PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesa, didapatkan hasil bahwa ibu bernama Ny.U berusia 22 tahun
G1P1A0 dalam keadaan fisiologis dan tidak ditemukan masalah berkaitan dengan
umur beresiko, riwayat kesehatan ibu dan keluarga yang dapat mempengaruhi
kehamilan maupun riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu. Data subyektif
di daptkan dari hasil wawancara dengan keluarga atau pasien itu sendiri.
Dari data hasil wawancara yang di dapatkan Ny.U dan keluarga dalam
keadaan sehat tidak mendapatkan penyakit yg menurun atau pun menular, dan dalam
penelitian Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajarriyanti (2016) diperoleh nilai p
sebesar 0,025 (p < alfa) yang berarti H0 ditolak artinya terdapat hubungan antara
bayi dengan ibu anemia yang mengalami asfiksia sebanyak 26 (72,2%), bayi dengan
ibu hipertensi mengalami asfiksia sebanyak 1 (0,5%), bayi dengan ibu preeklamsi
ringan yang mengalami asfiksia. sebanyak 62 (30,5%), bayi dengan ibu preeklamsi
berat yang mengalami asfiksia sebanyak 93 (45,8%), dan bayi yang mengalami
asfiksia dengan ibu eklamsi sebanyak 15 (7,4%). Hal ini menunjukkan kejadian
asfiksia neonatorum dapat terjadi pada bayi dari ibu yang mengalami penyakit
anemia, hipertensi, preeklamsi ringan dan berat, maupun eklamsi. Namun dalam hasil
Di lihat dari status perkawinan Ny U menikah saat usia 21 tahun dimana usia
tersebut merupakan umur yang sudah matang. Menurut teori Sarwono 2010 Umur ibu
untuk mengetahui apakah ibu hamil terlalu muda atau terlalu tua. umur ibu kurang
dari 20 tahun lebih dari 35 tahun merupakan faktor predisposisi kelahiran premature,
namun dalam kasus umur ibu merupakan umur yang sudah matang karena dengan
kehamilan dan persalinan kurang bulan akan menyebabkan terjadinya asfiksia namun
pada kasus pengkajian riwayat kehamilan ibu mengatakan umur kehmailan 42 lbih 3
hari karena ibu tidak merasakan tanda- tanda persalinan. Menurut (Marmi, 2015;
postmaturitas, selain itu masalah yang dapat terjadi dari persalinan ini diantaranya
dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi) mengakibatkan kompresi tali
pusat, prolaps uteri, dry labour, partus lama, APGAR SCORE rendah. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fitriani tahun 2010 dengan judul “Hubungan
Persalinan Postmatur dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul” yaitu responden yang memiliki bayi dengan asfiksia sedang
yaitu 25 orang (53,2%) dan yang paling sedikit adalah bayi yang mengalami asfiksia
berat yaitu 7 orang (14,9%) dengan responden yang mengalami persalinan postmatur
asfiksia pada bayi dengan persaalinan postmatur. Dengan demikian tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik yang terjadi karena pada kasus Ny U dengan
umur kehamilan 42 lebih 3 hari yang berarti ny.U mengalami kehamilan postmaturus
dan pada pemeriksaan fisik BBL didapati kuku panjang , kulit mengelupas dan tali
Nilai apgar score yang di dapatakan bayi Ny U saat setelah lahir adah 5,
menurut Winkjosasto 2010 h 89 nilai apgar score 4- 6 masuk dalam kategori asfiksia
sedang yang memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lender yang
menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas.. Menurut
Depkes RI 2008 h; 151 Nilai skor APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan
resusitasi tidak didasarkan penilaian APGAR, tetapi skor APGAR tetap dipakai untuk
menilai kemajuan kondisi BBL pada saat I menit , dan 5 menit setelah kelahiran.
Denyut jantung Tidak ada < 100 kali per > 100 kali per Pulse
menit menit
Respon reflek Tidak ada respon Menangis atau Menangis atau Grimace
terhadap menangis lemah bersin atau batuk
stimulasi. ketika ketika saat stimulasi
distimulasi saluran napas.
Tonus otot Lemah atau tidak Sedikit gerakan Bergerak aktif Activity
ada
Pernafasan Tidak ada Lemah atau tidak Merah seluruh Respiration
teratur tubuh. Menangis
kuat, pernafasan
baik dan teratur.
Sumber : Wiknjosastro, 2010.
Pada kasus bayi lahir menangis merintih warna kebiruan ( sianosis) dan reflek
lemah maka penatalaksaan segera yang dapat di lakukan penanganan HAIKAL. Menurut
Teori 5 langkah awal dalam pennganan asfiksia adalah jaga bayi tetap Hangat , Atur posisi
bayi, Isap lendir, Keringkan dan rangsang bayi, Atur kembali posisi kepala bayi dan
selimuti bayi dan lakukan penilain ulang bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca
resusitasi dan Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas : mulai lakukan ventilasi bayi
Wiknjowsastro 2010.
Pada kasus sudah di berikan penatalaksaan yang sesuai dengan teori untuk menjaga
kehanggatan bayi, bayi sudah di tempatkan di bawah suction warmer yang di nyalakan di
lanjutkan dengan suction, pada kasus setelah di lakukan suction bayi dapat menangis warna
berangsur kemerahan dan reflek sudah bagus di lanjutkan dengan pengukuran antopometri
dan tindakan lanjutakan pemasangan oksigen. Setelah di observasi beberapa jam keadaan