Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS, KONSEP TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN

MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

I. SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16, yaitu dimulai
dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat.
Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor.
Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di
Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebutpemerintah Belanda melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur jendral Deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan
dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka melakukan tingkat kematian bayi
yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru
kemudian ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dokter Bosch dan
dokter bleeker kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama
STOVIA atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913, didirikan sekolah dokter ke2 di
Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran
Unuversitas Indonesia.

A. Periode Pertama (1882)


Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Dienst (MDG) &
Burgelyke Geness Kudige Dienst (BDG). Dengan tujuan untuk melancarkan pengobatan kepada
orang Belanda pada waktu para pekerja perkebunan terjangkit penyakit. Kemudian berkembang
melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).
B. Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)
Dikenal adanya Dinas Kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volk Genzonhei (DVG). Sebagai
pengganti BGD bertugas melaksanakan usaha dibidang preventif dan kuratif. Kedua usaha ini
tidak ada hubungannya dan masing-masing berjalan sendiri.
C. Periode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana kesehatan
masyarakay, bertujuan untuk menyatukan upayakuratif dan pereventif. Pelaksanaanya
diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimin oleh dr. H.A. Patah. Selanjutnya
menyusun piloy project usaha kesehatan masyarakat yang kemudian menjadi konsep
Puskesmas.

Peran perawat kesehatan komunitas sangat bervariasi dan menantang. Peran perawat
berkembang sejak abad ke 19 yanng berfokus lebih banyak kearah kondisi lingkungan seperti sanitasi,
kontrol penyakit menular, pendidikan hygiene perorang, pencegahan penyakit dan perawatn keluarga
yang sakit dirumah. Meskipun diketahui bahwa permasalahan yang mengancam adalah penyakit
menular tetapi hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan, penyakit kronis, dan proses penemuan juga
perlu diperhatikan.

Sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi pada perawatan komunitas meliputi
beberapa area penting yaitu:

1. Evaluasi keadaan kesehatan dari benua barat sejak zaman prasejarah sampai saat ini.
2. Evaluasi dari perawatan kesehatan modern termasuk keperawatan public.
3. Konsekuensi untuk kesehatan secara keseluruhan.
4. Tatanan dalam keperawatn komunitas.

1. Evaluasi Keadaan Kesehatan dari benua Barat


Dalam riwayat kesehatan dikatakan bahwa zaman prasejarah telah dilaksaakan kegiatan-
kegiatan yang terorganisir, seperti pencegahan penyakit menular, memperpanjang usia,dan
meni gkatkan kesehatan. Menurut polger (1964) riwayat penyakit pada manusia dapat
dibagi dalam 5 tahapan yaitu:
 Tahap mencari dan mengumpulkan
Pada tahap ini masyarakat jarang terkena penyakit menular karena mereka
berjauhan tidak menetap dan tidak ada kontak dengan kelompok lain yang sedang
sakit.
 Tahap menghuni tetap disuatu tempat atau daerah
Permasalahan muncul berkaitan dengan perubahan gaya hidup penyakit atau
permasalahan kesehatan yang timbul berkaitan dengan kedekatanya pada binatang
peliharaan seperti terjangkitnya salmonela anthrax, tuberkulosis.
 Tahap Kota Pra Industri
Masalah yang berkaitan dengan penyebaran penyakit lewat udara juga mulai
berkembang karena adanya kontak individu dengan masyarakat lain. Hal lain adalah
indemik seperti influensa, cacar, campak dan parotitis. Penyakit lain yang muncul
adalah sifilis merupakan penyakit seks yangt sulit diobati. Dan permasalahan yang
muncul berkaitan dengan tenaga kerja yang terkena racun seprti proses peleburn
baja.
 Tahap Kota Indusri
Selqama abad ke 18 dan 19 terjadi epidemi penyakit menular seperti cacar, demam
tiroid, typhoid, campak, malaria dan demam penyakit kuning. Epidemi penyakit
saluran pernapasan tewrjadi karena belum adanya imunisasi untuk pencegahan.
2. Evaluasi Perawatan Kesehatan
a. Zaman sebelum Yunani
Tempat penyembuhan atau perawatan dilakukan dicandi atau tempat ibadah dengan
cara yang masih primitif setelah mesir, lebih kurang 100 tahun sebelum masehi telah
dikenaladanya prinsip observasi dan pengetahuan berdasarkan pengamatan masyarakat
telah mengembangkang berbagai sistem seperti persiapan obat-obatan, sistem
pengairan dan pengawetan manusia yang telah meninggal dengan rempah-rempah dan
zat kimia.
b. Zaman Yunani
Berawal dari pendapat yunani tentang kesehatan adalah suatu keadan yang harmonis
antara alam dan masyarakat. Masyarakat memberi pelayan kesehatan sebagai wujud
dari suatu pertanggungjawaban dengan mengacu pada praktik kedokteran. Oleh karena
itu perlu adanya kode etik kedokteran. Selain itu ditanamkan pentingnya manusia untuk
mempertahankan kebersihan diri, latihan diet dan sanitasi.
c. Zaman Kaisar Romawi
Ada beberapa perbedaan antara zaman romawi dan zaman yunani. Pada zaman yunani
ide lebih banyak bersifat pragmatic aplikatif daripada observasi dan penelitian untuk
melahirkan ilmu baru. Sedangkan pada zaman romawi lebih diwarnai dengan
administrasi dan bangunan penunjang yang sesuai pada era ini . pengobatan dipandang
sebagai hal yang perlu diramalkan didepan agar sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat yang ada.
d. Zaman Reneissance
Zaman ini merupakan petunjuk jalan adanya periode baru dalam sejarah selama
kebangkitan pengetahuan. Pada tabel ini terdapat adanya perubahan desain teknologi
untuk pengobatan epidemi yang dijadikan daya dorong serta pertumbuhan pada zaman
ini.
Tabel sejarah perkembangan kesehatan dan keperawatan komunitas (1600-1685)
Tahun Sejarah
1601 Penulisan rendahnya tentang hukum oleh Elisabeth
1617 Pemberian bantuan orang orang miskin di St.Vincents De Paul Perancis oleh
Blarat dan organisasi mayarakat
1789 Berdirinya departemen kesehatan di Baltimore
1812 Biarawati menunjukan belas kasihan pada orang miskin dengan
mengunjunginya
1813 Adanya perkumpulan wanita yang baik hati untuk menggalang dana
1855 Tempat karantina penyakit TBC dibangundi New Orleans
1860 Berdiri sekolah perawat yang diinginkan oleh Florence Nightingale
1864 Dirumah sakit S Tomas London lahirnya palang merah
Pada zaman ini kota menjadi bersih, mempunyai tempat pembuangan sampah yang baik
serta suplai air bersih yang cukup.
e. Zaman Colonial
Tindakan-tindakan masyarakat pada awal masa colonial iniadalah pengumpulan data,
peningkatan sanitas, dan menghindari penyakit-penyakit asing yang terbawa dalam rute
perdagangan.
3. Perawatan Modern
Selama pertengahan abad ke 19 Florence Nightingale menunjuk kesungguhan kerjanya
dengan cara mengawali kebentukan perawat modern. Ia juga mendirikan sekolah perawat .
jasa-jasa yang disumbangkan oleh dia antara lain adalah memperingati ketentaran,
mendirikan usaha kesehatan masyarakat atas kerjasama dengan William Rathbone seorang
pegusaha. Catatan dari rumah sakit yang isinya tentang kekurangan dan perbaikan yang
dilakukan dirumah sakit. Catatan perawat untuk memperbaiki prinsip-prinsip dasar dalam
keperawatan.

Dalam ilmu kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh yakni, Asclepius dan Higela,
yang kemudian muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan.

1. Aliran kuratif dari kelompok Aclepius dan aliran preventif dari golongan Higela, dua aliran
tersebut saling berbeda dalam pengaplikasiannya pada kehidupan masyarakat. Aliran kuratif
bersifat rektif yang sasrannya perindividu, pelaksanaanya jarak jauh dan kontak langsung
dengansasaran cukup sekali. Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi,
psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan `pengobatan baik fisik, psikis, mental
maupun sosial.
2. Aliran preventif lebih bersifat proaktif atau kemitraaan yang sasarannya masyarakat luas. Para
petugas kesehatan masyarakat lulusan sekolah atau institusi masyrakat berbagai jenjang masuk
dalam kelompok ini.

II. KONSEP TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS

Keperawatan komunitas adalah suatu sintesa ilmu dan praktik kesehatan masyarakat,yang
diimplementasikan melalui penggunaan proses keperawatan yang sistematis, dirancang
untuk mempromosikan kesehatan dan mencegah penyakit pada kelompok populasi
(Clark,1990). Dimana sebagai pelayanan keperawatan profesional diberikan komprehensif
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyrakat yangdipengaruhi oleh
lingkungan (bio, psiko, sosio, mental dan spiritual) mempengaruhi status kesehatan
masyarakat.

Pada praktik keperawatan komunitas itu sendiri rangkaian prosesnya dimulai dari awal
tahap pengkajian sampai evaluasi, dimana diharapkan terjadi alih peran sehingga peran
perawat yang lebih banyak berangsur-angsur berkurang digantikan meningkatnya
kemandirian masyarakat sebagai klien .

Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan dapat


dicapai dengan pengorganisasian masyarakat karena peran serta masyarakat akan
meningkat. Oleh karena itu dalam proses keperawatan komunitas ada tahap-tahap yang
perlu dilaksanakan perawat (Depkes RI 1993), yaitu:

1. Tahap persiapain: memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari serta bekerja sama dengan
masyarakat.
2. Tahap pengorganisasian: persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dalam
masyarakat dilanjutkan dengan pemilihan ketua kelompok dan pengurus inti.
3. Tahap pendidikan dan pelatihan kelompok masyarakat: kegiatan pertemuan teratur
dengan kelompok masyarakat, melakukan pengkajian, membuat program berdasarkan
masalah atau diagnosa keperawatan, melatih kader kesehatan yang akan membina
masyarakat dilingkungannya da pelayanan keperawatan langsung terhadap individu,
keluarga dan masyarakat.
4. Tahap formasi kepemimpinan: memberi dukungan latihan dan pengembangan
keterampilan kepemimpinan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan,
dan pengawasan kegiatan pemeliharaan kesehatan.
5. Tahap koordunasi intersektoral: kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat.
6. Tahap akhir: supervisi bertahap, evaluasi serta umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja berikutnya.

Konsep Teori Komunitas Keperawatan Menurut Callista Roy

Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika mengetahiu
filosofi, falsafah keperawatan. Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang
mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan
yang logis dan metode empiris.

Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quinston 1995) Roy memiliki delapan
falsafah yang kemudian dibagi menjadi 2 yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat
lainnya berdasarkan falsafahveritivity.

Falsafah humanisme atau kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingn tau dan
menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama dalam
kemampuanya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkahy laku untuk
mencapai tujuan tertentu, memiliki holism instrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan
integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.

Falsafah veritifity yaitu kebenaran, yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat absolut.
Empat falsafah tersebut adalah:

1). Tujuan eksistensi manusia

2). Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia

3). Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umun

4). Nilai dan arti kehidupan

Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor. Berikut beberapa definisi dari konsep
mayor Callista Roy:

1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, kontrol, proses, output
dan umpan balik.
2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
residual.
3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
4. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
5. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan
tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
6. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadapperubahan
tingkah laku tetapi belum dapat divalidasi.
7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural ,
cemikal dan proses endokrin.
8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdepedensi dan
konsep diri. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
10. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan.
11. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan.
12. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial.
13. Interdepedensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

III. MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

Macam-macam model Keperawatan Komunitas antara lain:

1. Model Keperawatan Florence Nightingale (1859)>> Environmental Model


2. Model Keperawatan H.E. Peplau (1952)>> Interpersonal Relation in Nursing Model
3. Model Keperawatan Virginia Handerson (1966)>> Need Based Model
4. Model Keperawatan I.J Orlando (1972)>> The Dynamic Nurse- Patient Relationship
5. Model Keperawatan Madeleine Leinenger (1978)>> Cultural Care Theory
6. Model Keperawatan Jean Watson(1979)>> Theory of Nursing
7. Model Keperawatan Nola Pender (1982)>> Health Promotion Model
8. Model Keperawatan Martha Rogers(1970)>> The Science of Unitary Human Beings
9. Model Keperawatan Dorothea Orem (1971)>> Self Care Model
10. Model Keperawatan Imogene M. King’s (1971)>> Model Sistem
11. Model Keperawatan Betty Neuman (1972)>> Health Care System Model
12. Model Keperawatan Sr. Callista Roy (1976)>> Adaptation Model of Nursing
13. Model Keperawatan Dorothy Johnson (1968)>> Model Sistem Tingkah laku

Diantara model-model yang paling besar aplikasinya pada perawatan kesehatan masyarakat
adalah: Model Orem, King, Roy, Neuman, Roger dan Jonhson.

1. Model Keperawatan Dorothea Orem (Self Care Model)


Model perawatan diri sendiri/self care : terdiri dari aktivitas dimana seorang individu
melakukan sesuatu untuk dirinya dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan
kesejahteraan. Kebutuhan dasar menurut Orem :
 Pemeliharaan dengan cukup pengambilan udara
 Air
 Makanan
 Pemeliharaan proses eliminasi
 Pemeliharaan dengan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
 Pemeliharaan dengan keseimbangan antara kesendirian dengan interaksi sosial
 Pencegahan resiko pada kehidupan manusia dan keadaan sehat manusia
 Perkembangan dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi, pengetahuan dan
keinginan.

“Jika permintaan Pelayanan diri lebih besar dibandingkan dengan fasilitas pelayanan
diri, maka akan timbul deficit pelayanan diri”.

Ada tiga macam kebutuhan self care:

1. Universal: self care untuk kebutuhan fisiologis dan psikososial.


2. Developmental: self care untuk pemenuhan kebutuhan perkembangannya.
3. Health Deviation: self care yang dibutuhkan saat individu mengalami
penyimpangan dari keadaan sehat.

Kategori bantuan self care adalah:

1. Wholly Compensatory : Bantuan secara keseluruhan bagi klien


2. Partially Compensatory: Bantuan sebagian yang dibutuhkan klien
3. Supportive Edecative : Dukungan pendidikan kesehatan.

2. Model Keperawatan Imogene M.King (System Model)


 Komunitas mirip suatu system yang terdiri dari sub system keluarga dan
suprasistemnya adalah sisyem social yang lebih luas.
 Keluarga sebagai sub system komunitas mirip system terbuka dimana terjadi
hubungan timbale balik antara keluarga dengan komunitas, yang sekaligus
sebagai umpan balik.

Kerangka kerja konseptual King terdiri dari tiga sub system ;

a. System personal: Terdiri atas konsep mengenai persepsi dirinya, pertumbuhan dan
perkembangan, body image, jarak dan waktu.
b. System interpersonal: Mengenai interaksi manusia, masyarakat, transaksi, peran
dan stress.
c. System social: Organisasi, otoriras, kekuatan, status dan pembuatan keputusan.

Tujuan akhir perawatan (King 1981)

“Manusia berinteraksi dengan lingkungan yang mengantarkan pada suatu keadaaan


sehat bagi individu yang memiliki kemampuan untuk berfungsi didalam peran-peran
social”.
3. Model Keperawatan Callista Roy (Adaptitation Model)
“Individu mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku
adaptif dan mrngubah perilaku mal adaptif.”

Empat cara mengefektifkan adaptasi adalah:


1) Kebutuhan fisiologis
2) Konsep diri
3) Fungsi peran
4) Saling ketergantungan

Proses Keperawatan terdiri dari pengkajian tingkat pertama dan kedua, identifikasi
masalah diagnose keperawatn, menyusun prioritas, menetapkan tujuan, intervensi dan
evaluasi (Roy 1984).

Pengkajian tingkat pertama : tingkah laku klien pada tiap-tiap cara adaptif diobservasi
dan diuraikan.

Pengkajian tingkat kedua: perawat mengidentifikasi factor-faktor fokal, konstektual dan


residual yang mempengaruhi tingkah laku klien.

Rangsangan fokal: menimbulkan situasi seperti sretss, perlukaan atau kesakitan yang
mengenai individu.

Rangsangan Konstektual:factor lain yang ada seperti pergaulan keluarga atau lingkungan
keluarga.

Rangsangan Residual: factor yang mempengaruhi yang berasal dari latar belakang klien,
kepercayaan, sikap, pengalaman, dan pembawaan.

Kekuatan dari model ini adalah:

 Kebanyakan dari terminotologi sudah dikenal


 Proses perawatan serupa dengan standart dari pengkajian sampai dengan evaluasi
 Fokusnya pada tingkah laku yang adaptif
 Ditekankan pada pengkajian terhadap kebutuhan psikososial
 Sudah diterapkan dalam praktek, pendidikan dan riset

Kekurangan dari model ini adalah:

 Jenis adaptasi yang tumpang tindih ( konsep diri, fungsi peran saling
ketergantungan)
 Penentuan tingkah laku adaptif dan mal adaptif sangat ditentukan oleh system nilai
yang ada.

4. Model Keperawatan Betty Neuman (Health Care Sistem)


 Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat fleksibel, normal,dan resisten.
 Sehat adalah suatu keseimbangan bio-psiko-sosio-kilturalda spiritual pada tiga
garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten.
 Askep ditujukan umtuk mempertahankan keseibangan tersebut dengan focus
pada empat intervensi yaitu; intervensi yang bersifat promosi, prevensi, kuratif
dan rehabilitative.

5. Model Keperawatan Martha Rogers (Manusia sebagai Unit/Kesatuan Model)


 Manusia merupakan kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dan karakter yang
berbeda .
 Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi, yang berbeda antara individu satu dengan yang lain.
 Proses kehidupan manusia berdasarkan proses homeodinamik yang terdiri dari
integritas manusia dengan lingkungan akan terjadiperubahan baik secara
perlahan maupun cepat.
 Pengkajian keluarga meliputi kategori : sub system individu, pola interaksi,
karakteristik unik dari krseluruhan dan kesesuaian antar lingkungan.
 Kekuatan model ini adalah: penekanan pada konteks total dari jagat raya,
penekanan pada efek lingkungan terhadap kesehatan seseorang.

6. Model Keperawatan Dorothy Jonhson (Model Tingkah Laku)


Seseorang dapat dipandang sebagai sebuah system tingkah laku seperti tubuh manusia
dipandang sebagai sebuah system biologis.
System tingkah laku terdiri dari tujuh subsistem:
1. Pencapaian: Merupakan tingkat pencapain prestasi melaui keterampilan yang
kreatif.
2. Perhubungan (afiliasi): Pencapaian hubungan dengan lingkungan yang adekuat.
3. Penyerangan (agresi): Koping terhadap ancaman dilingkungan.
4. Ketergantungan : system perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian,
keamanan serta kepercayaan
5. Eliminasi: pengeluaran sampah yang tidak berguna secara biologis
6. Ingesti: sumber dalam memelihara integritas serta mencapai kesenangan
pencapaian pengakuan lingkungan.
7. Seksualitas : pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai.

Tujuan tindakan keperawatan : untuk memperbaiki, mempertahankan, atau mencapai


keseimbangan dan stabilitas system tingkah laku pada tingkatan setinggi mungkin pada
individu.

Variable yang perlu diidentifikasi dari ketidakadekuatan tingkah laku antara lain:

1. Insuffisiensi (ketidakcukupan)-- menandakan sub system tidak berfungsi


2. Discrepancy (ketidaksesuaian)-- tingkah laku tidak mencapai tujuan yang ditetapkan
3. Incompatibilitas (ketidakcocokan)-- tingakah laku dari dua sub system terjadi konflik
4. Dominance (kekuasaan)-- tingkah laku pada su system digunakan lebih banyak dari
sub system yang lain.
Empat cara intervevsi keperawatan agar tingkah lau adekuat:

1. Membatasi atau memberi batasan tingkah laku


2. Mempertahankan atau melindungi dari stressor negative
3. Menghambat atau menekan respons yang tidak efektif
4. Memudahkan atau memberi pemeliharaan dan rangsangan

Anda mungkin juga menyukai