannya sama).Adapun pandangan atau dasar
pikiran yang melatar belakangi ialah karena pembukaan UUD 1945:
a. Mengandung cita-cita luhur proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
b. Memuat pancasila sebagai dasar Negara
c. Merupakan satu kesatuan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945
d. Mengubah isi pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan Negara
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ditinjau dari pembukaan UUD 1945 pada alinea pertama, kedua, dan ketiga yang
memicu keinginan untuk merdeka dalam wujud Negara kebangsaan Indonesia dan
pada alinea keempat yang merupakan cita-cita setelah bangsa Indonesia terwujud
maka pancasila merupakan inti dari pembukaan UUD 1945.

Sila pertama dan kedua pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yaitu Negara berdasarkan atas Ketuhan Yang Maha Esa menurut dasar
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ketiga terdapat pada alinea pertama
yaitu Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila keempat terdapat pada alinea ketiga yaitu
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan. Sila kelima terdapat pada alinea kedua yaitu Negara
hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, jika kita mencermati hubungan antara proklamasi kemedekaan


17 Agustus 1945 dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
merupakan hubungan suatu kesatuan bulat, serata hubungan antara pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dengan batang tubuh UUD 1945 yang merupakan
hubungan langsung, maka dapat di simpulkan bahwa proklamasi kemerdekaan
mempunyai hubungan yang erat, tidak dapat di pisahkan dan merupakan satu
kesatuan denagan Undang-Undang Dasar 1945.

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://scarmakalah.blogspot.co.id/2012/02/pancasila-dan-uud-1945-serta-
pokok.html diakses tanggal 6 Oktober 2019

http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.com/2015/11/makalah-nilai-nilai-
pancasila-dan.html diakses tanggal 6 Oktober 2019

http://sampaiujungpelangi.blogspot.com/2016/03/makalah-implementasi-nilai-
nilai.html diakses tanggal 6 Oktober 2019

https://ummaulfiarohmah.wordpress.com/2017/05/17/makalah-nilai-nilai-
pancasila/ diakses tanggal 6 Oktober 2019

https://simba-corp.blogspot.com/2018/12/makalah-nilai-nilai-pancasila-
dalam.html diakses tanggal 6 Oktober 2019

https://simba-corp.blogspot.com/2018/12/makalah-nilai-nilai-pancasila-
dalam.html diakses tanggal 6 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai