Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PARTUS LAMA DAN PATOGRAF

OLEH :

Kelompok 6

EVELIN NOVIANTI TANDAWUYA


(1050040)
NIMADE NIA PRIANTI
(105017048)
OLIVIA KRISTINA LAGO
(105017053)

AKADEMI KEBIDANAN PALU

YAYASAN PENDIDIKAN CENDRAWASI

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayahnya kepada penulis. Dengan
izin-Nya kamidapat menyelesaikan makalah ini mengenai partus lama
dan patograf ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah
Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal, serta teman-
teman yang membantu dalam pembuatan makalah.
Kami mengharapkan kritik dan saran pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat, serta menambah wawasan pengetahuan bagi
para pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengetian Partus Lama

B. Etiologi

C. Gejala klinik pastus lama

D. Diagnosa klinik

E. Analisi grafik persalinan

F. Klasifikasi persalinan lama

G. Fase laten memanjang

H. Patograf

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya
tanpa risiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian
ibu hamil akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat
yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan,
kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya. Komplikasi yang
sering terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal, partus tak
maju/partus lama serta infeksi.
Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan
yang penting, bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan angka kematian ibu
yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses reproduksi merupakan
tragedi yang mencemaskan. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak
untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu
merupakan suatu bencana bagi keluarganya. Dampak sosial dan ekonomi
kejadian ini dapat dipastikan sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat
maupun angkatan kerja.
Kematian ibu menurut penyebab dibagi menjadi kematian langsung dan tidak
langsung. Penyebab kematian ibu langsung yaitu akibat komplikasi
kehamilan, persalinan, masa nifas dan penanganan tidak tepat dari komplikasi
tersebut. Penyebab kematian ibu tidak langsung yaitu akibat dari penyakit
yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS,
penyakit kardiovaskuler, terlambat mendapat dan mencapai pelayanan
kesehatan. Secara global 80% kematian ibu tergolong penyebab kematian ibu
langsung yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan,
sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%),
komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab lain (7%).
Partus tak maju sering terjadi akibat terlalu banyak anak, partus pada usia dini
atau lanjut, jarak persalinan terlalu rapat, kehamilan pertama yang dikaitkan
terjadinya CPD (Chepalo Pelvis Disproporsi), tinggi badan < 150 cm, ukuran
panggul yang kecil, riwayat persalinan jelek dan petugas kesehatan tidak
terlatih untuk mengenali persalinan macet yang menyebabkan tingginya
risiko kematian bayi. Penyebab utama lahir mati adalah gangguan persalinan
(25%), partus tak maju (19%), masalah kesehatan ibu menjelang persalinan
(13%) dan malpresentasi (12%). Partus tak maju akan menyebabkan infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi atonia uteri yang
dapat mengakibatkan pendarahan postpartum.
Menurut Depkes tahun 2004, ibu partus tak maju yang rawat inap di Rumah
Sakit di Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050
persalinan dan CFR ibu akibat partus tak maju 0,7%.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari Partus Lama ?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada Partus Lama ?
3. Bagaimana cara pengisian patograf pada partus lama?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari Partus Lama.
2. Mengetahui penatalaksanaan pada Partus Lama.
3. Mengetahui cara pengisian patograf pada partus lama
BAB II

PEMBAHASAN

A. Partus lama

Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus
terlantar. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila
persalinan berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi baik
terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan
anak.Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih dari 18 jam pada multi.

Partus kasep menurut Harjono merupakan fase terakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi,
infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK).
(Mochtar, 1998).

Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk
nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008) Sebagian besar partus lama menunjukan
pemanjangan kala I. Adapun yang menjadi penyebabnya yaitu, serviks gagal
membuka penuh dalam jangaka waktu yang layak. (Harry, 2010) Harus pula kita
bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran
paksi selama 2 jam terakhir.

Persalinan pada primi tua biasanya lebih lama. Pendapat umum ada yang
mengatakan bahwa persalinan banyak terjadi pada malam hari, ini disebabkan
keyataan bahwa biasanya persalinan berlangsung selama 12 jam atau lebih, jadi
permulaan dan berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama menurut
penelitian adalah 2,8-4,9%.

Kelainan-kelainan ini secara mekanistis dibagi menjadi tiga kategori yaitu


kelainan kekuatan (power), kelainan yang melibatkan janin (passenger),
kelainan jalan lahir (passage).
B. Etiologi

Menurut Saifudin AB, (2007: h 185) Pada prinsipnya persalinan lama dapat
disebabkan oleh :

1. His tidak efisien (in adekuat)

Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni


menilai secara manual sifat-sifat his dengan palpasi atau menggunakan bantuan
CTG. HIS yang tidak normal dalam dalam kekurangan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat dilatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan.His dikatakan kurang baik kuat jika:

a) Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his.


b) Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi.
c) Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara dua his.
Menurut WHO his dikatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-
kurangnya tiga kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing lamanya
lebih dari 40 detik.

2. Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)

Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi bokong,


dahi, wajah, atau letak lintang). Malposisi adalah posisi kepala janin relative
terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referansi. Janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus
macet

3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

Panggul sempit atau disporporsi sefalopelvik terjadi karena bayi terlalu besar
dan pelvic kecil sehingga menyebabkan partus macet.

4. Ketuban Pecah Dini


Pada ketuban pecah dini bisa menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama
dari keadaan normal, dan dapat menyebabkan infeksi.

Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya, bakteri
di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
(Wiknjosastro, 2007)

KPD pada usia kehamilan yang lebih dini biasanya disertai oleh periode laten
yang lebih panjang. Pada kehamilan aterm periode laten 24 jam pada 90% pasien.

C. Gejala Klinik Partus Lama

Adapun gejala klinik dari Partus Lama adalah :


1) Pada ibu :
a. Gelisah
b. Letih
c. Suhu badan meningkat
d. Berkeringat
e. Nadi cepat
f. Pernafasan cepat
g. Pemeriksaan lokal vulva-vagina :Edema vulva, Cairan ketuban berbau,
Cairan ketuban bercampur mekonium
h. Pemeriksaan dalam : Edema serviks, Bagian terendah sulit didorong ke
atas, Terdapat kaput pada bagian terendah, Keadaan janin dalam rahim,
Asfiksia sampai terjadi kematian
i. Akhir dari persalinan lama adalah : Ruftur uteri imminen, Kematian
karena perdarahan, dan infeksi.
2) Pada Janin :
a. Djj cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative.
b. Air ketuban terdapat mekoneum kental kehijau-hijauan, cairan berbau
c. Caput succedenium yang besar
d. Moulage kepala yang hebat
e. Kematian janin dalam kandungan
f. Kematian janin intrapartal
D. Diagnosa Klinik
Diagnosis kelainan partus lama :

a. Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari 3 cm) tidak didapatkan


kontraksi uterus
b. Belum inpartu, fase labsor
c. pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam inpartu
d. Fase laten memanjang
e. pembukaan serviks tidak melewati garis waspada partograf
f. Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan
kurang dari 40 detik.
Untuk mendiagnosa faktor pada jalan lahir, seperti karena adanya kelainan
panggul, dapat ditegakkan atas pemeriksaan radiologis seperti pelvimetri
radiologi, CT Scan, MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan melakukan
pemeriksaan radiologis, akan didapatkan kriteria diagnosis mengenai ukuran
panggul :
a. Kesempitan pintu atas panggul:
1. Panggul sempit relatif: jika konjugata vera > 8,5 – 10 cm
2. Panggul sempit absolut: jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah:
1. Kalau jumlah diameter interspinarum dan diametersagitalis
posterior pelvis mencapai < 13,5 cm dan diameter interspinarum <10 cm,
dinding panggul konvergen, dan sakrum lurus atau konveks.
C. Kesempitan pintu bawah panggul:
1. Bila arkus pubis <900, atau sudut lancip.
2. Sedangkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis faktor janin dapat
menggunakan ultrasonografi.
E. Analisi Grafik Persalinan
Friedeman menguraikan suatu analisis grafik persalinan yang menghubungkan
lamanya persalinan dengan kecepatan pembukaan cervix.

1. Kala I persalinan (sejak dimulainya persalinan hingga pembukaan


lengkap) di bagi menjadi 2 priode, yaitu fase laten dan fase aktif. Dengan
meneliti rangkaian kasus dalam jumlah besar, friedman mendapatkan
angka-angka untuk lamanya berbagai fase. Batas-batas normal sebelah atas
menunjukkan waktu terlama sejak proses persalinan dimulai dan berakhir
sacara normal. Akan tetapi, pada kasus-kasus dengan persalinan lambat
atau tanpa kemajuan ( seperti terlihat oleh rendahnya kecepatan dilatasi
cervix), penyelidikan harus dilakukan jauh sebelum waktu maksimum di
capai.
a) Fase laten

Fase ini dimulai bersama-sama dimulainnya persalinan dan


berlangsung sampai permulaaan dan cervix melunak serta menepis.
Lereng kurva hampir mendatar ,dilatasi cervix kira-kira hanya 0,35 cm per
jam. Pada akhir fase laten, servix membuka sekitar 3 jam,mengalami
pendataran dengan baik dan melunak.
vida, lama rata-rata fase laten adalah 8,6 jam, dengan batas normal
sebelah atas pada 20 jam.
Untuk multipara angka-angkanya adalah 5,3 dan 14 jam. Terdapat
variasi yang luas pada angka-angka ini, dan priode laten yang lama tidak
berarti bahwa fase aktifnya akan abnormal.
b) Fase aktif
Periode aktif berlangsung sejak akhir fase laten hingga pembukaan
lengkap. Kurva berubah dari lereng fase laten yang hampir horizontal
menjadi kemiringan yang hampir vertikal. Dengan dicapainya kala dua,
kurva tersebut mendatar kembali. Persalinan yang efektif dimulai sejak
fase aktif , yaitu priode dilatasi yang mantap dan cepat.
F. Klasifikasi Persalinan Lama
1. Fase laten yang memanjang

Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau


waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal (Hakimi,
2010).
Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :
 Cervix belum matang pada awal persalinan
 Posisi janin abnormal
 Disproporsi fetopelvik
 Persalinan disfungsional
 Pemberian sedatif yang berlebihan.
2. Fase Aktif Memanjang Pada Primigravida

Pada primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam


merupakan keadaan abnormal. Yang lebih penting daripada panjangnya
fase ini adalah kecepatan dilatasi cervix. Laju yang kurang dari 1.2 cm per
jam membuktikan adanya abnormalitas dan harus menimbulkan
kewaspadaan dokter yang akan menolong persalinan tersebut.

3. Penurunan Bagian Terendah

Begitu penurunan yang aktif dimulai pada akhir kala satu persalinan,
proses ini harus terus berlangsung sepanjang perjalanan kala dua.
Gangguan pada penurunan merupakan ancaman dan menunjukan adanya
suatu permasalahan yang serius. Diagnosis didasarkan kepada petunjuk
tidak adanya perubahan stasiun bagian terrendah janin selama waktu
setidaknya 2 jam.

Disproporsi cephalopelvik dan abnominal ketja uterus sering tampak


setelah terjadi kemacetan penurunan. Section caesarea, forceps tengah,
rotasi dengan forceps dan forceps yang gagal acapkali dijumpai menyertai
masalah ini. Pada tindakan melahirkan pervaginam yang sulit, trauma
maternal dan fetal sering terjadi.

4. Persalinan lama dalam kala dua


Tahap ini berawal saat pembukaan servik telah lengakap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara
dan 20 menit untuk multipara, tetapi angka itu juga sangat bervariasi. Pada
ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan perineum nya sudah melebar, 2
atau 3 kali setelah mengejan pembukaan lengkap mungkin cukup untuk
mengeluarkan janin. Sebaliknya pada seorang ibu dengan panggul sempit
atau janin besar, atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anestesi
regional atau sedasi yang berat, maka kala II akan sangat dapat
memanjang. Selain itu kala II dapat mengakibatkan banyak gerakan pokok
yang penting agar janin dapat melewati jalan lahir.
5. Komplikasi
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun
janin. Diantaranya:
1. Bagi ibu
Persalinan lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun
anak. Beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya proses
persalinan: resiko tersebut naik dengan cepat setelah 24 jam. Terdapat
kelainan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi,
kelelahan, dan syok. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi
semakin memperburuk bahaya bagi ibu.
a. Infeksi intrapartum

Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan


janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.
Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan desisdua serta
pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia, sepsis dan pneumonia pada
janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
b. Ruptur uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya


serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan
pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi
antara kepala janin dan dan panggul sedemikin besar sehingga kepala tidak
engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga segmen bawah uterus
menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.

c. Cincin retraksi patologis

Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus,
tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, cincin
ini sebagai sustu identasi abdomen dan menandakan ancaman akan
rupturnya segmen bawah uterus.

d. Pembentukan fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul


tetapi tidak maju untuk jangka waktu lama, maka bagian jalan lahir yang
terletak diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan. Karena
gangguan sirkulasi sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam
beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula.

e. Cedera otot dasar panggul

Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia


penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada
persalinan pervaginum terutama apabila persalinannya sulit.

2. Bahaya bagi janin


a. Kaput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput


suksedaneum yang besar di bagian bawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang
serius. Kaput dapat hampir mencapai dasar panggul sementara kepala
sendiri belum cakap, dokter yang kurang berpengalaman dapat
melakukan upaya secara prematur dan tidak bijak untuk melakukan
ekstraksi forcep biasanya kaput suksedaneum bahkan yang besar
sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.

b. Molase pada Kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang


tengkorak saling bertumpang tindih di sutura besar, suatu proses yang
di sebut molase (molding moulage). Biasanya batas median tulang
parietal yang berkontak dengan promontorium tumpang tindih dengan
tulang di sebelahnya.’ hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal.
Namun, tulang oksipital terdorong kebawah tulang parietal.

6. Penatalaksanaan Persalinan Lama


Adapun penatalaksanaan persalinan lama adalah :
1. Penatalaksanaan persalinan lama menurut (Depkes, 2007). :
 Seksio sesar pada panggul sempit, makrosomia, letak lintang,
atau disproparsi fetopelvik.
 Koreksi yang kemudian dilanjutkan dengan akselerasi kala 2
(ekstraksi vakum atau cunam) atau seksio sesar pada kasus
malpresentasi atau asinklitismus.
 Maneuver skrup atau penekanan bahu secara eksternal untuk
distosia bahu.
 Pacu kontraksi apabila inersia uteri bukan disebabkan oleh
disproparsi.
 Dehidrasi dan pemberian kalori untuk restorasi ibu yang
mengalami kelelahan.
2. Tindakan suportif
 Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus
membesarkan hatinya dan menghindari kata-kata yang dapat
menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
 Intake cairan setidaknya 2.500 ml perhari. Pada semua partus
lama, intake cairan sebanyak ini dipertahankan melalui
pemberian infus cairan glukosa. Dehidrasi dengan tanda adanya
aceton dalam urine, harus dicegah.
 Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan
tercerna dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam
lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi.
Karena itu, pada persalinan yang berlangsung lama dipasang
infus untuk pemberian kalori.
 Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai.
Kandung kemih dan rektum yang penuh bisa saja menimbulkan
perasaan tidak enak dan merintangi kemajuan persalinan tetapi
juga menyebabkan organ tersebut lebih mudah cedera
disbanding dalam keadaan kosong.
 Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan harus
diistirahatkan dengan pemberian sedative dan rasa nyerinya
diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat
ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah
yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan
membahayakan bayinya.
 Pemeriksaan rektal atau vaginal harus dikerjakan dengan
frekuaensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien
dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap tindakan harus
dilakukan dengan maksud yang jelas.
 Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukan adanya kemjuan
dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang
layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, terapi
sufortif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara
spontan (Hakimi, 2010).

G. Fase laten memanjang


Pertama-tama faktor-faktor mekanis harus disingkirkan. Terapi
selanjutnya tergantung pada kondisi cervix. Cervix matang : mendatar,
lunak dan pembukaan 2.5 hingga 3.0 cm:
1. Amniotomi, Oxcyticin
Cervix belum matang: terapinya sufortif. Pasien diberikan makanan
bergizi, ditenangakan pikirannya dan diberi obat-obatan untuk tidur.
Sesudah itu akan terjadi salah satu diantara kemungkinan ini : Persalinan
berhenti (menunjukan false labor) dan pasien dipulangkan, Pasien akan
mengalami persalinan yang efisien dan cervix berdilatasi, Tipe persalinan
yang semula terjadi kembali. Dalam keadaan ini stimulasi dengan oxytosin
sering mendorang terjadinya proses persalinan yang baik begitu cervix
menjadi matang, ketuban dapat dipecahkan (Hakimi, 2010).

H. Patograf
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah : Ditinjau dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa Partus lama merupakan persalinan yang
sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan,
kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan
bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai dibidang hodge III
atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidaknya putaran paksi dalam.
Penyebab dari persalinan lama dapat dibagi dalam tiga golongan besar
yaitu: Persalinan lama karena kekutan – kekuatan yang mendorong anak
tidak memadai, seperti: kelainan his, kekuatan mengejan kurang kuat,
adanya kelainan letak atau fisik janin, adanya kelinan pada jalan lahir.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas penilaian faktor-faktor penyebab
partus lama dan atas dasar pemeriksaan radiologis.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan partus lama bisa berupa infeksi intra
partum, ruptur uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan fistula,
cedera otot dasar panggul,kaput suksedaneum dan moulase kepala janin.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu Kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan
dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Llewellyn-jones, Derek. 2001. Dasar dasar Obsetri dan Ginekologi.


Jakarta : Hipokrates.
Oxorn, Harry. dkk. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta :
ANDI.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Cunningham, dkk. 2009. Obsetri Williams Edisi 23 Vol 1. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai