Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jalan Garuda Nomor 5 Telp. 0371-21929 Fax. 0371-23974
Sumbawa Besar

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBAWA


NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN PASIEN TERMINAL


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBAWA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUMBAWA
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa
sebagai Rumah Sakit pilihan, dituntut memberikan
pelayanan yang bermutu untuk peningkatan
keselamatan pasien;

b. bahwa upaya meningkatkan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien di RSUD Sumbawa dapat
dicapai dengan penanganan yang tepat pada
pasien tahap terminal antara lain dengan
ditetapkan Panduan Pelayanan Pasien Terminal di
RSUD Sumbawa;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai


dimaksud dalam huruf a, dan b perlu menetapkan
Panduan Penolakan Resusitasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Sumbawa;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SUMBAWA TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN PASIEN TERMINAL PADA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SUMBAWA
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Pasien
Terminal pada Rumah Sakit Umum Daerah
Sumbawa sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
keputusan Direktur ini
KEDUA : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Pasien
Terminal di Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa
sebagai mana terlampir dalam lampiran
keputusan ini

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan dengan catatan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Sumbawa Besar


Pada tanggal

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH SUMBAWA

DEDE HASAN BASRI


LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SUMBAWA
NOMOR :
TANGGAL :
PEDOMAN PELAYANAN PASIEN TERMINAL
BAB I
DEFINISI
1. Pengertian
Kondisi terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan
untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.
Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual
tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial, yang dialami, sehingga
dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda.
Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunukan oleh pasien tahap terminal.
2. Tujuan
a. Dapat dilayaninya dengan baik hak dan kebutuhan mendasar
dari pasien dan keluarganya, sehingga timbul kekuatan dan
ketenangan jiwa
b. Menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada
saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya
dapat meninggal dengan tenang dan damai.
c. Meningkatnya kualitas pelayanan di Rumkit Umum Daerah
Sumbawa khususnya pasien tahap terminal (akhir kehidupan).
d. Tercapainya kembali dan dapat mempertahankan kenyamanan
fisik pasien.
e. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
pasien.
f. Mempertahankan harapan
g. Mencapai kenyamanan spiritual
h. Menghindari/mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan
isolasi
i. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna dari
pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pedoman pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan)


digunakan kepada semua pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Sumbawa yang menuju akhir kehidupan, dan keluarganya yang
berhubungan dengan proses penyakit, atau terapi kuratif atau
pasien yang memerlukan bantuan yang berhubungan dengan
masalah-masalah psikologis, spiritual dan budaya yang berkaitan
dengan kematian dan proses kematian.
2. Pelaksana pedoman pelayanan pasien tahap terminal (akhir
kehidupan) meliputi unsur pimpinan, kepala unit pelayanan dan
staf pelaksana pelayanan dengan melibatkan pasien dan keluarga.
3. Prinsip
a. Pelayanan pada tahap terminal (akhir kehidupan) harus
terfokus pada kebutuhan pasien yang berhubungan dengan
proses penyakit atau masalah-masalah psikososial, spiritual
dan budaya yang berkaitan dengan proses kematian.
b. Pelayanan pada pasien tahap terminal (akhir kehidupan) harus
mempertimbangkan tempat asuhan atau pelayanan yang
diberikan.
c. Pelayanan asukan pada tahap terminal harus mengembangkan
proses untuk mengelola pelayanan akhir hidup seperti pasien
dilayani dengan hormat dan respek.
d. Hak dan kewajiban pemberi pelayanan terhadap pasien terminal
Pokok-pokok dalam memberikan pelayanan pada pasien
terminal terdiri dari :
1) Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi pasien terminal dan pasien menelang ajal
termask pengenalan dan peredaan distress psikobiologis.
Pemberi pelayanan harus memberikan bimbingan kepada
keluarga tentang tindakan penenangan bagi pasien terminal.
Control nyeri terutama penting karena mengganggu tidur,
nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis. Pemberian
kenyamanan bagi pasien terminal juga mencakup
pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Pasien
mungkin akan bergantung pada pemberi pelayanan dan
keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya,
sehingga bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi
keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan
pada pasien.
2) Pemeliharaan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien dalam keadaan
terminal (akhir kehidupan) adalah perawatan intensif, pilihan
lain adalah perawatan hosfice yang memungkinkan seperti
perawatan komprehensif. Pemberi pelayanan harus
memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga
dan pasien. Sebagian besar pasien terminal ingin mandiri
dalam melakukan aktivitasnya. Mengijinkan kepada pasien
untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan,
membaca akan meningkatkan martabat pasien. Pemberi
pelayanan tidak boleh memaksakan partisipasi pasien
tertama jika ketidakmampuan secara fisik membuat
partisipasi tersebut menjadi sulit. Pemberi pelayanan bisa
memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan
pasien membuat keputusan.
3) Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Pemberi pelayanan membutuhkan kesabaran dan
pengalaman merespon secara efektif terhadap pasien tahap
terminal (akhir kehidupan). Untuk mencegah kesepian dan
penyimpangan sensori, pemberi pelayanan mengintervensi
untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus
di beri pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga,
teman dekat dapat mencegah kesepian. Keluarga atau
penjenguk harus diperbolehkan bersama pasien terminal
sepanjang waktu apalagi pasien menjelang ajal. Pemberi
pelayanan memberikan bimbingan kepada keluarga untuk
tetap selalu bersama pasien kasus terminal terutama saat-
saat akhir kehidupannya.
4) Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar
dari sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian
mendekat, pasien sering mencari ketenangan. Pemberi
pelayanan dan keluarga dapat membantu pasien
mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Pasien terminal
mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna
hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Pasien
mungkin minta pengampunan baik dari yang maha kuasa
atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada
juga harapan dan cinta, cinta dapat diekspresikan dengan
baik melalui pelayanan yang tulus dan penuh simpati dari
pemberi pelayanan dan keluarga. Pemberi pelayanan dan
keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, empati, berdoa
dengan pasien, membaca kitab suci atau mendengarkan
musik.
5) Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus di dukung melewati waktu menjelang
ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai. Semua
tindakan medis, peralatan yang digunakan pada pasien harus
diberikan penjelasan, seperti alat bantu nafas atau pacu
jantung. Kemungkinan yang terjadi salama fase kritis pasien
terminal harus dijelaskan pada keluarga.
BAB III
TATA LAKSANA
Dalam melaksanakan pedoman pelayanan pasien tahap terminal
(akhir kehidupan), para petugas kesehatan seyogyanya memahami
penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi
terminal/mengancam hidup, problem yang dihadapi pasien tahap
terminal, faktor yang perlu dikaji pada pasien tahap terminal dan lain-
lain.
A. Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal
(akhir kehidupan)
1. Penyakit Kronis seperti : TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,
sirosis hepatis, penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan
hipertensi.
2. Kondisi keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas,
Ca Liver, Leukimia.
3. Kelainan syaraf seperti paralise, Stroke, hydrocephalus dll
4. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
5. Kecelakaan /trauma seperti trauma kapitis, trauma organ vital
(paru-paru atau jantung), ginjal, dll
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang
mengancam hidup menjadi empat fase, yaitu :
1. Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor
resiko penyakit
2. Fase akut : berpusat pada kondisi kritis. Pasien dihadapkan
pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis,
interpersonal, maupun psikologis.
3. Fase kronis : pasien bertempur dengan penyakit dan
pengobatannya
4. Fase terminal : dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya
kemungkinan, tetapi pasti terjadi.
B. Gambaran Problem yang dihadapi pasien kondisi terminal
Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah
baik fisik, psikologis, maupun sosial spiritual, antara lain :
1. Problem oksigenisasi : respirasi irregular, cepat atau lambat,
pernafasan cheynes stokes, sirkulasi perifer menurun,
perubahan mental : agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, nadi irregler.
2. Problem Eliminasi : konstipasi, medikasi atau imobilisasi
memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan
makanan juga mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal
bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (Ca
Colon), retensi urin, inkontinensia urin terjadi akibat
penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misal trauma
medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake
cairan atau kondisi penyakit misalnya gagal ginjal.
3. Problem Nutrisi dan Cairan : asupan makanan dan cairan
menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan
BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual muntah, cegukan, dehidrasi terjadi
karena asupan cairan menurun.
4. Problem Suhu : ekstremitas dingin, sehingga harus memakai
selimut.
5. Problem Sensori : penglihatan menjadi kabur, reflex berkedip
hilang saat mendekati kamatian, menyebabkan kekeringan
pada kornea, pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun.
6. Problem nyeri : ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri
dilakukan secara intra vena, pasien harus selalu didampingi
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kanyamanan.
7. Problem Kulit dan Mobilitas : sering kali tirah baring lama
menimbulakan masalah pada kulit sehingga pasien terminal
memerlukan perubahan posisi yang sering.
8. Masalah Psikologis : pasien terminal dan orang terdekat
biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaan marah
dan putus asa sering kali ditunjukan. Problem psikologis lain
yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi
produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual, pasien mulai merasa hidup
sendiri, terisolasi, akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju
kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang
yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan
perpisahan, dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami
penderitaan sepanjang hidup. Seseorang / pasien yang menghadapi
tahap terminal (akhir kehidupan) akan menjalani hidup, merespon
berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien tahap terminal (akhir kehidupan) sering
bukan pada kematian itu sendiri tapi lebih pada kehilangan control
terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau
tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan dan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri,
terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang
lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan, atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai
jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan
orang-orang yang dicintainya.
C. Faktor-faktor yang perlu di kaji pada pasien tahap terminal, antara
lain :
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal (akhir kehidupan) pasien dihadapkan
pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan
antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi,
cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Pemberi pelayanan harus mengenali perubahan fisik yang
terjadi pada pasien, pasien mungkin mengalami berbagai gejala
selama berbulan-bulan sebelum masuk kondisi skhir
kehidupan. Pemberi pelayanan harus respek terhadap
perubahan fisik yang terjadi pada pasien terminal karena hal
tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan pasien dalam memelihara diri.

2. Faktor Psikologis
Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi
terminal. Pemberi pelayanan harus peka dan mengenali
kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa
mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih,
depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga
diri dan harapan..
3. Faktor Sosial
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana interaksi pasien
selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien
cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi
penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering
membawa prilaku isolasi. Pemberi pelayanan harus bisa
mengenali tanda-tanda pasien mengisolasi diri, sehingga pasien
dapat diberikan dukungan dari teman dekat, kerabat/keluarga
terdekat untuk selalu menemani pasien.
4. Faktor Spiritual
Pemberi pelayanan harus mengkaji bagaimana keyaninan
pasien akan proses ahkir hayat, bagaimana sikap pasien
menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri kepada Tuhan atau apakah semakin berontak
akan keadaannya. Pemberi pelayanan juga harus mengetahui
disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran
tokoh agama (rohaniawan) untuk menemani disaat-saat
terakhirnya.
D. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalan Pengkajian Pasien
Terminal
Nilai , sikap, keyakinan dan kebiasaan adalah aspek budaya yang
mempengaruhi reaksi pasien terminal. Latar belakang budaya
mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka
dan menghadapi akhir kehidupan.
Pemberi pelayanan tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi
pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga
reaksi menghakimi harus harus dihindari. Keyakinan spiritual
mencakup praktek ibadah, ritual harus di beri dukungan. Pemberi
pelayanan harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Pemberi pelayanan harus sensitive
terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi akhir
kehidupan, sehingga kebutuhan spiritual pasien menjelang
kematian dapat terpenuhi.
E. Prosedur Pelayanan Pasien Tahap Terminal
1. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi
terminal penyakit pasien.(kolaborasi dengan dokter)
2. Berikan ketenangan dan dengarkan dengan sabar dan terima
semua keluhan danperasaan pasien.
3. Lakukan asesmen sesering mungkin sesuai kebutuhan dan
kondisi pasien.
4. Berikan penanganan lebih lanjut sesuai hasil asesmen.
5. Berikan kenyamanan pada pasien. Bila pasien sesak beri
oksigen.
6. Atasi keluhan nyeri pasien ( kolaborasi dengan dokter ).
7. Berikan perawatan spiritual bila pasien menginginkan, atau
berbicara kepada keluarga untuk memanggil rohaniawan
berkunjung. Ajak keluarga untuk berdoa bersama pasien.
8. Permudah bagi keluarga untuk tinggal dengan pasien sesering
mungkin yang mereka inginkan. Tunjukkan pada mereka
bagaimana merawat pasien dan
mempertahankan pasien tetap nyaman dan bersih.
9. Tahu cara menghubungi anggota keluarga bila kondisi pasien
memburuk.
10. Libatkan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan
terhadap
pemberian asuhan termasuk keputusan do not resuscitate/DNR
BAB IV
DOKUMENTASI
Bentuk pendokumentasian pelayanan pasien tahap terminal
(akhir kehidupan) secara garis besar bertujuan untuk :
a. Memberikan informasi pelayanan yang diberikan seperti fakta,
gambaran, hasil observasi kesehtan pasien ke tim kesehatan
lainnya.
b. Menunjukan penampilan kerja pemberi pelayanan dalam
merawat pasien yang lebih spesifik.
c. Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan
sebagai referensi kesehatan pasien.

Teknik Pendokumentasian yang digunakan berorientasi pada


sumber (Source Oriented) yaitu informasi kesehatan pasien
didokumentasikan berdasarkan sumber tim kesehatan yang membuat
yaitu catatan kesehatan yang di buat dokter, perawat, atau tenaga
kesehatan lain.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam
pendokumentasian untuk pasien tahap terminal (akhir kehidupan)
adalah :
a. Pemberi pelayanan harus memperhatikan gejala fisik pasien
yang menyebabkan ketidaknyamanan.
b. Pemberi pelayanan harus mengenali tahapan menjelang ajal
c. Pemberi pelayanan memberikan dukungan system / lingkungan
bagi pasien terminal
d. Pemberi pelayanan harus peka dan mampu menganalisa hal-hal
yang membuat pasien terminal merasa nyaman atau tidak
nyaman.
e. Pemberi pelayanan melihat penerimaan keluarga dan interaksi
dengan pasien terminal
BAB V
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Pasien Tahap Terminal merupakan bagian
intergal dan pelayanan kesehatan paripurna di Rumah Sakit, yang
terkait dengan keenam dasar fungsi Rumah Sakit, yaitu peningkatan,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan, dan penelitian.
Dengan Pelayanan Pasien Tahap Terminal yang tepat dan berhasil
guna akan membantu pasien dan keluarga dalam melewati fase
kritisnya.
Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut
(dying) oleh petugas kesehatan dilakikan dengan cara memberi
pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien
meninggal. Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan
biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut
dengan memperhatikan moral, etika serta menumbuhkan sikap
empati dan caring kepada pasien. Penaganan pasien perlu dukungan
semua pihak yang terkait, terutama keluarga pasien dan perlu
tindakan yang tepat dari perawat.
Pedoman Pelayanan Pasien Tahap Terminal ini merupakan
pedoman bagi pelaksanaan pelayanan pada tahap terminal yang
diselenggarakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa. Dengan
ini, diharapkan pelayanan pada Pasien Tahap Terminal yang
diselengaarakan dapat terlaksana dengan baik dan dapat terlaksana
dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan Rumah
Sakit.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH SUMBAWA
DEDE HASAN BASRI

DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan No 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis
Peraturan Menteri Kesehatan No 290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Dokter
Konsil Kedokteran Indonesia Tahun 2006 Tentang Persetujuan Tindakan
Medis
https://akreditasi.my.id.rs/panduan-jangan-lakukan-resusitasi-do-
not-resuscitatednr/
https://docslide.net/document/panduan-dnr-do-not-resuscitate-
.html

Anda mungkin juga menyukai