Chapter PDF
Chapter PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan
(Cunningham, 2006).
ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh
kearah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kearah medial. Kemudian
jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks vagina dan disekitar porsio pada waktu
koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan
tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian ampula tuba
dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan
dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses
ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona
berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu
(pembelahan mieosis kedua) sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda
kutub (polar body) kedua menuju ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya
terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46
laki-laki satu X dan satu Y. sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang
zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung
banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi,
terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam
stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, sehingga
volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan
demikian, zona pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi
tetap utuh. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars
ismika dan pars interstisial tuba (bagia-bagian tuba yang sempit) dan terus
disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel
yang disebut blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan
dibagian dalamnya disebut massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan
diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis
terbentuk amnion dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm berupa
sebuah membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah membran janin
paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Amnion manusia pertama
kali dapat diidentifikasi sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah.
Secara jelas telah diketahui bahwa amnion tidak sekedar membran avaskular yang
berfungsi menampung cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis, terlihat
dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan
Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu.
Pada awal trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari cairan ekstrasel yang
Volume cairan amnion pada setiap minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara
secara bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada minggu ke-33. Dengan
(Cunningham, 2006).
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini
menjelang aterm, saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak
kehamilan normal. Cairan amnion ini berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang
mudah dikenali dan merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi
kemajuan kehamilan. Ada tiga tanda yang menunjukkan telah terjadinya suatu
kehamilan, yang pertama tanda persumtif adalah tanda dugaan seorang wanita
mengalami kehamilan, yang termasuk tanda persumtif ini antara lain adanya mual
dengan atau tanpa muntah, terjadi gangguan berkemih, fatigue (rasa mudah lelah)
dan persepsi adanya gerakan janin. Kedua adalah tanda kemungkinan hamil yang
perubahan pada mukosa vagina, selain itu terjadinya peningkatan pigmentasi kulit
dan timbulnya striae abdomen. Ketiga adalah tanda positif hamil yaitu terjadi
perubahan pada serviks, serta adanya kontraksi braxton hiks dan terakhir tanda
pasti kehamilan yang mana akan dapat diidentifikasi kerja jantung janin, adanya
2006).
2.2.1 Pengertian
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-
tanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu
penyebabnya secara langsung masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor yang lebih berperan sulit
pada perempuan hamil dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi
bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin,
jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan
(Sualman, 2009).
2009).
andal untuk menegakkan diagnosis ini hanyalah demam; suhu tubuh 38ºC atau
lebih, air ketuban yang keruh dan berbau yang menyertai pecah ketuban yang
b. Infeksi genitalia
serviks oleh organisme ini pada ketuban pecah dini dan kelahiran preterm belum
jelas. Pada wanita yang mengalami infeksi ini banyak mengalami keputihan saat
hamil juga mengalami ketuban pecah dini kurang dari satu jam sebelum
pada saat hamil terjadi perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah
peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta terjadi
dianggap sebagai hal yang biasa dan sering luput dari perhatian ibu maupun
(prematuritas), ketuban pecah sebelum waktunya atau bayi lahir dengan berat
badan rendah (< 2500 gram). Sebagian wanita hamil tidak mengeluhkan
gatal yang sangat, cairan berbau namun tidak berbahaya bagi hasil persalinannya.
Dari berbagai macam keputihan yang dapat terjadi selama kehamilan, yang paling
(Sualman, 2009).
minggu yang dideteksi berkaitan dengan peningkatan kejadian ketuban pecah dini
dan kelahiran preterm spontan sebesar dua kali lipat setelah terinfeksi bakteri ini
(Cunningham, 2006).
Infeksi akut yang sering menyerang daerah genital ini termasuk herpes
simpleks dan infeksi saluran kemih (ISK) yang merupakan infeksi paling umum
preterm dan bayi berat badan rendah. Pecah ketuban sebelum persalinan pada
preterm disebabkan oleh infeksi dan mendapat komplikasi dari infeksi tersebut
(Chapman, 2006).
pada biasanya yang disebabkan adanya perubahan hormonal, maupun reaksi alergi
terhadap zat tertentu seperti karet kondom, sabun, cairan pembersih vagina dan
bahan pakaian dalam. Keputihan pada kehamilan juga dapat terjadi akibat adanya
genital. Keputihan akibat infeksi yang terjadi pada masa kehamilan akan
meningkatkan resiko persalinan prematur dan ketuban pecah dan janinnya juga
penyebab yang jelas, infeksi diyakini merupakan salah satu penyebab terjadinya
ketuban pecah dini dan persalinan preterm. Vaginosis bakterial adalah sindrom
klinik akibat pargantian laktobasilus penghasil H2O2 yang merupakan flora normal
vaginalis, yang akan menimbulkan infeksi. Keadaan ini telah lama dikaitkan
dengan kejadian ketuban pecah dini, persalinan preterm dan infeksi amnion,
terutama bila pada pemeriksaan pH vagina lebih dari 5,04 yang normalnya nilai
yang bisa tetap tidak aktif sampai orang mengalami stres atau tidak sehat.
Biasanya merupakan kondisi kronis dan kambuhan serta bisa berat bagi bayi baru
lahir. Infeksi herpes primer biasanya menyebabkan demam ringan dan perasaan
tidak sehat. Muncul lesi yang menimbulkan nyeri sekitar genital internal dan
2006).
Herpes aktif bisa terdiagnosa dengan inspeksi klinis didaerah genital untuk
lesi yang tampak (internal/eksternal) pada saat awitan persalinan atau pecah
kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti
septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma
bedah pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi
2008).
membuka tanpa disertai nyeri pada trimester kedua atau awal trimester ketiga
perdarahan pervaginam, tekanan pada panggul, atau ketuban pecah dan ketika
yakni minimal dua kali keguguran pada pertengahan trimester tanpa disertai
berlebihan disertai kala dua yang memanjang pada kehamilan sebelumnya, ibu
berulang kali mengalami abortus elektif pada trimester pertama atau kedua, atau
(Verney, 2006).
kedua atau pada awal trimester ketiga, konsultasi dengan dokter mutlak
diperlukan. Jika seorang wanita datang ketika sudah terjadi penipisan serviks,
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual saat hamil baik dari frekuensi
yang lebih dari 3 kali seminggu, posisi koitus yaitu suami diatas dan penetrasi
penis yang sangat dalam sebesar 37,50% memicu terjadinya ketuban pecah dini,
lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul
(Sualman, 2009).
gairah seks mengalami penurunan. Hal ini terjadi akibat ibu didera mual, muntah,
lemas, malas dan apapun yang bertolak belakang dengan semangat libido. Tetapi
trimester kedua umumnya libido timbul kembali, tubuh ibu telah dapat menerima
kembali, tubuh telah terbiasa dengan kondisi kehamilan sehingga ibu dapat
menikmati aktifitas dengan lebih leluasa dari pada trimester pertama. Mual-
muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang demikian pula
minat/libido menurun kembali, tetapi hal ini tidak berlaku pada semua wanita
hamil. Tidak sedikit wanita yang libidonya sama seperti trimester sebelumnya, hal
ini normal sebab termasuk beruntung karena tidak tersiksa oleh kaki bengkak,
sakit kepala, sakit punggung dan pinggul, berat badan yang semakin bertambah
Frekuensi koitus pada trimester ketiga kehamilan yang lebih dari tiga kali
seminggu diyakini berperan pada terjadinya ketuban pecah dini, hal ini berkaitan
dengan kondisi orgasme yang memicu kontraksi rahim, namun kontraksi ini
memicu kontraksi yang walaupun tidak berbahaya bagi kehamilan normal, tetapi
harus tetap diwaspadai jika memiliki resiko melahirkan prematur. Oleh sebab itu,
Seno, (2008) menjelaskan bahwa pada kehamilan tua untuk mengurangi resiko
orgasme meski menyiksa. Tapi jika tetap memilih koitus, keluarkanlah sperma
diluar dan hindari penetrasi penis yang terlalu dalam serta pilihlah posisi
berhubungan yang aman agar tidak menimbulkan penekanan pada perut ataupun
dinding rahim.
selain dapat mengurangi terjadinya ketuban pecah dini, dapat pula mengurangi
penekanan pembuluh darah tali pusat yang membawa oksigen untuk janin, sebab
penekanan yang berkepanjangan oleh karena kontraksi pada pembuluh darah uri
wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan
hidup. Ibu primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan
kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, ganggua n fisiologis seperti emosi
Selain itu, hal ini berhubungan dengan aktifitas ibu saat hamil yaitu akhir
triwulan kedua dan awal triwulan ketiga kehamilan yang tidak terlalu dibatasi dan
didukung oleh faktor lain seperti keputihan atau infeksi maternal. Sedangkan
melahirkan anak hidup. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan
mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran
yang terlampau dekat, diyakini lebih beresiko akan mengalami ketuban pecah dini
Meski bukan faktor tunggal penyebab ketuban pecah dini namun faktor ini
juga diyakini berpengaruh terhadap terjadinya ketuban pecah dini. Yang didukung
satu dan lain hal pada wanita hamil tersebut, seperti keputihan, stress (beban
psikologis) saat hamil dan hal lain yang memperberat kondisi ibu dan
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara
sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm
terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami ketuban pecah dini
wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko
mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami
ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah
rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya
(Cunningham, 2006).
hasil akhir kehamilan yang kurang bagus. Baik karakteristik janin maupun ibu
pembuluh saraf dan malformasi susunan sarap pusat akibat penyalahgunaan zat
dan diabetes pada ibu. AFI (amnion fluid indeks) pada kehamilan cukup bulan
secara normal memiliki rentang antara 5,0 cm dan 23,0 cm (Varney, 2006).
janin besar (makrosomia), kehamilan kembar, kelainan pada plasenta dan tali
traktus gastrointestinal bagian atas, dan kelainan kromosom (trisomi 21, 18, 8, 13)
ketuban pecah dini, prolaps tali pusat, persalinan pretem dan gangguan pernafasan
masa nifas pada wanita yang mengandung lebih dari satu janin. Kemungkinan
yang mungkin timbul pada kehamilan kembar adalah anomali janin, keguguran
posisinya tetapi juga korionisitas kedua janin. Pada banyak kasus adalah mungkin
saja menentukan apakah janin merupakan kembar monozigot atau dizigot. Selain
itu, dapat juga ditentukan apakah janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya
beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya
disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon. Oleh karena
itu, akan sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam mengamati
(Varney, 2006).
dan citra tubuh, kesiapan perawatan bayi dan keuangan, semua faktor ini akan
h. Usia ibu yang≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan
keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami
terlalu tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi
pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. World Health Organisation
sekarang, rekomendasi WHO untuk usia yang dianggap paling aman menjalani
dari 20 tahun dapat menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100% siap.
Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20
terhambat. Bisa jadi secara mental pun wanita belum siap. Ini menyebabkan
urusan kehamilan dan persalinan, risiko kanker leher rahim pun meningkat akibat
hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun ini. Berbeda dengan wanita
usia 20-30 tahun yang dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan.
Di rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah
Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak pada perilaku merawat dan
transisi “Kehamilan pada usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan
tidak mau, suka atau tidak suka, proses kehamilan dan persalinan berkaitan
bertambahnya usia, tidak sedikit fungsi organ yang menurun. Semakin bertambah
usia, semakin sulit hamil karena sel telur yang siap dibuahi semakin sedikit.
Selain itu, kualitas sel telur juga semakin menurun. Itu sebabnya, pada kehamilan
pertama di usia lanjut, resiko perkembangan janin tidak normal dan timbulnya
penyakit kelainan bawaan juga tinggi, begitu juga kondisi-kondisi lain yang
kondisi dan fungsi rahim menurun. Salah satu akibatnya adalah jaringan rahim
yang tak lagi subur. Padahal, dinding rahim tempat menempelnya plasenta.
tidak menempel di tempat semestinya. Selain itu, jaringan rongga panggul dan
otot-ototnya pun melemah sejalan pertambahan usia. Hal ini membuat rongga
panggul tidak mudah lagi menghadapi dan mengatasi komplikasi yang berat,
usia sebelumnya. Itu sebabnya, resiko keguguran, ketuban pecah, kematian janin,
Namun secara umum periode waktu dari ketuban pecah dini sampai
kelahiran berbanding terbalik dengan usia gestasi saat ketuban pecah, jika ketuban
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester tiga
dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pecahnya ketuban
pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada
Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi pembukaan prematur serviks dan
membran terkait dengan pembukaan terjadi devolarisasi dan nekrosis serta dapat
diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin
Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten, makin panjang fase laten, semakin tinggi kemungkinan infeksi. Semakin
janin. Oleh karena itu komplikasi ketuban pecah dini semakin meningkat
(Manuaba, 2008).
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis
dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, disertai dengan demam/menggigil, juga nyeri pada perut, keadaan seperti
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
(Ayurai, 2010).
Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada (kadang-kadang) timbul
pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan
tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri
uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam
sedikit tidak selalu dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus
tetap diwaspadai untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin
(Saifuddin, 2002).
2.2.5 Komplikasi
Ada tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini adalah
komplikasi selama persalinan dan kelahiran yaitu resiko resusitasi, dan yang
ketiga adanya risiko infeksi baik pada ibu maupun janin. Risiko infeksi karena
Sekitar tiga puluh persen kejadian mortalitas pada bayi preterm dengan ibu
yang mengalami ketuban pecah dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran
pernafasan (asfiksia). Selain itu, akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali
pusat dan malpresentrasi akan lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada ketuban pecah dini,
flora vagina normal yang ada bisa menjadi patogen yang bisa membahayakan baik
pada ibu maupun pada janinnya. Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat
korioamnionitis akibat jalan lahir telah terbuka, apalagi bila terlalu sering
saluran ketuban), akan tetapi sang ibu tidak mempunyai keluhan klinis. Infeksi
janin dapat terjadi septikemia, pneumonia, infeksi traktus urinarius dan infeksi
(nifas), peritonitis, atonia uteri dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa
lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu
badan naik, nadi cepat dan tampaklah gejala-gejala infeksi (Manuaba, 2008).