1
KASUS TUTORIAL
Pasien bayi laki-laki dengan usia 7 bulan masuk rumah sakit dengan
keluhan utama demam 2 hari yang lalu, demam terus menerus, demam tinggi
disertai dengan kejang sebanyak 1 kali dengan durasi < 2 menit , sehabis kejang
pasien langsung menangis, batuk (+) berdahak (-) dan flu (+) 2 hari yang lalu,
pasien juga mengeluhkan keluar cairan berwarna kuning keruh,agak kental dari
bagian telinga kanan sejak 1 hari yang lalu, pasie sering menarik-narik daun telinga,
mual (-), muntah (-),BAK (+) dan BAB (+) lancar.
Sebelumnya pasien belum pernah mengeluhkan sakit yang sama seperti
yang dirasakan sekarang. Dari riwayat penyakit keluarga tidak ada yang mengalami
keluhan yang sama seperti yang dirasakan pasien saat ini. Riwayat kehamilan dan
persalinan pasien lahir normal, langsung menangis, berat badan lahir 3000gr,
dibantu oleh seorang dokter dan bidan. Usia 0-7 bulan pasien mengkonsumsi ASI ,
riwayat imunisasi lengkap.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien yaitu sakit
sedang, kesadaran composmentis dan status gizi sedang. Tanda-tanda vital
didapatkan, denyut nadi 130 kali/menit, suhu 39,00 C dan respirasi sebanyak 30
kali/menit. Pada pemeriksaan kulit ,turgor kulit kembali dengan cepat,bentuk
kepala normocepal, pada pemeriksaan mata cekung (-),ikterik (-), anemia (-),
hidung rhinorea (-), tlingan otorhea (+), mulut kering (-), sianois (-), lidah kotor (-
),pada pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Pada pemeriksaan thorax nampak pergerakan dada simetris bilateral (+/+),
retraksi dinding dada (-/-), vocal vremitus kanan dan kiri (+/+) dan sonor (+/+),
bronkovesikuler (+/+), bunyi jantung I/II murni (+) reguler (+). Pada pemeriksaan
abdomen tampak datar, peristaltik usus (-), timpani pada seluruh regio a bdomen
(+), nyeri tekan abdomen (-).
Dari hasil laboratorium didapatkan :
- Wbc : 21,17 x 103 /ul
- Rbc : 4,08 x 106/ul
- Hgb : 9,2 g/dl
- Hct : 29,6 %
- Plt : 605 x 103/ul
Diagnosa kerja
- Kejang demam sederhana + Otitis media
Terapi
- IVFD RL 8 tt/m
- Cefadroxyl syr 2x ½ cth
2
- Paracetamol syr 4x 3/4
- Stesolit rectal 5 mg bilang kejang
- GG 25 mg + ctm 0,7 mg (3x1)
- Pemasangan tampon telinga (konsul tht)
3
PEMBAHASAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada suhu rektal diatas
38 C yang disebabkan oleh proses ekstrakranial tanpa adanya gangguan elektrolit
atau riwayat kejang tanpa demam sebelumnya, umumnya terjadi pada usia 6 bulan
sampai 5 tahun dan setelah kejang pasien sadar1.
Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel- sel mastoid. Otitis media
berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis non supuratif,
selain itu juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa,
otitis media sifilitika. Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah
dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Otitis media akut
bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak
terutama usia 3 bulan – 3 tahun sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran
napas atas (ISPA). Secara umum gejala anak dengan otitis media akut, yaitu nyeri
telinga, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran,demam, sulit
makan, mual dan muntah, riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi7.
4
Berdasarkan hasil anamnesis,pasien mengeluhkan demam 2 hari yang lalu,
demam terus menerus, demam tinggi disertai dengan kejang sebanyak 1 kali dengan
durasi < 2 menit , sehabis kejang pasien langsung menangis. Dari beberapa keluhan
telah terpenuhi gejala kejang demam sederhana pada penderita.
Etiologi dari kejang demam sendiri dapat disebabkan oleh Infeksi (infeksi
saluran napas atas (ISPA) Infeksi intrakranial, meningitis, ensefalitis, shigellosis)
Keracunan (Alkohol, teofilin , Kokain ) penyebab lain seperti , ensefalopati
hipertensi , tumor otak, perdarahan intrakranial, idiopatik2.
Otitis media akut sering terjadi akibat infeksi bakteri bisanya streptococcus
pneumoniae,haemophilus influenza atau staphylococcus aureus. Otitis media kaut
juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus. Otitis media akut terjadi ketika tuba
eustachius yang secara normal mengalirkan sekresi telinga tengah ke tenggorokan
menjadi tersumbat atau penuh sehingga menyebabkan penimbunan sekresi telinga
tengah dan cairan. Ketika tuba eustachius terbuka kembali, tekanan ditelinga yang
mengalami kongesti tersebut dapat menarik sekresi hidung yang terkontaminasi di
faring dan nasofaring melalui tuba eustachius untuk masuk ke telinga tengah
sehingga terjadi infeksi, eksudat purulen yang ada dalam telinga tengah dan
mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
5
seluruh faktor risiko ada, kemungkinan 80 % terjadi kejang demam berulang. Jika
hanya terdapat satu faktor risiko hanya 10 – 20 % kemungkinan terjadinya kejang
demam berulang4.
Pada Anak yang sedang mengalami kejang, anak dimiringkan agar jangan
terjadi aspirasi ludah atau lendir dari mulut. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka,
agar suplai oksigen tetap terjamin, bila perlu diberikan oksigen. Fungsi vital,
keadaan jantung, tekanan darah, kesadaran perlu diikuti dengan seksama. Suhu
yang tinggi harus segera diturunkan dengan kompres dan pemberian antipietik.
Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam, dengan dosis
intravena 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 12 mg/menit atau
dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Dirumah, orang tua dapat
menggunakan diazepam rektal ( Level II, - 2, Level II-3, rekomendasi B ) dengan
dosis 0,5 – 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7.5 mg untuk anak diatas usia 3
tahun5.
- Bila kejang belum berhenti, diulang dengan cara dan dosis yang sama
dengan interval waktu 5 menit .B
- bila masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat
diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg.
- Bila kejang belum berhenti, berikan fenitoin secara intravena dengan dosis
awal 20 mg/kg/kali kali dengan kecepatan 1 mg/kg/ menit atau kurang dari
50 mg/menit. Bila kejang berhenti, dosis selanjutnya 4 – 8 mg /kg/hari,
dimulai 12 jam setelah dosis awal.
- Bila kejang belum berhenti, pasien dirawat diruang rawat intensif.Bila
kejang telah berhenti, harus ditentukan apakah perlu pengobatan
profilaksisatau tidak tergantung jenis kejang demam dan faktor risiko yang
ada pada anak tersebut.
6
berlangsung terus dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap.Terdapat 2
cara profilaksis, yaitu :
7
BB perhari dalam 2 dosis dan akan mencapai kadar terapeutik dalam2-3
minggu. Efek samping fenobarbital ialah iritabel, hiperaktif, pemarah dan
agresif ditemukan pada 30–50 % kasus. Penggunaan feobarbital pada anak-
anak dapat menyebabkan hiperaktivitas Efek samping fenobarbital dapat
dikurangi dengan menurunkan dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah
asam valproat dosis penggunaan asam valproat 15-20 mg/kg/hari dalam 2-
4 dosis untuk mencpai kadar terapeutik (40-150 mikrogram/ml) dalam 1-4
hari, efek samping yang sering terjadi adalah gangguan pencernaan (>20%),
termasuk mual, muntah, anorexia, dan peningatan berat badan. Penggunaan
asam valproat dengan fenitoin secara bersamaan dapat meningkatkan kadar
fenobarbital dan dapat mempengaruhi efek sedasi yang dihasilkan,
sedangkan kombinasi asam valproat dengan aspirin akan meningkatkan
kadar asam valproat5.
Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam
o Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah
b. Fungsi lumbal
a. Pemeriksaan LCS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis
b. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat ini pemeriksaan LP tidak
dilakukan secara rutin pada anak berusia <12 bulan yang mengalami
kejang demam sederhana dengan keadaan umum baik
Indikasi pungsi lumbal:
o Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
o Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
8
o Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibiotik, dan pemberian antibiotik
tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.
c. Elektroensefalografi (EEG), bila terdapat Indikasi
o Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam,
KECUALI apabila bangkitan bersifat fokal
o EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya
fokus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut
d. Pencitraan
o Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin
dilakukan pada anak dengan kejang demam sederhana
o Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau
paresis nervus kranialis6.
Penatalaksanaan otitis media supuratif akut, standar terapi pada otitis media
supuratif akut mengharuskan pasien yang didiagnosis menderita suatu infeksi
telinga tengah akut harus mendapatkan terapi antimikroba selama 10-14 hari.
Terapi dimulai berdasarkan empiris dengan tujuan memberantas bakteri yang
dijumpai pada OMSA7.
9
diperiksa ulang selama mendapatkan terapi untuk memastikan keefektifan obat
yang diberikan7.
Pemeriksaan penunjang:
Otitis media akut sembuh bila tidak ada lagi cairan di kavum timpani dan
fungsi tuba eustakius sudah normal(cek dengan timpanometer). Kesembuhan yang
tidak sempurna, dapat menyebabkan berulangnya penyakit atau meninggalkan
otitis media efusi kronis dengan ketulian ringan sampai berat7.
- Orang tua atau pengasuh anak harus diberi cukup informasi mengenai
penanganan demam dan kejang.
- Profilaksis intermittent dilakukan dengan memberikan diazepam dosis 0,5
mg/kg BB perhari, per oral pada saat anak menderita demam. Sebagai
alternatif dapat diberikan profilaksis terus menerus dengan fenobarbital.
- Memberikan diazepam per rektal bila terjadi kejang.
- Pemberian fenobarbital profilaksis dilakukan atas indikasi, pemberian
sebaiknya dibatasi sampai 6 – 12 bulan kejang tidak berulang lagi dan kadar
fenoborbital dalam darah dipantau tiap 6 minggu – 3 bulan, juga dipantau
keadaan tingkah laku dan psikologis anak6.
10
prognosis
11
DAFTAR PUSTAKA
12