Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEGIATAN FARMASI KLINIS RAWAT INAP

.................................. BULAN APRIL 2015

Instalasi farmasi ..................................

Disusun Oleh :

Sidoarjo

2015
I. PENDAHULUAN

Mutu pelayanan farmasi bergeser paradigma yang berawal dari drug oriented menjadi
pasient oriented yang berorientasi pada Pharmaceutical Care/ Asuhan Kefarmasian karena
tuntutan pasien dan masyarakat. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian
yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Diharapkan dengan adanya pelayanan farmasi klinik
peran serta Apoteker dapat maksimal bagi kepentingan pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan
lain, dan masyarakat pada umumnya.

1.1 Latar Belakang

Farmasi klinis adalah suatu disiplin keahlian farmasis yang berkembang


kemudian dari sejarah perkembangan farmasis sebagai profesi. Farmasi Klinis dalam
tatanan pelayanan di rumah sakit berkembang sewaktu kebutuhan atas penggunaaan obat
yang benar dan rasional semakin berkembang. Pelayanan farmsi klinis dapat bermanfaat
untuk mengidentifikasi masalah penting yang terkait dengan obat, mengurangi kejadian
efek obat yang tidak dikehendaki, menyempurnakan pendidikan dan kepatuhan pasien,
menyempurnakan peresepan, menyempurnakan hasil klinis, menyempurnakan efektivitas
klinis, menyempurnakan efektivitas biaya dan mempersingkat masa tinggal di rumah
sakit.
Peran Apoteker dalam asuhan kefarmasian di awal proses terapi adalah menilai
kebutuhan pasien. Di tengah proses terapi, memeriksa kembali semua informasi dan
memilih solusi terbaik bagi DRP ( Drug Related Problem ) pasien. Di akhir proses terapi,
menilai hasil intervensi farmasis sehingga didapatkan hasil optimal dan kualitas hidup
meningkat serta hasilnya memuaskan.
Fungsi utama dari Asuhan Kefarmasian adalah identifikasi aktual dan potensial
masalah yang berhubungan dengan obat, menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan obat, mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dengan obat. Dan
implementasi dari asuhan kefarmasian di rumah sakit dapat dilakukan pada pasien rawat
jalan dan khususnya pasien rawat inap. Pada pasien rawat jalan melalui informasi,
konseling, dan edukasi untuk obat bebas dan obat yang diresepkan, pemberian label,
brosur, leaflet, buku edukasi, pembuatan buku riwayat pengobatan pasien serta jadwal
minum obat. Pada pasien rawat inap melalui informasi dan konseling pasien, distribusi
obat dalam satuan terkecil (unit dispensing dose), menjamin efkektifitas penggunaaan
obat oleh psien, efektifitas ekonomi penggunaan obat, menjamin letersediaan obat dalam
rumah sakit, stabilitas dalam penggunaan obat,media informasi terkait terapi obat oleh
tenaga kesehatan lainnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Pelaksanaan farmasi klinik secara menyeluruh dalam
...................................
1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi masalah penting yang terkait dengan obat


b. Mengurangi kejadian efek obat yang tidak dikehendaki
c. Menyempurnakan pendidikan dan kepatuhan pasien
d. Menjamin stabilitas obat
e. Media informasi penggunaan obat
f. Mengontrol jumlah obat secara farmakoekonomi
g. Menyempurnakan peresepan
h. Menyempurnakan hasil klinis
i. Meningkatkan efektivitas biaya dan mempersingkat masa tinggal di rumah
sakit
j. Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit dan
perlindungan kesehatan.
II. LAPORAN KEGIATAN FARMASI RAWAT INAP

2.1 RINCIAN KEGIATAN FARMASI RAWAT INAP BULAN APRIL

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan


1 Pengecekkan jum. Pasien UDD 262 pasien - Obat oral : 60,36 %
(unit dose dispensing) di Pav. - Injeksi : 39,63 %
Arofah - Perbandingan 67 : 44
2 Pembagian Udd oral 3 shift 120 pasien - Obat : 520 obat
Kegiatan meliputi : - Bungkus : 306
- Mengambil obat bungkus
- Member etiket
- Mengemas obat
- Menulis sisa obat
- Pengecekkan ulang
3 Pembagiaan Obat oral ke pasien 135 pasien
rawat inap pav. Arofah shif
siang
4 Pencatatan asuhan kefarmasihan 769 form Form pemberian obat,
(3 form) dan penulisan pada tanda vital, data lab terkait
lembar terintegrasi di RMK efektifitas obat
5 Melakukan pengecekkan obat - Pengecekkan = - Karena baru dimulai
Stop terapi di pav. Arovah dan 16 pasien pada tanggal 28 april
melakukan retur langsung - Retur hanya di pav. arofah
keuangan obat
= 11 pasien
6 Melaksanakan Rekonsiliasi pada pasien rawat - Jumlah Pasien
inap pav. Arofah, terekonsiliasi = 243
Multazam,Shofmar pasien
dan Mina - Jumlah pasien
membawa obat = 56
pasien
- Persentase yang
membawa obat dari
data rekonsiliasi = 23
%
- Jumlah obat
rekonsiliasi yang
diteruskan = 2 pasien
pav. arofah

2.1.1 PEMBAHASAN KEGIATAN UDD

Dalam kegiatan UDD yang kami lakukan saat ini belum memenuhi seluruh pavilion
rawat inap, kegiatan hanya berbatas di arofah yakni kelas VIP saja dimana kami menyiapkan
obat oral yang persentasenya jauh lebih besar dari obat injeksi, penyiapan obat oral siang,
malam dan pagi untuk keesokan harinya. Tidak dapat dilakukan merata diseluruh rawat inap
karenakan tenaga masih kurang, sehingga terjadi ketidaksamarataan pelayanan rawat inap.
Bila terlaksana disemua ruangan maka akan mengefektifkan penggunaan obat, ADR,
efesiensi jumlah obat atau stock di ruangan, mengurangi jumlah retur obat.

Dalam pelaksanaan UDD disertai juga pengamatan ke ruangan pasien dan penulisan
dalam lembar asuhan kefarmasihan sehingga dapat dilihat efektifitas kerja obat melalui data
lab atau data lab vital pasien. Serta edukasi obat saat pemberian obat ke pasien yang
dilaksanakan saat shift siang,karena petugas hanya ada pada shift pagi sampai dengan sore,
untuk penyerahan malam, dan keseokkan paginya dilakukan serah terima oleh perawat dari
farmasi.

Proses Rekonsiliasi dilaksanankan di ruangan pav arofah, multazam, mina dan shofmar,
dimana obat yang dibawa pasien baik dari dalam rumah sakit kita (rawat jalan dan UGD)
atau dari luar misalnya puskesmas, Rumah sakit lain, klinik,atau bawa dari rumah beli sendiri
akan dikelolah oleh farmasi bersama perawat sehingga bila dokter rumah sakit meresepkan
obat yang ternyata sama dengan obat yang dibawa pasien, jadi obat tersebut dapat diteruskan,
bilamana kurang maka akan dikonfirmasikan ke pasien, sedangkan bila stop obat aka
disimpan dan dikembalikan dengan pasien saat pulang rumah sakit. Dalam proses
rekonsiliasi dirasa kurang maksimal dikarenakan tidak bersamaan dengan pelaksanaan udd
pasien, sehingga hanya terasa efektif bila di pav arofah, kami hanya bisa melakukan
pemastian obat rekonsiliasi bila diteruskan dari lembar jadwal pemberian obat bila ada obat
di jadwal sama dengan obat rekonsiliasi pasien maka obat yang diresepkan kita returkan, dan
kita juga tuliskan riwayat obat dalam lembar medis terintegrasi pasien. Obat rekonsiliasi
yang selama ii dilanjutkan adalah yang dengan riwayat penyakit TBC atau obat yang kosong
di rumah sakit tapi terdapat pada rekonsiliasi pasien misalnya asam folat 1 mg, codein 10 mg,
yang kosong diakibatkan kosong distributor. Selain itu terdapat obat rekonsiliasi yang tidak
dikembalikan oleh pasien saat KRS setelah dikonfirmasi kadang terlupa memberikan oleh
petugas setempat, sehingga kami sarankan lebih baik lagi bila ada konsultasi obat saat pasien
KRS oleh tenaga apoteker ,tetapi kendalanya adalah belum adanya jadwal tetap pasien
pulang dan kurangnya tenaga apoteker yang bertugas dirawat inap.

Karena belum seluruhnya rawat inap yang kami lakukan rekoniliasi obat, sedangkan
rekonsiliasi seharusnya dilakukan untuk seluruh pasien rawat inap, dalam waktu dekat ini
kami akan melakukan rekonsiliasi ke semua ruangan rawat inap.

2.2 ANALISIS KASUS


2.3 ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RAWAT INAP BULAN APRIL

N Nama Diagnosa Nama Lama Analisis


o Pasien antibiotic & penggunaa antibiotic
dosis n
1 Tn Moch DM + TF, obs Inj 3 hari Pada terapi DHF
Basori (68 febris Ceftriaxone 2 tidak
thn) x1 gr membutuhkan
antibiotic,
karena DHF
disebabkan oleh
Flavivirus
(Arbovirus) dari
4 serotipe (1,2,3
& 4) dibawa
nyamuk Aedes
aegypti.
tetapi
Ceftriaxone
dapat digunakan
sebagai ab
Profilaksis,sebab
pasien memiliki
obs febris dan
disertai nilai
WBC yang
tinggi
yaitu:12,65 pada
tgl 28 april dan
diberikan
selamahanya 3
hari
2 Ana obs. Febris Inj ceftazidim 4 hari Ada penurunan
Amelia (6 (2 x 500 mg) WBC
thn ) kemungkinan
ada infeksi, ab
yang diberikan
dapat menjadi ab
profilaksis
Inj mikasin (2 4 hari kombinasi ab
x 150 mg) tidak sesuai
3 Tn Agus Dyspepsia+ Metronidazol 2 hari Ab dapat
Nukman vomiting (s. ileus tab (3x1) menjadi ab
paraktitis))+diare profilaksis,
kronis+
hipokalemia
4 Nn Amalia DHF Inj ceftriaxone 4 hari Pada terapi DHF
Kurnia (20 (2x1gr) tidak
thn) membutuhkan
antibiotic,
karena DHF
disebabkan oleh
Flavivirus
(Arbovirus) dari
4 serotipe (1,2,3
& 4) dibawa
nyamuk Aedes
aegypti.
tetapi
Ceftriaxone
dapat digunakan
sebagai ab
Profilaksis,sebab
pasien memiliki
obs febris dan
disertai nilai
WBC yang
tinggi
yaitu:12,65 pada
tgl 28 april dan
diberikan
selamahanya 3
hari
5 Ny hj KP + Anorexia Inj ceftriaxone 5 hari Sesuai dengan
mastutik (2x1 gr) terapi TB
(84 thn)
INH 5 hari
(1x300mg)
Etambutol 5 hari
(2x1)
6 tn Moch Obs febris +ISPA Inj broadced 5 hari Sesuai pasien
Ichwan (45 +BPH+Cholestasi (2 x 1gr) memperlihatkan
thn ) s tanda infeksi
7 Sdr. M. Obs febris Inj foricef 4 hari sesuai pasien
Jafar (15 (leukositosis) (2x1 gr) mengalami
thn ) kenaikan WBC
Inj 4 hari
Metronidazol
3 x 250 mg
8 Tn Agung DF Supramox 2 hari Pasien tidak
Riyatno (41 caps (3 x 500 mengalami
thn) mg) gejala infeksi,
positif DF dan
seharusnya tidak
perlu terapi Ab
9 Tn warsono CKD + Melena Inj Amoxan 2 hari sesuai
(51 thn) (3x1gr)
10 Sdr Alfadi Suspect DHF Inj terfacef (2 3 hari Tidak sesuai
(16 thn) x 1 gr) pasien tidak
memperlihatkan
tanda infeksi
11 Sdr Cellsy Obs Vomiting Inj ceftazidim 5 hari sesuai pasien
A (2 thn) (2 x 350 mg) mengalami
kenaikan WBC
12 An Diare Inj Ceftriaxon 4 hari Untuk diare Ab
Nadhifah (2 x 500 mg) yang
(6 thn, 22 Inj Mikasin (2 3 hari disarankanadala
Kg) x 125 mg) h golongan
quinolon atau
metronidazol
13 Tn Diare Inf 3 hari Sesuai pasien
Chotimul Metronidazol memperlihatkan
ashom (42 (3 x 500 mg) kenaikan WBC
thn)
14 Nn Intan P Gastritis Inj terfacef 2 hari Sesuai Ab dapat
(23 thn) digunakan
sebagai
provilaksis
15 Ny Santika DM + Inj Broadced 2 hari Sesuai pasien
Leukositosis memperlihatkan
kenaikan WBC
16 Ny DM + gangren Ceftriaxon (2 2 hari Sesuai pasien
Manikah x 1 gr) memperlihatkan
(55 thn) kenaikan suhu
17 An DHF Inj Thidim (2 6 hari Sesuai pasien
Sholihatus x 1 gr) memperlihatkan
(11 thn) penurunan WBC
18 An Diare akut + Inj ceftazidim 5 hari Sesuai pasien
Qonitullah dehidrasi sedang + (2 x 500mg) memperlihatkan
(bb 13 kg) thipoid penurunan WBC
19 Nn Anisa DHF Po.Amoxicilli 2 hari Sesuai sebagai
Farah (13 n (3x 500 mg) Ab profilaksis
thn)
20 Nn reza GEA + febris Inf tricodazole 3 hari sesuai ada
lucia (3 x 500mg) peningkatan Ab
(21thn)
21 Tn Abd GE (diare + Inj tricodazol 4 hari Sesuai pasien
karim (68 dehidrasi ringan) (3 x 500mg) memperlihatkan
thn) tanda infeksi
Tricodazol 1 hari
oral (3 x
500mg )
22 An Farah DF Inj ceftriaxon 5 hari Sesuai pasien
Nabila (11 (2 x 1 gr) memperlihatkan
thn ) adanya infeksi
dengan
penurunan WBC
23 Ny hj DM Po. 2 hari Tidak sesuai
Sa’diyah Amoxicillin (3 pasien tidak
x 500) memperlihatkan
Inj broadced 2 hari tanda adanya
(2 x 1 gr) infeksi
Po. Tricodazol 1 hari
(3x1)
24 Tn Windu Obs Vomiting Inj Foricef (2 4 hari Sesuai pasien
Sudarmant x 1 gr) memperlihatkan
o (33 thn) adanya kenaikan
WBC
25 An M. rifqi DHF Inj ceftazidim 6 hari Seharusnya
Ananda (22 (2 x 300mg) dengan salah
bln) Inj Ceftriaxon 2 hari satu Ab sudah
Inj Mikasin 4 hari cukup karena
(2x 75 mg) pasien tidak
menunjukkan
kenaikan WBC,
suhu tubuh tidak
mengalami
kenaikan berarti
dan inj cetriaxon
telah menjadi
AB profilaksis
selama 2 hari di
tgl 9/4 sudah
mengalami
penurunan suhu
tubuh, inj
ceftriaxone pun
dihentikan
Flagyl syr (3 x 2 hari Sesuai untuk
2/3 cth) mengatasi
kemungkinan
infeksi pada
diare
26 Ny hj. IDDM ? + GEA, Inj Tricodazol 2 hari Sesuai untuk
Rochima RPD : DM (3 x 500 mg) profilaksis
infeksi
padasaluran
cernanya yang
digunakan 2 hari
27 Ny GEA + Vomiting Inj 2 hari Sesuai untuk
Ma’rufatul Metronidazol profilaksis
Hidayah (3 x 500mg) infeksi
(41 tahun) padasaluran
cernanya yang
digunakan 2 hari
28 Tn Maudi Obs Melena Po.Amoxan (3 5 hari Sesuai karena
(55 thn) x 1) pasien
mengalami
tanda infeksi
yaitu kultur urin
yang + bakteri
29 An damaris Prolog febris + Inj 4 hari Tidak sesuai
kayla (12 suspect.DHF Meropenem karena
kg) (3x150 mg) penggunaan AB
termasuk
golongan kuat,
yang harusnya
disertai kultur
terlebih dahulu,
atau pemberian
AB profilaksis
terlebih dahulu
30 Ny.warsini Decomp cordis Inj ceftriaxone 3 hari Sesuai pasien
(60 thn) (2 x 1gr) mengalami
kenaikan WBC
31 An Yhara DF, DB Isoprinosine 1 hari Sesuai karena
(15 Kg) syr (3 x1 cth) merupakan
antivirus,dimana
DB disebabkan
oleh virus
32 An M. Obs febris, Inj ceftriaxone 2hari, hari Tidak sesuai
Ghozali (6 Suspect DHF (2 x 150 mg) ke 2 seharusnya
bln, 6,2kg) dinaikkan dengan
dosis ceftriaxone saja,
menjadi 2 x dan kultur
300 mg bakteri untuk
Inj Mikasin (2 6 hari lebih jelas terapi
x 50mg) Ab nya,karena
Thidim (2 x 5 hari di tanggal 6/4
300 mg) terjadi
peningkatan
WBC
33 Tn Misdi GE + HT Broadced 2x1 4 hari (17- Sesuai
(67 th) g 20)
Metronidazol 4 hari (17- Sesuai
3 x 250 mg 20)
34 An Salman Obs Febris Ceftriaxon 3 x 3 hari (23- Sesuai
Abdillah (8 500mg 25)
th)
35 Tn CVA Ceftriaxone 3 hari (30/4- Sesuai
Marsimah 2x1 g 2/5)
(76 th)
36 Tn sDHF + HT stage Ceftriaxone 3 hari (11- Sesuai
Suparman II 2x1 g 13)
(72 th) Terfacef 2x1g 7 hari (14- Sesuai
20)
37 Tn M. Obs febris Terfacef 2x1g 5 hari (16- Sesuai
Santoso 20)
38 Tn Dispepsia (s Tricodazole 4 hari (16- Sesuai
Syamsul Sirosis) 3x500 mg 19)
Ma’ruf
(45th)
39 Tn Hasan Obs Vomiting Dariyacef 2x1 4 hari (15- Tidak sesuai,
Abdullah (PJK) g 18) pasien tidak
menunjukkan
tanda-tanda
infeksi
40 Sdr DF Ceftazidim 3 hari (12- Tidak sesuai,
Maulana 2x1 g 14) pasien tidak
Akbar (13 menunjukkan
th) tanda-tanda
infeksi
41 Ny. Siti Demartitis alergi Gentamicin 2x 4 hari (15- Sesuai
Urifah (59 + DM 8 mg 18)
th)
42 Tn Satrio DM + vertigo + Ciprofloxacin 2 hari ( 19- Tidak sesuai,
vommiting 2x500 mg 20) pasien tidak
menunjukkan
tanda-tanda
infeksi
43 Tn Dullah Obs Febris + KP INH 1x1 6 hari (13- Sesuai
Abdullah 18)
(80 th) Pyrazinamid 6 hari (13- Sesuai
1x2 18)
Rifampicin 6 hari (13- Sesuai
1x1 18)
Etambutol 1x2 6 hari (13- Sesuai
18)
Levofloxacin 5 hari (14- Sesuai
1x 750 mg 18)
44 Ny Decomp Cordis Ceftriaxon 2x1 4 hari (12, Sesuai
Asmanijah g 16-18)
45 An Ratu Obs Vommiting Terfacef 2x1g 3 hari (15- Sesuai
17)

Dari 45 pasien yang mendapakan terapi anti biotic, sebanyak 26,67% tidak
sesuai penggunaannya hal ini diakibatkan tidak sesuainya terapi Ab yang diberikan
dengan diagnosa pasien, tidak adanya kultur bakteri untuk penggunaan antibiotic kuat
semisal Meropenem,, kurang tepatnya kombinasi Ab yang digunakan.

2.3.1 PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA SECARA RASIONAL


 Ditentukan oleh :

1. DIAGNOSIS KLINIS

2. DIAGNOSIS BAKTERIOLOGIS

3. FAKTOR FARMAKOKINETIK

4. FAKTOR PENDERITA

5. SPEKTRUM DAN AKTIVITAS ANTIBIOTIKA

III. DIAGNOSIS BAKTERIOLOGIS


 Kultur dan uji sensitivitas
 Dilakukan sebelum pemberian terapi empiris
 Interpretasi hasil kultur dan tes sensitivitas

1. AB empiris = AB hsl tes → perbaikan Gejala + → AB terus

2. AB empiris  AB hsl tes → perbaikan Gejala + → AB terus


3. AB empiris  AB hsl tes → perbaikan Gejalax ( –) → AB diganti

IV. ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS

• Merupakan usaha untuk mencegah terjadinya infeksi pada keadaan klinis


tertentu,misalnya :

– Penggunaan Penicilin untuk pencegahan Endocarditis dan Rheumatic Fever

– Rifampicin untuk pencegahan infeksi Meningococcus

Penggunaan Antibiotika utnuk mencegah infeksi post operasi tetap kontroversial,


dibenarkan dilakukan pada kasus-kasus :

• Bila terdapat perforasi usus, pecahnya apendix, jaringan necrosis yang luas,
keadaan dimana kontaminasi bakteri meningkat

• Penderita dengan daya tahan tubuh yang menurun

• Bila infeksi bakteri menyebabkan malapetaka post operasi, misalkan pada


pemasangan protese katub jantung dimana bakteriemia dapat menyebabkan
infeksi pada protese. Dipilih antibiotic spectrum sempit.

2.4 PEMBUATAN DATA STABILITAS SEDIAAN OBAT INJEKSI


(Terlampir)
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saat ini pelaksanaan farmasi klinis rawat inap belum optimal, dikarenakan
kurangnya tenaga sebagai pelaksana Pelayanan Rawat inap, sehingga pelaksanaan
Udd untuk seluruh paviliun tidak dapat dilaksanakan, obat rekonsiliasi juga
kurang optimal dalam penggunaan karena tidak dapat memantau penggunaan obat
di ruangan, jumlah stok obat ruangan juga tidak terkontrol dikarenakan tenaga
kami yang harusnya melakukan control tidak tersedia cukup.

Penggunaan AB juga masih ada yang belum sesuai dengan penggunaan


terapi yang seharusnya, untuk penggunaan jenis AB yang tergolong Kuat dan
spektrumnya luas sebaiknya harus ada pengkajian untuyk memastikan
penggunaan AB telah tepat seperti tes resistensi AB, atau kultur bakteri.

3.2 Saran

1. Penyediaan penambahan tenaga untuk melaksanakan system udd untuk semua


paviliun, dimana penambahan tenaga telah diperhitungkan
2. Adanya pemisahan depo farmasi UGD,umum dan Rawat Inap
3. Penyediaan fasilitas pelaksanaan sistem udd (lemari, rak, meja,kursi, kotak
injeksi, alat tulis,etiket, label, dll)
4. Adanya kerjasama dan dukungan dari semua pihak yang terkait yakni tenaga
kesehatan lainnya dokter, perawat inap, rekam medic, bidan, gizi, dll

Anda mungkin juga menyukai