Analisis Pengangkatan Anak Timbangan Menggunakan Metode REBA
Analisis Pengangkatan Anak Timbangan Menggunakan Metode REBA
Disusun guna melengkapi tugas dan syarat dalam menempuh kerja praktek pada
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
oleh:
ASTRI WULANSARI
NIM. 1750 2000 90
i
PENGESAHAN
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
1. Bapak Mei Andrianto selaku kepala UPT Metrologi Legal Kota Surakarta yang
telah memberi izin dalam menjalankan kegiatan kerja praktek.
2. Ibu Mulyati Kartika selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Metrologi
Legal Kota Surakarta.
3. Bapak Satria Agung Wibawa selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Veteran Bangun Nusantara.
4. Ibu Ainur Komariah selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas
Veteran Bangun Nusantara.
5. Ibu Darsini selaku dosen pembimbing.
6. Rekan kerja di UPT Metrologi Legal Kota Surakarta yang telah memberikan
motivasi dan dukungan selama penyusunan laporan kerja praktek ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima masukan, saran,
dan kritik yang membangun sebagai bahan perbaikan laporan. Penulis berharap
agar laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat terus
dikembangkan ke arah yang lebih baik.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.2 Pembahasan ............................................................................................... 31
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 32
4.1. Kesimpulan................................................................................................ 32
4.2. Saran .......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 33
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skor REBA dan Level Risiko MSD (Musculoskeletal Disorder)............... 21
Tabel 3.1 Skor Tabel A Responden 1 .......................................................................... 26
Tabel 3.2 Skor Beban .................................................................................................. 26
Tabel 3.3 Skor Tabel B Responden 1 .......................................................................... 28
Tabel 3.4 Coupling Score ............................................................................................ 28
Tabel 3.5 Skor Tabel C Responden 1 .......................................................................... 29
Tabel 3.6 Skor Aktivitas .............................................................................................. 29
Tabel 3.7 Nilai Akhir REBA dari 10 Responden ........................................................ 30
Tabel 3.8 Skor REBA dan Level Risiko MSD (Musculoskeletal Disorder)............... 30
viii
BAB I
1
Surakarta meliputi: alat ukur panjang (meter kayu, depth tape, meter taksi),
takaran, timbangan (timbangan elektronik, timbangan meja, timbangan sentisimal,
timbangan pegas, timbangan cepat, timbangan jembatan, neraca, dacin logam,
timbangan bobot ingsut), anak timbangan dan alat ukur cairan dinamis (pompa
ukur bahan bakar minyak / BBM).
1. Visi
Terwujudnya Kota Surakarta sebagai kota tertib ukur yang berwawasan budaya
guna melindungi kepentingan umum.
2. Misi
a. Menertibkan penggunaan satuan ukuran berdasarkan satuan Sistem
Internasional (SI).
b. Meningkatkan penggunaan dan pengelolaan standar untuk satuan ukur.
c. Meningkatkan peneraan dan penggunaan alat UTTP, dalam rangka
melindungi kepentingan umum.
d. Meningkatkan kompetensi SDM, serta sarana dan prasarana pendukung
kemetrologian.
2
Gambar 1.1 Struktur Organisasi UPT Metrologi Kota Surakarta
3
Pemerintah Daerah (LPPD) dan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (EKPPD) UPT Metrologi
1) Pengadministrasi Keuangan
a) Melakukan penerimaan, pengeluaran dan pembukuan terkait transaksi
keuangan
b) Melakukan kegiatan pengelolaan yang meliputi penyiapan bahan,
koordinasi, dan penyusunan laporan di bidang realisasi laporan
penerimaan retribusi daerah
4
2) Pengelola Barang
Melakukan kegiatan pengelolaan yang meliputi: penyiapan bahan,
koordinasi dan penyusunan laporan di bidang barang persediaan dan
barang milik negara.
3) Pengadministrasi Persuratan
Melakukan kegiatan yang meliputi penerimaan, pembuatan, pencatatatan
dan pendokumentasian dokumen surat.
5
Gambar 1.2 Alur Pelayanan di UPT Metrologi Surakarta
6
pengujian dan diuji oleh penera. Jika memenuhi batas kesalahan yang diijinkan
sebagaimana tercantum dalam syarat-syarat teknis yang telah ditetapkan maka alat
ukur dapat disahkan dengan diberi tanda tera sah, jika tidak pemilik alat ukur bisa
memperbaikinya terlebih dahulu (reparasi) dan kemudian diuji kembali. Setelah
pengujian selesai, pemilik UTTP membayar biaya retribusi di loket pembayaran.
Pemilik UTTP bisa meminta sertifikat hasil pengujian apabila diperlukan
(opsional).
7
1.5.2 Layout Instansi
Bangunan kantor terdiri dari dua lantai, dimana lantai pertama digunakan
untuk keperluan pelayanan seperti lobby penerimaan tamu, loket pendaftaran,
loket pembayaran dan tempat pengujian alat ukur. Sedangkan lantai dua
digunakan untuk keperluan administratif dan ruang staf.
8
Gambar 1.5 Denah Lantai 2
9
Lokasi Pengambilan Data
1.6. Personalia
Karyawan UPT Metrologi Surakarta seluruhnya berjumlah 37 orang, yang
terdiri dari 23 orang pegawai negeri sipil, 13 tenaga kerja dengan perjanjian
kontrak, dan 1 tenaga outsourcing. Penggajian PNS dan tenaga kontrak dari Dinas
Perdagangan Kota Surakarta, sedangkan tenaga outsourcing penggajian berasal
dari PT. Lantar sebagai pihak ketiga / rekanan dari Dinas Perdagangan Kota
Surakarta.
Perekrutan karyawan UPT Metrologi Surakarta dilakukan melalui Tes
CPNS (tertulis) untuk personil pegawai negeri, sedangkan untuk tenaga kontrak
dan outsourcing proses perekrutan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
penentuan jumlah tenaga kerja kontrak / outsourcing yang dibutuhkan oleh unit
kerja, setelah itu pengumuman lowongan, kemudian calon tenaga kerja mengirim
surat lamaran, calon tenaga kerja yang memenuhi syarat selanjutnya dipanggil
untuk diwawancara oleh kepala Dinas, jika calon tenaga kerja memenuhi
kualifikasi maka calon tenaga kerja diterima menjadi tenaga kerja kontrak /
outsourcing.
10
Jenjang pendidikan karyawan UPT Metrologi Surakarta cukup bervariasi.
Untuk pegawai negeri sipil terdapat 1 orang dengan jenjang pendidikan magister,
13 orang dari jenjang pendidikan sarjana, 8 orang dengan jenjang pendidikan
Diploma III, dan 1 orang lulusan SMA. Pegawai negeri yang memiliki jabatan
fungsional penera memiliki background pendidikan teknik dan sains, sedangkan
pegawai negeri sipil yang memiliki jabatan fungsional umum, umumnya memiliki
background pendidikan ekonomi. Tenaga kontrak yang berasal dari jenjang
pendidikan sarjana ekonomi dan FKIP ekonomi sebanyak 3 orang, sedangkan 10
orang lainnya merupakan lulusan SMA. Tenaga outsourcing sebanyak satu orang
merupakan lulusan SMA.
Hari kerja karyawan adalah 5 hari kerja dengan jam kerja 07.30-16.30
untuk hari Senin-Kamis dan 07.30-11.00 untuk hari Jumat, khusus untuk tenaga
keamanan terdapat pergantian shift pagi dan malam.
Untuk pegawai negeri sipil di UPT Metrologi Surakarta khususnya untuk
jabatan fungsional penera, Kementrian Perdagangan menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan secara berkala setiap tahun di Pusat Pengembangan
Sumber Daya Kemetrologian (PPSDK), Bandung. Pendidikan dan pelatihan
(Diklat) terdiri dari Diklat Teknis dan Diklat Fungsional. Diklat Fungsional
Penera diberikan pada calon penera baru dengan waktu pendidikan hingga 2,5
bulan dan dilanjutkan dengan uji kompetensi (ukom). Sedangkan Diklat Teknis
diberikan pada penera yang sudah mengikuti diklat fungsional sebelumnya dan
sudah diangkat dalam jabatan fungsional. Diklat teknis dilakukan dengan periode
waktu lebih singkat yaitu 5 hari, serta materi alat ukur yang diberikan untuk diklat
teknis berbeda-beda dalam tiap diklat.
11
mengakibatkan beberapa hal yang menyangkut kegiatan menjadi sedikit
terhambat sebagai contoh: dalam peralihan unit kerja yang sebelumnya milik
Provinsi menjadi milik Pemerintah Kota terdapat instalasi pengujian yang
terbengkalai yang pada akhirnya tidak bisa digunakan kembali, selain itu juga
terdapat laboratorium pengujian yang kemudian dialihfungsikan untuk kantor
dinas lain, dalam hal kepegawaian terdapat jabatan fungsional “penera” dimana
untuk pengangkatannya diperlukan penilaian dari tim penilai, Dinas Perdagangan
Pemerintah Kota Surakarta sampai saat ini belum memiliki pola pengangkatan
yang jelas seperti di Pemerintah Provinsi.
UPT Metrologi menangani pengujian terhadap alat-alat ukur yang
digunakan untuk transaksi perdagangan di masyarakat. Pengujian yang dilakukan
adalah membandingkan alat ukur yang dimiliki oleh masyarakat dengan standar
yang dimiliki oleh unit kerja Metrologi, jika sesuai dengan batas kesalahan
minimum yang diatur dalam undang-undang maka alat ukur bisa disahkan.
Pengujian ini tidak termasuk perbaikan atau reparasi, yang artinya jika timbangan
atau alat ukur yang diuji terdapat kerusakan, Metrologi tidak memiliki wewenang
untuk melakukan perbaikan. Perbaikan alat ukur tidak diatur oleh undang-undang,
sehingga petugas hanya boleh menguji saja. Hal ini cukup menjadi salah kaprah di
masyarakat, masyarakat selama ini mengira bahwa reparasi merupakan tugas yang
melekat pada instansi. Kesalahpahaman ini kemudian semakin menjadi karena
reparatir-reparatir timbangan yang seharusnya menjadi bagian yang terpisah dari
instansi, menawarkan jasanya di sekitar lingkungan kantor Metrologi. Kurangnya
ketegasan dari pimpinan instansi untuk melarang jasa reparatir di lingkungan
kantor dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat membuat kesalahpahaman ini
terus berlangsung.
UPT Metrologi Surakarta memiliki tenaga kerja sebanyak 37 orang, yang
terdiri dari 23 orang PNS, 13 tenaga kerja kontrak, dan 1 tenaga outsourcing.
Jumlah tenaga kerja ini bila dibandingkan dengan beban kerja, jumlahnya terlalu
banyak, akibatnya sebagian besar pekerja seringkali menganggur karena pekerjaan
sudah bisa diselesaikan oleh beberapa orang saja. Analisis mengenai beban kerja
perlu dilakukan di instansi agar jumlah pekerja dan beban kerja bisa berimbang
sehingga lebih efektif dan efisien.
12
1.8. Permasalahan Khusus
Salah satu alat ukur yang wajib untuk ditera / tera ulang menurut undang-
undang adalah timbangan sentisimal. Timbangan sentisimal merupakan jenis
timbangan yang sering diuji di UPT Metrologi Kota Surakarta. Dalam
pengujiannya, timbangan sentisimal memerlukan standar uji anak timbangan besi
dengan kapasitas 25 kg. Pada saat pengujian petugas biasanya dibantu oleh
karyawan pabrik pemilik timbangan atau tenaga kontrak untuk menaikkan dan
menurunkan anak timbangan besi di lantai muatan timbangan sentisimal.
13
Karena dilakukan secara berulang-ulang dan dengan membawa beban yang cukup
berat, pekerja sering terlihat kelelahan, dan beberapa mengeluhkan adanya sakit di
sekitar tangan dan bahu setelah membawa beban. Untuk pekerja yang masih di
usia produktif, keluhan-keluhan ini kurang begitu diperhatikan, namun jika hal ini
terus menerus terjadi hingga jangka waktu belasan / puluhan tahun maka
dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan pekerja di masa yang akan datang.
Hal ini mendorong penulis untuk menganalisa posisi / postur tubuh pekerja saat
membawa beban dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment), untuk
mengetahui bagaimana posisi yang benar untuk meminimalisir kecelakaan /
penyakit akibat kerja yang dapat membahayakan kesehatan pekerja baik di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang (risiko jangka panjang).
14
BAB II
LANDASAN TEORI
15
Gambar 2.1 Ergonomi sebagai jembatan antara pekerja dan peralatan kerja
16
Penilaian risiko ergonomis memiliki beberapa metode yang dapat
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja yang akan dinilai, antara lain:
1. REBA (Rapid Entire Body Assesment)
Metode REBA menggunakan proses sistematis untuk mengevaluasi seluruh
postur tubuh dan risiko desain ergonomis yang berkaitan dengan pekerjaan
yang dilakukan. Dalam evaluasinya, REBA membutuhkan tabel penilaian
yang digunakan untuk menilai postur tubuh, peregangan, tipe pergerakan,
pengulangan (repetisi), dan perputaran. Penilaian dilakukan pada setiap
bagian tubuh, seperti: pergelangan tangan, lengan, siku, bahu, leher, badan,
punggung, kaki, lutut.
2. RULA (Rapid Upper Limb Assesment)
Metode ini menggunakan diagram body postures dan empat tabel penilaian
yang disediakan untuk mengevaluasi postur kerja yang berbahaya dalam
siklus pekerjaan tersebut. Penggunaan metode ini akan didapatkan nilai
batasan maksimum dan berbagai postur pekerja, nilai batasan tersebut
berkisar antara nilai 1-7 (McAtamney et al, 1993).
3. NIOSH Lifting Equation
NIOSH (National For Occupational Safety and Health) adalah suatu lembaga
yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika, telah
melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang bepengaruh terhadap
biomekanika.
NIOSH mengembangkan perhitungan RWL (Recommended Weight Limit)
dan LI (Lifting Index) yang menunjukkan suatu pekerjaan berisiko
menghasilkan cedera tulang belakang.
4. Strain Index
Strain Index merupakan suatu metode yang mengevaluasi tingkatan risiko
kerja yang menyebabkan cedera pada tangan, pergelangan tangan, lengan
bawah, pinggang, bahu, dan siku.
Analisis dilakukan dengan cara:
a. Menggunakan checklist
b. Menghitung banyaknya kondisi yang memunculkan risiko
17
c. Memperhitungkan pengaruh interaksi antar faktor yang memunculkan
risiko.
5. Snook Table
Snook Table adalah metode yang diteliti dan dikembangkan oleh Dr. Stover
Snook dan Dr. Vincent Ciriello yang betujuan untuk mengevaluasi berbagai
variasi mengangkat (lifting), menurunkan (lowering), menarik (pulling),
membawa suatu beban (carrying).
Tabel Snook menyediakan nilai gaya atau berat yang direkomendasikan untuk
tipe-tipe pekerjaan tertentu. Dengan menggunakan metode ini, pekerjaan
yang dilakukan nantinya akan dibandingkan dengan tabel snook untuk
menentukan apakah pekerjaan itu memiliki risiko WMDS (Work-Related
Musculoskeletal Disorder) atau tidak.
6. OWAS (Ovako Working- Posture Analysis System)
OWAS merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan
pengukuran tubuh dimana prinsip pengukuran yang digunakan adalah
keseluruhan aktivitas kerja direkapitulasi, dibagi ke beberapa interval waktu
(detik atau menit), sehingga diperoleh beberapa sampling postur kerja dari
suatu siklus kerja dan / atau aktivitas lalu diadakan suatu pengukuran
terhadap sampling dari siklus kerja tersebut.
Metode OWAS memberikan informasi penilaian postur tubuh pada saat
bekerja sehingga dapat melakukan evaluasi dini atas risiko kecelakaan tubuh
manusia yang terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu : sikap punggung,
sikap lengan, sikap kaki, dan berat beban.
7. WISHA (Washington Industrial Safety Health Act) Lifting
WISHA Lifting merupakan metode yang diadaptasi dari metode NIOSH
Lifting Equation dimana metode ini juga menitikberatkan pada faktor
penyebab risiko cedera tulang belakang. Metode ini digunakan untuk
mengevaluasi suatu sistem kerja yang melibatkan aktivitas mengangkat dan
menurunkan secara manual (manual lifting and lowering tasks).
Data yang diperlukan sebagai bahan evaluasi antara lain: berat beban yang
diangkat oleh pekerja, lokasi dan postur saat pekerja mengangkat beban,
frekuensi pengangkatan beban, dan durasi pengangkatan beban. Data ini
18
kemudian dimasukkan dalam perhitungan sehingga diperoleh nilai WL
(Weight Limit) dan LI (Lifting Index), sama seperti NIOSH.
19
Gambar 2.2 Bagian Tubuh Grup A
20
Gambar 2.4 Lembar Kerja Assesment REBA
Tabel 2.1 Skor REBA dan Level Risiko MSD (Musculoskeletal Disorder)
Skor Level Risiko MSD (Musculoskeletal Disorder)
1 Dapat diabaikan, tidak perlu tindakan lebih lanjut
2-3 Risiko rendah, tindakan perubahan mungkin diperlukan
4-7 Risiko sedang, perlu investigasi lebih lanjut, perlu tindakan perubahan
8-10 Risiko tinggi, diperlukan investigasi dan tindakan perubahan secepatnya
11+ Risiko sangat tinggi, diperlukan perubahan saat itu juga
21
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di UPT Metrologi Kota Surakarta dengan
responden para pekerja yang menaikkan dan menurunkan anak timbangan 25 kg
pada saat pengujian timbangan sentisimal. Responden yang diambil datamya
untuk keperluan laporan berjumlah 10 orang.
Cara pengambilan data yaitu dengan cara mendokumentasi posisi postur
tubuh pekerja saat melakukan aktivitas mengangkat anak timbangan 25 kg melalui
foto. Setelah itu dari masing-masing foto responden, akan diamati satu persatu
range sudut posisi tubuh grup A (punggung / batang tubuh, leher dan kaki) dan
grup B (lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan) dengan bantuan
software CaRMetal 3.8.3.
22
Gambar 3.2 Responden (4), (5), (6)
23
Gambar 3.4 Responden 1
24
b. Punggung / Batang Tubuh
Untuk posisi punggung / badan tubuh membentuk sudut 113,5°. Karena
besar sudut >60° maka skornya +4. Punggung tidak memutar atau
membengkok ke samping jadi tidak ada nilai tambahan.
c. Kaki
Posisi kedua kaki berdiri sempurna, tidak menopang, sehingga skornya +1,
kaki membentuk sudut 148,92°, sehingga skornya ditambah +2, jadi skor total
menjadi +3.
25
2. Memasukkan nilai skor leher, punggung dan kaki pada Tabel A.
Tabel 3.1 Skor Tabel A Responden 1
Neck
Table A
1 2 3
Legs
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
Trunk 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
Posture 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
Score 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Setelah memasukkan skor leher, punggung, dan kaki didapatkan nilai 7 pada
tabel A.
3. Skor Beban
Beban yang diangkat adalah sebesar 25 kg = 55,115 lbs, sehingga nilai skornya
adalah +2.
Tabel 3.2 Skor Beban
Beban < 11 lbs +0
Beban 11-22 lbs +1
Beban > 22 lbs +2
*Penambahan beban terus menerus secara bertahap +1
26
Gambar 3.8 Upper Arm Position Scoring
b. Lengan Bawah
Untuk posisi lengan bawah, besar sudut yang dibentuk adalah 168,05° maka
skornya adalah +2.
c. Pergelangan Tangan
Pergelangan tangan membentuk sudut 30,67° ke bawah, sehingga skornya
+2.
27
6. Memasukkan skor lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan ke Tabel
B.
Tabel 3.3 Skor Tabel B Responden 1
Lower Arm
Tabel B
1 2
Wrist
1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
Upper
3 3 4 5 4 5 5
Arm
Score 4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Setelah memasukkan skor lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan
didapatkan nilai 2 pada tabel B.
9. Mencari nilai di Tabel C berdasarkan point (4) sebagai baris dan point (8)
sebagai kolom.
28
Tabel 3.5 Skor Tabel C Responden 1
Tabel C
Score A Score B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
29
Tabel 3.7 Nilai Akhir REBA dari 10 Responden
No. Nilai Akhir REBA
Responden (Final REBA Score)
1 10
2 10
3 10
4 10
5 10
6 10
7 10
8 10
9 10
10 10
Rata-rata 100/10 = 10
Nilai skor REBA para pekerja yang mengangkat anak timbangan besi 25
kg berdasarkan tabel risiko tergolong ke dalam aktivitas pekerjaan yang berisiko
tinggi dan memerlukan tindakan perubahan secepatnya agar para pekerja tidak
mengalami cedera untuk risiko jangka pendek, maupun gejala kelainan
muskuloskeletal untuk risiko jangka panjang.
30
3.2. Pembahasan
Skor akhir penilaian REBA untuk para pekerja timbangan di UPT
Metrologi Surakarta adalah 10, yang artinya tergolong ke dalam aktivitas
pekerjaan yang berisiko tinggi dan memerlukan tindakan perubahan secepatnya
agar para pekerja tidak mengalami cedera untuk risiko jangka pendek, maupun
gejala kelainan muskuloskeletal untuk risiko jangka panjang.
Tindakan perubahan yang paling mudah untuk dilakukan adalah sosialisasi
pentingnya menempatkan postur / posisi tubuh yang baik pada saat melakukan
pekerjaan mengangkat anak timbangan pada para pekerja. Pada aktivitas
mengangkat anak timbangan 25 kg, skor yang paling besar didapatkan pada skor
A. terutama pada posisi punggung / batang tubuh yang dikarenakan posisi pekerja
selalu membungkuk saat mengangkat beban. Dengan memperbaiki posisi
punggung tubuh pekerja saat menaik-turunkan anak timbangan, maka risiko MSD
akan lebih rendah.
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
UPT Metrologi merupakan unit kerja pemerintahan yang melayani
pengujian alat-alat ukur. Dalam praktek pengujian alat ukur, khususnya untuk
pengujian timbangan sentisimal, pekerja dalam melakukan kegiatan menaikkan
dan menurunkan anak timbangan besi 25 kg, kurang mengindahkan faktor risiko
pentingnya memposisikan postur tubuh yang benar dalam melakukan kegiatan
tersebut. Setelah dilakukan pengamatan dari sisi ilmu ergonomi sesuai yang
dipelajari dalam bidang disiplin Teknik Industri, yaitu dengan metode Rapid
Entire Body Assesment (REBA) yang dilakukan pada responden pekerja sebanyak
10 orang, didapatkan hasil skor sebesar 10, yang artinya tergolong ke dalam
aktivitas pekerjaan yang berisiko tinggi dan memerlukan tindakan perubahan
secepatnya agar para pekerja tidak mengalami cedera untuk risiko jangka pendek,
maupun gejala kelainan muskuloskeletal untuk risiko jangka panjang.
4.2 Saran
1. Memberikan sosialisasi yang berkelanjutan kepada para pekerja tentang
dampak kelainan muskuloskeletal akibat kesalahan postur / posisi tubuh saat
bekerja sehingga pekerja dapat lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas
pekerjaan dan memperbaiki posisi tubuh saat bekerja.
2. UPT Metrologi sebagai instansi memfasilitasi penyediaan sarana yang
memudahkan pekerja dalam melakukan aktivitas penimbangan misalnya
menyediakan platform hand truck trolley untuk tempat anak timbangan, jadi
saat pekerja mengambil anak timbangan tidak terlalu membungkuk sampai ke
dasar lantai.
32
DAFTAR PUSTAKA
Akshinta, Yusi Pradita dan DR. Aries Susanty, S.T, M.T. 2016. Analisis RULA
(Rapid Upper Limb Assessment) Dalam Menentukan Perbaikan Postur
Pekerja Las Listrik Pada Bengkel Las Listrik Nur Untuk Mengurangi
Risiko Musculoskeletal Disorders. Jurnal. Semarang: Universitas
Diponegoro.https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/15841
Diakses tanggal 26 Desember 2018.
Bintang, Alfin Nur dan Shanty Kusuma Dewi. 2017. Analisa Postur Kerja
Menggunakan Metode OWAS dan RULA. Jurnal. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/viewFile/4612/pdf.
Diakses tanggal 26 Desember 2018.
Ergo Methods Team. 2007. Choosing The Correct Ergonomic Analysis Tools.
Kansas City: ErgoMethods.
https://www.meatinstitute.org/Education/Presentations/2007/WorkerSafety
/HeidebrechtAMIErgo2007.pdf. Diakses tanggal 26 Desember 2018.
Hignett, Sue dan Lynn McAtamney. 1999. Technical Note Rapid Entire Body
Assesment (REBA). Nottingham: Elsevier Science.
https://pdfs.semanticscholar.org/798a/5a0f82630a400df6dd628ffd5d06866
20ee7.pdf. Diakses tanggal 16 Januari 2019.
Joanda, Alfian Destha dan Bambang Suhardi. 2017. Analisis Postur Kerja
dengan Metode REBA untuk Mengurangi Risiko Cedera pada Operator
Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Middlesworth, Matt. 2014. A Step by Step Guide to Using the Snook Tables.
United States: Ergo Plus. https://ergo-plus.com/snook-tables/. Diakses
tanggal 26 Desember 2018.
Middlesworth, Matt. 2014. A Step by Step Guide to the REBA Assesment Tool.
United States: Ergo Plus. https://ergo-plus.com/reba-assessment-tool-
guide/. Diakses tanggal 16 Januari 2019.
Putri, Dian Kemala. 2006. Modul Pelatihan Perancangan Ergonomika
Menggunakan Ergoweb 4.0. Jakarta: Unversitas Gunadarma.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/teknik_industri_modul_pelatih
an_perancangan_ergonomika_menggunakan_ergoweb_40/3_strain_index.
pdf. Diakses tanggal 12 Agustus 2018.
Sutrio dan Oktri Mohammad Firdaus. 2011. Analisis Pengukuran RULA dan
REBA Petugas pada Pengangkatan Barang di Gudang dengan
Menggunakan Software Ergolntelligence (Studi kasus: Petugas Pembawa
Barang di Toko Dewi Bandung). Bandung: Universitas Widyatama.
33
Waluyo, Garnet. 2013. Pengantar Ergonomi 1. Presentasi.
https://www.slideshare.net/filemonlowhearts/1-pengertian-ergonomi.
Diakses tanggal 26 Desember 2018.
34
35