Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

“KESIMPULAN HASIL SURVEI TANAH”

Kelas : K

Anggota Kelompok :

1. Nabilah Rana Saffanah (175040107111022)


2. Akila Setia Nur Syaban (175040107111023)
3. Putri Puspa Sadid Anali (175040107111027)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai suatu benda alami yang heterogen, tanah terbentuk dari
hasilinteraksi iklim, organisme, bahan induk, topografi,serta waktu. Tanah
merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi
penting dalam suatu ekosistem, diantaranya adalah sebagai tempat
pertumbuhan tanaman, habitat bagi jasad tanah, media bagi konstruksi,
sistem daur ulang bagi unsur hara dan sisa-sisa organik serta sistem bagi
pasokan dan penyaringan atau penjernihan air (Rayes, 2007). Selain itu,
tanah memiliki jati diri yang unik dan bersama-sama dengan faktor
lingkungan lainnya seperti air dan udara, sehingga selaindapat
menentukan kehidupan manusia juga menentukan kehidupan flora dan
fauna.
Tanah merupakan hasil perkembangan dari batuan induk, oleh karena
itu sifatyang dimiliki oleh tanah akan sesuai dengan batuan penyusunnya.
Perkembangan tanah akan berlangsung secara terus-menerus, sehingga
menjadikan sifatnya berubah.Perbedaanbatuan penyusunnya ternyata
juga dapat mengakibatkan perbedaan antara tanah satu dengan yang lain.
Oleh sebab itu, diperlukan serangkaian kegiatan survei tanah untuk dapat
membedakan tanah satu dengan tanah yang lain yang kemudian disajikan
dalam suatu peta tanah.
Kegiatan survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber
daya alam,terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah
untuk suatu tujuan-tujuan tertentu. Informasi tersebut sangat diperlukan
untuk keputusan pengembangan sumberdaya lahan,baik untuk pertanian
maupun untuk kepentingan lain,agar bermanfaat secara optimal dan
berkesinam bungan. Survei tanah sendiri dapat didefinisikan sebagai
pengamatan yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan
mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan memetakan tanah disuatu
daerah tertentu (Rayes,2007).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, didapatkan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut,
1. Bagaimanakah pola penyebaran tanah didaerah survei?
2. Bagaimanakah penamaan Satuan Peta Tanah (SPT)?
3. Bagaimanakah kesesuaian antara hasil survei dengan skala peta?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pola Penyebaran Tanah di Daerah Survei


2.2 Penamaan Satuan Peta Tanah (SPT)
Satuan peta tanah dibuat tergantung tingkat ketelitian survei atau
tingkat pemetaan yang dilakukan, sehingga satuan peta tanah dapat
memiliki kisaran karakteristik yang luas maupun sempit. Terdapat empat
satuan peta tanah yang dibagi ke dalam kedua kelompok sebagai berikut
(Rayes, 2007),
1. Satuan Peta Tanah Sederhana (Simple Mapping Unit)
Satuan peta tanah sederhana hanya mengandung satu satuan tanah
saja atau terdapat tanah lain yang disebut sebagai inklusi. Satuan peta
tanah seperti ini banyak dijumpai banyak dijumpai pada survei tanah
detail, pada daerah yang relatif seragam. Pada satuan peta tanah
sederhana setidaknya terdapat 50% tanah dari pedon-pedon yang sama
dan tertulis dalam satuan peta tanah, sedangkan pedon-pedon atau
tanah-tanah yang berbeda yang disebut inklusi keberadaannya tidak lebih
dari 25%, 15%, atau 10% tergantung dari sifat-sifatnya sebagai berikut,
a) Jika tanah yang berbeda tersebut lebih baik atau sama dengan
tanah utamanya, maka diperkenankan sebanyak 25%.
b) Jika tanah yang berbeda tersebut bersifat sebagai pembatas
untuk penggunaannya, maka hanya diperkenankan hingga 15%.
c) Jika tanah yang berbeda tersebut berbeda kontras dan
merupakan faktor pembatas yang berat, maka hanya
diperbolehkan hingga 10%.
Gambar 1. Komposisi nama yag tercantum dalam legenda peta
2. Satuan Peta Tanah Majemuk (Compound Mapping Unit)
Satuan peta tanah majemuk terdiri dari dua satuan tanah atau bahkan
lebih yang berbeda. Biasanya satuan peta tanah ini digunakan pada
survei tinjau atau survei lainnya yang berskala lebih kecil pada daerah
yang heterogen. Satuan peta tanah majemuk sendiri dapat dibedakan lagi
sebagai berikut,
a) Asosiasi Tanah
Asosiasi tanah yaitu sekelompok tanah yang berhubungan
secara geografis, tersebar dalam suatu satuan peta menurut
pola tertentu yang dapat diduga posisinya, tetapi karena
kecilnya skala peta, taksa-taksa tanah itu tidak dapat
dipisahkan. Pada asosiasi tanah, setiap komponen tanah
dideskripsikan secara terperinci tanpa ada perbedaan. Selain
itu, posisi geografis masing-masing anggota satuan peta
diterangkan dengan jelas, sehingga memungkinkan untuk
diperhalus oleh pemakai peta. Pada asosiasi apabila
komponen utama dalam satuan peta dipetakan paa skala
1:24.000 akan membentuk satuan peta tersendiri.
b) Kompleks Tanah
Kompleks tanah merupakan sekelompok tanah dari taksa yang
berbeda, yang berbaur satu dengan lainnya dalam suatu
delineasi tanpa memperhatikan pola tertentu atau menunjukkan
pola yang tidak beraturan. Meskipun ada beberapa komponen
tanah yang berasosiasi secara geografis, tetapi tidak dapat
dipisahkan kecuali pada tingkat peta yang amat detail. Selain
itu, satuan peta tanah dikatakan kompleks jika komponen
utama dalam satuan peta kompleks tidak dapat membentuk
satuan peta tersendiri jika dipetakan pada skala 1:24.000. Pada
skala tersebut luasan 0,4cm2 pada peta adalah 2,3 ha di
lapangan. Sehingga, dapat dikatakan apabila satuan tanah
tersebut didelineasi dan luasnya lebih dari 2,3 ha maka satuan
tanah tersebut adalah asosiasi, sedangkan apabila kurang dari
2,3 maka termasuk ke dalam kelompok kompleks.

Gambar 2. Asosiasi dan Kompleks Tanah


c) Kelompok Tak Dibedakan (Undifferentiated Groups)
Kelompok tak dibedakan terdiri dari dua atau lebih tanah yang
secara geografis tidak selalu berupa konsosiasi tetapi termasuk
dalam satuan peta yang sama karena penggunaan dan
pengelolaannya sama atau mirip. Tanah tersebut dimasukkan
kedalam satuan peta yang sama karena sama-sama
mempunyai sifat berlereng terjal, berbatu, mengalami pengaruh
banjir yang cukup parah sehingga membatasi penggunaan dan
pengelolaannya.

Gambar 3. Kelompok Tak Dibedakan


Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan satuan peta menurut
Dent dan Young (1981) dalam Rayes (2007) sebagai berikut,
1. Satuan peta hendaknya sehomogen mungkin atau tidak perlu
mempunyai karakteristik yang seragam, tetapi variasi dalam satu
satuan peta tetap dipertahankan dalam batasan yang telah dibuat.
2. Pengelompokan hendaknya mempunyai nilai praktis
3. Harus memungkinkan untuk memetakan satuan secara konsisten
4. Pemetaan hendaklah diselesaikan dalam waktu yang layak dan
dengan peralatan yang umum. Sifat tanah yang digunakan hendaknya
adalah sifat tanah yang dapat diamati dan dirasakan secara langsung,
seperti warna dan tekstur.
5. Sifat tanah yang relatif stabil, seperti tekstur dan litologi, hendaklah
digunakan untuk memberi batasan satuan taksonomi.
Dalam survei tanah detail, satuan peta yang sering digunakan adalah
sebagai berikut, (Rayes, 2007)
1. Seri tanah, merupakan sekelompok tanah yang memiliki ciri dan
perilaku serupa, berkembang dari bahan induk yang sama dan
mempunyai sifat-sifat dan susunan horizon, terutama dibagian bawah
horizon olah dan sama dalam rezim kelembaban serta suhu. Nama
seri diambil dari nama lokasi pertama kali ditemukan seri tanah
tersebut.
2. Fase tanah, merupakan pembagian lebih lanjut dari seri tanah sesuai
dengan ciri-ciri penting bagi pengelolaannya, penggunaan lahan, dan
lain sebagainya.
3. ‘Soil variant’ merupakan tanah yang sangat mirip dengan seri yang
sudah ditemukan, tetapi berbeda dalam beberapa sifat penting. Hal ini
mengurangi banyaknya seri tanah yang mungkin ditemukan dalam
suatu survei, dimana perbedaannya tidak terlalu besar.

2.1 Penamaan Satuan Peta Tanah


Satuan peta tanah terdiri atas satuan tanah dan fasenya. Kategori
untuk penamaan satuan tanah tergantung dari skala peta. Pemetaan
skala besar (pemetaan detail) menggunakan kategori rendah (family atau
seri) dan untuk skala kecil menggunakan kategori tinggi (sub-group,
great-group, sub-ordo, atau ordo). Masing masing kategori dapat
menggunakkan satuan fase. Fase sendiri merupakan segala sifat tanah
atau faktor lingkungan yang mempengaruhi penggunaan tanah dan
pertumbuhan tanaman dan biasanya merupakan sifat-sifat tambahan
suatu seri tanah dalam kategori klasifikasi tanah, seperti tekstur lapisan
atas, kemiringan, batuan diatas permukaan maupun didalam profil tanah
dan sebagainya.
1. Konsosiasi
Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut,
 Nama pertama terdiri dari satuan tanah yang kemudian diikuti
dengan fase
 Untuk fase tekstur lapisan atas atau lapisan bahan organik
dipermukaan tidak disertai dengan tanda koma, misalnya Ciawi
liat
 Jika fase tekstur lapisan atas juga berbatu, berkerikil dan
sebagainya, maka dapat ditulis sebagai berikut Cobanrondo
skeletal berliat
 Jika fase tekstur lapisan atas tidak digunakan karena berbatu,
berkerikil dan lain sebagainya maka penulisannya menggunakan
koma, misalnya Cobanrondo, berbatu
 Untuk dua atau tiga fase, digunakan koma, misalnya Pujan liat,
lereng 15-20%, tererosi
 Penulisan fase eoris, ditulis paling belakang
 Penulisan fase lereng ditulis paling belakang kecuali jika ada fase
erosi, misalnya Pujian skeletal berliat, substratum padas, lereng
15-30%, tererosi
2. Kompleks
Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut,
 Ditulis kata kompleks, jika fase dari masing-masing takson
tersebut tidak sama, misal Kompleks Cobanrondo-Sebaluh
 Kata kompleks tidak ditulis jika fase tekstur lapisan atas dan
seri-seri tanah yang menyusunnya sama, missal Jeho-Cula liat
3. Asosiasi
Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut,
 Kata asosiasi selalu digunakan, misalnya Asosiasi Cangar-
Batu, terjal yang artinya dua seri tanah dengan fase sama-
sama lereng terjal
4. Kelompok Tak Dibedakan
Cara penamaannya mengikuti ketentuan sebagai berikut,
 Digunakan kata dan guna menggabungkan satu seri dengan
seri lainnya atau digunakan kata tanah didepan nama seri
tanah tersebut, misalnya Batu dan Cangar lempung berdebu,
atau tanah Batu dan Cangar
Gambar 3. Contoh Peta Tanah
2.2.1 Inklusi dalam Satuan Peta Tanah
Dalam setiap satuan peta tanah, banyak sekali satuan tanah lain
yang didalam Legenda Peta Tanah namanya tidak muncul. Satuan tanah
ini disebut inklusi. Inklusi tersebut terlalu kecil untuk didelineasi tersendiri,
atau kadang memang tidak teramati dengan menggunakan metode survei
yang dilakukan. Inklusi dapat berupa tanah yang serupa atau tidak serupa
dengan tanah yang digunakan sebagai nama satuan peta tersebut. Tanah
yang tidak serupa dapat pula berupa tanah penghambat dan bukan tanah
penghambat (Rayes, 2007).
1. Inklusi Tanah Serupa
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
 Mempunyai beberapa sifat penciri yang sama dengan sifat tanah
utama
 Berperilaku dan berpoteni serupa dengan tanah utama
 Memerlukan usaha konservasi dan pengelolaan yang sama
dengan tanah utama
2. Inklusi Tanah Tidak Serupa
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
 Tidak mempunyai kesamaan terhadap sifat-sifat penciri penting
atau memerlukan pengelolaan yang berbeda dengan tanah
utama
 Perbedaan antara tanah yang tidak serupa dapat berupa
banyaknya sifat tanah yang berbeda atau besarnya tingkat
perbedaan, atau keduanya
 Perbedaan dapat terjadi pada tingkat fasem seri, family atau
kategori yang lebih tinggi
Selain itu, juga terdapat dua macam inklusi yaitu,
a) Inklusi penghambat, merupakan inklusi tanah tidak serupa yang
mempunyai faktor penghambat lebih besar dari tanah utama atau
memengaruhi tingkat pengelolaannya
b) Inklusi bukan penghambat, merupakan inklusi tanah tidak serupa
dengan faktor penghambat lebih rendah dari tanah utama. Tidak akan
mempengaruhi interpretasi terhadap potensi satuan peta tersebut.

3.1. Kesesuaian Hasil Survey Dengan Skala Peta


Skala peta akhir yang dihasilkan akan mempengaruhi penggunaan
kategori satuan taksonomi tanah pada masing-masing satuan peta tanah
atau SPT. SPT yang dihasilkan bisa berupa satuan sederhana ataupun
majemuk, tergantung akan skala peta akhir yang dihasilkan.
Semakin besar skala peta, maka semakin rendah kategori taksonomi
tanah yang akan digunakan. Skala peta berkaitan erat dengan satuan
peta yang akan digunakan, hal ini dikarenakan terdapat batasan luasan
wilayah yang akan direpresentasikan ke dalam suatu peta melalui skala.
Semakin detail suatu peta, maka penggunaan satuan tanah juga akan
semakin spesifik. Oleh karena itu, hasil survei akan berkaitan erat dengan
skala peta. Tujuan survei harus ditentukan secara jelas dan spesifik,
sehingga peta sebagai alat bantu survei dapat digunakan secara efektif.
Dibawah ini merupakan pembagian macam-macam peta :

Jenis Skala Satuan Peta


Peta

Super 1:5.000 Seri dan fase (lereng, tekstur lapisan


detail atas)

Detil 1:5.000 – 10.000 Seri dan fase (lereng dan tekstur


lapisan atas)

Semi detil 1:25.000 – 50.000 Family/seri, bentuk wilayah, bahan

Tinjau mendalam 1:50.000 – 100.000 Subgroup, bentuk wilayah, fisiografi,


bahan

Tinjau 1:100.000 – 500.000 Great group, bentuk wilayah, fisiografi

Eksplorasi 1:500.000 – 1.000.000 Ordo, bentuk wilayah, bahan induk

Bagan ≤1:2.500.000 Ordo

3.1.1 kemudahan membaca peta


Menurut Rayes(2007) Sifat kemudahan pembacaan peta dipengaruhi
oleh beberapa hal berikut :
 jumlah polygon batasan satuan peta tanah
 pemilihan warna untuk membedakan satuan peta
 tanda-tanda alam yang digambarkan pada peta
 kualitas penyajian peta
Peta tanah yang baik harus mudah dibaca, berketelitian tinggi, memiliki
satuan peta tanah yang jelas, serta symbol dan legenda yang lengkap dan
sistematis.

Anda mungkin juga menyukai