Psak 46
Psak 46
2/8
b. Di dalam proses penagihan pajak, selain SKP, terkadang kantor pajak juga menerbitkan Surat Tagihan
Pajak. Penerbitan STP tersebut bisa bersamaan dengan SKP atau secara terpisah.
c. Jika di dalam proses sengketa atas SKP dikenal dengan keberatan dan atau banding, atas penerbitan
STP, wajib pajak juga bisa menempuh prosedur yang berurutan berikut ini:
1) Permohonan penghapusan/pengurangan sanksi sesuai Pasal 36 UU KUP; dan atau
2) Gugatan ke Pengadilan Pajak sesuai Pasal 23 UU KUP.
d. Dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan penghapusan/pengurangan sanksi ke kantor pajak,
lalu gugatan ke pengadilan pajak, pembebanan sanksi menjadi tertunda sampai ada keputusan yang
bersifat tetap.
1. Kredit pajak hanya bisa diklaim pada tahun dilakukannya pemotongan/pemungutan. Hal ini diatur di dalam
Pasal 20 UU PPh.
2. Pasal 20 UU PPh di antaranya mengatur sbb.:
a. Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun
pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain , serta pembayaran
pajak oleh Wajib Pajak sendiri.
b. Pelunasan pajak tersebut dilakukan untuk setiap bulan atau masa lain yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
c. Pelunasan pajak tersebut merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap Pajak
Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final
3. Karena kredit pajak tersebut tidak bisa lagi dimanfaatkan di tahun pajak berikutnya, otomatis kriteria
pengakuan aset terkait dengan adanya “future economic benefit” untuk unused tax credit tersebut menjadi
tidak terpenuhi. Dengan demikian, kami tidak setuju atas pengakuan aset pajak tangguhan atas unused tax
credit tersebut. Alasan pertama bahwa perpajakan Indonesia tidak menganut prinsip tersebut, alasan kedua
adalah dikhawatirkan informasi laporan keuangan yang dihasilkan dapat menyesatkan, dan alasan terakhir
bahwa stakeholder Direktorat Jenderal Pajak akan pada apriori terhadap ED PSAK 46 (Revisi 2010).
1. Di dalam terminologi pajak, kedua istilah “perbedaan temporer kena pajak” ( taxable temporary difference)
dan “perbedaan temporer dapat dikurangkan” (deductible temporary difference) kurang lazim dikenal di
Indonesia, baik di dalam peraturan pajak maupun praktik perpajakan. Sebagai gantinya, para praktisi pajak
yang juga terlibat menekuni akuntansi sering menggunakan istilah koreksi positif dan koreksi negatif.
Koreksi fiskal tersebut terbagi menjadi beda tetap dan beda waktu.
2. Tabel berikut menggambarkan koreksi fiskal saat penyusunan Surat Pemberitahuan (SPT) dan dampak
pajak tangguhannya jika koreksi fiskal tersebut terkait dengan perbedaan temporer :
Kami setuju dengan ketentuan transisi dan tanggal efektif ED PSAK 46 (revisi 2010): Pajak Penghasilan
1. Di dalam ketentuan perpajakan Indonesia tidak ada (tidak dikenal) SPT konsolidasi. Ini mengacu pada Pasal
3 ayat (1) UU KUP 2007 yang di antaranya mengatur bahwa setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan, menandatangani serta menyampaikannya ke kantor pajak.
2. Perbandingan perbedaan temporer akan lebih praktis dan aplikatif dilakukan dalam laporan keuangan
konsolidasian jika perbedaan temporer tersebut mengacu pada laporan keuangan masing-masing entitas.
3. Jika dimungkinkan, standar yang mengatur tentang SPT konsolidasi bisa dihilangkan. Alasan pertama
4/8
bahwa perpajakan Indonesia tidak menganut prinsip tersebut, alasan kedua adalah dikhawatirkan informasi
laporan keuangan yang dihasilkan dapat menyesatkan, dan alasan terakhir bahwa stakeholder Direktorat
Jenderal Pajak akan pada apriori terhadap ED PSAK 46 (Revisi 2010).
1. Penggunaan kata “maka” yang tidak tepat dalam penerapan kalimat bersyarat dan beberapa kalimat
majemuk seperti contoh di bawah ini:
Contoh 1:
“Apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan dikenakan pajak, maka dasar pengenaan pajak aset
tersebut sama dengan jumlah tercatat aset”. Kalimat tersebut tidak bisa ditukar menjadi ”maka dasar
pengenaan pajak aset tersebut sama dengan jumlah tercatat aset, apabila manfaat ekonomi tersebut
tidak akan dikenakan pajak”.
“Apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan dikenakan pajak, dasar pengenaan pajak aset tersebut
sama dengan jumlah tercatat aset”. Kalimat tersebut bisa ditukar menjadi ”dasar pengenaan pajak aset
tersebut sama dengan jumlah tercatat aset, apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan dikenakan
pajak”.
Contoh 2:
Kalimat “Berdasarkan kedua analisis tersebut, maka tidak ada liabilitas pajak tangguhan” tidak bisa
ditukar menjadi “Maka tidak ada liabilitas pajak tangguhan berdasarkan kedua analisis tersebut”.
Kalimat “Berdasarkan kedua analisis tersebut, tidak ada liabilitas pajak tangguhan” bisa ditukar menjadi
“Tidak ada liabilitas pajak tangguhan berdasarkan kedua analisis tersebut”.
2. Tabel berikut berisi rangkuman beberapa penggunaan kata “maka” yang kurang tepat. Untuk itu, disarankan
tim konvergensi di IAI melihat kembali terjemahan dalam ED PSAK 46 dan terjemahan ED PSAK lainnya
maupun PSAK yang sudah disahkan. Komentar perbaikan kami sajikan pada tabel di bawah ini.
Halaman,
No Kalimat yang tertulis Kalimat seharusnya
Paragraf & baris
1. h.5 p.6 b.18 Apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan Apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan
dikenakan pajak, maka dasar pengenaan pajak dikenakan pajak, dasar pengenaan pajak aset
aset tersebut sama dengan jumlah tercatat tersebut sama dengan jumlah tercatat aset.
aset.
2. h.6 p.6 b.18 dan Berdasarkan kedua analisis tersebut, maka Berdasarkan kedua analisis tersebut, tidak ada
b.25 tidak ada liabilitas pajak tangguhan. liabilitas pajak tangguhan.
3. h.6 p.7 b.32 Dalam hal pendapatan diterima dimuka, maka Dalam hal pendapatan diterima dimuka, dasar
dasar pengenaan pajak yang ditimbulkan pengenaan pajak yang ditimbulkan liabilitas
liabilitas tersebut merupakan jumlah tercatat tersebut merupakan jumlah tercatat liabilitas
liabilitas
4. h.8 p.9 b.7 Apabila dasar pengenaan pajak aset atau Apabila dasar pengenaan pajak aset atau
liabilitas tidak begitu jelas, maka dasar liabilitas tidak begitu jelas, dasar pengenaan
pengenaan pajak tersebut dapat ditentukan pajak tersebut dapat ditentukan menurut prinsip
menurut prinsip dasar yang digunakan pada dasar yang digunakan pada Pernyataan ini
Pernyataan ini
5. h.8 p.10 b.26 Dalam hal entitas melaporkan menggunakan Dalam hal entitas melaporkan menggunakan
SPT konsolidasi, maka dasar pengenaan pajak SPT konsolidasi, dasar pengenaan pajak
merujuk pada SPT Konsolidasi merujuk pada SPT Konsolidasi
6. h.9 p.11 b.1 Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk
periode kini dan periode-periode sebelumnya periode kini dan periode-periode sebelumnya
melebihi jumlah pajak yang terutang untuk melebihi jumlah pajak yang terutang untuk
5/8
Halaman,
No Kalimat yang tertulis Kalimat seharusnya
Paragraf & baris
periode-periode tersebut, maka selisihnya periode-periode tersebut, selisihnya diakui
diakui sebagai aset sebagai aset
7. h.9 p.13 b.9 Apabila kerugian pajak digunakan untuk Apabila kerugian pajak digunakan untuk
memulihkan pajak kini dari periode memulihkan pajak kini dari periode
sebelumnya, maka entitas mengakui manfaat sebelumnya, entitas mengakui manfaat
tersebut sebagai aset … tersebut sebagai aset …
8. h.9 p.14 b.30 Namun, untuk perbedaan temporer kena pajak Namun, untuk perbedaan temporer kena pajak
terkait dengan investasi pada entitas anak, terkait dengan investasi pada entitas anak,
cabang dan entitas asosiasi, dan bagian cabang dan entitas asosiasi, dan bagian
partisipasi dalam ventura bersama, maka partisipasi dalam ventura bersama, maka
liabilitas pajak tangguhan harus diakui sesuai liabilitas pajak tangguhan harus diakui sesuai
dengan paragraf 40 dengan paragraf 40
9. h.10 p.15 b.30 Untuk memulihkan jumlah tercatat 100, maka Untuk memulihkan jumlah tercatat 100, entitas
entitas harus memperoleh laba kena pajak harus memperoleh laba kena pajak sebesar
sebesar 100 100
10. h.11 p.16 b.17 …apabila penyusutan menurut pajak lebih …apabila penyusutan menurut pajak lebih
lambat dibanding penyusutan menurut lambat dibanding penyusutan menurut
akuntansi, maka timbul perbedaan temporer akuntansi, timbul perbedaan temporer dapat
dapat dikurangkan dalam penghitungan laba dikurangkan dalam penghitungan laba kena
kena pajak… pajak…
11. h.12 p.18 b.24 …apabila jumlah tercatat aset disesuaikan ke …apabila jumlah tercatat aset disesuaikan ke
nilai wajarnya tetapi dasar pengenaan pajak nilai wajarnya tetapi dasar pengenaan pajak
aset tersebut tetap sebesar harga perolehan aset tersebut tetap sebesar harga perolehan
sebelumnya, maka timbul perbedaan temporer sebelumnya, timbul perbedaan temporer yang
yang mengakibatkan timbulnya liabilitas pajak mengakibatkan timbulnya liabilitas pajak
tangguhan tangguhan
12. h.15 p.21 b.27 Jika entitas selanjutnya mengakui kerugian Jika entitas selanjutnya mengakui kerugian
penurunan Rp20 atas goodwill tersebut, maka penurunan Rp 20 atas goodwill tersebut,
jumlah perbedaan temporer kena pajak jumlah perbedaan temporer kena pajak
berkaitan pada goodwill berkurang dari Rp100 berkaitan pada goodwill berkurang dari Rp 100
menjadi Rp80 menjadi Rp 80
13. h.15 p.22 b.6 Apabila jumlah tercatat goodwill pada akhir Apabila jumlah tercatat goodwill pada akhir
tahun akuisisi tetap sebesar Rp100, maka tahun akuisisi tetap sebesar Rp100, perbedaan
perbedaan temporer kena pajak adalah Rp20 temporer kena pajak adalah Rp20 ditimbulkan
ditimbulkan pada akhir tahun tersebut pada akhir tahun tersebut
14. h.15 p.22 b.9 Karena perbedaan temporer kena pajak tidak Karena perbedaan temporer kena pajak tidak
terkait pada pengakuan awal goodwill, maka terkait pada pengakuan awal goodwill, hasil
hasil liabilitas pajak tangguhan diakui. liabilitas pajak tangguhan diakui.
15. h.15 p.23 b.31 apabila transaksi tersebut mempengaruhi baik apabila transaksi tersebut mempengaruhi baik
laba akuntansi maupun laba kena pajak, maka laba akuntansi maupun laba kena pajak, entitas
entitas mengakui aset atau liabilitas pajak mengakui aset atau liabilitas pajak tangguhan
tangguhan dan mengakui beban atau dan mengakui beban atau penghasilan pajak
penghasilan pajak tangguhan dalam laporan tangguhan dalam laporan laba rugi …
laba rugi …
16. h.16 p.23 b.16 Selama entitas memulihkan jumlah tercatat Selama entitas memulihkan jumlah tercatat
aset, maka entitas akan menghasilkan aset, entitas akan menghasilkan penghasilan
penghasilan pajak sebesar 1.000 dan pajak sebesar 1.000 dan membayar pajak
membayar pajak sebesar 400 sebesar 400
Ket: h. = halaman; p. = paragraf; dan b. = baris
3. Penggunaan kata penghubung “…mana…” yang tidak tepat dalam anak kalimat karena dalam tata bahasa
Indonesia tidak dikenal dengan kata penghubung “di mana” atau “yang mana”. Beberapa contoh
penggunaan kata penghubung yang kurang tepat terlihat pada tabel berikut:
6/8
Halaman,
No Kalimat yang tertulis Kalimat seharusnya
Paragraf & baris
1. h.27 p.50 b.37 Apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk Apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk
tingkat laba kena pajak yang berbeda, maka tingkat laba kena pajak yang berbeda, aset dan
aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur liabilitas pajak tangguhan diukur dengan tarif
dengan tarif pajak rata-rata yang diharapkan pajak rata-rata yang diharapkan terhadap laba
terhadap laba kena pajak (rugi pajak) pada kena pajak (rugi pajak) pada periode ketika
periode dimana perbedaan temporer perbedaan temporer diharapkan terpulihkan
diharapkan terpulihkan
2. h.40 p.79 b.7 entitas kena pajak berbeda yang bermaksud entitas kena pajak berbeda yang bermaksud
untuk memulihkan aset dan liabilitas pajak kini untuk memulihkan aset dan liabilitas pajak kini
dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dengan dasar neto, atau merealisasikan aset
dan menyelesaikan liabilitas secara dan menyelesaikan liabilitas secara
bersamaan, pada setiap periode masa depan bersamaan, pada setiap periode masa depan
yang mana jumlah signifikan atas aset atau ketika jumlah signifikan atas aset atau liabilitas
liabilitas pajak tangguhan diharapkan pajak tangguhan diharapkan diselesaikan atau
diselesaikan atau dipulihkan dipulihkan
3. h.40 p.81 b.26 Pada keadaan tersebut, jadwal rinci mungkin Pada keadaan tersebut, jadwal rinci mungkin
diperlukan untuk meyakinkan apakah liabilitas diperlukan untuk meyakinkan apakah liabilitas
pajak tangguhan dari satu entitas kena pajak pajak tangguhan dari satu entitas kena pajak
akan menghasilkan peningkatan pembayaran akan menghasilkan peningkatan pembayaran
pajak pada periode yang sama dimana aset pajak pada periode yang sama ketika aset
pajak tangguhan dari entitas kena pajak pajak tangguhan dari entitas kena pajak lainnya
lainnya akan menghasilkan pengurangan akan menghasilkan pengurangan pembayaran
pembayaran pajak oleh entitas kena pajak pajak oleh entitas kena pajak kedua.
kedua.
4. h.43 p.87 b.38 jika suatu kombinasi bisnis di mana entitas jumlah perubahan aset pajak tangguhan yang
adalah pihak pengakuisisi yang menyebabkan terjadi dalam suatu kombinasi bisnis jika
perubahan pada jumlah diakui untuk aset pajak kombinasi bisnis yang entitas menjadi pihak
tangguhan praakuisisi (lihat paragraf 71), pengakuisisinya tersebut menyebabkan
jumlah perubahan tersebut perubahan pada jumlah diakui untuk aset pajak
tangguhan praakuisisi (lihat paragraf 71),
Penjelasan:
Yang perlu diungkapkan secara terpisah adalah
jumlah perubahan aset pajak tangguhan yang
terjadi dalam suatu bisnis kombinasi jika entitas
menjadi pengakuisisinya.
5. h.44 p.88 b.17 entitas telah mengalami kerugian pada periode entitas telah mengalami kerugian pada periode
kini atau periode sebelumnya dimana aset kini atau periode sebelumnya yang aset pajak
pajak tangguhan terkait. tangguhan terkait dengan periode tersebut
4. Penggunaan kata depan “di” pada “dimuka” seharusnya terpisah sehingga tertulis “di muka”. Ini karena kata
“di” pada kata tersebut bukan merupakan awalan, tapi kata depan. Lihat paragraf 07, 101, dan 102.
Komentar di atas adalah bertujuan untuk lebih menyempurnakan ED PSAK 46 (Revisi 2010), namun alangkah
baiknya bila hal ini dikonsultansikan dengan pihak yang lebih memahami masalah penggunaan bahasa
Indonesia.
Penutup
Disampaikan oleh,
Pengurus Pusat IKPI
8/8