Sebagai suatu benda alami yang heterogen, tanah terbentuk dari hasilinteraksi iklim, organisme, bahan induk, topografi,serta waktu. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam suatu ekosistem, diantaranya adalah sebagai tempat pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media bagi konstruksi, sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta sistem bagi pasokan dan penyaringan atau penjernihan air (Rayes, 2007). Selain itu, tanah memiliki jati diri yang unik dan bersama-sama dengan faktor lingkungan lainnya seperti air dan udara, sehingga selaindapat menentukan kehidupan manusia juga menentukan kehidupan flora dan fauna. Tanah merupakan hasil perkembangan dari batuan induk, oleh karena itu sifatyang dimiliki oleh tanah akan sesuai dengan batuan penyusunnya. Perkembangan tanah akan berlangsung secara terus-menerus, sehingga menjadikan sifatnya berubah.Perbedaanbatuan penyusunnya ternyata juga dapat mengakibatkan perbedaan antara tanah satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, diperlukan serangkaian kegiatan survei tanah untuk dapat membedakan tanah satu dengan tanah yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta tanah. Kegiatan survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber daya alam,terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah untuk suatu tujuan-tujuan tertentu. Informasi tersebut sangat diperlukan untuk keputusan pengembangan sumberdaya lahan,baik untuk pertanian maupun untuk kepentingan lain,agar bermanfaat secara optimal dan berkesinam bungan. Survei tanah sendiri dapat didefinisikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan memetakan tanah disuatu daerah tertentu (Rayes,2007). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas, didapatkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut, 1. Bagaimanakah pola penyebaran tanah didaerah survei? 2. Bagaimanakah penamaan Satuan Peta Tanah (SPT)? 3. Bagaimanakah kesesuaian antara hasil survei dengan skala peta? BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pola Penyebaran Tanah di Daerah Survei
2.2 Penamaan Satuan Peta Tanah (SPT) Satuan peta tanah dibuat tergantung tingkat ketelitian survei atau tingkat pemetaan yang dilakukan, sehingga satuan peta tanah dapat memiliki kisaran karakteristik yang luas maupun sempit. Terdapat empat satuan peta tanah yang dibagi ke dalam kedua kelompok sebagai berikut (Rayes, 2007), 1. Satuan Peta Tanah Sederhana (Simple Mapping Unit) Satuan peta tanah sederhana hanya mengandung satu satuan tanah saja atau terdapat tanah lain yang disebut sebagai inklusi. Satuan peta tanah seperti ini banyak dijumpai banyak dijumpai pada survei tanah detail, pada daerah yang relatif seragam. Pada satuan peta tanah sederhana setidaknya terdapat 50% tanah dari pedon-pedon yang sama dan tertulis dalam satuan peta tanah, sedangkan pedon-pedon atau tanah-tanah yang berbeda yang disebut inklusi keberadaannya tidak lebih dari 25%, 15%, atau 10% tergantung dari sifat-sifatnya sebagai berikut, a) Jika tanah yang berbeda tersebut lebih baik atau sama dengan tanah utamanya, maka diperkenankan sebanyak 25%. b) Jika tanah yang berbeda tersebut bersifat sebagai pembatas untuk penggunaannya, maka hanya diperkenankan hingga 15%. c) Jika tanah yang berbeda tersebut berbeda kontras dan merupakan faktor pembatas yang berat, maka hanya diperbolehkan hingga 10%. Gambar 1. Komposisi nama yag tercantum dalam legenda peta 2. Satuan Peta Tanah Majemuk (Compound Mapping Unit) Satuan peta tanah majemuk terdiri dari dua satuan tanah atau bahkan lebih yang berbeda. Biasanya satuan peta tanah ini digunakan pada survei tinjau atau survei lainnya yang berskala lebih kecil pada daerah yang heterogen. Satuan peta tanah majemuk sendiri dapat dibedakan lagi sebagai berikut, a) Asosiasi Tanah Asosiasi tanah yaitu sekelompok tanah yang berhubungan secara geografis, tersebar dalam suatu satuan peta menurut pola tertentu yang dapat diduga posisinya, tetapi karena kecilnya skala peta, taksa-taksa tanah itu tidak dapat dipisahkan. Pada asosiasi tanah, setiap komponen tanah dideskripsikan secara terperinci tanpa ada perbedaan. Selain itu, posisi geografis masing-masing anggota satuan peta diterangkan dengan jelas, sehingga memungkinkan untuk diperhalus oleh pemakai peta. Pada asosiasi apabila komponen utama dalam satuan peta dipetakan paa skala 1:24.000 akan membentuk satuan peta tersendiri. b) Kompleks Tanah Kompleks tanah merupakan sekelompok tanah dari taksa yang berbeda, yang berbaur satu dengan lainnya dalam suatu delineasi tanpa memperhatikan pola tertentu atau menunjukkan pola yang tidak beraturan. Meskipun ada beberapa komponen tanah yang berasosiasi secara geografis, tetapi tidak dapat dipisahkan kecuali pada tingkat peta yang amat detail. Selain itu, satuan peta tanah dikatakan kompleks jika komponen utama dalam satuan peta kompleks tidak dapat membentuk satuan peta tersendiri jika dipetakan pada skala 1:24.000. Pada skala tersebut luasan 0,4cm2 pada peta adalah 2,3 ha di lapangan. Sehingga, dapat dikatakan apabila satuan tanah tersebut didelineasi dan luasnya lebih dari 2,3 ha maka satuan tanah tersebut adalah asosiasi, sedangkan apabila kurang dari 2,3 maka termasuk ke dalam kelompok kompleks.
Gambar 2. Asosiasi dan Kompleks Tanah
c) Kelompok Tak Dibedakan (Undifferentiated Groups) Kelompok tak dibedakan terdiri dari dua atau lebih tanah yang secara geografis tidak selalu berupa konsosiasi tetapi termasuk dalam satuan peta yang sama karena penggunaan dan pengelolaannya sama atau mirip. Tanah tersebut dimasukkan kedalam satuan peta yang sama karena sama-sama mempunyai sifat berlereng terjal, berbatu, mengalami pengaruh banjir yang cukup parah sehingga membatasi penggunaan dan pengelolaannya.
Gambar 3. Kelompok Tak Dibedakan
Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan satuan peta menurut Dent dan Young (1981) dalam Rayes (2007) sebagai berikut, 1. Satuan peta hendaknya sehomogen mungkin atau tidak perlu mempunyai karakteristik yang seragam, tetapi variasi dalam satu satuan peta tetap dipertahankan dalam batasan yang telah dibuat. 2. Pengelompokan hendaknya mempunyai nilai praktis 3. Harus memungkinkan untuk memetakan satuan secara konsisten 4. Pemetaan hendaklah diselesaikan dalam waktu yang layak dan dengan peralatan yang umum. Sifat tanah yang digunakan hendaknya adalah sifat tanah yang dapat diamati dan dirasakan secara langsung, seperti warna dan tekstur. 5. Sifat tanah yang relatif stabil, seperti tekstur dan litologi, hendaklah digunakan untuk memberi batasan satuan taksonomi. Dalam survei tanah detail, satuan peta yang sering digunakan adalah sebagai berikut, (Rayes, 2007) 1. Seri tanah, merupakan sekelompok tanah yang memiliki ciri dan perilaku serupa, berkembang dari bahan induk yang sama dan mempunyai sifat-sifat dan susunan horizon, terutama dibagian bawah horizon olah dan sama dalam rezim kelembaban serta suhu. Nama seri diambil dari nama lokasi pertama kali ditemukan seri tanah tersebut. 2. Fase tanah, merupakan pembagian lebih lanjut dari seri tanah sesuai dengan ciri-ciri penting bagi pengelolaannya, penggunaan lahan, dan lain sebagainya. 3. ‘Soil variant’ merupakan tanah yang sangat mirip dengan seri yang sudah ditemukan, tetapi berbeda dalam beberapa sifat penting. Hal ini mengurangi banyaknya seri tanah yang mungkin ditemukan dalam suatu survei, dimana perbedaannya tidak terlalu besar.
2.1 Penamaan Satuan Peta Tanah
Satuan peta tanah terdiri atas satuan tanah dan fasenya. Kategori untuk penamaan satuan tanah tergantung dari skala peta. Pemetaan skala besar (pemetaan detail) menggunakan kategori rendah (family atau seri) dan untuk skala kecil menggunakan kategori tinggi (sub-group, great-group, sub-ordo, atau ordo). Masing masing kategori dapat menggunakkan satuan fase. Fase sendiri merupakan segala sifat tanah atau faktor lingkungan yang mempengaruhi penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman dan biasanya merupakan sifat-sifat tambahan suatu seri tanah dalam kategori klasifikasi tanah, seperti tekstur lapisan atas, kemiringan, batuan diatas permukaan maupun didalam profil tanah dan sebagainya. 1. Konsosiasi Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut, Nama pertama terdiri dari satuan tanah yang kemudian diikuti dengan fase Untuk fase tekstur lapisan atas atau lapisan bahan organik dipermukaan tidak disertai dengan tanda koma, misalnya Ciawi liat Jika fase tekstur lapisan atas juga berbatu, berkerikil dan sebagainya, maka dapat ditulis sebagai berikut Cobanrondo skeletal berliat Jika fase tekstur lapisan atas tidak digunakan karena berbatu, berkerikil dan lain sebagainya maka penulisannya menggunakan koma, misalnya Cobanrondo, berbatu Untuk dua atau tiga fase, digunakan koma, misalnya Pujan liat, lereng 15-20%, tererosi Penulisan fase eoris, ditulis paling belakang Penulisan fase lereng ditulis paling belakang kecuali jika ada fase erosi, misalnya Pujian skeletal berliat, substratum padas, lereng 15-30%, tererosi 2. Kompleks Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut, Ditulis kata kompleks, jika fase dari masing-masing takson tersebut tidak sama, misal Kompleks Cobanrondo-Sebaluh Kata kompleks tidak ditulis jika fase tekstur lapisan atas dan seri-seri tanah yang menyusunnya sama, missal Jeho-Cula liat 3. Asosiasi Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut, Kata asosiasi selalu digunakan, misalnya Asosiasi Cangar- Batu, terjal yang artinya dua seri tanah dengan fase sama- sama lereng terjal 4. Kelompok Tak Dibedakan Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut, Digunakan kata dan guna menggabungkan satu seri dengan seri lainnya atau digunakan kata tanah didepan nama seri tanah tersebut, misalnya Batu dan Cangar lempung berdebu, atau tanah Batu dan Cangar Gambar 3. Contoh Peta Tanah 2.2.1 Inklusi dalam Satuan Peta Tanah Dalam setiap satuan peta tanah, banyak sekali satuan tanah lain yang didalam Legenda Peta Tanah namanya tidak muncul. Satuan tanah ini disebut inklusi. Inklusi tersebut terlalu kecil untuk didelineasi tersendiri, atau kadang memang tidak teramati dengan menggunakan metode survei yang dilakukan. Inklusi dapat berupa tanah yang serupa atau tidak serupa dengan tanah yang digunakan sebagai nama satuan peta tersebut. Tanah yang tidak serupa dapat pula berupa tanah penghambat dan bukan tanah penghambat (Rayes, 2007). 1. Inklusi Tanah Serupa Memiliki ciri-ciri sebagai berikut, Mempunyai beberapa sifat penciri yang sama dengan sifat tanah utama Berperilaku dan berpoteni serupa dengan tanah utama Memerlukan usaha konservasi dan pengelolaan yang sama dengan tanah utama 2. Inklusi Tanah Tidak Serupa Memiliki ciri-ciri sebagai berikut, Tidak mempunyai kesamaan terhadap sifat-sifat penciri penting atau memerlukan pengelolaan yang berbeda dengan tanah utama Perbedaan antara tanah yang tidak serupa dapat berupa banyaknya sifat tanah yang berbeda atau besarnya tingkat perbedaan, atau keduanya Perbedaan dapat terjadi pada tingkat fasem seri, family atau kategori yang lebih tinggi Selain itu, juga terdapat dua macam inklusi yaitu, a) Inklusi penghambat, merupakan inklusi tanah tidak serupa yang mempunyai faktor penghambat lebih besar dari tanah utama atau memengaruhi tingkat pengelolaannya b) Inklusi bukan penghambat, merupakan inklusi tanah tidak serupa dengan faktor penghambat lebih rendah dari tanah utama. Tidak akan mempengaruhi interpretasi terhadap potensi satuan peta tersebut.
3.1. Kesesuaian Hasil Survey Dengan Skala Peta
Skala peta akhir yang dihasilkan akan mempengaruhi penggunaan kategori satuan taksonomi tanah pada masing-masing satuan peta tanah atau SPT. SPT yang dihasilkan bisa berupa satuan sederhana ataupun majemuk, tergantung akan skala peta akhir yang dihasilkan. Semakin besar skala peta, maka semakin rendah kategori taksonomi tanah yang akan digunakan. Skala peta berkaitan erat dengan satuan peta yang akan digunakan, hal ini dikarenakan terdapat batasan luasan wilayah yang akan direpresentasikan ke dalam suatu peta melalui skala. Semakin detail suatu peta, maka penggunaan satuan tanah juga akan semakin spesifik. Oleh karena itu, hasil survei akan berkaitan erat dengan skala peta. Tujuan survei harus ditentukan secara jelas dan spesifik, sehingga peta sebagai alat bantu survei dapat digunakan secara efektif. Dibawah ini merupakan pembagian macam-macam peta :
Jenis Skala Satuan Peta
Peta
Super 1:5.000 Seri dan fase (lereng, tekstur lapisan
detail atas)
Detil 1:5.000 – 10.000 Seri dan fase (lereng dan tekstur
lapisan atas)
Semi detil 1:25.000 – 50.000 Family/seri, bentuk wilayah, bahan
Tinjau mendalam 1:50.000 – 100.000 Subgroup, bentuk wilayah, fisiografi,
bahan
Tinjau 1:100.000 – 500.000 Great group, bentuk wilayah, fisiografi
Eksplorasi 1:500.000 – 1.000.000 Ordo, bentuk wilayah, bahan induk
Bagan ≤1:2.500.000 Ordo
3.1.1 kemudahan membaca peta
Menurut Rayes(2007) Sifat kemudahan pembacaan peta dipengaruhi oleh beberapa hal berikut : jumlah polygon batasan satuan peta tanah pemilihan warna untuk membedakan satuan peta tanda-tanda alam yang digambarkan pada peta kualitas penyajian peta Peta tanah yang baik harus mudah dibaca, berketelitian tinggi, memiliki satuan peta tanah yang jelas, serta symbol dan legenda yang lengkap dan sistematis.