Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH INDUSTRI BIOETANOL

(PROSES INDUSTRI KIMIA I)

DOSEN PEMBIMBING
Wusnah, ST.,MT

Disusun Oleh:
Kelompok 2 (A3)

Humaira Vebyca NIM. 180140082


Rauzatul Jannah Z NIM. 180140083
Jely Anjelika NIM. 180140084
Muhammad Safrijal NIM. 180140086
Nurul Fadillah NIM. 180140090
Nadia Prisca Putri NIM. 180140091
Lidia Manik NIM. 180140105
Fikri Fadli Ramadani NIM. 180140090

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2019
KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat tuhan yang maha kuasa dan dengan karunia dan
hidayahnya sehingga kami masih diberi nikmat kesehatan dan kesempatan,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah proses industri kimia I yang berjudul
industri Bioetanol. Makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang kami
ambil serta ilmu yang kami peroleh dari berbagai sumber.
Makalah Proses Industri Kimia I yang telah kami susun ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas dari dosen dan merupakan tanggung jawab kami sebagai
mahasiswa untuk menyelesaikan materi pembelajaran, dengan selesainya
penyusunan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen maupun
kepada teman-teman dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, maka dari itu kami mohon maaf jika adanya kekeliruan dalam
penyampaian materi ini. Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari
dosen maupun dari teman-teman sekalian, agar kami dapat menyusun makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.

Bukit Indah, 13 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ...............................................................................5

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................6

1.3 Tujuan .............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 8

2.1 Pengertian Bioetanol ......................................................................8

2.2 Bahan Baku Pembuatan Bioetanol .................................................8

2.3 Jenis Mikroba yang berperan Dalam pembuatan Bioetanol .........10

2.4 Manfaat Bioetanol ........................................................................14

2.5 Dampak Pembuatan Bioetanol .....................................................15

2.6 Proses Produksi Bioetanol ............................................................15

2.7 Skema Proses Industri Secara Umum ............................................17

BAB III TUGAS KHUSUS ...................................................................... 20

3.1 Kondensor ....................................................................................20

3.2 Prinsip Kerja Kondensor ...............................................................20

BAB IV PENUTUP .................................................................................. 24

4.1 Kesimpulan...................................................................................24

2.7 Saran .............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 25


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai negara
di dunia dalam tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Tidak hanya pada
negara - negara maju, tetapi juga di negara berkembang seperti Indonesia. Untuk
mengantisipasi krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada masa yang akan
datang. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan etanol sebagai sumber energi
terbarukan, contohnya untuk pembuatan bioetanol dan gasohol.
Bioetanol adalah cairan biokimia dari hasil proses fermentasi gula dari
karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol
merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati, misalnya tebu : nira sorgum,
ubi kayu, garut, ubi jalar, jagung, jerami, bonggol jagung dan kayu. Bahan baku
pembuatan bioetanol terdiri dari bahan - bahan yang mengandung karbohidrat,
glukosa dan selulosa.
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-
OH. bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada
kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH).
Secara umum akronim dari (Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH))
Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan
pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan
keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa
minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari bioetanol yang mendekati kemurnian untuk pertama kali
ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada
masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn
Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun
oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang
mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang
proses distilasi wine. Sedangkan bioetanol absolut didapatkan pada tahun 1796
oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa bioetanol adalah senyawa yang
terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore
de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian
(1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan
demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan
rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di
Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday
membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun
1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada
tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908
mobil Ford model T telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya.
Namun pada tahun 1920-an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih
murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan
perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol
kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus
dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Definisi dari Bioetanol
2. Bahan bahan apa saja yang digunakan untuk membuat fermentasi bioetanol
3. Jenis Mikroba apa yang digunakan dalam proses fermentasi bioetanol
4. Bagaimana mekanisme pembuatan fermentasi bioetanol
5. Bagaimana Manfaat bioetanol dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari bioetanol
2. Mengetahui bahan bahan apa saja yang digunakan untuk membuat fermentasi
bioetanol
3. Mengetahui jenis mikroba apa yang digunakan atau terkandung dalam proses
fermentasi bioetanol
4. Mengetahui Mekanisme proses pembuatan dan fermentasi bioetanol
5. Mengetahui manfaat dan fungsi bioetanol dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioetanol


Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi
bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui
proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) dengan beberapa metode
diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Metode hidrolisis secara
enzimatis lebih sering digunakan karena lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan katalis asam. Glukosa yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses
fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh
bioethanol sebagai sumber energi. Etanol atau biasa juga disebut etil alkohol,
alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol adalah sejenis cairan yang mudah
menguap, mudah terbakar,tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat
psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan
termometer modern. Etanol adalah salahsatu obat rekreasi yang paling tua. Etanol
termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan
rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari
gugus etil (C2H5).

2.2 Bahan Baku Pembuatan Bioetanol


Merujuk pada berbagai literatur dan jurnal maupun karya-karya ilmiah,
ethanol/bioethanol (alkohol) dapat diproduksi dengan menggunakan bahan-baku
tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, yaitu melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Beberapa jenis tanaman yang banyak
dijumpai sebagai bahan baku produksi etanol/bioetanol antara lain; ubi jalar, ubi
kayu, sorgum manis (cantel), jagung, molasse (tetes tebu - hasil samping produksi
gula), dan aren (nira aren).
Namun demikian, Bank Dunia merekomendasikan sorgum manis (sorghum
bicolor) sebagai bahan-baku produksi bioetanol dan tidak menyarankan
penggunaan bahan-baku yang saat ini merupakan konsumsi pangan dan pakan,
sehingga dikemudian hari produksi bioetanol tidak menimbulkan konflik
kepentingan yang mengganggu ketersediaan pangan dan pakan yang dapat
memicu terjadinya krisis pangan (dan pakan) dunia. Analogi sederhana-nya, kalo
harga bioetanol bergerak naik maka niscaya harga bahan bakunya akan bergerak
naik. Dan, jika bahan bakunya juga digunakan untuk bahan pangan dan pakan
maka harganya akan ikut terdongkrak naik.
Bila dikaji lebih jauh dengan memperhatikan kondisi berbagai daerah di
Indonesia, biaya produksi yang terkait dengan harga beli bahan-baku ditingkat
petani untuk jenis tanaman yang sama antara satu daerah dengan daerah lain
sangatlah mungkin terjadi perbedaan harga yang signifikan. Begitu pula
perbedaan upah kerja satu daerah dengan daerah lain (setingkat propinsi) serta
besaran pembiayaan pada sisi transportasi-distribusi. Artinya, dalam konteks ini,
harga pokok produksi (HPP) pembuatan bioetanol antara satu daerah dengan
daerah lain jelas tidak otomatis sama, meskipun menggunakan bahan baku dari
tanaman yang sama.

Sumber Hasil Panen Perolehan Alkohol


Karbohidrat Ton/ha/th Liter/ton Liter/ha/th
Singkong 25 (236) 180 (155) 4500 (3658)
Tetes 3,6 270 973
Sorgum Bici 6 333,4 2000
Ubi Jalar 62,5* 125 7812
Sagu 6,8$ 608 4133
Tebu 75 67 5025
Nipah 27 93 2500
Sorgum Manis 80** 75 6000
*) Panen 2 ½ kali/th; $ sagu kering; ** panen 2 kali/th. Sumber:
Villanueva (1981); kecuali sagu, dari Colmes dan Newcombe
(1980); sorgum manis, dari Raveendram; dan Deptan (2006) untuk
singkong; tetes dan sorgum biji (tulisan baru)

2.3 Jenis Mikroba yang Berperan Dalam Pembuatan Bioetanol


Bakteri pada pembuatan bioetanol terbentuk pada proses fermentasi
dengan menggunakan yeast. Yeast merupakan fungsi uniseluler yang melakukan
reproduksi secara pertunasan (budding) atau pembelahan (fission). Yeast tidak
berklorofil tidak berflagella, berukuran lebih besar dari bakteri, tidak dapat
membentuk miselium beruukuran bulat, bulat telur, batang, silinder seperti buah
jeruk, kadang-kadang dapat mengalami diforfisme, bersifat saprofit, namun ada
beberapa yang bersifat parasit yaitu saccharomyces cerevisiae merupakan yeast
yang termaksud dalam kelas Hemiascomycetes, ordo Endomycetales, family
saccharoycoideae dan genus saccharomyces.
Jenis mikroba yang dapat digunakan dalam pembuatan bioetanol adalah
sebagai berikut:
- Saccharomyces cerevisiae merupakan organism uniseluler yang bersifat
makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu menggunakan
gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme. Saccharomyces cerevisiae
mampu menggunakan sejumlah gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa,
galaktosa, mannose, maltose dan maltotriosa. Saccharomyces cerevisiae
merupakan mikroba yang paling banyak digunakan pada fermentasi alcohol
karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar alcohol yang tinggi, tahan
terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu
4-320C.
- Clostridium thermocellum adalah bakteri termofilik yang anaerobik memiliki
kemampuan mendegradasi selulosa kompleks ke bentuk etanol.
Selain Clostridium thermocellum, bakteri termofilik anaerob lain, Clostridium
stercorarium, baru-baru ini diketahui mempunyai pula sifat selulolitik pula.
Menutut Viljoen, et al. (1980) bahwa C thermocellum didapat setelah mengisolasi
dari kotoran kuda. Bakteri Clostridium thermocellum tersebar luas di alam,
habitatnya adalah bahan organik yang di dekomposisi. Clostridium
thermocellum dapat pula ditemukan di pengolahan limbah pertanian, saluran
pencernaan, lumpur, tanah, dan mata air panas . Clostridium thermocellum dapat
tumbuh di lingkungan anaerobiosis dan temperatur termofilik. Suhu optimum
untuk pertumbuhan adalah 60-64 °C dan pH optimum berkisar 6,1-7,5.
- Zymomonas mobilis dapat mengubah gula menjadi etanol melalui fermentasi
lebih cepat dari ragi dan tahan terhadap konsentrasi etanol yang tinggi. Jadi, akan
lebih menguntungkan jika enzim-enzim yang digunakan untuk reaksi hidrolisis
pati dan selulosa dapat dimasukkan ke dalam bakteri Zymomonas mobilis,
sehinggal gula yang dihasilkan dapat langsung difermentasi menjadi etanol.

2.3 Pembuatan Bioetanol


Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses,
yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Destilasi (Pemurnian).
a. Persiapan bahan baku
Persiapan bahan baku dilakukan untuk mendapatkan glukosa. Glukosa diperoleh
melalui 2 tahap yaitu delignifikasi dan hidrolisa. Pada tahap delignifikasi akan
menghasilkan selulosa. Selulosa akan diproses lebih lanjut dengan proses
hidrolisa sehingga akan dihasilkan glukosa. Untuk bahan molase (tetes) dapat
langsung ditambahkan yeast (ragi) tanpa perlu melalui proses delignifikasi dan
hidrolisis.
- Delignifikasi
Dalam proses pembuatan bioetanol lignin merupakan salah satu bagian yang
mengayu dari tanaman seperti janggel, kulit keras, biji, bagian serabut kasar, akar,
batang dan daun. Lignin mengandung substansi yang kompleks dan merupakan
suatu gabungan beberapa senyawa yaitu karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahap
delignifikasi ini akan dihasilkan selulosa. Selulosa merupakan polisakarida yang
didalamnya mengandung zat-zat gula. Proses pemisahan atau penghilangan lignin
dari serat-serat selulosa disebut delignifikasi atau pulping.
Proses pemisahan lignin dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Cara mekanis
b. Cara semikimia
- Hidrolisa
Prinsip dari hidrolisis pati ini pada dasarnya adalah pemutusan rantai
polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis,
kimiawi ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki
perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal
spesifitas pemutusan rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan
memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan
memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan tertentu. Sedangkan
untuk pembuatan etanol dengan bahan baku selulosa, hidrolisisnya meliputi
proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa, yaitu: selulosa
dan hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya.
Hidrolisis sempurna selulosa menghasilkan glukosa, sedangkan hemiselulosa
menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C5) dan heksosa (C6). Hidrolisis
dapat dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik. Meskipun demikian, produk
akhir etanol yang dimaksudkan merupakan konversi dari glukosa yang didapat
baik dari pati maupun selulosa. Di dalam metode hidrolisis asam, biomassa
lignoselulosa dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan tertentu selama
waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer selulosa dan
hemiselulosa. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara
lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam sulfat merupakan
asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam.
Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi: hidrolisis asam pekat dan
hidrolisis asam encer (Taherzadeh & Karimi, 2007). Hidrolisa merupakan proses
antara reaktan dengan menggunakan air supaya suatu persenyawaan pecah atau
terurai. Reaksi hidrolisa yaitu :
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6
Selulosa Air Glukosa
Zat - zat penghidrolisa ada beberapa rnacam, antara lain :
 Air
 Asam
 Basa
 Enzim

b. Fermentasi
Tahap selanjutnya pada produksi bioetanol adalah proses fermentasi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal. Pada proses fermentasi penguraian bahan - bahan karbohidrat
tidak menimbulkan bau busuk dan menghasilkan gas karbondioksida. Suatu
fermentasi yang busuk merupakan fermentasi yang mengalami kontaminasi.
Fermentasi pembentukan alkohol dari gula dilakukan oleh mikroba. Mikroba
yamg biasa digunakan adalah Saccharomyces cereviseae. Perubahan yang terjadi
biasanya dinyatakan dalarn persamaan berikut:
C6H12O6 + Saccharomyces cereviseae 2 C2H5OH + 2 CO2
Gula sederhana + ragi (yeast) alkohol + karbondioksida
Yeast tersebut dapat berbentuk bahan murni pada media agar - agar atau dalam
bentuk yeast yang diawetkan (dried yeast). Misalnya ragi roti dengan dasar
pertimbangan teknik dan ekonomis, maka biasanya sebelum digunakan untuk
meragikan gula menjadi alkohol, yeast terlebih dahulu dibuat starter.
Tujuan pembuatan starter adalah :
 Memperbanyak jumlah yeast, sehingga yang dihasilkan lebih banyak,
reaksi biokimianya akan berjalan dengan baik.
 Melatih ketahanan yeast lerhadap kondisi must.
Untuk tujuan tersebut yang perlu diperhatikan adalah zat asam yang terlarut.
Karena itu botol pembuatan starter cukup ditutup dengan kapas atau kertas saring,
dikocok untuk memberi aerasi. Aerasi ini penting karena pada pembuatan starter
tidak diinginkan terjadinya peragian alkohol.
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energi
c. Pemurnian / Destilasi
Untuk memisahkan alkohol dari hasil fermentasi dapat dilakukan
dengan destilasi. Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik
didih. Proses ini dilakukan untuk mengambil alkohol dari hasil
fermentasi.Destilasi dapat dilakukan pada suhu 80°C, karena titik alkohol 78°C.
sedangkan titik didih air 100oC.
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori
bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya. Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar
adalah air dan etanol).

2.4 Manfaat bioetanol


Etanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai
kelebihan dibandingkan BBM. Berdasarkan siklus karbon, etanol dianggap lebih
ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan oleh hasil buangan mesin akan
diserap oleh tanaman. Etanol dapat juga meningkatkan efisiensi pembakaran
karena mengandung 35% oksigen, selain itu juga etanol ramah lingkungan karena
emisi gas buangannya seperti kadar karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-
gas lain rendah (19-25%). bensin premium memiliki angka oktan 88. Beberapa
keunggulan lain yang dapat diperoleh dari bioethanol sebagai bahan
bakar adalah nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar
tepat pada waktunya sehingga tidak menyebabkan fenomena knocking,
pembakaran tidak menghasilkan partikel timbal dan benzena yang bersifat
karsinogen, serta mempunyai efisiensi yang tinggi dibandingkan bensin,
mengurangi emisi fine-particulates yang membahayakan kehidupan manusia.
Akan tetapi penggunaan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak
memunyai kelemahan yaitu mesin memerlukan modifikasi terlebih dahulu jika
ingin meenggunakan etanol murni pada kendaraan dan juga ada kemungkinan
etanol akan mengeluarkan emisi polutan beracun.
Selain dapat menggantikan fungsi dari bahan bakar minyak bioetanol juga
mempunyai banyak manfaat lainnya, yaitu :
 Sebagai bahan dasar minuman beralkohol
 Sebagai bahan kimia dasar senyawa organic, pelarut untuk parfum, cat
dan larutan obat, antidote beberapa racun
 Sebagai antiseptic, pengobatan untuk mengobati depresi dan obat bius
 Digunakan untuk pembuatan beberapa deodorant.

2.5 Dampak Pembuatan Bioetanol


Dampak positif-negatif dari pembuatan bioetanol terhadap lingkungan
produksi bioetanol dari tanaman dan penggunaannya pada mesin mobil akan
menciptakan siklus karbondioksida yang berarti akan mengurangi laju pemanasan
global dan pembakaran yang lebih sempurna ketika dicampur etanol 10% saja
akan memperbaiki kualitas udara di kota-kota padat lalu lintas bioetanol menjadi
pilihan yang paling murah.
Sisi negatifnya produksi bioetanol secara besar-besaran berpotensi
menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati melalui monokultur bahan baku
berikut praktek-praktek pertanian yang merusak kualitas lahan.

2.6 Proses Produksi Bioetanol


Produksi etanol/bioetanol (atau alkohol) dengan bahan baku tanaman yang
mengandung pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) larut air. Konversi bahan baku tanaman yang mengandung
pati atau karbohidrat dan tetes menjadi bioetanol ditunjukkan pada Tabel
Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapat
dibedakan berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu hidrolisa asam dan
hidrolisa enzim. Hidrolisa enzim lebih banyak dikembangkan dibandingkan
dengan hidrolisa asam (misalnya dengan asam sulfat), sehingga proses pembuatan
glukosa dari pati-patian sekarang ini dipergunakan dengan hidrolisa enzim. Dalam
proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air dilakukan dengan
penambahan air dan enzim; kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi
gula menjadi etanol dengan menambahkan yeast atau ragi. Reaksi yang terjadi
pada proses produksi etanol/bioetanol secara sederhana ditujukkan pada reaksi 1
dan 2.

Selain etanol/bioetanol dapat diproduksi dari bahan baku tanaman yang


mengandung pati atau karbohidrat, juga dapat diproduksi dari bahan tanaman
yang mengandung selulosa (mis: jerami padi).

Namun dengan adanya lignin mengakibatkan proses penggulaannya


menjadi lebih sulit. Meskipun teknik produksi etanol/bioetanol merupakan teknik
yang sudah lama diketahui, namun etanol/bioetanol untuk bahan bakar kendaraan
memerlukan etanol dengan karakteristik tertentu yang memerlukan teknologi yang
relatif baru di Indonesia.

2.7 Skema Proses Industri Secara umum

Berikut skema proses industri kimia secara umum dapat dilihat dibawah ini :
Distilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah penyulingan dilakukan
untuk memisahkan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses
distilasi, pada suhu 78 derajat celcius (setara dengan titik didih alkohol) ethanol
akan menguap lebih dulu ketimbang air yang bertitik didih 95 derajat celcius. Uap
ethanol didalam distillator akan dialirkan kebagian kondensor sehingga
terkondensasi menjadi cairan ethanol. Kegiatan penyulingan ethanol merupakan
bagian terpenting dari keseluruhan proses produksi bioethanol. Dalam
pelaksanaannya dibutuhkan tenaga operator yang sudah menguasai teknik
penyulingan ethanol. Selain operator, untuk mendapatkan hasil penyulingan
ethanol yang optimal dibutuhkan pemahaman tentang teknik fermentasi dan
peralatan distillator yang berkualitas.

Penyulingan ethanol dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :


1. Penyulingan menggunakan teknik dan distillator tradisional
(konvensional). Dengan cara ini kadar ethanol yang dihasilkan hanya
berkisar antara antara 20 s/d 30 %.
2. Penyulingan menggunakan teknik dan distillator model kolom reflux
(bertingkat). Dengan cara dan distillator ini kadar ethanol yang dihasilkan
mampu mencapai 90-95 % melalui 2 (dua) tahap penyulingan.

Dehidrasi

Hasil penyulingan berupa ethanol berkadar 95 % belum dapat larut dalam


bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan ethanol berkadar 99,6-99,8
% atau disebut ethanol kering. Dalam proses pemurnian ethanol 95 % akan
melalui proses dehidrasi (distilasi absorbent) menggunakan beberapa cara,antara
lain : 1. Cara Kimia dengan menggunakan batu gamping 2. Cara Fisika ditempuh
melalui proses penyerapan menggunakan Zeolit Sintetis 3 angstrom. Hasil
dehidrasi berupa ethanol berkadar 99,6-99,8 % sehingga dapat dikatagorikan
sebagai Full Grade Ethanol (FGE),barulah layak digunakan sebagai bahan bakar
motor sesuai standar Pertamina. Alat yang digunakan pada proses pemurnian ini
disebut Dehidrator.
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan digunakan
untuk mengubah uap menjadi zat cair (air). dapat juga diartikan sebagai alat
penukar kalor (panas) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida. Dalam
penggunaanya kondensor diletakkan diluar ruangan yang sedang didinginkan
supaya panas yang keluar saat pengoprasiannya dapat dibuang keluar sehingga
tidak mengganggu proses pendinginan.

Cara kerja kondensor- revsangmane.blogspot.com

3.2 Prinsip Kerja Kondensor

Prinsip kerja kondensor tergantung dari jenis kondensor tersebut, secara


umum terdapat dua jenis kondensor yaitu surface condenser dan direct contact
condenser. Berikut klasifiksi kedua jenis kondesor tersebut:
1. SurfaceCondenser

Cara kerja dari jenis alat ini ialah proses pengubahan dilakukan dengan
cara mengalirkan uap kedalam ruangan yang berisi susunan pipa dan uap tersebut
akan memenuhi permukaan luar pipa sedangkan air yang berfungsi sebagai
pendingin akan mengalir di dalam pipa (tube side), maka akan terjadi kontak
antara keduanya dimana uap yang memiliki temperatur panas akan bersinggungan
dengan air pendingin yang berfungsi untuk menyerap kalor dari uap tersebut,
sehingga temperatur steam (uap) akan turun dan terkondensasi. Surface condenser
terdiri dari dua jenis yang dibedakan oleh cara masuknya uap dan air pendingin,
berikut jenis-jenisnya:

a. Type Horizontal Condenser


Pada type kondesor ini, air pendingin masuk melalui bagian bawah,
kemudian masuk kedalam pipa (tube) dan akan keluar pada bagian atas,
sedangkap uap akan masuk pada bagian tengah kondensor dan akan keluar
sebgai kondensat pada bagian bawah.
b. Type Vertical condenser
Pada jenis kondensor ini, tempat masuknya air pendingin melalui bagian
bawah dan akan mengalir di dalam pipa selanjutnya akan keluar pada bagian atas
kondensor, sedangkan steam akan masuk pada bagian atas dan air kondesat akan
keluar pada bagian bawah.

c. Direct Contact Condenser

Cara kerja dari kondensor jenis ini yaitu proses kondensasi dilakukan
dengan cara mencampurkan air pendingin dan uap secara langsung. Jenis dari
kondensor ini disebut spray condenser, pada alat ini proses pencampuran
dilakukan dengan menyemprotkan air pendingin ke arah uap. Sehingga steam
akan menempel pada butiran-butiran air pendingin tersebut dan akan mengalami
kontak temperatur, selanjutnya uap akan terkondensasi dan tercampur dengan air
pendingin yang mendekati fase saturated (basah).

Perlu kita ketahui, bahwa setiap industri terkadang memiliki cara kerja
pertukaran panas yang berbeda-beda, misalnya saja pada industri migas, fraksi
yang panas akan mengalir melalui pipa sedangkan minyak mentah (dingin) akan
mengalir diluar pipa. Hal ini dikarenakan fraksi yang mengalir di dalam pipa
merupakan hasil yang telah diolah pada menara destilasi sehingga memiliki
temperatur yang panas, panas dari fraksi inilah yang dimanfaatkan untuk
memanaskan miyak mentah yang akan dimasukkan kedalam kolom destilasi.

Air Pendingin Kondensor


Air pendingin dalam kondensor sangat memiliki peranan penting dalam
proses kondensasi uap menjadi condensat water. Bahan baku air pendingin
biasanya didapatkan dari danau dan air laut (sea water, dalam proses
pengambilannya biasanya digunakan alat sejenis jaring yang berfungsi untuk
menjaring kotoran serta benda-benda padat lainnya agar tidak terikut kedalam
hisapan pompa yang tentunya dapat mengganggu kinerja kondensor bahkan
kerusakan pada peralatan.

Penyebab Penurunan Kinerja Kondensor


Kondensor sangat rentan terhadap gangguan-gangguan yang dapat
menghambat kinerjanya, berikut masalah-masalah yang sering terjadi pada
kondensor:

1. Non Condesable Gases (gas yang tidak dapat terkondensasi).

Gas ini dapat meneyebabkan kenaikan pressure terhadap kondensor dan


menyelimuti permukaan tube-tube yang dapat menghambat transfer panas antara
uap dengan cooling water, sehingga gas-gas ini harus dikeluarkan atau dibuang
dari dalam kondensor. Cara untuk mengeluarkan udara tersebut biasanya
dilakukan dengan bantuan venting pump dan primming pump yang merupakan
pompa vakum.

2. Terjadi Fouling Terhadap Kondensor.

Fouling atau endapan sangat mungkin terjadi pada kondensor, endapan


yang mengotori tube-tube kondensor ini berasal dari sumber pengambilan bahan
baku air pendingin. Seperti yang kita ketahui tempat pengambilan air pendingin
berasal dari laut dan kemungkinan besar air tersebut mengandung endapan-
endapam kotoran yang ikut masuk dan mengendap pada tube-tube kondensor, hal
ini dapat menyebebakan menurunnya laju perpindahan panas pada kondensor,
sehingga kualitas air pendingin sangat diperlukan agar mengurangi penyebab
fouling pada kondensor. Cara untuk mengeluarkan kotoran tersebut biasanya
dilakukan dengan cara:
 backwash kondensor, yaitu dengan membalikkan arah aliran air pendingin
dengan tujuan membuang kotoran yang masuk ke dalam waterbox inlet yang
menghalangi proses perpindahan panas pada kondensor, proses ini dilakukan
dengan cara membalikkan arah aliran inlet dan outlet.
 Ball Cleaning, proses pembersihan dengan cara ini dapat dilakukan dengan
bola sebgai alat untuk membersihkan tube kondensor. Cara kerjanya yaitu bola
akan dimasukkan pada inlet mengikuti aliran kondensor dan keluar pada
waterbox outlet.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari


sumber karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme. Produksi
bioetanol dari tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, Beberapa jenis
tanaman yang banyak dijumpai sebagai bahan baku produksi etanol/bioetanol
antara lain; ubi jalar, ubi kayu, sorgum manis (cantel), jagung, molasse (tetes tebu
- hasil samping produksi gula), dan aren (nira aren).

Jenis mikroba yang dapat digunakan dalam pembuatan bioetanol adalah


Saccharomyces cerevisiae, Clostridium thermocellum, dan Zymomonas mobilis.
Mikroba pada pembuatan bioetanol terbentuk pada proses fermentasi. Secara
umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu:
Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Destilasi (Pemurnian).

Etanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai


kelebihan dibandingkan BBM. Berdasarkan siklus karbon, etanol dianggap lebih
ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan oleh hasil buangan mesin akan
diserap oleh tanaman. Akan tetapi produksi bioetanol secara besar-besaran
berpotensi menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati melalui monokultur
bahan baku.

4.2 Saran

Bioetanol adalah pilihan yang tepat untuk mengantisipasi krisis bahan


bakar minyak bumi pada masa yang akan datang, bioetanol adalah cairan
biokimia dari hasil proses fermentasi gula dari karbohidrat dengan menggunakan
bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan bioetanol terdiri dari bahan -
bahan yang mengandung karbohidrat, glukosa dan selulosa, misalnya tebu: nira
sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, jagung, jerami, bonggol jagung dan kayu.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai