Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
a. Menurut World Health Organization (WHO, 2009), Dengue
Hemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepty dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot atau sendi, disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia.
b. Demam Berdarah adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue yang termasuk dalam jenis Arbovirus. Penyakit
ini ditandai dengan demam mendadak (2-7 hari), lemah, lesu, tanda-
tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan, ruam. Hal yang
dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul
perdarahan dan tanda-tanda syok (Widoyono, 2008).
c. Demam dengue/ DF dan demam berdarah dengue/ DBD (dengue
haemorrhagic fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis dengan, nyeri otot dan/
atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh
(Sudoyo Aru, dkk 2009 dalam NIC-NOC 2015).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa DHF adalah penyakit yang


disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegepty dengan gejala
demam mendadak (2-7 hari), lemah, lesu, tanda-tanda perdarahan di
kulit berupa bintik perdarahan, ruam, nyeri otot dan/ atau nyeri sendi

4
B. Anatomi dan Fisiologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan
medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat
badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Selain itu, darah disebut sebagaii
suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Warna merah pada darah tidak tetap bergantung pada banyaknya
CO2 dan O2 didalamnya.
Viskositas darah lebih kental daripada air, dengan temperature 38̊̊ C,
dan PH 7,37-7,45. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu antara lain,
1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
2. Butir-butir darah (Blood corpuscles), yang terdiri dari komponen-
komponen berikut.
a. Eritrosit : sel darah merah (SDM-red blood cell)
b. Leukosit : sel darah putih (SDP-white blood cell)
c. Trombosit : butir pembeku darah- platelet.

Fungsi darah diantaranya adalah;


1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari
jaringan ke paru-paru
2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus
keseluruh tubuh.
3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya
terkandung leukosit, antibodi, dan subtansi protektif lainnya.
5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ satu ke organ lainnya.
6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7. Mengatur suhu tubuh.
8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotic.

5
9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh.

a. ERITROSIT (Sel Darah Merah)


Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf, tidak
mempunyai inti, dengan diameter sekitar 7,7 unit (0,007 mm), tidak
dapat bergerak. Sel ini tidak memiliki mitokondria, ribosom, dan
tidak melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan
protein. Banyaknya sekitar 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ juta). Warnanya
kuning kemerah-merahan, karena didalmnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya mengandung oksigen.
Fungsi dari eritrosit ini adalah mengikat oksigen dari paru-
paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat
kerbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-
paru. Komponen dari eritrosit adalah
1. Membran eritrosit.
2. System enzim: enzim G6PD (Glucose 6-
Phosphatedehydrogenase).
3. Hemoglobin, komponennya terdiri atas :
a. Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
b. Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa (α) dan
2 rantai beta (β)
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel
darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen, satu
gram hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen.
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berkombinasi/
berikatan dengan oksigen. Tugas akhir hemoglobin adalah
menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta membawanya ke
paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin. Normal Hb
pada wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.

6
Tempat pembuatan sel darah merah ada di dalam sumsum
tulang, limpa, dan hati. Masa hidup dari eritrosit adalah 120 hari,
setelah itu akan mati.

Gambar sel darah merah (eritrosit)

b. LEUKOSIT (Sel Darah Putih)


Struktur leukosit, bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia). Sel darah
putih mempunyai bermacam-macam inti sel, sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti selnya serta warnanya bening (tidak
berwarna). Banyaknya leukosit dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-
9000.
Fungsi dari sel darah putih adalah sebagai berikut,
1. Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan
bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam tubuh
jaringan RES (system retikulo endotel).
2. Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.

Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3


disebut leukositosis dan kurang dari 6000/ mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit meliputi,

7
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang
terdiri dari :
a) Limfosit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada
yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula
dan intinya besar, banyaknya 20%-25% dan fungsinya
membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam
jaringan tubuh.
b) Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar
dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya
34%. Ketika di bawah mikroskop terlihat bahwa
protoplasmanya lebar, warna biru sedikit abu-abu
mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya
bulat atau panjang, warnanya lembayung muda.
2. Granulosit
Granulosit disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
a) Neutrofil atau polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti
sel yang kadang-kadang seperti terpisah-pisah,
protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/granula,
banyaknya 60%-70%.
b) Eusinofil, ukuran dan bentuknya hamper sama dengan
neutrofil tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar,
banyaknya kira-kira 24%.
c) Basofil, sel ini kecil darieusinofil tetapi mempunyai inti
yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat
granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian di
sumsum merah, fungsinya tidak diketahui.

8
Gambar Macam Sel Darah Putih (Leukosit)

c. TROMBOSIT (Keping Darah)


Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam
sumsum tulang berbentuk cakram bulat, warnanya putih, normal
pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3. Trombosit memiliki
fungsi yang sangat penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya
kurang dari normal, maka ketika ada luka, darah tidak lekas
membeku sehingga timbul perdarahan yang terus menerus.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan
trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Ketika kita luka, maka darah akan keluar, trombosit pecah
dan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase. Trombokinase ini
bertemu dengan protombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi
thrombin. Thrombin akan bertemu pula dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah

9
pembekuan. Protombin dibuat di hepar dan untuk pembuatannya
diperlukan vit.K penting untuk pembekuan.

Gambar Faktor pembekuan darah

10
Gambar pembuluh darah dengan komponen darah

d. PLASMA DARAH
Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang
membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi
elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah
putih, dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan
organic dan anorganik dari suatu organ atau jaringan. Hampir 90%
dari plasma terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain
yang terlarut didalamnya.

Gambar plasma darah

11
C. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue oleh karena gigitan nyamuk
Aedes aegypti yang termasuk dalam arbovirus.

Gambar nyamuk Aedes aegypti

D. Patofisiologi
DBD/DHF terjadi pada sebagian kecil dari penderita DB. Meskipun
DBD dapat terjadi pada pasien yang baru terserang DB untuk pertama
kalinya, sebagian besas kasus DBD terjadi pada pasien dengan infeksi
sekunder. Hubungan antara kejadian DBD/DSS dengan infeksi DB
sekunder melibatkan sistem imun pada patogenesisnya. Baik imunitas
alamiah seperti sistem komplemen dan sel NK, maupun imunitas adaptif
termasuk humoral dan imunitas dimediasi sel terlibat dalam proses ini.
Kenaikan aktivasi imun, khususnya pada infeksi sekunder, menyebabkan
respon sitokin yang berlebihan sehingga merubah permeabilitas pembuluh
darah. Selain itu, produk dari virus seperti NS1 juga berperan dalam
mengatur aktivasi komplemen dan permeabilitas pembuluh darah.
Tanda penting dari DBD adalah meningkatnya permeabilitas vaskular
sehingga terjadi kebocoran plasma, volume intravaskular berkurang, dan
syok di kasus yang parah. Kebocoran plasma bersifat unik karena plasma
yang bocor selektif yaitu di pleura dan rongga abdomen serta periodenya
pendek (24-48 jam). Pemulihan cepat dari syok tanpa sequele dan tidak
adanya inflamasi pada pleura dan peritoneum mengindikasikan mekanisme

12
yang terjadi adalah perubahan fungsi integritas vaskular, bukan kerusakan
struktural dari endotel.
Berbagai sitokin yang memiliki efek meningkatkan permeabilitas
terlibat dalam patogenesis DBD. Akan tetapi, hubungan penting antara
sitokin dengan DBD masih belum diketahui. Studi menunjukkan bahwa
pola respon sitokin mungkin berhubungan dengan pola pengenalan sel T
spesifik dengue. Reaksi silang sel T secara fungsional tampak aktivitas
sitolitiknya berkurang tetapi mengekspresikan peningkatan produksi sitokin
seperti TNF-α, IFN-γ, dan kemokin.
Infeksi virus dengue mengakibatkan munculnya respon imun baik
humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, antihemaglutinin, anti
komplemen. Antibodi IgG dan IgM akan mulai terbentuk pada infeksi
primer dan akan meningkat (booster effect) pada infeksi sekunder. Antibodi
tersebut dapat ditemukan dalam darah pada demam hari ke-5, meningkat
pada minggu pertama-ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada
infeksi primer antibodi IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan
pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari ke-2. Hal ini
berhubungan dengan cara diagnosis melalui antibodi yang dimiliki oleh
host. Infeksi sekunder apabila terdapat dengue blot dengan hasil Ig G+ dan
Ig M- dan Ig G+ dan Ig M+.

E. Klasifikasi
DHF memiliki klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue, diantaranya
adalah;
a. Derajat 1
Demam disertai 2 atau lebih tanda sakit kepala, nyeri retro orbital,
myalgia, arthralgia ditambah uji banding positif. Demam disertai gejala
tidak khas dan satu-satunya manifestasi adalah ujji tes tourniquet
positif. Hasil laboratorium menjadi trombositopenia yang menandakan
adanya kebocoran plasma.

13
b. Derajat 2
Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan/atau perdarahan lain.
Hasil laboratorium menunjukkan trombositopenia.
c. Derajat 3
Terjadi tanda kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan
pasien menjadi gelisah. Hasil laboratorium juga menunjukkan
trombositopenia.
d. Derajat 4
Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
DBA derajat 3 dan 4 juga bisa disebut Dengue Syok Syndrome (DSS).

F. Manifestasi Klinis
Menurut Nursalam (2008̊̊), tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

14
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan
dan kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah
ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat
terjadi syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Trombositopenia (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV Meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau leukositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi (Uji H): respon antibodi sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa; Hb, PCV berulang kali (setiap jam
atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), faal
hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, kreatinin serum

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada demam dengue atau DHF diantaranya adalah;
a. Tirah baring.
b. Pemberian cairan. `
c. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak
d. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.

15
e. Pada hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau
inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin
atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
f. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan
orang tua, alamat.
b) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis,
purpura padaekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi),
kadang-kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.
2) Riwayat penyakit sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2-7
hari, terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa
mulut kering,epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang
disertai kejang danpenurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya pernah menderita DHF, malnutrisi
4) Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF, lokasi
tempat pembuangan sampah, tempat sanitasi air.
6) Riwayat tumbuh kembang
7) Status nutrisi
Adanya riwayat gizi buruk.
8) Pemeriksaan fisik

16
(a) Tanda-tanda vital
Suhu tubuh tinggi, nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba;
sesak nafas; tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai
80 mmHg atau kurang)
(b) Sistem kardiovaskuler
Pada derajat 1 dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2–7 hari,
mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah; derajat 3
dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik: Derajat 1 Uji torniquet positif, merupakan
satu-satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie,
purpura, ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit
dingin pada daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala,
menurunnya volume plasma, meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, trombositopenia dan diatesis
hemoragic. Derajat 4 shock, nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur.
(c) Sistem pernapasan
Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem
pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai
keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan
oksigen.
Pemeriksaan fisik: Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk
dan faringitis karena demam yang tinggi, terdapat suara
napastambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas
dangkaldan cepat disertai penurunan kesadaran.
(d) Sistem pencernaan
Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu makan,
haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati,konstipasi.
Pemeriksaan fisik: Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering,
hiperemiatenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati

17
dan nyeritekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan
epigastrium,hematemisis dan melena.
(e) Sistem perkemihan
Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada buang air kecil.
Pemeriksaan fisik: Produksi urin menurun (oliguria sampai
anuria),warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada
derajat 3 dan 4
(f) Sistem persarafan
Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel karena
demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat
kesadaran.
Pemeriksaan fisik: Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami
perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat
kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis,
reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.
(g) Sistem musculoskeletal
Pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,persendian dan
punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajahmemerah, pada
derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahanotot dan
tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik: Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi,
otot,punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak
merah dapatdisertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan4
pasien mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kebocoran
plasma darah.
3) Resiko/aktual gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kebocoran plasma

18
4) Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
5) Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
7) Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
8) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perfusi jaringan
yang tidak adekuat.
9) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan
nafsu makan yang menurun.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Hipertermia b.d Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering 1. Mencegah terjadinya
proses infeksi virus tindakan keperawatan mungkin. hipertermi yang tidak
dengue. 3x24 jam diharapkan terkontrol.
klien tampak baik 2. Monitor warna dan 2. Mengetahui
dengan kriteria hasil: suhu kulit. perubahan suhu dari
- Suhu tubuh dalam kulit klien.
rentang normal. 3. Monitor penurunan 3. Mengetahui sejauh
- Nadi dan RR tingkat kesadaran. mana kondisi klien
dalam rentang yang berhubungan
normal. dengan peningkatan
- Tidak ada suhu.
perubahan warna 4. Monitor intake dan 4. Mengetahui jumlah
kulit dan tidak output. cairan yang masuk
ada pusing. dan keluar dari tubuh
sesuai atau tidak.

19
5. Kolaborasi berikan 5. Mengurangi demam
antipiretik. yang dirasakan klien.

2. Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Monitor kemampuan 1. Mengetahui apakah


perfusi jaringan tindakan BAB. ada hipertensi
perifer b.d keperawatan, ortostatik.
kebocoran plasma diharapkan klien 2. Monitor adanya bagian 2. Melihat apakah ada
darah. terlihat baik dengan tertentu yang hanya parestesia.
kriteria hasil: peka terhadap panas/
- Tekanan sistol dan dingin/ tajam/ tumpul.
diastol dalam 3. Batasi gerakan kepala, 3. Menghindari resiko
rentang yang leher, dan punggung. pusing pada klien.
diharapkan. 4. Kolaborasi pemberian 4. Apabila klien
- Tidak ada analgetik. merasakan nyeri maka
ortostatik dapat berkurang.
hipertensi. 5. Mengetahui apakah
5. Monitor adanya ada perpindahan
tromboplebitis. cairan dari interstisial
ke ekstrastisial.

4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

20

Anda mungkin juga menyukai