Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 2
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ............................................................................................................................... 4
B. Etiologi .................................................................................................................................... 4
C. Tanda dan Gejala ................................................................................................................... 9
D. Klasifikasi/ Stadium ............................................................................................................... 5
E. Patofisiologi ............................................................................................................................. 7
F. Penatalaksanaan: Medis dan Prinsip Keperawatan ............................................................ 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A Pengkajian ................................................................................................................................ 11
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................................... 17
C. Perencanaan ........................................................................................................................... 17
D. Implementasi ........................................................................................................................ 21
D. Evaluasi ................................................................................................................................. 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 22
B. Saran ....................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 23


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari


sel - sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah
menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya
sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki berbagai macam
jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker adalah kanker
serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua perempuan,
terbukti di Dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker
serviks sed a n g k a n di Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan
meninggaal karena kanker serviks. Kanker ini juga merupakan kanker yang
paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih dari sete ngah
perempuan Asia yang menderita kanker serviks meninggal, ini sama
artinya dengan 226.000 perempuan yang didiagnosa t e r k e n a k a n k e r
serviks sebanyak 143.000 perempuan meninggal karenan
y a ( American Cencer Society, 1989).
Di Indonesia, sampai saat ini peny aki t kanker serviks merupakan
s a l a h s a t u penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan
dengan negara – Negara lain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker
serviks di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah
pada stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan
yang optimal dan hal tersebut membuat penderita sangatkhawatir dan
cemas dengan keadaannya.

2
B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks


2. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
3. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah


mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP,
1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang
abnormal dimana sel- sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau
mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah
atau sekarang dalam status sexually active.

B. Etiologi

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan


hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.

4
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula
dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.

C. Klasifikasi

1. Klasifikasi klinis
- Stage 0: Ca.Pre invasive
- Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
- Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara
histopatologis
- Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
- Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai
kepanggul telah mengenai
dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal

5
- Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian
bawah vagina
- Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks

- Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior,
jurusan parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan
karsinoma serviks Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol,
tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina
tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah

6
nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri
dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

- Markroskopis

a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi


yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma
insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan
dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI,
1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau
bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10

7
tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi
ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor
risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak
dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan
sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie,
1998).

8
E. Tanda dan Gejala

1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-
kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang
sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.

2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai
perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).
Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala
khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,
amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering
atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat.
Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar
berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus
yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau
pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering
terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat
bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat
terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala
penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah
lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya
iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin
sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi
nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat
terjadi karena obstruksi ureter.

9
F. Penatalaksanaan

1. Radiasi
- Dapat dipakai untuk semua stadium
- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
- Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

2. Operasi
- Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
- Operasi histerektomi vagina yang radikal

3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan


bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap
radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan
masih tetap sama.

10
III. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)


2. Riwayat kesehatan

- Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.

- Riwayat kesehatan sekarang


pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal

- Riwayat kesehatan dahulu


Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca
abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta
adanya tumor

- Riwayat kesehatan keluarga


Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

11
3. Pemeriksaan fisik

a. Kepala
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
- Wajah : tidak ada oedema
- Mata : konjunctiva tidak anemis
- Hidung : simetris, tidak ada sputum
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening

b. Dada
- Inspeksi : simetris
- Perkusi : sonor seluruh lap paru
- Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
- Auskultasi : vesikuler

c. Cardiac
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : tidak ada bising

d. Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ascites
- Palapasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus normal

12
e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau

f. Ekstremitas Tidak oedema


4. Analisa Data

No Data penunjang Etiologi Masalah kep

1. Ds : mengungkapkan secara Agen-agen Gangguan rasa


verbal atau isyarat cidera nyaman: nyeri
Do :

gerakan menghindari nyeri


Perubahan nafsu makan
dan makan

13
Perilaku ekspresif

Berfokus pada diri sendiri


2. Ds : - haus Do : Perdarahan yang Defisit volume cairan
- perubahan TD berulang

- Penurunan haluaran urine

- Penurunan turgor kulit

- Penurunan BB yg tiba-tiba
3. Ds : - Supresi sum- Resiko infeksi
sum tulang
Do : -Peningkatan leukosit Penurunan
leukosit

4. Ds : dispnea Gangguan Pola nafas tidak


Napas pendek Do : pengembangan efektif
perubahan gerakan dada paru Pertukaran
Penurunan tekanan inspirasi O2 dan CO2
/ekspirasi terganggu
Napas cuping hidung
Penggunaan otot bantu nafas

14
5. Ds : -Mengatakan ada Perdarahan Resiko cidera
perdarahan berulang anemia

Do : -Tampak adanya
perdarahan
6. Ds : Keputihan dan Gangguan harga diri
bakteri Bau khas
pengungkapan rasa malu/ ca serviks
bersalah
Pengungkapan rasa negative
diri
Do :

menyangkal permasalahan
Membesar-besarkan
permasalahan Merasionalisasi
kegagalan
diri

15
7. Ds : Asupan cairan Gangguan eliminasi
dan serat kurang fekal
nyeri abdomen konstipasi

Nyeri tekan pada abdomen


Anoreksia
Mual

Nyeri saat defekasi Do :


perubahan pada suara
abdomen ( borborigmi)
Perubahan pola defekasi
Penurunan frekuensi Distensi
abdomen Mengejan saat
defekasi
Muntah

16
B. Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase-


eoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan serta ancaman kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau
busuk nekrosis jaringan cerviks.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi.

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1.Nyeri b.d Setelah dilakukan Kaji tingkat nyeri. Untuk mengkaji
infiltrasi saraf tindakan Berikan rasa nyaman data dasar.
akibat infiltrasi keperawatan pada pasien
pasien akan dengan pengaturan

17
metastase mampu mengurangi posisi dan aktivitas Mengalihkan
neoplasma. rasa nyeri dengan hiburan (musik). fokus perhatian.
kriteria hasil: Pasien Ajarkan teknik Meningkatkan
merasa nyaman. manajemen nyeri relaksasi untuk
Nyeri berkuran (relaksasi, visualisasi, mengurangi
Mampu distraksi). nyeri.
mendemonstrasik Kolaborasi pemberian Memungkinka n
an keterampilam analgetik. pasien
relaksasi, berpartisipasi
aktif dalam
kontrol nyeri.
Kontrol nyeri
maksimum.

2.Gangguan Setelah dilakukan Pantau intake dan Identifikasi


perubahan nutrisi tindakan output makanan tiap defisiensi nutrisi.
kurang dari keperawatan hari. Memantau
kebutuhan diharapkan Ukur BB tiap hari. peningkatan BB.
b.d anoreksia kebutuhan nutrisi Dorong pasien untuk Kebutuhan
pasca tindakan dapat tercukupi diet tinggi protein. jaringan
kemoterapi. dengan kriteria metabolik
hasil: adekuat oleh
Pasien nutrisi.
mengungkapkan
pentingnya nutrisi.
Peningkatan BB
progresif.

18
3.Ketakutan/ Setelah dilakukan Dorong pasien untuk Memberikan
cemas tindakan mengungkapkan kesempatan
berhubungan keperawatan pikiran dan perasaan. untuk
dengan ancaman ketakutan/ Berikan lingkungan mengungkapka n
perubahan kecemasan yang aman dan ketakutannya.
status kesehatan berkurang sampai nyaman.
menghilang
serta ancaman dengan kriteria Komunikasi terapeutik Membantu
kematian hasil: dan kontak sering mengurangi
Pasien dengan pasien. kecemasan.
mendemonstrasik an Bantu mengembang- Meningkatkan
koping efektif kan koping kepercayaan
dalam pengobatan. menghadapi rasa pasien.
Pasien tampak takutnya. Meningkatkan
rileks dan kemampuan
melaporkan kontrol cemas.
cemas berkurang.

19
4.Ganguan body Setelah dilakukan Diskusikan dengan Membantu
image tindakan pasien bagaimana mengidentifika si
berhubungan keperawatan pengobatan masalah untuk
dengan perubahan diharapkan mempengaruhi menemukan
struktur tubuh gangguan body kehidupan pasien. pemecahannya.
sekunder terhadap image dapat teratasi Jelaskan bahwa tidak Membantu
kemoterapi dengan kriteria samping terjadi pada pasien untuk
hasil: Pasien pasien. menyiapkan diri
mampu Berikan dukungan beradaptasi.
mengembangkan emosi. Membantu klien
mekanisme koping. Gunakan sentuhan untuk percaya
Pasien mampu selama interaksi dan diri.
memahami tentang pertahankan kontak Meningkatkan
perubahan struktur mata. kepercayaan
tubuh. diri pasien.

5.Gangguan Setelah dilakukan Kaji kulit terhadap Efek kemerahan


integritas kulit tindakan efek samping terapi dapat terjadi
berhubungan keperawatan kanker, observasi pada terapi
dengan efek diharapkan adanya radiasi.
radiasi dan integritas kulit dapat kerusakan/perlambat Mempertahank
kemoterapi terjaga an penyembuhan an kebersihan
luka.

20
dengan kriteria Mandikan dengan air kulit tanpa
hasil: hangat dan sabun mengiritasi kulit.
Pasien ringan. Membantu
berpartisipasi dalam Dorong pasien untuk menghindari
mencegah menghindari trauma kulit.
komplikasi. menggaruk kulit. Ubah Meningkatkan
Tidak terjadi posisi tubuh dengan sirkulasi dan
kerusakan kulit. sering. mencegah
tekanan pada
kulit.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang
ditemukan pada klien.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

21
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada
tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker
terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk
menghadapi perubahan peran.
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
pemberian terapi

22
TINJAUAN TEORI

Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

Etiologi

1. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).

2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).

3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian


menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually
active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva).
Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak
pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung
tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin
dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel- sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan
kearah displasia.

4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2


5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.

23
Faktor Resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:

1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok

Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978

Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah
stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe
atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan
histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas
vagina dan
parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul

24
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan
asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah
infiltrat antara
tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektum
dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat
yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
keluar dari
pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

Tanda dan Gejala

1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia

Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau
puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan,
dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan
berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar,
ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio
atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan
histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.
Prognosis

25
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul
gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya
rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan
radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

Pemeriksaan Penunjang

 Sitologi, dengan cara tes pap


Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV
dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada
displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan /
sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan
pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu
sebesar 3-15%.

 Kolposkopi
 Servikografi
 Pemeriksaan visual langsung
 Gineskopi
 Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

26
Penatalaksaan Medis

Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut Histerektomi trasnsvaginal Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Ia Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis
I b dan II a II b , III dilakukan radiologi pasca pembedahan)
dan IV IV a dan IV
b Histerektomi transvaginal Radioterapi
Radiasi paliatif

Kemoterapi

KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN

Pengkaijan

1. Identitas klien.
2. Keluhan utama. Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi

27
gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga
untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera,
serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan

2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah Pemeriksaan Dignostik

1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)

28
Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia
dan pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
genokologis dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan
dengan terbatasnya informasi.

Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
 Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah
trombosit.
 Berikan cairan secara cepat.
 Pantau dan atur kecepatan infus.
 Kolaborasi dalam pemberian infus

29
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
 Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan
tertentu.
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai
dengan diet yang ditentukan.
 Pantau masukan makanan oleh klien.
 Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan
sesuai dengan diet.
 Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi


Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
 Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
 Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
 Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
 Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
 Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
 Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan
darah lengkap (Hb dan Trombosit)
 Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
 Observasi tanda-tanda perdarahan.

30
 Observasi tanda-tanda vital.
 Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)

5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia


dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
 Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
 Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
 Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
 Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
 Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi


genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
Intervensi:
 Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang
kondusif.
 Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
 Dorong harapan yang realistis.
 Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
 Berikan dorongan spiritual.

31
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis
kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker
terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk
menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
 Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam
keluarga dan komunitasnya.
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang
dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
 Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan
peran anggota yang sakit.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan


dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
pemberian terapi.
Intervensi:
 Baringkan pasien diatas tempat tidur.
 Kaji kepatenan kateter abdomen.
 Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
 Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi

32
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat
dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan
peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
pemberian terapi

33
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
Jakarta

Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis


Company. Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia. Sanusi,
Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC. http://
http://www.medicastore .com/med

34

Anda mungkin juga menyukai