TENTANG
2. Faktor Psikologis
Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi
terminal. Pemberi pelayanan harus peka dan mengenali
kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa
mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih,
depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga
diri dan harapan..
3. Faktor Sosial
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana interaksi pasien
selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien
cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi
penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa prilaku isolasi. Pemberi pelayanan harus bisa
mengenali tanda-tanda pasien mengisolasi diri, sehingga pasien
dapat diberikan dukungan dari teman dekat, kerabat/keluarga
terdekat untuk selalu menemani pasien.
4. Faktor Spiritual
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana keyaninan
pasien akan proses ahkir hayat, bagaimana sikap pasien
menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri kepada Tuhan atau apakah semakin berontak
akan keadaannya. Pemberi pelayanan juga harus mengetahui
disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran
tokoh agama (rohaniawan) untuk menemani disaat-saat
terakhirnya.
D. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalan Pengkajian Pasien
Terminal
Nilai , sikap, keyakinan dan kebiasaan adalah aspek budaya yang
mempengaruhi reaksi pasien terminal. Latar belakang budaya
mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka
dan menghadapi akhir kehidupan.
Pemberi pelayanan tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi
pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga
reaksi menghakimi harus harus dihindari. Keyakinan spiritual
mencakup praktek ibadah, ritual harus di beri dukungan. Pemberi
pelayanan harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Pemberi pelayanan harus sensitive
terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi akhir
kehidupan, sehingga kebutuhan spiritual pasien menjelang
kematian dapat terpenuhi.
E. Prosedur Pelayanan Pasien Tahap Terminal
1. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi
terminal penyakit pasien.(kolaborasi dengan dokter)
2. Berikan ketenangan dan dengarkan dengan sabar dan terima
semua keluhan danperasaan pasien.
3. Lakukan asesmen sesering mungkin sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien.
4. Berikan penanganan lebih lanjut sesuai hasil asesmen.
5. Berikan kenyamanan pada pasien. Bila pasien sesak beri
oksigen.
6. Atasi keluhan nyeri pasien ( kolaborasi dengan dokter ).
7. Berikan perawatan spiritual bila pasien menginginkan, atau
berbicara kepada keluarga untuk memanggil rohaniawan
berkunjung. Ajak keluarga untuk berdoa bersama pasien.
8. Permudah bagi keluarga untuk tinggal dengan pasien sesering
mungkin yang mereka inginkan. Tunjukkan pada mereka
bagaimana merawat pasien dan
mempertahankan pasien tetap nyaman dan bersih.
9. Tahu cara menghubungi anggota keluarga bila kondisi pasien
memburuk.
10. Libatkan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan
terhadap
pemberian asuhan termasuk keputusan do not resuscitate/DNR
BAB IV
DOKUMENTASI
Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien tahap terminal
(akhir kehidupan) secara garis besar bertujuan untuk :
a. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan seperti fakta,
gambaran, hasil observasi kesehtan pasien ke tim kesehatan
lainnya.
b. Menunjukan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam
merawat pasien yang lebih spesifik.
c. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan
sebagai referensi kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan No 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis
Peraturan Menteri Kesehatan No 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Dokter
Konsil Kedokteran Indonesia Tahun 2006 Tentang Persetujuan Tindakan
Medis
https://akreditasi.my.id.rs/panduan-jangan-lakukan-resusitasi-do-
not-resuscitatednr/
https://docslide.net/document/panduan-dnr-do-not-resuscitate-
.html