Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dan melibatkan indera

penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan (Sitiawati, 2008).

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo,

2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Kognitif

Menurut Bloom pengetahuan mencakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2007) yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

Universitas Sumatera Utara


2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yant

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

4. Analisis (Analyisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam satu struktur.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan verifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor internal (pendidikan,

persepsi, motivasi, pengalaman) dan faktor eksternal (lingkungan, sosial, ekonomi

(penghasilan), kebudayaan dan informasi (Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara


1. Faktor Internal meliputi:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,

lebih baik dan lebih matang dari pada individu, kelompok atau

masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh, pendidikan

terhadap perkembangan pribadi bahwa pada umumnya pendidikan itu

mempertinggi taraf intelegensi individu.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera

penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya, setiap orang

mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama.

c. Motivasi

Motivasi adalah sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu

tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam

bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi

memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar, motivasi

murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu

perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga

merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti

Universitas Sumatera Utara


dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya

pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang

akan datang menentukan perilaku masa kini.

2. Faktro Eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain meliputi:

a. Lingkungan, sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat

dan perilaku individu.

b. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu hubungan

antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

c. Kebudayaan, adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan perjuangan

sumber-sumber didalam suatu masyaraka akan menghasilkan suatu pola

hidup.

d. Informasi adalah penerangan/keterangan, pemberitahuan yang dapat

menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo,

2003).

2.2. Zat Tambahan Makanan

2.2.1. Definisi Zat Tambahan Makanan

Zat tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

sebagai makanan, dan biasanya merupakan unsur khas makanan mempunyai atau

tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan

untuk maksud teknologi (termasuk organo septik). Pada pembuatan, pengolahan,

penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan

makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak

Universitas Sumatera Utara


langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makan tersebut

(Sartono, 2001).

Bahan tambahan pangan (Food Additive) adalah bahan atau campuran

yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi di

tambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan.

Jadi bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan

agar memiliki kualitas yang meningkat (Budiyanto, 2004).

2.2.2. Zat-zat Tambahan Yang Terdapat pada Makanan

Zat-zat Tambahan yang terdapat pada makanan ada beberapa jenis seperti

diuraikan dibawah ini (Cahyadi, 2006).

1. Pewarna

Penyalah gunaan pemakaian zat pewarna yang sembarangan digunakan

pada bahan pangan misalnya zat pewarna untuk tekstil untuk mewarnai bahan

makanan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena ada residu logam

berat pada zat pewarna tersebut Pewarna dicampur dalam makanan untuk

menimbulkan warna tertentu yang diharapkan dapat membangkitkan selera.

Namun sayangnya, tidak banyak tersedia zat pewarna seperti yang diharapkan.

Zat pewarna yang tidak dianjurkan untuk makanan adalah sunset yellow,

azorubine indigotine, amaranth, tartazine, brilliant blue, food greens,

brilliant black, brown Hi, annatho extract, dan masih banyak jenis pewarna

lainnya (Arisman, 2009).

Ada beberapa hal yang menyebabkan suatu bahan pangan berwarna antara

lain dengan penambahan zat pewarna. Secara garis besar, berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan

bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (Cahyadi,

2006).

a. Pewarna Alami

Banyak warna cemerlang yang ditemukan pada tanaman dan hewan

dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna

alami ikut menyumbangkan niali nutrisi (karotinoid, riboflavin, dan

kobalamin) merupakan bumbu (kunir dan paprika) atau pemberi rasa

(charamel) ke bahan olahannya. Beberapa pewarna alami yang berasal dari

tanaman dan hewan diantaranya adalah klorofil, mioglobin, dan

hemoglobin, anthasianin, fravonoid, fannin, quinon dan xanthon dan

karatenoid (Cahyadi, 2006).

b. Pewarna Sintetis

Zat warna yang digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur

penggunaannya yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini

meliputi, pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisa media.

terhadap zat warna tersebut. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya

melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali

terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Untuk

zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen

tidak boleh lebih dari 0,0004 persen dan timbal balik tidak boleh lebih dari

0,0001 sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada (Cahyadi, 2006).

Universitas Sumatera Utara


2. Pengawet

Pengawet adalah zat (biasanya zat kimia) yang digunakan untuk mencegah

pertumbuhan bakteri pembusuk mempengaruhi warna, tekstur dan rasa

makanan dan tentu saja tidak mahal (Arisman, 2009).

a. Jenis Bahan Pengawet

Zat pengawet Anorganik, yang sering dipakai adalah sulfit,

hydrogen peroksida, nitrat dan nitrit dan zat pengawet organic lebih

banyak dipakai dari pada yang anorganik karena bahan ini lebih mudah

dibuat. Bahan organic digunakan baik dalam bentuk asam maupun dalam

bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet

adalah asam sorbet, asam propinol, asam benzoate, asam asetat, dan

epoksida (Cahyadi, 2006).

b. Mekanisme Kerja Bahan Pengawet

Mekanisme kerja senyawa anti mikroba berbeda-beda antara

senyawa yang satu dengan yang lain, meskipun tujuan akhirnya sama yaitu

menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba. Larutan garam

NaCl dan gula yang digunakan sebagai bahan pengawet selamanya lebih

pekat dari pada sitoplasma dalam mikro organisme. Oleh karena itu air

akan keluar dalam sel dan sel menjadi kering atau mengalami dehidrasi.

Kerja asam sebagai baha pengawet tergantung pada pengaruhnya terhadap

pertumbuhan mikro organism seperti bakteri yang tumbuh pada bahan

pangan.

Universitas Sumatera Utara


Penambahan asam berarti menurunkan ph yang disertai dan naiknya

konsentrasi ion hydrogen (H+) dan dijumpai bahan ph rendah lebih besar

penghambatannya pada pertumbuhan organisme. Efektifitas suatu asam

dalam menurunkan ph tergantung pada kekuatan (strength) yaitu derajat

ionisasi asam dan konsentrasi yaitu jumlah asam dan volume tertentu

(Cahyadi, 2006).

c. Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet

Bahan pengawet merupakan salah satu bahan tambahan pangan

yang paling tua penggunaannya. Pada permulaan peradaban manusia asap

telah digunakan untuk mengawetkan daging, ikan dan jagung. Demikian

pula pengawetan dan menggunakan garam, asam dan gula telah dikenal

sejak dahulu kala. Kemudian dikenal penggunaan bahan pengawet untuk

mempertahankan pangan dari gangguan mikroba sehingga pangan tetap

awet seperti semula.

Secara ideal, bahan pengawet akan menghambat atau membunuh

mikroba yang penting dan kemudian memecah senyawa berbahaya

menjadi titik berbahaya dan toksin. Bahan pengawet akan mempengaruhi

dan menyeleksi jenis mikroba yang dapat hidup pada kondisi tersebut.

Derajat penghambatan terhadap kerusakan bahan pangan oleh mikroba

bervariasi dengan jenis bahan pengawet yang digunakan dan besarnya

penghambatan ditentukan oleh konsentrasi bahan pengawet yang

digunakan.

Universitas Sumatera Utara


3. Penyedap Rasa

Penyedap rasa didefinisikan sebagai bahan tambahan pangan yang dapat

memberikan dan menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Penyedap rasa

merupakan gabungan dari semua perasaan yang terdapat dalam mulut,

termasuk mouth feel. Mouth feel suatu bahan pangan yaitu perasaan kasar-

licin, lunak liat dan cair kental. Penyedap rasa bukan hanya merupakan suatu

zat, melainkan suatu komponen tertentu yang bersifat khas. Bahwa penyedap

mempunyai beberapa fungsi dalam bahan pangan sehingga dapat

memperbaiki, membuat lebih bernilai atau diterima dan lebih menarik. Sifat

utama pangan seperti flavor jeruk manis, jeruk nipis, lemon, dan sebagainya

(Cahyadi, 2006).

a. Tujuan Penggunaan Penyedap Rasa

Bahan penyedap mempunyai fungsi dalam bahan pangan sehingga

dapat bersifat memperbaiki, membuat lebih bernilai atau lebih diterima

dan lebih menarik. Sifat utama pada penyedap rasa adalah member ciri

khas khusus suatu pangan seperti flavor jeruk manis, jeruk nipis, lemon

dan sebagainya (Cahyadi, 2006).

Tujuan penggunaan penyedap rasa dalam pengolah pangan adalah

sebagai berikut: mengubah aroma hasil olahan dan penambahan aroma

tertentu selama pengolahan, modifikasi, pelengkap atau penjual aroma,

menutupi atau menyembunyikan aroman bahan pangan yang tidak disukai,

membentuk aroma baru atau menetralisir atau bergabung dengan

komponen dalam bahan penyedap.

Universitas Sumatera Utara


b. Jenis Bahan Penyedap

Penyedap alami (bumbu, herbal, dan daun minyak esensial,

penyedap sari buah, ekstra tanaman atau hewan dan penyedap sintetis).

c. Efek Penyedap Rasa Terhadap Kesehatan

Beberapa bahan penyedap rasa yang menyebabkan gangguan bagi

kesehatan adalah :

- Monosodium glutamate (MSG)

- Potassium hydrogen L-glutamate (mono patassum glutamate)

- Kalsium di hydrogen di L-glutamate

4. Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan

digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman

dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan

aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet memperbaiki sifat-sifat

kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis

minuman dan makanan dan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program

pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi sakit gigi dan sebagai

bahan substitusi pemanis utama.

a. Jenis Pemanis

Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi

pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Pemanis alami biasanya

berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu

(Sacchanum Offi Canarcum L). bahan pemanis yang dihasilkan dari kedua

Universitas Sumatera Utara


tanaman tersebut dikenal sebagai gula alami atau sukrosa ( Cahyadi,

2006).

Mengelompokkan beberapa bahan pemanis alami yang sering

digunakan adalah: sukrosa, laktosa, maltose, galaktosa, D-glukosa, D-

fruktosa, sorbet, manitol, gliseril, gliserum.

b. Efek Pemanis Sintetis Terhadap Kesehatan

Penggunaan zat pemanis sintetik dapat mengakibatkan deficit

intelektual yang berat sehubungan dengan penggunaan zat pemanis

sintetik, bermanifestasi susah mengingat, lupa waktu, kepala pusing, sakit

persendian, mual, mati rasa, kejang otot, kegemukan, hingga berakhir

dengan kematian (Robet, 2008).

2.2.3. Dampak Zat Tambahan Pada Kesehatan

Rasanya sulit sekali untuk tidak bersinggungan dengan bahan-bahan

makanan yang benar-benar tidak pernah tersentuh oleh substansi kimia. Petani

menabur pupuk untuk menyuburkan dan menyemprotkan peptisida untuk

membunuh serangga pengganggu.

Pasca panen, sebagian buah dan sayuran ditaburi zat kimi kembali agar

tidak cepat membusuk. Sebutir apel kini tidak dapat lagi dipercaya sebagai buah

peningkat daya tahan tubuh, sedangkan pepatah dulu mengatakan bahwa sebutir

apel sehari dapat membuat pemakannya tidak membutuhkan dokter karena

penyakit tidak dapat menembus pertahanan yang dibangun oleh komponen zat

gizi didalam apel.

Universitas Sumatera Utara


Bahan kimia yang hamper selalu digunakan dan pemrosesan makanan

adalah: zat aditif, peptisida, logam beracun dan produk rumahan. Zat aditif adalah

zat yang ditambahkan kedalam makanan untuk lebih menyedapkan atau membuat

makanan tersebut menjadi lebih tahan lama. Peptisida adalah zat kimia yang

biasanya digunakan untuk membunuh serangga. Logam beracun sering digunakan

sebagai pelapis wajan atau wadah untuk memasak. Produk rumahan adalah zat

kimia yang lazim digunakan dirumah tangga seperti cairan pembersih dan pupuk.

(Arisman, 2009).

Ada beberapa zat aditif yang dilarang digunakan karena dapat berdampak

pada kesehatan yaitu:

1. Allura Red Ac

Berguna untuk pewarna merah-jingga, digunakan pada minuman, permen,

bumbu (saus, cuka, anggur, obat dan kosmetik).

Tidak boleh digunakan penderita asma (juga hang fever) dan urtikaria, karena

daoat menyebabkan kaker pada tikus percobaa. Dilarang beredar di Denmark,

Belgia, Perancis, Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.

2. Amaranth

Berguna untuk pewarna anggur, kue, kristal selai. Memicu timbulnya

asma, rhinitis, urtikaria, dan hiper aktivitas. Menyebabkan cacat lahir dan

kematian janin pada hewan percobaan; mungkin juga kanker. Dilarang beredar

di AS, Rusia, Austria, Norwegia.

Universitas Sumatera Utara


3. Aspartan

Berguna untuk pemanis permen, alkohol dan makanan lain. Dapat

mempengaruhi penderita feriketoturia. Dosis tinggi jangka lama

mengakibatkan sakit kepala, buta dan kejang.

4. Asam Benzoat

Kegunaan dicampur dalam minuman beralkohol (pengawet, serelia,

makanan, pangan, keju, gula-gula, rempah, bahan olahan susu beku, permen

lunak, pengganti gula, kosmetik, sebagai anti septik dan obat batuk dan salep

anti jamur.

Dapat menghambat enzim pencernaan untuk sementara waktu dan

menurunkan kadar glisin. Jangan digunakan pada penderita asma (terutama

penderita yang bergantung pada steroid), rhinitis, urtikaria, alergi lain, dan

neurologis serta hiper aktivitas.

5. Ba H lafed Hiydroxy Anisole

Berguna untuk pengawet terutama, makanan berlemak, permen karet,

daging, produk kentang instan, margarine mungkin karsinogen terhadap

manusia. BHA juga berinteraksi dengan nitrat membentuk senyawa yang

mengubah sel DNA. Tidak diperkenankan untuk digunakan dalam makanan

bayi, karena dapat memicu timbulnya reaksi alergi pada sebagian orang. Serta

memicu hiper akitivitas dan intoleransi dengan dosisi tinggi dapat

menyebabkan kanker pada binatang percobaan. Dilarang beredar di Jepang.

Universitas Sumatera Utara


6. Kalsium Benzoat

Kegunaan pengawet berbagai makanan, minuman, produk rendah gula,

serezura olahan daging. Dapat menghambat fungsi enzim pencernaan dan

menurunkan kadar asam amino glisin. Larangan : hang fever, urtikaria dan

asma

7. Kalsium Sulfit

Berguna sebagai pengawet banyak makanan, mulai dari burger, minyak,

biskuit, di jamur beku, hingga lobak. Digunakan juga untuk membuat bahan

lama tampak lebih segar. Pada kesehatan dapat menyebabkan gangguan

bronkus, flu shing, hipotensi, syok, anafilaktik, gatal, L10. Dilarang terhadap

penderita asma, masalah kardiorespirasi dan emfisema.

8. MSG

Berguna untuk penyedap rasa. Menyebabkan tekanan di kepala, kejang,

nyeri dada, sakit kepala, mual dan rasa terbakar.

9. Kalium Nitrat

Kegunaannya fiksasi warna dan pengawet daging kari dan daging yang

dikalengkan. Pengaruhnya pada kesehatan dapat menurunkan daya angkut

oksigen darah (menyebabkan sesak nafas, pusing, sakit kepala) berikatan

dengan zat lain membentuk nitrosamine yang bersifat karsinogenik dan

berefek atrofik terhadap kelenjar adrenal, tidak boleh digunakan dalam

makanan bayi dan anak.

Universitas Sumatera Utara


10. Propyl P-hydroxy Benzoate, Propyl Paraben dan Paraben.

Berguna untuk pemanis buatan. Mungkin bersifat karsinogenik terhadap

manusia.

11. Natrium meta trisulfit/Natrium Sulfit

Berguna untuk pengawet pada pembuatan anggur dan pemrosesan

makanan serta anti oksidan. Dapat memicu asma yang berat, kebanyakan

penderita asma peka terhadap sulfit.

12. Stannous Chloride

Kegunaannya untuk anti oksidan dan penahan warna pada makanan yang

kalengan atau botolan, serta jus. Dapat menyebabkan keracunan akut pernah

dilaporkan akibat mengkonsumsi jus jeruk yang mengandung zat aditif ini

lebih dari 20 mg per liter.

13. Sulfur Dioksida

Berguna sebagai pengawet produk tertentu: bir, minuman ringan, buah

kering, jus, anggur, cuka, dan produk kentang. Sulfur dioksida bereaksi

dengan zat yang terdapat dalam makanan: berbagai vitamin penting, mineral,

enzim, asam lemak esensial. Reaksi yang tidak diinginkan gangguan bronchus

terutama pada mereka yang mudah terkena asma, hypotensi, merah dan gatal,

sok anafilaktik, penderita bronchitis, konjungsi livits, emfisema, asma dan

kardiovaskular dilarang mengkonsumsi.

14. Sunset Yellow

Digunakan dalam serealia, bakery, permen, camilan, minuman kaleng,

ikan kalengan, obat seperti Barocca, polaramine, sirup ventolin.

Universitas Sumatera Utara


Indikasi setardasi pertumbuhan. Penderita asma, rhinitis, urtikaria jangan

mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung zat ini. Efek samping

berupa urtikaria, rhinitis, hidung tersumbat, alergi, hiper aktivitas, tumor

ginjal, kerusakan kromosom, sakit perut, mual dan muntah.

Dilarang di Norwegia.

15. Tartrazine

Kegunaannya pewarna kuning makanan, minuman, permen, selai, serelia,

camilan, ikan kalengan, sup kalengan. Menyebabkan reaksi alergi, serangan

asma, dan hiper aktivitas pada anak, berkaitan dengan tumor tiroid, kerusakan

kromosom, kepekaan terhadap tartrazine yang berhubungan dengan kepekaan

terhadap aspirin. Dilarang di Australia dan Norwegia.

2.3. Makanan Jajanan

2.3.1 Pengertian Makanan Jajanan

Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam istilah

lain disebut “street food” menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan

minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan

ditempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi

tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab

tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan

bervariasi.

Makanan minuman jajanan adalah makanan minuman yang tidak

mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair

Universitas Sumatera Utara


yang mengandung bahan-bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik

yang dikemas dalam kemasan siap untuk di konsumsi (Cahyadi, 2005).

Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan masyarakat baik diperkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan

jajanan diperkirakan terus meningkat mengingat makin terbatasnya waktu anggota

keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah

murah dan mudah di dapat serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera

kebanyakan masyarakat.

2.3.2. Gangguan Akibat Makanan Jajanan

Adapun akibat gangguan akibat makanan jajanan adalah:

1. Jajanan Pinggir jalan

Jajanan yang dijual dipinggir jalan kemungkinan besar tercemar timah

(Pb). Pb dapat mengakibatkan idiot, infertilitas, keguguran, kelumpuhan,

gastrointestinal (kram perut, sembelit, mual, muntah-muntah), encephalphaty

(sakit kepala, bingung, pikiran kacau, sering pingsan dan koma), gagal ginjal,

kaku, kelemahan, tidak ingin bermain, peka terhadap rangsangan, sulit

berbicara.

2. Makanan Tidak Bersih Bisa Tercemar bakter E-coli

Gangguan yang ditimbulkan bakteri ini adalah sakit perut, diare dan

gangguan pencernaan lainnya.

3. Jajanan yang menggunakan formalin dan boraks dapat mengakibatkan

gangguan pencernaan, seperti sakit perut akut, muntah-muntah, depresi sistem

syaraf, serta kegagalan peredaran darah. Formalin dan boraks biasanya

Universitas Sumatera Utara


digunakan untuk pengawet mayat, pembasmi kecoa, dan penghilang bau.

Dalam dosis tinggi formalin menyebabkan kejang-kejang, tidak bisa kencing,

muntah darah, kerusakan ginjal bahkan kematian.

4. Jajanan dengan pewarna rhodamin dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati,

bahkan kanker hati puluhan tahun kemudian.

5. Jajanan yang mengandung Vetsin (Mono Sodium Glutamat/MSG)

menyebabkan sindrom restoran china. Tanda-tanda rasa kebas di tengkuk,

menjalar ke lengan dan belakang. Dalam jangka panjang MSG dapat

mengakibatkan kanker bahkan kematian.

Beberapa tindakan yang oleh masyarakat diperkirakan aman ternyata

berpengaruh buruk terhadap keamanan makanan. Misalnya penggunaan air

limbah untuk mengairi pertanian dapat menyebabkan kontaminasi pada hasil

panen atau menyebabkan infeksi pada manusia atau makanan hewan (Depkes

RI, 2004).

2.3.3. Konsumsi Makanan dan Kebiasaan Jajan Anak Sekolah

Pada permulaan usia sekolah, anak mulai berhubungan dengan orang-

orang di luar keluarganya. Selain itu mereka berkenalan pula dengan suasana dan

lingkungan baru dalam hidupnya. Keadaan ini tentu saja dapat mempengaruhi

kebiasaan makan anak. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah,

rasa takut terlambat tiba di sekolah menyebabkan anak sering menyimpang dari

kebiasaan makan yang sudah teratur sebelum masuk sekolah.

Universitas Sumatera Utara


Timbulnya kebiasaan jajan akan mempengaruhi konsumsi makanan di

rumah. Bila anak terlalu banyak makan jajanan, terutama bila jajan dilakukan

pada saat yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu

makan anak. Keadaan ini berkaitan dengan keadaan anak yang mempunyai

lambung kecil, sehingga dengan jajanan anak sudah merasa kenyang.

Frank (1997) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada

hubungan antara kebiasaan makan anak dengan ukuran tubuhnya. Makan siang

dan malam anak sekolah menyediakan 60% dari intake kalori, sementara makanan

jajanan menyediakan kalori sekitar 25%. Anak yang gemuk dan obesse ternyata

hanya sedikit makan pada waktu makan pagi dan lebih banyak makan pada waktu

siang dibandingkan dengan anak yang kurus pada umur yang sama. Khusus untuk

intake energi dari makan pagi dan jajanan sore hari mempunyai hubungan yang

terbalik endang kegemukan anak.

Strare & Margaret (1994) berpendapat bahwa anak-anak usia SD akan

mempunyai gizi yang baik terutama jika mereka berasal dari keluarga yang

mempunyai kebiasaan makan yang baik. Pada usia sekolah ini sebagian besar

makanan mereka dimakan dirumah. Dalam hal ini orang tuan mempunyai peran

yang cukup besar dalam menyediakan dan merencanakan makanan dirumah.

Dikatakan juga bahwa bila terdapat kebiasaan gizi yang jelek pada anak, selain

dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga yang jelek juga dipengaruhi oleh

pendapatan keluarga yang rendah. Dengan pendapatan yang terbatas makanan

yang mencukupi tidak selalu tersedia untuk memberikan variasi dan jumlah yang

dibutuhkan dalam mengembangkan kebiasaan gizi yang baik pada anak.

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil penelitian terhadap anak umur 8 tahun, Magarey (1987)

mendiskripsikan bahwa 71 persen dari semua makanan anak dimakan dirumah

bersama keluarga, 20 persen dengan teman di sekolah dan kurang dari 1 persen

dimakan direstoran dan tampat-tempat penjual makanan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai