Anda di halaman 1dari 74

PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATANAAN-UMJ

Unggul dalam IPTEK


Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN PERILAKU CARING

PERAWAT DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK

Oleh:

SISWORINI

2010727169

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

JAKARTA, 2012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Riset Keperawatan, Juli 2012

SISWORINI

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT


DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
7 BAB + 54 HALAMAN + 9 TABEL + 7 LAMPIRAN

ABSTRAK
Caring adalah proses yang meliputi pengetahuan dan tindakan yang digambarkan dalam
sepuluh faktor karatif yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku caring dalam situasi
klinik.
Perilaku caring perawat diartikan sebagai sikap yang ramah, respon cepat terhadap
kebutuhan pasien serta mau mendengarkan keluhan pasien.
Perilaku caring perawat selain ditentukan oleh faktor individu juga didukung oleh
lingkungan kerja yang baik. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan lingkungan kerja
dengan perilaku caring. Jenis penelitian deskriftif korelasi dengan penekatan cross sectional
dan dilakukan di Rumah Sakit Marinir Cilandak dengan sampel 65 pasien dan 65 perawat.
Persentase perawat yang berperilaku caring tinggi adalah 55%. Hasil analisis menggunakan
uji Chi Square menyatakan pengaturan beban kerja berhubungan dengan perilaku caring (p
= 0,007), Rumah sakit perlu meninjau kembali kebutuhan tenaga dan beban kerja perawat,
menjadikan caring sebagai salah satu komponen penilaian kinerja perawat dan
meningkatkan role model kepala ruangan.

Kata Kunci : lingkungan kerja, perilaku caring perawat, persepsi pasien

Daftar Pustaka : 18 buku ( 1994 – 2010 )

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan metodologi riset dengan judul

“Hubungan Lingkungan Kerja Dengan Perilaku Caring Perawat di Rumah Sakit Marinir

Cilandak”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memenuhi

tugas akhir semester akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Program B Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Penyusunan penelitian ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Muhammad Hadi, SKM. M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta juga selaku pembimbing penelitian

yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan penelitian ini.

2. Komandan Rumkital Marinir Cilandak, Kolonel Laut (K) dr Arie Zakaria, SpOT,

FICS dan Staff, seluruh perawat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian di Rumkital Marinir Cilandak.

3. Bapak Ns. Rochman Azzam, M.Kep., Sp. KMB selaku Kepala Bidang Akademik

dan Wali Akademik Program B RSAL Mintohardjo, Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta.

ii
4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Program B RSAL Dr. Mintohardjo

yang saling memberikan masukan dalam penyelesaian penelitian ini.

5. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan semangat dan semua pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Lingkungan

Kerja dengan Perilaku Caring Perawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak”, ini masih

banyak kekurangan. Dan untuk itu penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun agar dapat lebih baik lagi dalam penyelesaian penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap agar tugas ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan, dan bagi mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Program B RSAL Dr. Mintohardjo.

Jakarta, Juli 2012

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN ..................................... 8
1. Pengertian Manajemen Keperawatan ............................................ 8
2. Fungsi Manajemen Keperawatan ............................................... 9

B. KONSEP PERILAKU ................................................................... 10


1. Pengertian Perilaku ............................................................... 10
2. Perubahan Perilaku ……………………….. .......................... 11

C. KONSEP CARING …………………………………………………. 13


1. Pengertian Caring …………………………………………….. 13
2. Elemen Caring ………………………………………………. 13
3. Faktor Yang Mempengaruhi Caring ............................................ 17

D. LINGKUNGAN KERJA ………………………………………... 18


1. Pengertian Lingkungan Kerja ………………………………… 18
2. Komponen Lingkungan Kerja ……………………………….. 18

BAB III KERANGKA KONSEP HIPOTESIS PENELITIAN DAN


DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 20

iv
B. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 21
C. Definisi Operasional ........................................................................ 22

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................................ 26
B. Populasi dan Sampel ……............................................................. 26
C. Tempat Penelitian ……… .......................................................... 28
D. Waktu Penelitian ................................................................................. 28
E. Etika Penelitian ……........................................................................ 29
F. Instrumen Penelitian …… .............................................................. 29
G. Analisa Data Penelitian ................................................................... 55

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Analisis Univariat ................................................................................ 33
B. Analisis Bivariat .................................................................................. 37

BAB VI PEMBAHASAN
A. INTERPRETASI DAN DISKUSI HASIL ..................................... 41
B. KETERBATASAN PENELITIAN ………………………………. 49
C. IMPLIKASI PENELITIAN ……………………………………. . 49
1. Implikasi Penelitian Untuk Pelayanan Keperawatan ………. . 49
2. Implikasi Penelitian Untuk Perkembangan Ilmu Pengetahuan .. 51

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................... 52
B. Saran ……............................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel A Definisi Operasional ……………………………………………… 22

Tabel B Analisis Uji Statistik Variabel Penelitian Hubungan Antara

Lingkungan Kerja Dengan Perilaku Caring Perawat Rumah Sakit

Marinir Cilandak …………………………………………………. 32

Tabel 1.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Perawat (jenis Kelamin,

umur, Status Pernikahan) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Marinir

Cilandak Bulan Juni 2012 …………………………………………. 33

Tabel 1.2 Analisis Karakteristik Perawat (Lama kerja) Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Marinir Cilandak Bulan Juni 2012 ……………………. 34

Tabel 2.1 Distribusi Responden Menurut Persepsi Perawat Terhadap

Lingkungan Kerja Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Marinir

Cilandak Bulan Juni 2012 ………………………………………….. 34

Tabel 2.2 Distribusi Responden Menurut Perawat Terhadap Subvariabel

Lingkungan Kerja Di Rumah Sakit Marinir Cilandak Bulan Juni 2012 35

Tabel 3.1 Distribusi Responden Menurut Persepsi Pasien Terhadap Perilaku

Caring di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Bulan

Juni 2012 ………………………………………………………….. 35

Tabel 3.2 Distribusi Responden Terhadap Subvariabel Perilaku Caring Perawat

DiRuang Rawat Inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Bulan Juni 2012 36

Tabel 4.1 Hubungan Lingkungan Kerja dengan perilaku Caring Perawat

DiRuang Rawat Inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Bulan Juni 2012 37

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Kuesioner A, Biodata Responden (Pasien)

Lampiran 3 : Kuesioner B, Perilaku Caring Perawat

Lampiran 4 : Kuesioner C, Lingkngan Kerja Perawat

Lampiran 5 : Kuesioner D, Biodata Responden (Perawat)

Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Dan Penelitian

Lampiran 7 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan untuk dapat

membuktikan sebagai profesi yang diperhitungkan. Pengakuan baik dari masyarakat terhadap

profesi keperawatan dibuktikan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

Kegiatan melakukan kajian terhadap kepuasan pasien merupakan hal yang penting dalam

rangka meningkatkan kualitas pelayanan karena merupakan salah satu indikator mutu

pelayanan keperawatan.

Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan lebih didasarkan pada perilaku caring

perawat seperti sikap yang ramah, respon cepat terhadap kebutuhan pasien, mendahulukan

kepentingan pasien serta mau mendengarkan keluhan pasien. Menurut Azwar (1996)

menegaskan bahwa bagi pasien mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi

ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara

petugas dengan pasien, serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien dan atau

kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.

Perilaku caring perawat oleh pasien diartikan sebagai sikap yang ramah, respon cepat

terhadap kebutuhan pasien serta mau mendengarkan keluhan pasien. Beberapa ahli

keperawatan mengartikan caring sebagai proses interaksi atau hubungan antar manusia atau

ciri atau karakter dari manusia serta kewajiban moral dari perawat.

1
2

Watson (2007) mendefinisikan caring sebagai proses yang meliputi pengetahuan dan

tindakan yang digambarkan dalam sepuluh faktor karatif yang dapat digunakan untuk

mengukur perilaku caring dalam situasi klinik. Sepuluh faktor karatif tersebut terdiri dari: a)

membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik, b) menanamkan sikap

penuh penghargaan, c) menanamkan sikap sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain, d)

mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu, e) meningkatkan dan

menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, f) menggunakan metoda sistematis dalam

pemecahan masalah dengan menumbuhkan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien

dan keluarga, g) meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, h) menciptakan

lingkungan fisik, mental, sosiokultural dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif, i)

membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia, serta j) menghargai adanya kekuatan

eksistensial-phenomenologikal-spiritual.

Perilaku Caring merefleksikan esensi atau hakekat dari keperawatan sebagaimana dinyatakan

pada Lokakarya Keperawatan tahun 1983 bahwa Keperawatan merupakan suatu bentuk

pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

didasarakan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual

yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit

maupun sehat pada kehidupan manusia. Perilaku caring mempunyai korelasi yang tinggi

dengan kepuasan pasien. Menutut Agustin (2002) bahwa salah satu komponen dari caring

yaitu kesiapan membantu pasien mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan pasien.

Jika dihubungkan pelayanan keperawatan yang bermutu dengan pelaksanaan perilaku caring,

maka perilaku caring tersebut membutuhkan kepribadian perawat yang unggul dan dukungan
3

dari organisasi atau lingkungan kerja yang kondusif juga role model dan kepemimpinan yang

konsisten dimana perawat melaksanakan proses caring tersebut.

Penampilan kinerja perawat memegang peranan penting salah satunya dukungan organisasi

seperti lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang bermasalah dapat berupa, stres kerja, beban

kerja tinggi, jam kerja tinggi, injuri dan kesehatan psikologis. Lingkungan kerja yang baik

dapat memberikan keuntungan adalah meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan,

menurunkan angka kematian, menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan, dan

meningkatkan angka kepuasan terhadap pelayanan keperawatan.

Beban kerja menjadi hal yang penting dalam penerapan perilaku caring karena beban kerja

yang tinggi dapat menyebabkan kurang atau buruknya komunikasi antara pasien dengan

perawat (Carayon & Gurses, 2007).

Faktor kepemimpinan juga memegang peranan penting dalam pelaksanaan perilaku caring

karena pemimpin mempunyai kendali dalam melaksanakan roda pelayanan keperawatan

dalam sebuah organisasi. Selain itu seorang manajer keperawatan memiliki tugas dalam

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (planning),

pengorganisaan (organizing), ketenagaan (Staffing), pengarahan (directing) dan pengawasan

(controlling).

Fungsi-fungsi manajemen dalam pelayanan keperawatan tersebut juga telah dilaksanakan

dirumah Sakit Marinir Cilandak. Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) merupakan rumah

sakit tingkat II yang memiliki kapasitas tempat tidur 186 tempat tidur dengan jumlah perawat

dan bidan sebanyak 212 orang. Pada tahun 2012 rata-rata bed occupation rate (BOR) 65 %
4

per bulan dan leng of stay (LOS) 5 hari, bed turn over rate (BTO) 3 dan turn over interval

(TOI) 3 hari.

Kinerja perawat dalam pelaksanaan caring kepada pasien diketahui dari evaluasi kepuasan

pasien. Aspek yang dinilai dari evaluasi kepuasan pasien terhadap perawat adalah

keramaham, ketelitian, kecepatan pelayanan serta komunikasi dan informasi. Data yang

didapat dari Bidang Keperawatan Rumah Sakit Marinir Cilandak pada tahun 2011

menyatakan bahwa angka kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan sebesar 70% dan

masih terdapat keluhan pasien mengenai perilaku caring perawat seperti perawat yang kurang

ramah, kurang cepat dalam memberikan pelayanan keperawatan seperti pada saat pasien

membutuhkan pertolongan perawat tidak cepat datang, perawat tidak stand by didekat pasien

sehingga pasien kurang terlayani.

Ketidak puasan tersebut terjadi dibeberapa ruangan rawat inap salah satunya di ruang

Flamboyan dilihat berdasarkan angket kepuasan pasien diruang rawat inap tahun 2011.

Indikator lain dari lingkungan kerja adalah sistem penghargaan yang diberikan kepada

perawat. Sistem penghargaan yang dibentuk rumah sakit sangat penting karena memiliki

beberapa tujuan , diantaranya meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan disiplin kerja,

meningkatkan loyalitas dan menurunkan turn over pegawai, memberikan ketenangan,

kesehatan dan kesejahteraan pegawai.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas diketahui bahwa perilaku caring sebagai inti dari praktik

keperawatan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan


5

keperawatan. Keuntungan dari pelaksanaan perilaku caring perawat terhadap pasien

diantaranya dapat menjaga martabat dan integritas pasien, meningkatkan status pemulihan

pasien, menurunkan gejala yang dirasakan pasien, dan meningkatkan kepuasan pasien serta

terciptanya kualitas pelayanan keperawatan yang tinggi.

Beberapa permasalahan muncul dalam lingkungan kerja seperti beban kerja yang dirasakan

tinggi seperti billing pasien pulang masih dikerjakan oleh perawat sehingga merasakan fisik

dan emosional, serta hambatan komunikasi baik dengan teman sejawat maupun profesi lain,

disebabkan perbedaan status antara militer dan sipil.

Mengingat begitu besarnya peranan perilaku caring terhadap peningkatan kualitas pelayanan

keperawatan dirumah sakit maka peneliti ingin mengetahui tentang hubungan lingkungan

kerja dengan perilaku caring perawat di Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

lingkungan kerja dengan perilaku caring perawat di Rumah Sakit Marinir

Cilandak Jakarta.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Gambaran karakteristik pasien diruang rawat inap Rumah Sakit Marinir

Cilandak Jakarta.
6

b. Gambaran karakteristik perawat diruang rawat inap Rumah Sakit Marinir

Cilandak Jakarta

c. Gambaran pelaksanaan perilaku caring perawat di Rumah Sakit Marinir

Cilandak Jakarta.

d. Lingkungan kerja perawat yang mencakup pengaturan, beban kerja,

kepemimpinan, kontrol terhadap praktik dan pengembangan profesional.

e. Hubungan pengaturan beban kerja perawat dengan perilaku caring perawat di

ruang rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta.

f. Hubungan kontrol perawat terhadap praktik dengan perilaku caring perawat

di ruang rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta.

g. Hubungan pengembangan profesional dengan perilaku caring di ruang rawat

inap Rumah Sakit Marinir Cilandak.

h. Hubungan dukungan organisasi dengan perilaku caring perawat di ruang

rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk manajemen Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta.

a. Sebagai bahan masukan bagi manajemen rumah sakit untuk mengetahui

gambaran lingkungan kerja perawat serta sejauh mana menciptakan

lingkungan kerja yang berkualitas bagi perawat.

b. Dengan mengetahui faktor dominan dari lingkungan kerja, manajemen dapat

memprioritaskan dan mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki

lingkungan kerja perawat.


7

2. Untuk pelayanan keperawatan.

Untuk memberikan gambaran tentang sejauh mana perawat sudah melaksanakan

perilaku caring yang menjadi salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan

dengan diketahuinya kepuasan pasien terhadap pelaksanaan perilaku caring

perawat.

3. Perkembangan ilmu Keperawatan

Sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian dan memperkaya

khasanah ilmu keperawatan tentang pelaksanaan perilaku caring dan faktor-faktor

yang berhubungan.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini menggambarkan teori-teori yang berhubungan dengan

variabel penelitian yang meliputi manajemen keperawatan, perilaku, caring dan lingkungan

kerja.

A. Konsep Manajemen Keperawatan

1. Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan

melalui upaya staf keperawatan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada

berupa dana, peralatan dan sumber daya manusia sehingga efektifitas dan efisiensi

proses keperawatan dapat tercapai (Gillies, 1999). Sedangkan manajemen

keperawatan menurut Huber (1996) adalah suatu koordinasi dan integrasi dari

sumber-sumber keperawatan melalui penerapan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebagai upaya untuk mencapai

tujuan pelayanan keperawatan. Berdasarkan beberapa pengertian manajemen

diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan manajemen keperawatan adalah proses

pelaksanaan kerja yang memanfaatkan pegawai, sumber daya dan sumber daya

manusia untuk mencapai tujuan organisasi melalui kegiaatan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sehingga proses keperawatan yang

diberikan dapat efektif dan efisien.

8
9

2. Fungsi Manajemen Keperawatan

Menurut Huber (1996) fungsi manajemen terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Perencanaan merupakan fungsi

manajemen yang pertama mendefinisikan tujuan organisasi, menetapkan strategi

dan mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan dalm upaya

mencapai tujuan bersama (Robin, 1996). Untuk itu diperlukan pemahaman

tentang visi, misi dan nilai-nilai yang dimiliki, filosofi dan tujuan organisasi serta

strategi yang ingin akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk

kesempurnaan hasil yang akan diperoleh, maka pada proses perencanaan ini

semua unsur yang terlibat dalam organisasi dilibatkan agar lebih aspiratif dan

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat ini.

Fungsi kedua manajemen keperawatan adalah pengorganisasian. Fungsi

pengorganisasian berhubungan erat dengan bentuk organisasi, metode penugasan,

penempatan dan pengaturan struktur organisasi, metode penugasan, uraian tugas,

jabatan, pengaturan ketenagaan, perumusan sistem evaluasi kinerja dan

memberdayakan tim kerja dan kelompok untuk mencapai tujuan (Gillies, 1999,

Swanburg, 1999)

Fungsi ketiga dari manajemen keperawatan adalah pengarahan. Pengarahan

berfokus pada upaya manajer keperawatan mengatur, mengarahkan dan

memaksimalkan sumber daya untuk mencapai tujuan (Robin, 1996). Pengarahan

meliputi penggunaan sistem kekuasaan, pengambilan keputusan, komunikasi

manajemen, memotivasi bawahan, supervisi pegawai, memilih saluran

komunikasi yang paling efektif dan dapat memecahkan masalah (Huber, 1996).
10

Menurut Monica (1998) fungsi pengarahan ini mempunyai area yang paling besar

karena terkait dengan sumber daya manusia yang sangat berkontribusi dalam

mencapai tujuan organisasi.

Fungsi pengendalian merupakan fungsi keempat manajemen. Pengendalian

meliputi kegiatan-kegiatan untuk memantau dan memastikan bahwa kegiatan yang

direncanakan telah dicapai dengan baik. Pengendalian ini dilakukan dengan

membandingkan hasil kerja yang dicapai dengan standar penampilan dan target

yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan serta melakukan tindakan koreksi

bila diperlukan terhadap setiap penyimpangan yang terjadi sehingga diharapkan

pelayanan keperawatan dapat meningkat dari waktu ke waktu (Robin, 1996;

Huber, 1996).

B. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Skinner dalam Notoatmojo, (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Lebih lanjut

Skinner membedakan dua respon dalam perilaku yaitu respondent respon

(reflexive) serta operan respon (instrumental respon). Respondent respon atau

reflekxive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus)

tertentu sedangkan operant respon atau instrumental respon yaitu respon yang

muncul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku sebagai respon terhadap

stimulus dan melihat perilaku dalam bentuk yang sudah terlihat atau belum.

Perilaku dibedakan menjadi perilaku tertutup (covert behaviour) yaitu respon


11

seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup yang terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut dan belum diamati secara jelas oleh orang

lain. Sedangkan perilaku terbuka (overt behaviour) atau respon terbuka yaitu

respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata yang dengan

mudah dapt diamati atau dilihat oleh orang lain

2. Perubahan Perilaku.

a. Teori Stimulus Organisme

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi seperti

kredibilitas kepemimpinan dan gaya berbicara sangat menetukan keberhasilan

perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat (Notoatmodjo,

2007). Perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus yang diberikan benar-

benar melebihi stimulus semula.

b. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Festinger (dalam Notoadmodjo, 2007). Keadaan cognitive dissonance

merupakan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri

yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali, apabila terjadi

keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketegangan diri

dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).


12

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu

bergantung kepada perubahan. Hal in berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat

dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960,

dalam Notoadmojo, 2007) perilaku dilatar belakangi oleh kebutuhan individu

yang bersangkutan.

d. Teori Kurt Lewin.

Kurt Lewin (1970, dalam Notoadmojo, 2007) berpendapat bahwa perilaku

manusia adalah keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong

(driving forces) dan kekuatan penahan (restining forces). Perilaku dapat

berubah bila kertidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri

seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada

diri seseorang yaitu : kekuatan-kekuatan meningkat, kekuatan-kekuatan

pendorong menurun dan kekuatan pendorong meningkat kekuatan pendorong

menurun.

Kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa sebuah perilaku terjadi karena

adanya stimulus yang datang dari luar. Stimulus itu akan berinteraksi dengan

kebutuhan dan kepentingan dari individu sehingga menciptakan adanya

keseimbangan, individu akan menampilkan sebuah perilaku sebagai jalan

untuk kembali menciptakan keseimbangan hidup.


13

C. Konsep Caring

1. Pengertian Caring

Watson (2007) mendefinikan caring sebagai ideal moral dari keperawatan yang

memperhatikan aspek kemanusiaan. Manusia akan menunjukkan eksistensinya

bila dimensi spiritualnya meningkat. Hal ini ditunjukan dengan penerimaan diri,

tingkat kesadaran diri yang tinggi dan kekuatan diri dalam diri.

Pakar keperawatan melengkapi pengertian caring sebagai ciri atau karakter dari

manusia (Hoover, 2002 dalam Liu, 2004) dan caring sebagai kemurahan hati

serta caring sebagai nilai-nilai yang sangat tinggi.

Leininger 2002 dalam Suliman, 2009, mengatakan bahwa manusia tidak dapat

dipisahkan dari lingkungannya sehingga caring dikatakan sebagai fenomena

yang universal dan akan dipersepsikan berbeda oleh manusia tergantung latar

belakang kebudayaannya sehngga menciptakan perilaku budaya yang dipelajari

dalam tindakan, proses dan pola yang berbeda. Knott menekankan saat proses

caring terjadi, perawat harus lebih peka terhadap perbedaan budaya seperti

kontak mata, gaya berbicara, sentuhan serta ritual dalam keagamaan.

2. Elemen Caring

Sepuluh faktor karatif dari caring menurut Watson (2007) dapat diaktualisasikan

dalam setiap kegiatan ketika pasien berada bersama pasien dan membutuhkan

aktualisasi perawat secara personal, sosial, moral dan spiritual. Sepuluh karatif

tersebut adalah : 1) membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik, 2)

menanamkan kepercayan dan harapan, 3) menumbuhkan kepekaan terhadap diri


14

dan orang lain, 4) mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu, 5)

meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaan positf dan negatif, 6)

menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematik, 7) meningkatkan

proses pembelajaran dan pengajaran interpersonal, 8) menyediakan lingkungan

fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif, 9)

membantu kebutuhan dasar serta 10) menghargai kekuatan eksistensial,

fenomenologi dan spiritual.

Faktor pertama, membentuk sistem nilai humanistik dan altruistik. Nilai-nilai

seperti kebaikkan, empati, perhatian, cinta terhadap diri sendiri dan orang lain,

merupakan nilai-nilai yang mendasari caring. Nilai-nilai tersebut diatas yang

diterapkan dalam pelayanan keperawatan dapat meningkatkan pelayanan

keperawatan karena pada saat nilai-nilai ini diaolikasikan kepada pasien maka

perawat telah menghormati dan menghargai martabat pasien (Watson, 2007)

Faktor kedua, menanamkan kepercayaan dan harapan. Watson menyatakan pasien

yang memiliki harapan dan kepercayaan dapat menerima informasi yang

diberikan oleh perawat tentang kondisi kesehatannya sehingga diharapkan dapat

merubah perilaku pasien untuk meningkatkan kesehatannya.

Faktor ketiga, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain.

Menumbuhkan kepekaan terhadap diri sendiri merupakan langkah awal dari

seorang perawat dari proses caring untuk menumbuhkan kepekaan terhadap


15

pasien. Perawat yang terbiasa peka terhadap perasaan dan kebutuhan sendiri maka

akan lebih mudah untuk merasakan kebutuhan dan perasaan pasien.

Faktor keempat, mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu.

Hubungan interpersonal antara pasien dan perawat merupakan aktualisasi dari

hubungan manusia dalam proses caring (Watson, 2007) dan dimanifestasikan

dalam hubungan saling percaya dan membantu. Untuk menciptakannya dengan

membangun sebuah hubungan baik (rapport) antara perawat dan pasien. Bila

sebuah hubungan baik telah dimiliki maka secara alamiah kepercayan dan saling

membantu akan terjadi.

Faktor kelima, meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaan positif dan

negatif. Memiliki arti bahwa perawat mendukung pasien untuk mengekspresikan

perasaannya, perasaan memiliki kekuatan yang dapat berpengaruh terhadap

pikiran dan perilaku seseorang. Proses merasakan terjadi setelah adanya proses

berfikir, pengalaman dan perilaku. Pasien yang sadar dengan perasaan yang

dirasakannya dapat mengeliminasi perasaan yang tidak rasional serta memberikan

kesempatan kepada pasien untuk mengontrol pikiran dan perasaanya.

Faktor keenam, menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematis.

Kegiatan perawat dalam menggunakan metode sistematis adalah dengan

menggunakan proses pemecahan masalah dalam praktek pelayanan keperawatan

yang digunakan untuk pengambilan keputusan.


16

Faktor ketujuh, meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran interpersonal.

Salah satu peran perawat sebagai educator atau pendidik dan memiliki peran

dalam proses pembelajaran dan pengajaran yang digambarkan sebagai proses

informasi. Dalam proses tersebut terjadi kegiatan dan hubungan timbal balik

antara pasien dan perawat. Oleh karena itu pembelajaran tidak saja dipandang

sebagai proses menerima informasi tetapi lebih kepada sebuah hubungan caring

dimana perawat berperan sebagai mentor (coach) bagi pasien (Watson, 2007).

Faktor kedelapan, menyediakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang

suportif, protektif dan korektif. Tersebut diatas merupakan salah satu langkah

dalam rangka memberikan pelayanan yang berkualitas dan komprehensif seperti

memberikan privacy, keamanan, kebersihan dan memberikan lingkungan estetik

(Watson, 2007).

Faktor kesembilan, membantu kebutuhan dasar. Membantu memenuhi kebutuhan

dasar manusia merupakan inti dari kegiatan perawat. Kebutuhan pasien tersebut

berupa kebutuhan makan, minum, eliminasi, aktifitas dan inaktifitas dan

seksualitas serta kebutuhan akan pencapaian afiliasi dan aktualisasi.

Faktor kesepuluh, menghargai kekuatan eksistensial, fenomenologi dan spiritual.

Faktor ini menjelaskan bahwa perawat harus menghargai pasien sebagai personal,

membantu pasien dalam menentukan koping yang baik dalam menghadapi

berbagai situasi yang berhubungan dengan kondisi penyakitnya dan menemukan

makna kehidupan pribadinya.


17

Tindakan dalam caring meliputi proses keperawatan, sentuhan, kehadiran dan

kompetensi, sedangkan aspek attitude terdiri dari perhatian, kejujuran, pendengar

yang baik, memahami, menghormati dan peka terhadap kebutuhan pasien.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Caring

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring adalah usia, jenis kelamin,

status perkawinan, masa kerja, tingkat pendidikan dan faktor organisasi.

a. Usia. Robbin (1998) menyatakakan bahwa kinerja akan merosot seiring

dengan menjngkatnya usia. Produktivitas juga akan menurun seiring usia

terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan, koordinasi menurun dengan

berjalannya waktu, kurangnya rangsangan intelektual dapat mengakibatkan

pada kurangnya produktivitas.

b. Masa kerja. Terdapat hubungan positf antara senioritas atau lama kerja dengan

produktivitas pekerjaan dan kepuasan kerja. Semakin lama seseorang bekerja

maka akan semakin memiliki ketrampilan dan pengalaman dalam

melaksanakan pekerjaannya.

c. Tingkat pendidikan. Latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kinerja

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik

kinerjanya.

d. Faktor organisasi. Variabel organisasi seperti kepemimpinan kepala ruangan,

struktur organisasi, imbalan yang diterima dan desain pekerjaan memiliki

hubungan yang bermakna terhadap perilaku caring perawat pelaksana.


18

D. Lingkungan Kerja

1. Pengertian Lingkungan Kerja.

Lingkungan kerja adalah karakteristik organisasi yang memfasilitasi terciptanya

situasi kerja yang mendorong adanya praktik profesional dengan melakukan

pemberdayaan perawat melalui pemberian otonomi, akontabilitas dan control

terhadap lingkungan kerja ketika memberikan asuhan serta adanya kolaborasi

antara perawat dan dokter (Aiken dan Patrician, 2000).

2. Komponen lingkungan kerja.

Komponen lingkungan kerja meliputi pengaturan beban kerja, kepemimpinan,

kontrol terhadap praktik, pengembangan professional dan dukungan organisasi.

Beban kerja perawat adalah total waktu yang dibutuhkan oleh perawat untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang terdiri dari asuhan keperawatan

langsung, serta kegiatan lain seperti memberikan pendidikan kesehatan dan

kegiatan administrasi (Needham dalam Morris, 2007). Saat ini keperawatan sering

dihadapkan pada masalah beban kerja. Perawat diruangan mengeluhkan beban

kerja yang tinggi, kondisi ini tidak baik untuk lingkungan kerja perawat karena hal

ini dapat menimbulkan dampak merugikan, dapat juga menyebabkan kurang atau

buruknya komunikasi antara pasien dengan perawat, buruknya kualitas pelayanan

keperawatan yang diberikan serta berpengaruh terhadap keselamatan pasien.

Kepemimpinan. Adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau

seni mempengaruhi perilaku manusia baik perseorangan maupun kelompok.

Pemimpin dalam keperawatan memiliki tanggung jawab moral dalam


19

memfasilitasi dan menciptakan budaya organisasi yang mendukung pelaksanaan

caring serta menciptakan lingkungan kerja yang berkualitas. .

Kontrol diri terhadap praktik. Baumann (2001) menjelaskan bahwa kontrol

terhadap praktik merupakan kebebasan dalam bertindak sesuai dengan

kewenangan yang dimiliki. Kontrol diri merupakan hal yang penting bagi perawat

karena dapat meningkatkan kepuasan pasien, dengan cara pengembangan diri

melalui peningkatan kompetensi dan evaluasi kinerja.

Pengembangan profesional. Pengembangan professional perawat mempunyai arti

bahwa perawat didukung oleh organisasi untuk mengembangkan falsafah

pembelajaran dan menciptakan lingkungan untuk proses pembelajaran.

Dukungan organisasi. Mempunyai arti bahwa organisasi memiliki misi, nilai dan

kebijakan yang mendukung dan menghargai perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan yang aman.


20

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka teori dalam penelitian ini tentang caring yang diambil dari Theory of Human

Caring dari Watson (2007) di mana perilaku caring perawat digambarkan dalam komponen-

komponen yang harus dilakukan oleh perawat.

Perilaku caring oleh Watson digambarkan dalam sepuluh faktor karatif yaitu : 1) membentuk

sistem nilai humanistik dan altruistik, 2) menanamkan kepercayaan dan harapan, 3)

menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, 4) mengembangkan hubungan saling

percaya dan membantu, 5) meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi perasaan positif dan

negatif, 6) menggunakan proses pemecahan masalah yang sistematik, 7) meningkatkan proses

pembelajaran dan pengajaran interpersonal, 8) menyediakan lingkungan fisik, mental, sosial

dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif, 9) membantu kebutuhan dasar serta 10)

menghargai kekuatan eksistensial, fenomenologi dan spiritual (Watson, 2007)

Teori tentang lingkungan kerja meliputi, pengaturan beban kerja, kepemimpinan, kontrol

terhadap praktik, pengembangan profesional dan dukungan organisasi.

20
21

Skema Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Lingkungan Kerja

1. Pengaturan Beban Kerja


2. Kepemimpinan
3. Kontrol terhadap Praktek Perilaku Caring
4. Pengembangan Profesional
5. Dukungan Organisasi

Data Demografi

Karakteristik perawat :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Status Pernikahan
4. Lama Bekerja

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka hipotesis penelitian adalah :

1. Hipotesis Mayor :

Ada hubungan antara lingkungan kerja dengan pelaksanaan perilaku caring di

Rumah Sakit Marinir Cilandak.

2. Hipotesis Minor :

a. Ada hubungan antara pengaturan beban kerja dengan perilaku caring di

Rumah Sakit Marinir Cilandak.


22

b. Ada hubungan antara kepemimpinan dengan perilaku caring di Rumah Sakit

Marinir Cilandak.

c. Ada hubungan antara kontrol terhadap praktik dengan perilaku caring di

Rumah Sakit Marinir Cilandak.

d. Ada hubungan antara pengembangan profesional dengan perilaku caring di

Rumah Sakit Marinir Cilandak.

e. Ada hubungan antara dukungan organisasi dengan perilaku caring di Rumah

Sakit Marinir Cilandak.

C. Definisi Operasional

Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang variabel yang akan diteliti

Tabel A

Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala


Penelitian Operasional
Variabel
Dependen
1 Perilaku Perilaku perawat Kuesioner B 0 = perilaku Nominal
Caring terhadap aktivitas terdiri dari 25 caring tidak
perawat caring item baik,
pertanyaan. memiliki
nilai score <
Setiap item mean
diukur dengan
Skala Likert : 1 = perilaku
caring baik,
4= sangat setuju memiliki
3= setuju nilai score ≥
2= tidak setuju mean
1=sangat tidak
setuju
23

NO Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala


Penelitian Operasional
Variabel
Independen
2 Lingkungan Penilaian perawat Kuesioner C 0=lingkungan Nominal
kerja terhadap kondisi terdiri dari 30 kerja tidak
lingkungan kerja item baik, memiliki
dirumah sakit pertanyaan. nilai score <
mean
Setiap item
diukur dengan 1=lingkungan
Skala Likert: kerja baik,
4= sangat setuju memiliki nilai
3= setuju score ≥ mean
2=tidak setuju
1=sangat tidak
setuju

3 Pengaturan Penilaian perawat Kuesioner C 0=Pengaturan Nominal


beban kerja terhadap kondisi terdiri dari 7 beban kerja
pengaturan beban item tidak baik,
kerja yang pertanyaan. memiliki nilai
mereka hadapi score < mean
dalam Setiap item
memebrikan diukur dengan 1=Pengaturan
asuhan Skala Likert: beban kerja
keperawatan 4= sangat setuju baik, memiliki
3= setuju nilai score ≥
2=tidak setuju mean
1=sangat tidak
setuju

4 Kepemimpinan Penilaian perawat Kuesioner C 0=Kepemimpi Nominal


terhadap terdiri dari 8 nan tidak
kemampuan item baik, memiliki
pimpinan dalam pertanyaan. nilai score <
menciptakan mean
lingkungan kerja Setiap item
yang baik diukur dengan 1=Kepemimpi
Skala Likert: nan baik,
4= sangat setuju memiliki nilai
3= setuju score ≥ mean
2=tidak setuju
1=sangat tidak
setuju
24

NO Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala


Penelitian Operasional
Variabel
Independen
5 Kontrol Penilaian perawat Kuesioner C 0 = Kontrol Nominal
terhadap terhadap terdiri dari 6 thd praktek
praktek kewenangan item tidak baik,
dalam pertanyaan. memiliki
memutuskan nilai score <
tindakan yang Setiap item mean
akan dilakukan diukur dengan
terhadap pasien Skala Likert: 1 = Kontrol
4= sangat setuju thd praktek
3= setuju baik,
2=tidak setuju memiliki
1=sangat tidak nilai score ≥
setuju mean

6 Pengembangan Penilaian perawat Kuesioner C 0=Pengemba Nominal


profesional terhadap terdiri dari 4 ngan profesi
kesempatan yang item tidak baik,
dibrikan oleh pertanyaan. memiliki
rumah sakit nilai score <
dalam Setiap item mean
mengembangkan diukur dengan
kemampuan Skala Likert: 1=Pengemba
perawat 4= sangat setuju ngan profesi
3= setuju baik,
2=tidak setuju memiliki
1=sangat tidak nilai score ≥
setuju mean

7 Dukungan Penilaian perawat Kuesioner C 0=Dukungan Nominal


organisasi terhadap terdiri dari 5 organisasi
dukungan dari pertanyaan. tidak baik,
rumah sakit memiliki
dalam Setiap item nilai score <
melaksanakan diukur dengan mean
asuhan Skala Likert :
keperawatan 1=Dukungan
4= sangat setuju organisasi
3= setuju baik,
2=tidak setuju memiliki
1=sangat tidak nilai score ≥
setuju mean
25

O Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala


Penelitian Operasional
Variabel
Karakteristik
Perawat
8 Usia Usia perawat Kuesioner D 0 = Usia < 40 Ordinal
dihitung sejak tahun
tanggal kelahiran memiliki
sampai ulang nilai score <
tahun terakhir. mean

1= Usia ≥ 40
tahun
memiliki
nilai score ≥
mean

9 Jenis kelamin Jenis kelamin Kuesioner D 0 = pria, Nominal


terdiri dari pria memiliki
dan wanita nilai score <
mean

1 = wanita,
memiliki
nilai score ≥
mean

10 Status Status Kuesioner D 0 = menikah, Nominal


perkawinan perkawinan memiliki
perawat yang nilai score <
diakui oleh mean
hukum Negara
dan agama di 1 = Tidak
Indonesia menikah,
memiliki
nilai score ≥
mean

11 Masa kerja Lamanya seorang Kuesioner D 0= ≤ 1 tahun, Interval


perawat bekerja memiliki
di Rumah Sakit nilai score <
Marinir Cilandak mean

1= > 1 tahun,
memiliki
nilai score ≥
mean
26

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara variabel

satu dengan variabel yang lain. Dalam penelitian cross sectional, variabel sebab atau

resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau

dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan (Notoatmojo, 2007).

Dalam penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara

variabel independen yaitu lingkungan kerja dengan variabel dependen yaitu perilaku

caring perawat yang dipersepsikan oleh pasien.

B. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dan

sampel dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit Marinir Cilandak

1) Populasi

Dalam penelitian ini yang disebut populasi adalah seluruh perawat Rumah Sakit

Marinir Cilandak yang bertugas diruang rawat inap sebanyak 212 perawat.

26
27

2) Sampel

Tehnik pengambilan sampel untuk populasi pada perawat menggunakan tehnik

simple random sampling, dimana tiap subyek dalam populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel

(Sastroasmoro, 2010)

Jumlah sampel sebanyak 65 perawat. Sampel untuk perawat disesuaikan dengan

ruangan perawat tersebut berdinas saat dilaksanakan penelitian. Kriteria dalam

penelitian ini adalah : 1) bertugas diruang rawat inap, 2) masa kerja minimal 1

tahun, 3) bersedia menjadi responden, 4) pendidikan D III keperawatan dan 5)

Perawat yang sedang sakit, cuti dan tugas belajar.

Perhitungan sampel dilakukan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian

sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan mewakili seluruh populasi (Arikanto,

2006). Penghitungan sampel menggunakan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro

dan Ismael, 2010)

n = Z² x PQ

nk = n

1+(─)

Keterangan :

n = besar sampel

d = tingkat kesalahan pengukuran (d = 10%)


28

Z = C I = score berdasarkan derajat kepercayaan (CI = 90% = 1,64)

Q = 1–P

P = proporsi (45%)

n = (1,96)² x (0,45) x (1 - 0,45)

(0,1)²

= 95 perawat

nk = 95
1 + 95
212

= 95
1 + (0,45)
= 65 perawat

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 65 perawat.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta pada ruang rawat

inap, dengan alasan pertama, belum ada penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya

di RSMC dan kedua adalah memberikan masukan kepada RSMC mengenai faktor

dominan terkait perilaku caring perawat di RSMC sehingga hasil penelitian ini dapat

ditindak lanjuti untuk peningkatan pelayanan keperawatan.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012


29

E. Etika Penelitian

Setelah mendapat izin dari Kepala Rumah Sakit Marinir Cilandak, peneliti

malaksanakan penelitian. Sebelum penelitian dilaksanakan responden diberi

informasi tentang rencana dan tujuan penelitian sehingga responden dapat mengambil

keputusan bersedia atau tidak bersedia menjadi responden. Peneliti menjelaskan

bahwa penelitian ini tidak berisiko apapun terhadap perawat dan peneliti

mengedepankan hak-hak responden seperti yang dikemukakan oleh Kozier et (997)

dan Hamid (2007) bahwa responden penelitian memiliki hak sebagai berikut :

responden berhak untuk tidak dirugikan secara fisik, emosi, hukum, keuangan atau

sosial, responden berhak untuk mengungkapkan data dengan lengkap, responden

bebas dari ikatan, paksaan dan pengaruh untuk menjadi responden penelitian dan.

Privacy yaitu hak untuk ”sendiri” memungkinkan responden dapat berpartisipasi

menjadi responden tanpa khawatir tentang yang akan terjadi pada dirinya karena

anonimitas responden terjagai kerahasiaannya seperti pada lembar kuesioner tidak

terdapat nama subjek penelitian. Confidentially berhubungan dengan informasi dan

subjek yang diberikannya tidak akan diketahui oleh orang lain tanpa persetujuannya.

Dalam proses pengolahan datanya nama subjek tidak dicantumkan tetapi dalam

bentuk koding

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner baik untuk variabel dependen

maupun variabel independen. Data perilaku caring perawat menggunakan kuesioner

B, data karakteristik perawat menggunakan kuesioner D dan data lingkungan kerja

perawat menggunakan kuesioner C.


30

Kuesioner D, merupakan kuesioner tentang karakteristik perawat meliputi : umur,

jenis kelamin, status pernikahan dan masa kerja.

Kuesioner B merupakan kuesioner tentang perilaku caring perawat. Pengukuran pada

kuesioner B, dilakukan dengan menggunakan skala Likert 1-4 dimana 1 = sangat

tidak setuju, jika pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan pendapat atau

kondisi yang sebenarnya, 2 = tidak setuju, jika pernyataan tersebut tidak sesuai

dengan pendapat atau kondisi yang dialami, 3 = setuju, jika pernyataan tersebut sesuai

dengan pendapat atau kondisi yang dialami dan 4 = sangat setuju, jika pernyataan

tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami.

Kuesioner C merupakan kuesioner tentang lingkungan kerja yang terdiri dari ;

pengaturan beban kerja, kepemimpinan, kontrol terhadap praktek, pengembangan

profesional dan dukungan organisasi. Pengukuran dengan menggunakan skala Likert

1 sampai 4 dimana 1 = sangat tidak setuju, jika pernyataan tersebut sama sekali tidak

sesuai dengan pendapat atau kondisi yang sebenarnya, 2 = tidak setuju, jika

pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami, 3 =

setuju, jika pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami dan

4 = sangat setuju, jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi

yang dialami.

G. Analisa Data Penelitian

Proses analisa data terhadap variabel penelitian didahului oleh proses editing, coding,

processing dan cleaning (Depkes, 2004). Editing merupakan proses pengecekan

kelengkapan dan kejelasan jawaban responden. Responden diminta untuk melengkapi


31

jawaban atau memperjelas jawaban jika terdapat ketidakjelasan jawaban. Proses

coding yaitu merubah data dalam bentuk huruf menjadi data yang berbentuk bilangan

atau angka untuk mempermudah dalam memasukkan data ke komputer. Tahap

berikutnya processing yaitu memproses data dan melakukan analisis data dengan

menggunakan program komputer. Selanjutnya cleaning yaitu pengecekan kembali

terhadap kemungkinan kesalahan pada saat memasukkan data-data dalam komputer.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat, dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung pada jenis datanya.

Untuk data numerik digunakan nilai mean (rata-rata), median dan standar deviasi,

sedangkan data katagorik hanya dapat menjelaskan angka/ nilai jumlah dan

persentase masing-masing kelompok.

Pada penelitian ini data numerik yaitu karakteristik individu seperti : masa kerja

perawat, dilakukan analisis nilai mean, median, standar deviasi, nilai minimum

dan maksimum, nilai CI 95% atau = 0,05. Sedangkan untuk data kategorik, yaitu

jenis kelamin perawat, umur perawat dan status pernikahan perawat disajikan

dalam bentuk proporsi berupa distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variebel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi. Uji statistik yang digunakan tergantung pada jenis data yang
32

dianalisis. Berdasarkan variabel dalam penelitian ini, maka uji statistik bivariat

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel B

Analisis uji statistik variabel penelitian hubungan antara lingkungan kerja dengan
perilaku caring perawat Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta

NO Variabel Independen Skala Variabel Skala Uji Statistik


Dependen
1 Lingkungan kerja Nominal Perilaku caring Nominal Chi Square

2 Pengaturan beban Nominal Perilaku caring Nominal Chi Square


kerja
3 Kepemimpinan Nominal Perilaku caring Nominal Chi Square

4 Kontrol terhadap Nominal Perilaku caring Nominal Chi Square


praktik
5 Pengembangan Nominal Perilaku caring Nominal Chi Square
professional
6 Dukungan organisasi Nominal Perilaku caring Nominal Chi Square
33

BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit Marinir

Cilandak Jakarta. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 Juni 2012 – 27 Juni 2012. Bab ini

menyajikan hasil analisis data penelitian yang terdiri dari analisis kuantitatif dan kualitatif.

Analisis kuantitatif terdiri dari analisis univariat dan bivariat.

A. Analisis Univariat

Analisis Univariat dalam penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari

seluruh variabel karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, lama hari dirawat,

frekuensi pernah dirawat), karakteristik perawat (Jenis kelamin, status pernikahan,

umur dan lama kerja), lingkungan kerja dan perilaku caring, seperti diuraikan di

bawah ini :

1. Karakteristik Perawat

Tabel 1.1 Distribusi responden menurut karakteristik perawat (Jenis kelamin


umur, Status pernikahan) di ruang rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak
Jakarta bulan Juni 2012 (n-65)

Karakteristik Perawat N Persentase

Jenis Kelamin
a. Pria 7 10,8
b. Wanita 58 89,2
Status Pernikahan :
a. Menikah 54 83
b. Tidak Menikah 11 17
Umur :
a. < 40 tahun 56 86,2
b. ≥ 40 tahun 9 13,8
Jumlah 65 100

33
34

Berdasarkan karakteristik perawat pada tabel 1.1, dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden perawat berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 89,2%. Umur perawat

dalam kategori < 40 tahun adalah sebanyak 86,2%, perawat yang tidak menikah

sebanyak 17%.

Tabel 1.2. Analisis karakteristik perawat (lama kerja) di ruang rawat inap
Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta bulan Juni 2012 (n=65)

Karakteristik N Minimal - Mean Median SD


Perawat Maksimal
Lama kerja 65 1- 8,06 6 6,295
22

Berdasarkan karakteristik perawat tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa rata-rata masa

kerja perawat adalah 8, 06 tahun dengan standar deviasi 6,295.

2. Lingkungan Kerja

Tabel 2.1. Distribusi responden menurut persepsi perawat terhadap


lingkungan kerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak
Jakarta bulan Juni 2012 (n=65)

Lingkungan kerja N Persentase


Lingkungan kerja
a. a. Baik 42 64,6
b Tidak baik 23 35,4
Jumlah 65 100

Berdasarkan tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa persepsi perawat terhadap

lingkungan kerja baik sebanyak 64,6% dan lingkungan kerja tidak baik adalah

35,4%
35

Tabel 2.2 Distribusi responden menurut perawat terhadap subvariabel


lingkungan kerja di Rumah Sakit Marinir Cilandak
Jakarta bulan Juni 2012 (n=65)

Sub variabel Lingkungan N Persentase


kerja
Pengaturan beban kerja
b. a. Baik 42 65
b Tidak baik 23 35
Kepemimpinan
c. a. Baik 23 35
b Tidak baik 42 65
Kontrol terhadap praktek
d. a. Baik 42 65
b Tidak baik 23 35
Pengembangan professional
e. a. Baik 39 60
b Tidak baik 26 40
Dukungan organisasi
f. a. Baik 35 54
b Tidak baik 30 46

Berdasarkan table 2.2 dapat disimpulkan bahwa perawat mempersepsikan:

pengaturan beban kerja baik sebanyak 65 %, kepemimpinan baik sebanyak 35%

kontrol terhadap praktek baik sebanyak 65 %, pengembangan profesional baik

sebanyak 60 % dan dukungan organisasi baik sebanyak 54 %. Dapat disimpulkan

bahwa proporsi setiap kategori baik dan tidak baik hampir separuhnya.

3. Perilaku Caring Perawat

Tabel 3.1 Distribusi responden menurut persepsi pasien terhadap perilaku


caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak
Jakarta bulan Juni 2012 (n=65)

Variabel N Persentase
Perilaku Caring
g. a. Tinggi 36 55
b Rendah 29 45
Jumlah 65 100
36

Berdasarkan tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa persepsi pasien terhadap perilaku

caring perawat tinggi sebanyak 55% dan persepsi pasien terhadap perilaku caring

perawat rendah sebanyak 45%.

Tabel 3.2 Distribusi responden terhadap subvariabel perilaku caring perawat


di ruang rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta Juni 2012 (n=65)

Sub variabel N Persentase


Membentuk nilai humanistik dan altruistik
h. a. Rendah 32 49
b Tinggi 33 51
Menanamkan kepercayaan dan harapan
i. a. Rendah 51 78
b Tinggi 14 22
Menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang
lain
a. Rendah 14 22
b Tinggi 51 78
Hubungan saling percaya dan membantu
j. a. Rendah 21 32
b Tinggi 44 68
Meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi
perasaan positif dan negatif
k. a. Rendah 28 43
b Tinggi 37 57
Menggunakan proses pemecahan masalah yang
sistematik
l. a. Rendah 7 11
b Tinggi 58 89
Meningkatkan proses pembelajaran dan
pengajaran interpersornal
m. a. Rendah 38 58
b Tinggi 27 42
Menyediaakan lingkungan fisik, mental, sosial
dan spiritual yang suportif, korektif protektif
a. Rendah 20 31
b Tinggi 45 69
Menbantu kebutuhan dasar
n. a. Rendah 29 45
b Tinggi 36 55
Menghargai kekuatan eksistensial, fenomonologi
dan spiritual
o. a. Rendah 18 28
b Tinggi 47 72

Jumlah 65 100
37

Berdasarkan tabel 3.2 diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh faktor

karatif yang belum dilaksanakan dengan baik oleh perawat adalah faktor menanamkan

kepercayaan dan harapan 22%, dan meningkatkan proses pembelajaran dan

pengajaran interpersonal 42%.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggambarkan hubungan dari variabel

lingkungan kerja (pengaturan beban kerja, kepemimpinan, kontrol terhadap praktek,

pengembangan professional dan dukungan organisasi) dengan variabel perilaku

caring perawat.

Tabel 4.1 Hubungan Lingkungan Kerja dengan perilaku caring perawat di ruang
rawat inap Rumah Sakit Marinir Cilandak bulan Juni 2012 (N=65)

Perilaku Caring
Rendah Tinggi
OR P
Variabel N % N % Total
(95% CI) Value
Pengaturan beban
kerja
p. a. Tidak baik 27 64,3 15 35,7 42 5,100 0,007
b Baik 6 26,1 17 73,9 23 1,656 - 15,702
Kepemimpinan
q. a. Tidak baik 16 55,2 13 44,8 29 1,376 0,698
b Baik 17 47,2 19 52,8 36 0,515 - 3,671
Kontrol terhadap
praktek
r. a. Tidak baik 22 53,7 19 46,3 41 1,368 0,725
b Baik 11 45,8 13 54,2 24 0,498 -3,760
Pengembangan
professional
s. a. Tidak baik 21 60 14 40 35 2,250 0,174
b Baik 12 40 18 60 30 0,832 – 6,088
Dukungan
organisasi
t. a. Tidak baik 13 43,3 17 56,7 30 0,574 0,389
b Baik 20 57,1 15 42,9 35 0,214 – 1,535
38

Pengaturan beban kerja yang baik dapat menciptakan perilaku caring pada katagori

tinggi sebanyak 17 (73,9%). Pengaturan beban kerja yang baik dengan kepercayaan

95% rata-rata score berada diantara 1,656 – 15,702. Nilai Odd Ratio sebesar 5,100

yang bermakna pengaturan beban kerja yang tidak baik berpeluang 5,100 kali

memiliki perilaku caring yang rendah dibandingkan dengan pengaturan beban kerja

yang tidak baik. Analisis lebih lanjut menyatakan terdapat hubungan yang bermakna

antara pengaturan beban kerja perawat dengan perilaku caring (p = 0,007)

Kepemimpinan yang baik dapat menciptakan perilaku caring perawat pada kategori

tinggi sebanyak 19 (52,8%). Kepemimpinan yang baik dengan kepercayaan 95%

rata-rata score berada diantara 0,515 – 3,671. Analisis lebih lanjut menyatakan tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan perilaku caring

perawat. (p = 0,698)

Kontrol perawat terhadap praktek yang baik dapat menciptakan perilaku caring

perawat pada kategori tinggi sebanyak 13 (54,2%). Kontrol perawat terhadap praktek

yang baik dengan kepercayaan 95% rata-rata score berada diantara 0,498 – 3,760.

Analisis lebih lanjut menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

kontrol perawat terhadap perilaku caring perawat. (p = 0,725)

Pengembangan professional perawat yang baik dapat menciptakan perilaku caring

pada kategori tinggi yaitu sebanyak 18 (60%). Pengembangan professional yang baik

dengan kepercayaan 95% rata-rata score berada diantara 0,832 – 6,088. Analisis lebih
39

lanjut menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengembangan

professional dengan perilaku caring perawat. (p = 0,174)

Dukungan organisasi yang baik dapat menciptakan perilaku caring perawat pada

kategori rendah yaitu sebesar 15 (42,9%). Dukungan organisasi dengan kepercayaan

95% rata-rata score berada diantara 0,214 – 1,535. Analisis leboh lanjut menyatakan

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan organisasi dengan perilaku

caring perawat. (p = 0,389)


40

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasi penelitian

untuk keperawatan.

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil.

1. Hubungan lingkungan kerja dengan perilaku caring perawat

Hasil analisa terhadap variabel perilaku caring perawat didapatkan data bahwa

perawat yang telah melaksanakan perilaku caring dengan katagori tinggi sebanyak

55%. Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya juga menyebutkan hasil

yang hampir sama seperti hasil penelitian Suprihatin (2009) yang menunjukkan

sebanyak 58% perawat yang menunjukkan perilaku caring dengan katagori baik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menganalisis bahwa perilaku caring

perawat di beberapa tempat atau daerah belum diterapkan dengan baik.

Hasil analisa terhadap faktor karatif dari teori caring menyatakan bahwa sebagian

besar factor karatif telah dilaksanakan dengan baik oleh perawat tetapi ada dua

faktor karatif yang belum dilaksanakan dengan baik yaitu menanamkan

kepercayaan dan harapan (22%) dan meningkatkan proses pembelajaran dan

pengajaran interpersonal (42%). Inti dari kedua faktor karatif ini adalah bahwa

perawat dituntut untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan

pasien untuk menciptakan hubungan saling percaya.

Pasien yang memiliki harapan dan kepercayaan dapat menerima informasi yang

diberikan oleh perawat tentang kondisi kesehatannya sehingga diharapkan dapat

40
41

merubah perilaku pasien untuk meningkatkan kesehatannya. (Watson, dalam

Carson, 2004). Selain itu Jones menyatakan bahwa menanamkan kepercayaan

kepada pasien merupakan elemen yang penting dalam membangun hubungan

yang efektif antara perawat dan pasien. Menanamkan kepercayaan kepada pasien

juga membutuhkan kepribadian dari perawat seperti pribadi yang ramah, jujur,

percaya diri serta kesediaan untuk menolong. Selain itu kemampuan perawat

untuk berkomunikasi dengan pasien merupakan salah satu elemen penting dalam

menciptakan hubungan saling percaya antara pasien dan perawat. Elemen yang

perlu dikembangkan oleh perawat dalam komunikasi perawat dengan pasien

adalah kemampuan mendengarkan setiap keluhan pasien, menciptakan

komunikasi dua arah antara pasien dan perawat serta kemampuan perawat dalam

menjelaskan setiap prosedur dari tindakan yang akan dilakukan saat memberikan

asuhan keperawatan.

Lebih lanjut, untuk menciptakan sebuah kepercayaan pasien kepada perawat

adalah dengan menciptakan waktu bersama perawat dan pasien. Perawat yang

berhasil dalam membangun kepercayaan akan membuat pekerjaan perawat

menjadi lebih mudah karena pasien yang sudah percaya akan menerima seluruh

kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Selain itu aspek penting yang harus diciptakan untuk menciptakan hubungan baik

antara pasien dan perawat adalah menciptakan kondisi perawat yang seimbang

dalam beban kerjanya sehingga perawat terhindar dari kejenuhan dan kelelahan

yang berlebihan.
42

Kondisi dari hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa permasalahan

kurangnya perawat dalam melaksanakan perilaku caring ternyata dialami oleh

perawat diberbagai rumah sakit Fenomena ini akan terus menjadi perhatian dan

menarik untuk diteliti karena perilaku caring sangat penting atau merupakan inti

dari keperawatan. Berbagai dampak atau keuntungan dapat dihasilkan dari

perilaku caring perawat baik untuk pasien maupun untuk perawat. Dampak

perilaku caring bagi pasien adalah dapat menjaga martabat dan integritas pasien,

meningkatkan tingkat pemulihan pasien, menurunkan gejala yang dirasakan

pasien, meningkatkan kepuasan pasien serta terciptanya kualitas pelayanan

keperawatan yang tinggi (Watson, 1998). Dampak lainnya adalah meningkatkan

kesejahteraan emosi atau spiritual, meningkatkan hubungan saling percaya,

meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki lebih banyak energi, biaya

perawatan lebih rendah serta menimbulkan perasaan lebih nyaman.

Sedangkan dampak pelaksanaan perilaku caring untuk perawat, perilaku caring

akan meningkatkan solidaritas, harapan, kenyamanan, keamanan, peningkatan

harga diri, peningkatan orientasi terhadap realita, pengembangan pribadi,

penurunan terhadap kecemasan. Keuntungan dari perilaku caring adalah dapat

memperbaharui energi, memberikan semangat baru, meningkatkan kepuasan

kerja, selain itu dampak perilaku caring dapat meningkatkan emosi, rasa

pencapaian, rasa syukur, harga diri danmeningkatkan pengetahuan serta

penghargaan terhadap hidup.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perilaku caring perawat yang masih

belum baik. Terdapat tiga faktor yang membentuk sebuah perilaku yaitu faktor
43

predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predispoisi terwujud

dalam pengetahuan, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Faktor pendukung

terwujud dalam lingkungan fisik dimana tersedianya sarana dan fasilitas kesehatan

sedangkan factor pendorong terwujud dalam sikap.

Peneliti menganalisis bahwa faktor yang menyebabkan perilaku caring perawat

masih belum maksimal adalah pengetahuan perawat tentang perilaku caring masih

belum maksimal. Konsep dan teori caring telah dikemukakan tetapi dalam konteks

pelayanan keperawatan konsep dan teori caring ini belum diterapkan secara

maksimal. Kondisi ini juga didukung oleh kurikulum dalam pendidikan

keperawatan yang belum menempatkan caring sebagai sebuah keunggulan dari

profesi keperawatan.

Caring sebagai sebuah ilmu tidak hanya membicarakan bagaimana memenuhi

atau membantu kebutuhan dasar pasien tetapi lebih dari itu bagaimana

memperlakukan pasien sebagai manusia yang memilik martabat dan harga diri

serta bagaimana seorang perawat mengoptimalkan seluruh potensi yang dililiki

oleh pasien untuk mendukung proses penyembuhannya. Dan hal ini tidak dapat

dihasilkan dalam waktu singkat tetapi membutuhkan proses yang cukup lama dan

membutuhkan dukungan dari lingkungan kerja.

Hasil penelitian tentang lingkungan kerja menggambarkan bahwa persepsi

perawat terhadap lingkungan kerja belum dapat dikatakan baik. Sebanyak 48%

perawat menyatakan bahwa lingkungan kerja belum baik.


44

Lingkungan kerja sebagai tempat dimana perawat menghabiskan sebagian besar

waktunya semestinya merupakan tempat yang dapat memberikan kenyamanan

untuk perawat, mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh perawat serta

melindungi perawat dari berbagai dampak yang merugikan perawat, Aiken(1994,

dalam Gardner & Hawkins, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang baik akan

menciptakan perilaku caring yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan

kerja yang baik akan menciptakan perilaku caring perawat yang tinggi. Simon

menyatakan bahwa perawat membutuhkan dukungan dari lingkungan kerja, role

model dan kepemimpinan yang konsisten dengan pelaksanaan caring. Perilaku

caring sendiri merupakan proses yang berkelanjutan dan dapat direncanakan oleh

organisasi.

Bahwasannya perilaku caring memiliki dampak yang menguntungkan bagi

pasien, perawat dan rumah sakit. Lingkungan kerja yang baik pun akan

berdampak terhadap peningkatan status pelayanan keperawatan yang diberikan

kepada pasien. Perilaku caring tinggi pada perawat dapat diwujudkan dengan

menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk perawat karena caring merupakan

sebuah proses yang membutuhkan dukungan dalam implementasinya.

2. Hubungan pengaturan beban kerja dengan perilaku caring perawat

Analisis Univariat pada sub variable pengaturan beban kerja menunjukkan bahwa

persepsi perawat terhadap pengaturan beban kerja yang baik akan menciptakan

perilaku caring perawat dalam kategori tinggi sebanyak 73,9% dan terdapat
45

hubungan yang bermakna antara pengaturan beban kerja dengan perilaku caring

perawat. Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Yulianti (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara beban kerja

perawat dengan perilaku caring perawat (p < 0,04).

Tingginya kemampuan atau otoritas perawat dalam mengelola beban kerjanya

berdamapak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pengertian dari

pengaturan beban kerja menurut Gifford (2002, dalam Putra, 2006) adalah kondisi

dimana terdapat jumlah perawat yang cukup untuk memberikan asuhan

keperawatan yang aman, kompeten dan etis. Beberapa hal yang dapat dilakukan

adalah mengembangkan sistem atau model asuhan keperawatan yang

memungkinkan perawat dapat mengembangkan hubungan baik dan

berkesinambungan dengan pasien

Selain itu adalah kurangnya waktu yang dimiliki perawat untuk berdiskusi dengan

pasien mengenai rencana keperawatan yang akan dilakukan, perawat sering

bekerja lembur, jadwal kerja yang kurang fleksibel serta memiliki rekan kerja

yang kurang ahli., hal ini dapat menyebabkan komunikasi yang dibangun dalam

rangka perilaku caring menjadi tidak baik., perawat yang sering kerja lembur akan

menyebabkan kejenuhan dan tidak memiliki kesempatan untuk memperbarui

energinya.

3. Hubungan kepemimpinan dengan perilaku caring

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahea kepemimpinan yang baik dapat

menciptakan perilaku caring pada kategori tinggi sebanyak 52,8%. Selanjutnya


46

Vollers et all (2009) menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki peran dalam

menciptakan lingkungan kerja yang berkualitas dengan cara menyediakan sumber

daya, dana dan fasilitas, berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, memiliki

otoritas untuk membuat keputusan dan memilik akses untuk informasi yang

penting. Sedangkan CRNBC (2005) menyatakan bahwa kepemimpinan dalam

lingkungan kerja yang berkualitas disetiap tingkat organisasi dimana

kepemimpinan tersebut memilik indicator yang terdiri dari : pemimpin perawat

sebagai kolaborator, komunikator, mentor, pengambil resiko, contoh, memiliki

visi kedepan dan memiliki peran sebagai advokat untuk pelayanan keperawatan

yang berkualitas untuk mendukung praktik keperawatan yang aman serta perawat

juga membutuhkan kehadiran pemimpin untuk melakukan diskusi dan bertukar

pikiraniliki akses, keahlian dan pengalaman.

Hasil analisis kurang baik dari sub variable kepemimpinan adalah kurangnya

peran dari pemimpin untuk menumbuhkan sisi kemanusiaan pasien, artinya

perawat membutuhkan contoh atau role model dari pemimpin untuk

menumbuhkan perilaku caring perawat. Setelah dianalisis bahwa perawat juga

membutuhkan kehadiran pemimpin untuk melakukan diskusi dan bertukar pikiran

mengenai tugas dan tanggung jawab perawat diruangan. Seorang pemimpin juga

seharusnya mempunyai pengaruh terhadap bawahannya. Pemimpin yang telah

melaksanakan perilaku caring akan dapat mempengaruhi bawahannya untuk turut

melaksanakan perilaku caring (CRNBC,2005).

Konsep caring sebenarnya sudah menjadi dasar atau landasan dalam memberikan

pelayanan keperawatan. Rumah sakit seharusnya sudah memiliki perencanaan


47

untuk menciptakan budaya caring tetapi membutuhkan fungsi penggerakan dalam

manajemen dalam hal ini kepemimpinan.

4. Hubungan kontrol terhadap praktik dengan perilaku caring perawat

Analisis univariat menyatakan bahwa control terhadap praktik yang tinggi akan

menciptakan perilaku caring perawat dalam kategori tinggi sebanyak 65%.

Baumann et all (2001) menyatakan bahwa kontrol terhadap praktik merupakan

kebebasan dalam bertindak sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, selain itu

control terhadap praktik artinya perawat memiliki otoritas, tanggung jawab dan

akontabilitas dalam praktik keperawatan.

Analisis dari komponen terhadap praktik yang belum dilaksanakan dengan

maksimal adalah keterlibatan perawat dalam pengambilan keputusana diruangan

serta kolaborasi perawat dalam satu profesi maupun dengan profei lain.

Berdasarkan fenomena dan hasil peneliti sebelumnya, peneliti menganalasis

bahwa perawat perlu dilibatkan dalam pelaksanaan pemberian asuhan

keperawatan dengan memberikan kebebasan kepada perawat untuk melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat

dilakukan dengan melibatkan perawat dalam bebbagai kegiatan dan kesempatan

diruangan seperti melibatkan perawat dalam menentukan kebutuhan tenaga,

saranan diruangan, menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk

meningkatkan pelayanan keperawatan.


48

5. Hubungan pengembangan profesional dengan perilaku caring

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

pengembangan professional dengan perilaku caring perawat. Pengembangan staf

perawat mempunyai arti seluruh kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap perawat meliputi kegiatan formal dan non formal.

Pengembangan professional perawat harus meliputi ketiga aspek yaitu aspek

pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Menurut (CRNBC, 2005), Pengembangan professional perawat mempunyai arti

bahwa perawat didukung oleh organisasi untuk mengembangkan falsafah

pembelajaran yang berkelanjutan dan menciptakan lingkungan untuk proses

pembelajaran. Komponen lain yang harus lebih ditingkatkan dalam

pengembangan professional perawat adalah program bimbingan atau mentorship

merupakan hubungan antara dua orang perawat dimana diantara keduanya

terbentuk sebuah kerjasama, saling menghargai untuk mencapai tujuan bersama.

6. Hubungan antara dukungan organisasi dengan perilaku caring perawat

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dukungan organisasi yang baik akan

menciptakan perilaku caring perawat dalam kategori tinggi sebanyak 54%.

Dukungan organisasi mempunyai arti bahwa organisasi memiliki misi, nilai dan

kebijakan yang mendukung dan menghargai perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan yang aman.

Komponen yang belum dilaksanakan dengan maksimal dari subvariabel dukungan

organisasi ini adalah komponen komunikasi. (Maxfield 2007, dalam Voller, 2009)
49

Komunikasi adalah darah dari organisasi, artinya komunikasi yang baik

merupakan komponen penting untuk mewujudkan dan mendukung terhadap

pencapaian organisasi.

7. Hubungan Antara Karakteristik Perawat dengan Perilaku Caring Perawat

Hasil analisis dari Univariat menyatakan bahwa jenis kelamin perawat dengan

kategori tinggi adalah wanita. Pada dasarnya wanita lebih bersedia untuk

mematuhi tanggung jawab dan wewenang, dengan demikian semakin banyak

kesempatan perawat memberikan pelayanan caring kepada pasien.

Hasil analisis dari Univariat menyatakan bahwa umur perawat < 40 tahun dalam

kategori tinggi. Semakin muda umur perawat produktivitas akan meningkat ,

dengan demikian pelayanan caring kepada pasien juga semakin meningkat.

Hasil analisis dari Univariat menyatakan bahwa rata-rata masa kerja perawat

adalah 8,06 tahun. Semakin lama masa kerja seorang akan memiliki ketrampilan

dan pengalaman yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian

pelayanana caring kepada pasien juga semakin meningkat

Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian diatas, peneliti manganalisis bahwa

jenis kelamin, umur dan masa kerja perawat berpengaruh terhadap perilaku caring

perawat.
50

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini terdapat pada saat pengumpulan data. Idealnya satu

orang pasien akan menilai satu orang perawat dalam perilaku caringnya. Rumah sakit

di beberapa ruangan menggunakan metode tim dimana satu pasien tidak hanya

dirawat oleh satu orang perawat tetapi dirawat oleh sekelompok perawat yang

tergabung dalam sebuah tim sehingga sulit bagi pasien untuk melakukan penilaian

khusus terhadap satu orang perawat. Oleh karena itu penilaian pasien terhadap

perawat dilakukan dengan cara menilai perawat yang sedang berdinas pada saat

penelitian berlangsung.

C. Implikasi Penelitian

1. Implikasi penelitian untuk pelayanan keperawatan

Hasil penelitian tentang perilaku caring perawat dan lingkungan kerja ini

memperlihatkan bahwa perilaku caring dan lingkungan kerja perawat masih

belum dikatakan baik. Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa komponen

dari faktor karatif yang belum dilaksanakan dengan baik oleh perawat adalah

komponen menanamkan kepercayaan dan harapan kepada pasien dan

meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran interpersonal.

Faktor karatif menanamkan kepercayaan dan harapan sangat penting, karena

pasien yang memiliki harapan dan kepercayaan dapat menerima informasi yang

diberikan oleh perawat tentang kondisi kesehatannya sehingga diharapkan dapat

merubah perilaku pasien untuk meningkatkan kesehatannya.Faktor karatif yang

masih belum maksimal adalah meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran

interpersonal. Salah satu peran perawat adalah sebagai edukasi atau pendidik.
51

Proses pembelajaran dan pengajaran memiliki arti sebagai sebuah kegiatan dan

hubungan kerjasama dalam hubungan timbal balik antara pasien dan perawat.

Kegiatan pembelajaran dan pengajaran ini perawat bekerja melalui kerangka

berpikir pasien, memberikan arti dan pentingnya sebuah informasi terhadap pasien

sambil mengkaji sejauh mana pasien dapat menerima informasi yang diberikan.

Oleh karena itu pembelajaran tidak saja dipandang sebagai proses menerima

informasi saja tetapi lebih kepada sebuah hubungan caring dimana perawat

berperan sebagai mentor bagi pasien.

Pengaturan beban kerja perawat merupakan hal yang sangat penting untuk

mencegah perawat dari kejenuhan dan kelelahan. Rumah sakit perlu mengkaji

kesesuaian dari jumlah staf yang ada dengan kebutuhan dari ruangan.

Pengembangan professional perawat dapat dikembangkan salah satunya melalui

penerapan jenjang karier perawat dirumah sakit

2. Implikasi penelitian untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Studi selanjutnya yang dapat dikembangkan adalah bagaimana bentuk-bentuk

pengembangan professional yang efektif untuk menumbuhkan perilaku caring

perawat, misalnya pelatihan, bimbingan dan pendampingan yang efektif untuk

menumbuhkan perilaku caring.


52

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran

untuk rumah sakit, perawat serta peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan.

1. Lingkungan kerja tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku caring

perawat tetapi dari deskripsi univariat dapat dilihat bahwa persentase antara

lingkungan kerja yang baik dan tidak baik yang dapat menciptakan perilaku

caring perawat dalam kategori tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan

kerja merupakan salah satu factor yang dapat menciptakan perilaku caring

perawat tinggi.

2. Sebagian besar responden perawat adalah wanita, status pernikahan sebagian

besar sudah menikah, sebagian besar termasuk kategori umur < 40 tahun dan rata-

rata lama kerja adalah 8,06 tahun. Kesimpulannya sebagian besar perawat berada

dalam kategori usia produktif dan merupakan asset yang dapat dikembangkan

untuk meningkatkan perilaku caring perawat.

3. Gambaran pelaksanaan perilaku caring sebagian besar relative hamper sama

antara kategori perilaku caring tinggi dengan kategori caring rendah, artinya

masih banyak perawat yang belium melaksanakan perilaku caring. Hal ini akan

berdampak kepada kepuasan pasien dan menentukan kualitas dari pelayanan

keperawatan.

4. Komponen yang paling berhubungan dengan perilaku caring perawat adalah

pengembangan professional perawat sehingga komponen ini merupakan

52
53

komponen yang harus diprioritaskan oleh pihak rumah sakit dalam meningkatkan

perilaku caring perawat.

B. Saran

1. Bagi Kepala Keperawatan dan Kepala Rumah Sakit Marinir Cilandak :

a. Melibatkan perawat dalam menentukan kebutuhan sumber daya manusia dan

sarana prasarana ruangan.

b. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan

formal ke jenjang yang lebih tinggi

c. Mengembangkan berbagai metode pembelajaran untuk penerapan perilaku

caring seperti seminar

d. Mengembangkan bentuk bimbingan dari kepala ruangan atau ketua Tim

kepada perawat pelaksana.

e. Menjadikan aspek caring menjadi salah satu penilaian evaluasi penampilan

kinerja perawat dan program orientasi perawat baru

f. Mengembangkan berbagai bentuk pelatihan komunikasi

2. Bagi perawat Rumah Sakit Marinir Cilandak:

a. Meningkatkan kompetensi dalam pengetahuan dan ketrampilan

b. Meningkatkan kemampuan dalam komunikasi dengan pasien

c. Meningkatkan dalam fungsi pendidikan kesehatan pasien


54

3. Bagi Peneliti selanjutnya:

a. Agar lebih jelas pada penelitian yang akan datang dalam pengumpulan data

variabel lingkungan kerja dan perilaku caring pasien.

b. Mengembangkan hubungan antara pengaturan beban kerja perawat yang baik

dan tidak baik dengan perilaku caring perawat.


DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L.H. & Ptrician, P.A. (2000). Measuring Organizational traits of hospital: the reviset
nursing work index. Nursing research, volume 49 (3). Lippincott William &
Wilkins Inc rawat inap bedah dewasa rumah sakit dr Muhammad Hoesein
Palembang. Tesis FIK UI.

Agustin (2002), Perilaku Carng Perawat dan Hubungannya Dengan Kepuasan Klien di
Instalasi Rawat Inap Bedah Dewasa Rumah Sakit dr Muhammad Hoesin
Palembang. Tesis FIK UI.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi ; Jakarta ;
Rineka Cipta.

Azwar,A. (1996). Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta : Rneka cipta

Baumann et all (2001), Commitment & Care : The benefit of a healthy workplace for Nurses,
their patients and the system. http://www.chsrf.ca/funding opportunis/ commioned
research/polisyn/pdf/pscorncare e.pdf. diunduh Juli 2012

College of Registered Nurses of British Collumbia (2005). Guidelines for A Quality Practice
Environment for Nurses in British Collumbia. http://www.crnbc.co/
downloads/409.pdf.

Depkes, RI. (2006). Rancangan pedoman pengembangan sistem jenjang karier professional
perawat, Jakarta: Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Dirjen Yan
Med Depkes RI.

Gardner & Hawkins (2007). The relationship between nurse’s perception of the hemodyalisis
unit work environment and nursing turnover, patient satisfaction and
hospitalization, Nefrology nursing journal. Vol 3

Gillies, D.A. (1994). Nursing management a system approach. Philadelphia: W.B. Sounders
Company.
Julianti (2009). Hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan pelaksanaan perilaku
caring menurut persepsi klien di IRNA lantai Jantung RS. Husada Jakarta. Tesis
FIK UI.

Lea & Watson (1998). Caring in nursing: A multivariate analysis. Journal of advanced
nursing. 28 (3), 662-671.

Liu (2004). What caring means to geriatric nursing. Journal of nursing research. Vol 12 (2),
143-151.

Notoatmojo, S. (2005). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sastroasmoro & Ismael (2010). Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis. Jakarta: Sagung
Seto.

Sitorus (2006). Model praktek keperawatan professional di rumah sakit: panduan struktur
dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat, Jakarta:EGC.

Sobirin (2006). Hubungan beban kerja dan motivasi dengan penerapan perilaku caring
perawat pelaksana di RSUD Unit Swadana Kabupaten Subang. Tesis FIK.UI

Sugiono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Sulliman et all (2009). Apllying Watson’s theory to assess patient perception of being cared
for in a multicultural. Journal of nursing research. Volume 17 (4), 209-300
KUESIONER B

PERILAKU CARING PERAWAT

Petunjuk Pengisian

1. Mohon bantuan dan kesediaan bapak dan ibu untuk mengisi seluruh pertanyaan yang
ada.

2. Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang anda pilih sesuai dengan keadaan sebenarnya
dengan alternatif jawaban sebagai berikut :
a. Sangat tidak setuju jika pernyatan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan pendapat
atau kondisi yang dialami.
b. Tidak sutuju jika pernyatan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang
dialami
c. Setuju jika pernyatan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami
d. Sangat setuju jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi
yang dialami.

NO Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju
Setuju
1 Perawat memberlakukan saya sebagai seorang
manusia yang memiliki harga diri

2 Penjelasan perawat tentang kesehatan saya


membuat saya khawatir dengan kesehatan
saya

3 Perawat memberikan perhatian penuh pada


saya

4 Perawat mendorong saya untuk mempercayai


bahwa saya memiliki kekuatan untuk
menghadapi kondisi penyakit saya

5 Perawat menekankan kepada saya untuk


percaya bahwa saya memiliki sisi positif yang
dapat saya banggakan

6 Perawat memberi penjelasan tentang penyakit


saya

7 Perawat kurang mempedulikan kegiatan saya


setiap hari
NO Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Setuju
8 Perawat jarang peduli dengan perasaan saya

9 Perawat memperlakukan saya dengan penuh


hormat

10 Perawat jarang mengunjungi kamar saya untuk


mengecek keadaan saya.

11 Perawat memperkenalkan namanya kepada


saya

12 Perawat merespon panggilan saya dengan


lambat.

13 Perawat kurang peduli ketika saya merasa


gelisah dengan kondisi penyakit saya

14 Perawat membantu saya untuk menyadari


bahwa pengalaman masa lalu penting bagi
kesehatan saya

15 Perawat mengecek kondisi saya dengan teratur

16 Perawat memberikan perawatan tepat waktu

17 Perawat menjelaskan peraturan yang boleh


atau tidak boleh dilakukan saat berada
dirumah sakit

18 Perawat jarang bertanya kepada saya apakah


saya sudah mengerti tentang apa yang perawat
jelaskan

19 Perawat bersikap tenang ketika saya marah

20 Perawat mengecek semua kebutuhan sebelum


meninggalkan kamar saya

21 Perawat membantu saya membuat rencana


untuk mempercepat proses penyembuhan saya
NO Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Setuju
22 Tindakan perawat membuat saya ragu dengan
kondisi kesehatan saya

23 Perawat tahu kapan saatnya menghubungi


dokter

24 Perawat mengerti cara mengoperasikan


peralatan kesehatan yang ada diruang
perawatan

25 Perawat menghormati privacy saya seperti


menutup bagian tubuh yang terbuka pada saat
melakukan tindakan
KUESIONER D

BIODATA RESPONDEN

Kode Responden

Diisi oleh peneliti

Petunjuk :

Teman sejawat mohon untuk mengisi kuesioner ini dengan cara mengisi titik-titik atau
memberi tanda check ( √ ) pada kolom yang tersedia.

1 Umur ……….. tahun

2 Jenis kelamin ( ) Pria

( ) Wanita

3 Status pernikahan ( ) Menikah

( ) Tidak Menikah

4 Lama kerja sebagai perawat di Rumkital Marinir ……. tahun


Cilandak
KUESIONER A

BIODATA RESPONDEN

Kode Responden

Diisi oleh peneliti

Petunjuk :

Mohon kesediaan Bapak dan ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan cara mengisi titik-titik
atau memberi tanda check ( √ ) pada kolom yang tersedia.

1 Umur ……….. tahun

2 Jenis kelamin ( ) Pria

( ) Wanita

3 Status pernikahan ( ) Menikah

( ) Tidak Menikah

4 Lama perawatan di Rumkital Marinir Cilandak ……….. hari

5 Frekuensi pernah dirawat di Rumkital Marinir < 2 kali

Cilandak dalam 1tahun terakhir ≥ 2 kali


KUESIONER C

LINGKUNGAN KERJA PERAWAT

Petunjuk Pengisian

1. Mohon bantuan dan kesediaan bapak dan ibu untuk mengisi seluruh pertanyaan yang
ada.

2. Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang anda pilih sesuai dengan keadaan sebenarnya
dengan alternatif jawaban sebagai berikut :
a. STS (Sangat Tidak Setuju) jika pernyatan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan
pendapat atau kondisi yang dialami.
b. TS (Tidak Setuju) jika pernyatan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi
yang dialami
c. S (Setuju) jika pernyatan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi yang dialami
d. SS (Sangat Setuju) jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau
kondisi yang dialami.

NO Pernyataan STS TS S SS

I. Pengaturan Beban Kerja (7)

1 Perawat memiliki hambatan komunikasi dengan


anggota tim keperawatan di ruangan

2 Perawat tidak memiliki kebebasan dalam membuat


keputusan untuk perawatan pasien

3 Perawat mengerjakan tugas-tugas non keperawatan


seperti kegiatan administrasi pasien

4 Perawat memiliki beban kerja yang seimbang dengan


tuntutan kerja

5 Perawat jarang bekerja lembur

6 Perawat jarang mendapatkan bimbingan selama


bekerja

7 Jadwal kerja kurang fleksibel

II. Kepemimpinan (8)

8 Kepala ruangan berperan sebagai senior


NO Pernyataan STS TS S SS

9 Kepala ruangan memiliki keahlian

10 Kepala ruangan merupakan role model atau contoh


bagi perawat

11 Kepala ruangan mengadakan pertemuan rutin untuk


mengkomunikasikan visi dan tujuan organisasi

12 Kepala ruangan mendukung anggota perawat untuk


membuat keputusan tentang asuhan keperawatan

13 Kepala ruangan membantu anggota perawat


mengurangi stress akibat kerja

14 Kepala ruangan menyediakan waktu khusus untuk


melakukan diskusi atau bertukar pikiran

15 Kepala ruangan kurang mendukung kerja bawahan

III. Kontrol Terhadap Praktek (6)

16 Perawat mempunyai banyak waktu untuk membuat


perencanaan asuhan keperawatan

17 Perawat ikut menentukan kompetensi yang


dibutuhkan dalam praktek keperawatan

18 Perawat mempunyai banyak waktu untuk berdiskusi


dengan pasien mengenai perencanaan asuhan
keperawatan

19 Kepala ruangan dapat dengan mudah ditemui oleh


bawahan

20 Perawat mempunyai otoritas (kewenangan) untuk


melaksanakan praktek caring atau pelayanan
keperawatan kepada pasien

21 Perawat dilibatkan dalam alokasi kebutuhan sarana


prasarana ruangan
NO Pernyataan STS TS S SS

IV. Pengembangan Profesi (4)

22 Terdapat program orientasi untuk semua perawat

23 Seminar atau pelatihan untuk peawat jarang dilakukan

24 Perawat memiliki kesempatan untuk melanjutkan


pendidikan ke jenjang yng lebih tinggi

25 Seminar atau pelatihan tentang pelayanan


keperawatan untuk perawat jarang dilakukan

V. Dukungan Organisasi (5)

26 Tempat kerja saya mendukung setiap idea tau gagasan


dari perawat untuk kemajuan pelayanan keperawatan

27 Perawat dilibatkan dalam kebutuhan staf rumah sakit

28 Kepala ruangan member kesempatan kepada anggota


untuk mengambil cuti untuk memberikan semangat
dan energi baru

29 Tempat kerja saya menghargai keahlian yang dimiliki


perawat

30 Sistem informasi dan komunikasi dalam pelayanan


keperawatan ditempat bekerja sudah aktif

Sumber : Modifikasi dari Caring Behaviour Assesment Tool (Cronin dan Harrison, 1988)

Anda mungkin juga menyukai