Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isu keselamatan pasien merupakan salah satu isu utama dalam pelayanan
kesehatan. Patient safety merupakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada
sekedar efisiensi pelayanan. Berbagai resiko akibat tindakan medik dapat terjadi
sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien . World Health Organization
(WHO) pada tahun 2004 mengumpulkan angka - angka penelitian rumah sakit
di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan
KTD dengan rentang 3.2 – 16,6%. Data – data tersebut menjadikan pemicu
berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan sistem
keselamatan pasien.
Patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan
cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Hal ini
berkaitan dengan peraturan presiden no 77 tahun 2015 bahwa pengaturan
pedoman organisasi rumah sakit bahwa keselamatan pasien merupakan
merupakan tugas dari pelayanan penunjang medis. Peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia nomor 1691/menkes/per/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien rumah sakit, bahwa keselamatan pasien rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi asesmen risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Patient Safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident

1
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Manajemen Risiko


Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan
sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian
yang menimbulkan kerugian. Menurut William, et.al.,1995,p.27 Manajemen
risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba
untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari
ketidakpastian pada sebuah organisasi.
Menurut Dorfman, 1998, p. 9 Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu
proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu
kerugian. Dari beberapa definisi yang telang diungkapkan para ahli, dapat dapat
diambil kesimpulan bahwa resiko bisnis dapat menyebabkan kinerja perusahaan
menjadi rendah, resiko tersebut bisa timbul dari dalam perusahaan maupun
pengaruh dari luar perusahaan.
Manajemen resiko adalah menyangkut identifikasi atas kemungkinan
resiko yang akan dihadapinya dan berusaha melakukan proteksi agar pengaruh
resiko tersebut dapat diminimalisasi, bahkan ditiadakan sama sekali.Manajemen
risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko yaitu
perencanaan (planning), penilaian (assessment), penanganan (handling) dan
pemantauan (monitoring) risiko.
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang
yang tergantung dari kebutuhan dalam penanganannya :
1. Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk)
Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang
dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian.
2. Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda
adalah risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan

3
risiko terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia
seperti,cedera kematian dsb.
3. Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular
risk) Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat
timbul pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat
disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya,
contoh risiko fundamental: bencana alam, peperangan. Risiko khusus
adalah risiko yang bersumber dari peristiwa-peristiwa yang mandiri
dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa
dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan.
Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap
risiko yang mungkin terjadi. Metode yang dipakai dalam menangani risiko
yaitu :
1. Menahan risiko (Risk retention) Merupakan bentuk penanganan risiko
yang mana akan ditahan atau diambil sendiri oleh suatu pihak.
Biasanya cara ini dilakukan apabila risiko yang dihadapi tidak
mendatangkan kerugian yang terlalu besar atau kemungkinan
terjadinya kerugian itu kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk
menanggulangi risiko tersebut tidak terlalu besar dibandingkan dengan
manfaat yang akan diperoleh.
2. Mengurangi risiko (Risk reduction) Yaitu tindakan untuk mengurangi
risiko yang kemungkinan akan terjadi dengan cara:
a. Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam
menghadapi risiko
b. Perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan
c. Perlindungan terhadap orang dan properti.
3. Mengalihkan risiko (Risk transfer) Pengalihan ini dilakukan untuk
memindahkan risiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan risiko yang
dimaksud adalah asuransi dengan membayar premi.

4
4. Menghindari risiko (Risk avoidance) Menghindari risiko sama dengan
menolak untuk menerima risiko yang berarti menolak untuk menerima
pekerjaan tersebut.
Manajemen risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan risiko yaitu perencanaan (planning), penilaian (assessment),
penanganan (handling) dan pemantauan (monitoring) risiko.
Prinsip manajemen risiko :
- Manajemen risiko meliputi ancaman dan peluang (maksimalisasi
peluang, minimalisasi kehilangan, dan meningkatkan keputusan dan
hasil),
- Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang logis dan sistematis
untuk meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien, - Manajemen
risiko memerlukan pemikiran kedepan,
- Manajemen risiko mensaratkan akuntabilitas dalam pengambilan
keputusan,
- Manajemen risiko mensaratkan komunikasi
- Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang seimbang antara biaya
untuk mengatasi risiko (dan meningkatkan peluang perbaikan) dengan
manfaat yang diperoleh
Manfaat manajemen risiko :
- Pengendalian thd timbulnya adverse event
- Meningkatkan perilaku untuk mencari peluang perbaikan sebelum
suatu masalah terjadi
- Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektivitas
- Efisiensi
- Mempererat hubungan stakeholders
- Meningkatkan tersedianya informasi yang akurat untuk pengambilan
keputusan
- Memperbaiki citra

5
- Proteksi terhadap tuntutan
- Akuntabilitas, jaminan, dan governance
- Meningkatkan personal health and well being

2.2 Prinsip Manajemen Risiko


Prinsip manajemen risiko meliputi :

1. Manajemen risiko meliputi ancaman dan peluang (maksimalisasi peluang,


minimalisasi kehilangan, dan meningkatkan keputusan dan hasil).
2. Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang logis dan sistematis untuk
meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien.
3. Manajemen risiko memerlukan pemikiran kedepan.
4. Manajemen risiko mensaratkan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.
5. Manajemen risiko mensaratkan komunikasi.
6. Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang seimbang antara biaya untuk
mengatasi risiko (dan meningkatkan peluang perbaikan) dengan manfaat yang
diperoleh.

2.3 Pentingnya Manajemen Risiko


Adapun manfaat atau pentingnya manajemen risiko sebagai berikut :
a) Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap
pasien dapat dinilai dengan tepat.
b) Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan ke area risiko yang lain.
c) Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua
risiko yaitu menggunakan RCA.
d) Membantu Rs dalam memenuhi standar – standar terkait, serta kebutuhan clinical
governance
e) Membentu perencanaan Rs menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari
kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan
masyarakat.

6
2.4 Proses Manajemen Risiko
Manajemen risiko dibuat guna untuk melindungi suatu perusahaan atau
organisasi yang juga mencakup karyawan, properti, reputasi dan lainnya dari
sebuah bahaya yang sewaktu – waktu dapat terjadi. Dapat kita ketahui bahwa
tidak semua risiko dapat dihilangkan atau dihindari, oleh karena itu diperlukan
tindakan – tindakan pencegahan atau tindakan untuk menghadapi risiko yang
telah teridentifikasi tersebut. Berikut adalah langkah – langkah yang dapat
dilakukan, yaitu:

1. Risk Identification (Identifikasi Resiko)

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi


kemungkinan risiko yang dapat terjadi pada organisasi atau perusahaan. Ini
bertujuan untuk mengetahui keadaan yang akan dihadapi oleh organisasi
atau perusahaan tersebut dalam berbagai aspek seperti sosial, hukum,
ekonomi, produk/jasa, pasar, dan teknologi yang ada. Risiko dari setiap
aspek akan diklasifikasikan menurut kategorinya masing – masing agar
mempermudah proses selanjutnya.

2. Risk Assessment (Evaluasi dan Pengukuran Resiko)

Setelah risiko telah diidentifikasi pada perusahaan atau organisasi


tersebut, selanjutnya akan dinilai potensi keparahan kerugian dan
kemungkinan terjadinya. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan individu
disetiap bidangnya untuk memberikan penilaian terhadap risiko – risiko
yang telah diidentifikasi. Tujuannya adalah agar setiap risiko berada pada
prioritas yang tepat.

7
3. Risk Response (Pengelolaan Resiko)

Proses ini dilakukan untuk memilih dan menerapkan langkah –


langkah pengelolaan risiko. Tantangan bagi manajer risiko adalah untuk
men

entukan portofolio yang tepat untuk membentuk sebuah strategi yang


terintegrasi sehingga risiko dapat dihadapi dengan baik. Tanggapan risiko
umumnya terbagi dalam kategori seperti berikut:

a. Risk Avoidance, Mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan yang


dapat menyebabkan risiko terjadi
b. Risk Reduction, Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan
atau dampak atau keduanya, biasanya melalui pengandalian di bagian
internal perusahaan/organisasi
c. Risk Sharing or Transfer, Mengambil tindakan untuk mentransfer
beberapa risiko melalui asuransi, outsourcing atau hedging.
d. Risk Acceptence, Tidak mengambil tindakan apapun untuk
menganggulangi risiko, melainkan menerima risiko tersebut terjadi.
e. Create a Risk Management Plan

Membuat penanggulangan risiko yang tepat untuk setiap masing – masing


kategori risiko. Mitigasi perlu mendapat persetujuan oleh level manajemen
yang sesuai, berikut adalah contoh tabel manajemen risiko:

5. Implementation

Melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan untuk mengurangi


atau menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada.

8
6. Evaluate and Review

Perencanaan yang telah direncanakan di awal tidak akan seluruhnya dapat


berjalan dengan lancar. Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak
diprediksi sebelumnya akan menyebabkan perubahan rencana manajemen
risiko yang telah dibuat, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan rencana
untuk menanggulangi risiko yang akan mungkin terjadi.

2.5 Hirarki Manajemen Risiko

Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan


mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan hirarki yaitu :
1. Eliminasi
Elimininasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber
bahaya, misalnya lobang dijalan ditutup, ceceran minyak dilantai dibersihkan,
mesin yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya
dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini
menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.

9
2. Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian dengan mengganti alat, bahan,
sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau yang lebih
rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakam, misalnya, bahan kimia
berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih
aman.
3. Engineering control / pengendalian teknis
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada
dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui
perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan
pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis
misalnya dengan memasang dengan peredam suara sehingga tingkat kebisingan
dapat ditekan. Pencemaran diruang kerja dapat diatasi dengan memasang sistem
ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi dengan memasang
pagar pengaman atau sistem interlock.
4. Administrative control / pengendalian administratif
Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya
dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang
lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan, pemasangan tanda bahaya atau
rambu-rambu keselamatan. Pada administrative control atau pengendalian
administrative dilakukan shift kerja, rotasi kerja dan mutasi personel, prosedur
kerja keselamatan, pemasangan simbol/tanda-tanda bahaya termasuk radiasi,
lembar data keselamatan bahan (Material Safety Data Sheet:MSDS) didaerah
kerja. Menurut Ramli (2010) bahaya yang ada di tempat kerja memiliki
perbedaan tergantung jenis pekerjaan dan tanda keselamatan sesuai dengan
bahaya atau lay out di lingkungan kerja.
5. APD/Alat Pelindung Diri
Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan memakai alat
pelindung diri. Misalnya, pelindung kepala, sarung tangan, pelindung

10
pernafasan (respirator/masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki. Dalam
konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam
pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan
untuk mencegah kecelakaan (reduce likelyhood) namun hanya sekedar
mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce consequences).

11
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen Resiko dalam Pelayanan Kesehatan perlu dilakukan guna


meminimalisir kejadian tak diharapkan (KTD) dalam rumah sakit yang
kejadiannya dapat menjadikan beban berat jika tidak segera ditangani. Resiko
tersebut perlu dianalisis dan dilakukan pengatasan guna pelayanan yang lebih
bermutu. Dalam pencegahan menempatkan resiko KTD secara prorposional
beberapa pendekatan dapat dilakukan pada sumber penyebab itu sendiri, baik
pada sistem manusianya (pasien dan tenaga kesehatannya), maupun dari sisi
organisasinya.
Sistem analisis resiko dapat dilakukan dari metode, pendanaan, sarana dan
prasarana, kebijakan, dan standar operasional. Perlunya komunikasi, kolaborasi,
monitoring dan konsolidasi dalam mencegah terjadinya resiko kembali juga perlu
dilakukan sebagai bahan evaluasi apakah standar sudah berjalan dangan baik.
Namun di banyak hal, peran manusia perlu di perhatikan lebih utama karena
sagala bentuk pelayan faktor manusia memiliki peran penting.

12
DAFTAR PUSTAKA
Harvey, J., n.d. Introduction to managing risk. [Online]
Available
at:http://www.cimaglobal.com/Documents/ImportedDocuments/cid_tg_intro_to_man
aging_rist.apr07.pdf [Accessed 31 August 2018].

Kusnanto,Hari. Peran Sistem Informasi Kesehatan,Program Studi


Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, UGM, 2007

KKP RS, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient


Safety), Departeman Kesehatan RI,2006

New Partners Initiative Technical Assistance Project, 2010. Developing a Risk


Management Plan, Boston: John Snow, Inc.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKI

13

Anda mungkin juga menyukai