Anda di halaman 1dari 21

PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah


Bimbingan dan Konseling

Oleh
Kelompok4
Kelas PGMI 03 2017

Dewi Indriani (1720201074)


Miliani (1720201093)
Mitha Shintia Noviana (1720201094)

DosenPengampu :
Faisal, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Arah Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1. Kegiatan bimbingan dan konseling diarahkan kepada :
a. Terpenuhinya tugas-tugas perkembangan peserta didik dalam setiap
tahap perkembangan mereka.
b. Dalam upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu, kegiatan
bimbingan dan konseling mendorong peserta didik mengenal diri dan
lingkungan, mengembangkan diri dan sikap positif, mengembangkan
arah karier dan masa depan.
c. Kegiatan bimbingan dan konseling meliputi bimbingan pribadi, sosial,
belajar dan karier.
2. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Secara konkret diarahkan kepada pengembangan berbagai
kompetensi peserta didik. Kompetensi yang dikembangkan itu
dirumuskan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
B. Unsur-unsur Program Bimbingan dan Konseling
Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam Penyusunan program
bimbingan dan konsellng adalah :
1. Jumlah siswa yang dibimbing
a. Guru pembimbing siswa (minimal) : 50
b. Kepala sekolah dari guru pembimbing siswa : 40
c. Wakil kepala sekolah dari guru pembimbing siswa : 75
d. Guru kelas : 1 kelas
2. Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan
a. Dalam jam belajar sekolah
b. Luar jam belajar sekolah
3. Unsur bimbingan dan konseling
a. Bidang-bidang bimbingan, yaitu :
 Bimbingan pribadi
 Bimbingan sosial
 Bimbingan belajar

1
 Bimbingan karier
b. Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling, yaitu :
 Layanan orientasi
 Layanan informasi
 Layanan penempatan/penyaluran
 Layanan pembelajaran
 Layanan konseling perorangan
 Layanan bimbingan kelompok
 Layanan konseling kelompok
c. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu :
 Aplikasi instrumentasi
 Himpunan data
 Konferensi kasus
 Kunjungan rumah
 Alih tangan kasus
4. Volume kegiatan bimbingan dan konseling
a. Layanan orientasi :4-6%
b. Layanan informasi : 10 - 12 %
c. Layanan penempatan/ penyaluran :5-8%
d. Layanan pembelajaran : 12 - 15 %
e. Layanan konseling perorangan : 12 - 15 %
f. Layanan bimbingan kelompok : 12 - 20 %
g. Layanan konseling kelompok : 12 - 15 %
h. Aplikasi instrumentasi :4-8%
i. Himpunan data : dilaksanakan terus menerus
j. Konferensi kasus :5-8%
k. Kunjungan rumah :5-8%
l. Alih tangan kasus :0-2%
5. Unsur layanan terhadap siswa mengikuti rumus “5 x 2 X 3” yang
berarti, setiap siswa menerima layanan bimbingan dan konseling

2
minimal lima kali dalam setiap semester selama tiga tahun di satu
jenjang sekolah.
6. Setiap kali kegiatan bimbingan dan konseling kurang lebih sekitar dua
jam.
7. Pada semester pertama diwajibkan dilaksanakannya layanan orientasi.
C. Program Menyeluruh Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling secara menyeluruh idealnya disusun
berturut-turut mulai dari semester pertama kelas satu sampai dengan semester
enam kelas tiga. Program-program tersebut merupakan kesinambungan
dinamis dari yang pertama sampai dengan yang keenam. Satu hal yang perlu
diperhatikan ialah bahwa program-program disusun hendaknya memuat
semua unsur yang telah disebutkan diatas. Tersusun dan terlaksananya
program menyeluruh, lengkap dan membuat seluruh unsur yang dimaksudkan
akan membuat kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan
kegiatan yang dapat dilakukan untuk perkembangan optimal siswa.

D. Kompetensi dan Sasaran Layanan Bimbingan dan Konseling


Langkah-langkah penjabaran kompetensi yang hendak dikembangkan
melalui kegiatan bimbingan dan konseling yang selanjutnya diikuti
perumusan materi pengembangan masing - masing kompetensi tersebut,
kegiatan layanan dan pendukung serta penilaian untuk menunjukkan
kompetensi yang dimaksudkan itu adalah sebagai berikut :
Pertama, perhatikan masing-masing butir perkembangan untuk setiap
jenjang satuan pendidikan (SD, SMP, SMA dan sederajat).
Kedua, butir-butir perkembangan tersebut diorientasikan ke dalam empat
bidang bimbingan dan konseling.
Ketiga, butir-butir perkembangan yang sudah diorientasikan ke dalam
kelompok bidang bimbingan tertentu selanjutnya di jabarkan ke dalam
kompetensi-kompetensi yang relevan.

3
Keempat, kompetensi-kompetensi yang dimaksudkan pada langkah ketiga
tersebut selanjutnya dijadikan acuan untuk menentukan materi yang akan
menjadi isi layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
Kelima, berdasarkan materi yang diterapkan pada Iangkah keempat,
ditetapkanlah kegiatan (layanan dan pendukung) bimbingan dan konseling
yang perlu dilaksanakan, disertai proses penilaiannya.
Materi kompetensi yang hendak dikembangkan melalui kegiatan
bimbingan dan konseling sekaligus memuat materi pendidikan budi pekerti.
Hasil penerapan langkah-langkah tersebut merupakan silabus kegiatan
bimbingan konseling di sekolah.
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling (Depdiknas, 1996)
hendaknya memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Program bimbingan dan konseling hendaknya disusun oleh seluruh staf
bimbingan dan konseling dengan memperhatikan personal sekolah
(gum, wali kelas, staf tata usaha, dan staf sekolah lainnya) yang
disetujui oleh kepala sekolah.
2. Program bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
3. Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya menunjang
program sekolah.
4. Program bimbingan dan konseling hendaknya disusun secara
sederhana dan memiliki unsur keterlaksanaan.
5. Program bimbingan dan konseling hendaknya disusun setiap awal
tahun pelajaran

Sumber lain mengatakan bahwa, Ada beberapa hal yang harus


diPerhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling ini
diantaranya:
a. Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi oleh:

4
1. Siswa, baik yang berkenaan dengan masalah pribadi, emosional,
hubungan sosial, keluarga, pendidikan, pilihan pekerjaan, jabatan
atau karir.
2. Guru pembimbing (konselor), dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling disekolah, baik yang berkenaan dengan jelas jenis
pelayanan, maupun proses pengelolaan bimbingan dan konseling di
sekolah.
3. Kepala Sekolah, dalam proses pengelolaan bimbingan dan
konseling di sekolah yang berkaitan dengan program, organisasi,
kepemimpinan maupun segi pembinaan.
b. Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya
dirumuskan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai dalam menangani
berbagai masalah, serta dirumuskan bentuk-bentuk kegiatan yang
berkenaan dengan butir dan sub butir rincian kegiatan waktu
pelaksanaan dan sasarannya.
c. Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling disekolah
hendaknya dirumuskan dan diinventarisasikan berbagai fasilitas yang
ada, serta anggaran biaya yang diperlukan untuk memperlancar
jalannya kegiatan bimbingan dan konseling tersebut.

PERMASALAHAN SISWA
A. Pengertian Masalah
Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau
dipecahkan. Ini merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal.
Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak
segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri
maupun orang lain.

B. Ciri-Ciri Masalah
Sebuah masalah mempunyai ciri-ciri, Prayitno (1985) mengemukakan ciri-
ciri masalah ialah:

5
1. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
2. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
3. Ingin (perlu) dihilangkan

Setiapmasalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau


lebih ciri diatas.Suatu masalah dapat juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal,
kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat
menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun bagi orang
lain, dan ingin dihilangkan. Maka dengan itu, suatu masalah dapat terjadi
pada siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan
penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan
baik.
C. Jenis Masalah Dan Jenis Bimbingan
1. Jenis-jenis Masalah Individu
Kenyataan membuktikan bahwa dalam lingkup persekolahan peserta
didik tidak semata belajar dalam artian “penumpukan” pcngetahuan dari
kegiatan instruksional. Dalam proses belajar peserta didik menghadapi
pula situasi-situasi yang bersangkutan dengan kehidupan pribadinya
(personal), dan mereka bergelut pula dengan pergaulan masyarakat
(sosial). Peristiwa-peristiwa akademis tidak pemah lepas bahkan menjadi
bagian integral dari peristiwa pribadi dan sosial individu peserta didik.
Pada umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi individu, terutama
yang dihadapi oleh peserta didik di sekolah sekurang-kurangnya dapat
digolongkan menjadi enam jenis masalah, yaitu sebagai berikut :
a. Masalah pengajaran atau belajar
b. Masalah pendidikan
c. Masalah pekerjaan
d. Penggunaan waktu senggang
e. Masalah-masalah sosial
f. Masalah-masalah pribadi

6
Sementara Abu Ahmad dan Ahmad Rohani mengatakan masalah-
masalah yang dihadapi oleh peserta didik, dapat dikelompokkan menjadi
tiga jenis, yaitu :
a. Masalah-masalah pendidikan/pengajaran
b. Masalah pribadi-sosial
c. Masalah jabatan atau karier
2. Bimbingan Pribadi-sosial (personel and sosial guidance)
Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan dissekolah sebagian
disalurkan melalui bimbingsn kelompok dan sebagian lagi melalui
bimbingan individu. Materi yang diberikan dalam bimbingan pribadi-
sosial, antara lain sebagai berikut:
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan
dalam beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang Maha Esa.
b. Pemantapan tentang kekuatan diri dan pengembangannnya untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatof dan produktif.
c. Pemantapan pemahaman tentang kelemmahan diri dan usaha
penagnggulangannya.
d. Pemantapan kemampuan menngambil keputusan.
e. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusn
yang telah diambilnya.
f. Pemantapan kemampuan berkomunikasi.
g. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat
serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.
h. Orientasi tentang hidup berkeluarga.
3. Bimbingan Akademik (akademical guindance)
Bimbingan akademik merupakan bimbingan dalam hal menemukan
cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai. Materi
yang diberikan dalam bimbingan akademik, antara lain sebagai berikut:
a. Pemantapan siakp dan kebiasaan belajar yanng afektif dan efesien
serta produktif

7
b. Pemantapam sistem bekajar dan berlatih, baik secara mandiri
maupun berklompok.
c. Pemantapan dalam membuat tugas-tugas sekolah dan memilih
pelajaran-pelajaran tambahan/
d. Pengenalan terhadap situasi pendidikan yang dihadapi, agar pesserta
didik menyesuaikan diri, seperti sistem pendidikan, kurikulum,
metdode belajar, lat-alat pelajarn dan sebagainya.
e. Orientasi terhadap pemilihan spesialisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan


akademik adalah sperangkat bantua yang ditawrkan kepada peserta
didik agar dapar membuat pilihan, mengadakan penyesuaian dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pengajaran atau
belajar yang dihadapinya.
4. Bimbingan Karier (career guidance)
Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
mengahadapi dunia perkerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau
jabata tertentu serta membekali diri supaya siap dengan berbagai bantuan
dari lapangan perkerjaan yang telah dimasuki. Kegiatan atau materi yang
dilakukan dan disajikan dalam layanan bimbingan karier anatar lain
sebagai berikut:
a. Informasi yang tepat tentang pribadi peserta didik, terutam tentang
bakat, hasil belajar, minat, penyesuaian diri, keadaan jasmani dan
kecakapannya.
b. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan
karier yang hendak dikembangkan.
c. Pemantapan orientasi dan informadi karier pada umumnya,
khususnya karier yang dikembangkan.
d. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memproleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

8
e. Orientasi dan informasi terhadap pendidkan yang lebih tinggi,
khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
D. Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah Dasar
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-
macam. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
a. Kemampuan akademik, yaity keadaan siswa yang diperkirakan memili
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya
secara optimal.
b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130
atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk
memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.
c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa ya
g perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan
yang seharusnya.
1. Hal-hal yang Sering Dihadapi Guru di Sekolah Dasar
Diantara prilaku negatif anak SD yang sering mendapat perhatian
guru dari hasil survei di lapangan adalah sebagai berikut.
1) Pada waktu diterangkan bermain sendiri. tindakan guru: memberi
nasehat, memberi bimbingan dengan menunggui samoai anak mau
menulis dan memberi contoh.
2) Tidak masuk sekolah, msin PS. Tindakan guru: memberi
peringatan sanksi.
3) Meminta uang kepada temannya. Tindakan guru: menasehati.
4) Tidak mengerjakan tugas PR/tugas yang diberikan. Tindakan guru:
memberi peringatan dan diberi sanksi yang mendidik, selalu
memeriksa tugas yang diberikan.

9
5) Sering terlamabta sekolah. Tindakan guru: memberi peringatan
dan saksi, memberi pembinaan disiplin herus menjadi pembiasaan
sehari-hari.
6) Selalu usil kpada teman. Tindakan guru: memperingatkan.
7) Waktu diterangkan kurang memperhatikan. Tindakan guru:diberi
nasihat diingstkan, mungkin ada sesuatu yangmenganggu
dibenaknya sehingga mengarahkan perhatian kesiswa.
8) Mudah tersinggung/ menangis. Tindakan guru: memberi
pembinaan hidup mandiri, berani, tidak penakut, tidak cengeng
tetapi sopan.
9) Tidak masuk tanpa izin lisan ataupaun surat. Tindakan guru:
memberi pembinaan penanaman disiplin, orang uta bertanggung
jawab atas tidak masuknya anak, maka dalam pertemuan wali
murid diajak tukar pendapat dan mencari solusinya.
10) Kadang bicara kotor tanpa kendali, suka mengomel. Tindakan
guru: tukar pendapat dan mencari solusi dengan orang uta agar
anak dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya harus
diperhatikan.
11) Bertengkar sama teman. Tindakan guru: mendamaikan , memberi
peringatan.
12) Membolos. Tindakan guru: membiasakn disiplin, menghargai
waktu.
13) Selalu lupa membawa alat tulis/buku. Tindakan guru: memberikan
perhatisan lebih pada siswa yang bermasalah.
Malas. Tindaka
14) Malas. Tindakan guru: diberi bimbingan sehingga rajin.
2. Strategi pemecahan masalah
a. Studi kasus
Istilah studi kasus teridiri atas dua kata, yaitu studi dan kasus.
Secara terpisaharti keuda kata itu dapat dibedakan. Dalam kamus

10
besar bahasa Indonesis, kata studi diartikan sebagai kajian, telaah
penelitian, penyelidikan ilmiah. Sedangkan kata kasus diasrtikan :
1) Soal perkara, keadaan sebenarnya suatu urusan atau
perkaran, keadaan atau kondisi khusu yang berhubungan
dengan seseorang atau kondisi khusus yang berhubungan
dengan seseorang atau suatu hal.
2) Kategori dari gramitikaldari nomina, prononima atau
ajektiva yang menunjukan hubungan dengan kata lain
dalam konstruksi sintaksis. Apabila kedua kata itu
dipadukan sehingga menjadi studi kasus maka makna yang
tercantumdalam kamus tersebut ialah: pendekatan untuk
meneliti gejala sosial dengan menganalisis satu kasus
secara mendalam dan utuh.
Kondisi kasus hendaknya juga diketahui oleh anda (guru).
Apabila masalah dalam kondisi berat-ringan, sehat-sakit, normal tidak
normal atas suatu kasus yang muncul dipermukaan, terlebih terhadap
gelaja yang tampak.
Masalah anak-anak hendaklah dihadapi, tidak cuci tangan,
kevuali keterbatsan kewenangan yang dimiliki. Namun, sebagi guru
pembimbing setidaknya dalam memahami siswa perlu mendasari diri
dengan beberapa pemikiran berikut ini:
1) Orang bermasalah mempunyai kemampuan intelektual
yang normal, tetapi ia mengalami masalah/ganguan pada
emosional psikologi sja.
2) Orang yang bermasalah bukan melakukan suatu perbuatan
yang berkaitan dengan kejahatan/kriminal yang perlu
mendapat sanksi hukum.
Untuk menangani kasus tertentu, anda sebagi guru pembimbing
hendaknya mulai dari beberapa alasan yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan perlu tidaknya kasus ditangani

11
ataukah dilimpahkan ataukah cukup guru yang menanganinya. Dalam
hal ini dua pertimbangan perlu dilihat:
1) Adakah permasalah khusus/istemewa yang dialam oleh
siswa dan anda yang menemukannya,
2) Adakah keingintahuan anda secara menyeluruh dan
mendalam tentang kasus, terutama yang berkaitan dengan
sumber penyebabnya dan jenis masalah yang dihadapi.
3) Perlu segera dibantu/diatasi masalah yang tengah
dihadapi,dan
4) Hendaknya temuan yang diperoleh melalui pengalaman diri
digunakan sebagi dasar teori untuk mengatasi
permasalahan.
Apabila kasus telah anda temukan maka langkah untuk
memahaminya antara lain:
1) Masalah hendaknya dipahami secara menyeluruh, mendalam
dan objektif, mengenali gejala dengan menemukan sendiri
gejala yang bermasalah atau orang lain yang memberikan
informasi,
2) Membuat diskripsi kasus, menilai prilaku masalah, dijabarkan
dan dikembangkan untuk dipahami,
3) Mencari sumber penyebab, akibat yang ditimbulkan dan jenis
bantuan, dan
4) Pengumpulan data yang diperlukan.
Apabila anda telah berada dalam masalah siswa, maka Anda
harus memiliki kerangka berfikir kognisi, afeksi dan penyikapan
terhadap kasus. Kerangka berfikir ini akan membantu pembimbing
untuk membatasi diri terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Adapun secara kognisi yang mendasari penyikapan terhadap
kasus secara garis besar adalah sebagai berikut:

12
1) Keyakinan dan penghayatan bahwa manusia ditakdirkan
sebagai makhluk yang paling indah dan mempunyai derajat
yang paling tinggi.
2) Keyakinan dan penghayatan bahwa keindahan derajat paling
tinggi terwujud dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan
hidup di dunia akhirat dalam arti yang seluas-luasnya.
3) Pemahaman dan penghayatan bahwa dalam perjalanan
hidupnya seseorang dapat mengalami berbagai permasalahan
yang mengganggu perkembangan dimensi kemanusiaan yang
diupayakan pada perwujudan manusia seutuhnya.
4) Pemahaman dan penghayatan bahwa factor-faktor lingkungan,
disamping factor dimensi kemanusiaan yang lain sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan dimensi dan timbulnya
permasalahan pada diri seseorang di sisi lain.
5) Pemahaman dan penghayatan bahwa pelayanan pendidikan
pada umumnya mampu memberikan bantuan kepada orang-
orang yang sedang mengalami perkembangan dan mengalami
masalah demi teratasinya masalah-masalah mereka.
6) Bahwa seseorang yang sedang mengalami masalah tidak
seharusnya dan tidak serta merta dianggap sebagai seorang
terlibat masalah criminal perdata atau tidak sehat jasmani
rohani, normal tidak normal.
7) Permasalahan yang sebenarnya besar kemungkinan tidak tepat
sama seperti pendeskripsian awal.
8) Perlunya strategi dan teknik khusus untuk mengatasi dan
memecahkan masalah pokok yang dialami seseorang.
9) Dalam menangani perlu dilibatkan berbagai pihak sumber dan
unsur untuk secara efektif dan efesien mengatasi memecahkan
masalah.
Apabila aspek kognisi tersebut telah dimiliki, selanjutnya perlu
dipupuk kesadaran afektif, yaitu sebagai berikut:

13
1) Memberikan penghargaan/penghormatan yang setinggi-
tingginya terhadap kehidupan manusia sebagai individu atau
kelompok.
2) Dengan keahlian mengoptimalkan dimensi kemanusiaan
secara selaras, serasi menuju seutuhnya demi kesenangan dan
kebahagiaan kehidupan dunia akhirat.
3) Merasa prihatin dan menaruh simpati kepada orang yang
mengalami permasalahan yang menghambat dimensi
kemanusiaan.
4) Berusaha seoptimal mungkin menerapkan keahlian yang
dimiliki untuk membantu agar dapat teratasi dalam waktu
yang cepat dengan cara yang tepat.
5) Bersikap positif terhadap orang yang mengalami masalah.
6) Berhati-hati, teliti, tekun bertanggung jawab.
7) Penuh kesadaran mau mengembangkan wawasan, ide, strategi
dan teknik serta menerapkannya secara tepat terhadap
permasalahan yang dialami.
8) Tidak menahan permasalahan untuk ditangani sendiri.
9) Tidak menutup kemungkinan untuk dialihtangankan jika
ternyata ada pihak yang lebih ahli.
Selanjutnya penyikapan positif terhadap masalah yang ada dapat
dilakukan dengan cara berikut:
1) Menerima kasus yang dipercayakan dengan perasaan
tanggung jawab.
2) Mengembangkan wawasan tentang kasus itu secara lebih
rinci, tentang kemungkinan sebab-sebab timbulnya setiap
permasalahan yang terkandung di dalam kasus tersebut dan
kemungkinan akibat-akibat yang akan timbul apabila
permasalahan tersebut berlarut-larut tidak ditangani.
3) Mengembangkan strategi dan menerapkan teknik-teknik yang
tepat untuk mengatasi sumber-sumber pokok permasalahan.

14
4) Melibatkan berbagai pihak, sumber, unsur apabila diyakini
hal-hal tersebut akan membantu pemecahan masalah.
5) Mengkaji kemajuan upaya pemecahan masalah.
Apabila masalah telah terselesaikan perlu melakukan penulisan
studi kasus. Dalam penulisannya dapat disusun sebagaimana berikut ini:
1) Sifat laporan studi kasus
Sebenarnya tidak ada pola khusus untuk penulisan kasus,
tetapi ada beberapa prinsip umum yang harus diamati meliputi
berikut ini:
- Penulisan kasus harus objektif, sederhana dan jelas.
- Di dalam laporan suatu kasus gunakanlah pernyataan
umum, dan sebaiknya dilengkapi dengan ilustrasi kasus
sehingga laporan dapat lebih meyakinkan karena
dilengkapi dengan data pendukungnya.
- Batasilah butir-butir/keterangan yang tidak relevan.
2) Isi laporan studi kasus
Secara singkat studi kasus dapat dilakukan dengan
berpedoman pada tabel dibawah ini:
Amati dan Tulislah Secara
Langkah-Langkah
Spesifik.
Siapa yang melakukan, di
Pilih peristiwa/kasus dari
mana dilakukan, kapan waktu
tingkah laku siswa yang
melakukannya, bagaimana
menjadi perhatian dan
bentuk tingkah lakunya,
merupakan penyimpangan
berapa tingkah laku
tingkah laku.
dilakukan, dan seterusnya.
Cari penyebab peristiwa Kenali penyebab tingkah laku
tersebut. menyimpang.
Dari mana informasi tentang Dari teman klien
kasus tersebut didapat? Siapa megatakan… dan seterusnya.

15
yang dapat memberikan Dari klien mengatakan….
informasi tentang Dan seterusnya.
peristiwa/kasus yang dialami,
deskripsikan!
Bagaimana cara Jelaskan tekniknya. Misalnya
mendapatkan informasi? wawancara.
Simpulkan apa pokok
masalahnya?
Berikan bantuan berupa Menggunakan RET atau
konseling atau bimbingan. teknik yang lain.
Kategorikan dalam bidang
Sosial-pribadi-karier-belajar.
apa!
Kesepakatan apa yang akan
Lakukan bersama dengan
diambil untuk membuat
anak.
perubahan tingkah laku
Amati apakah sudah ada Diingat sesuai dengan
perubahan. kesepakatan bersama.

b. Penyelenggaraan Kotak Masalah


Kotak masalah ini sering disebut “kotak tanya”. Dasar
pemikirannya adalah untuk menampung masalah-masalah atau
pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh anak-anak atau anggota
yang lain dalam sekolah.
Dalam pelaksanaannya, sekolah menyediakan kotak tertentu
anak-anak atau pejabat-pejabat yang lain dapat memasukkan hal-
hal atau masalah-masalah yang menjadi persoalannya. Pada waktu-
waktu tertentu (yang telah ditetapkan, misalnya seminggu sekali
atau 3 hari sekali), kotak itu dibuka oleh pembimbing atau guru
pembimbing untuk dipelajari. Jika dilihat dari masalahnya maka
sifatnya ada dua macam, antara lain:
1) Masalah yang bersifat umum

16
Apabila masalah bersifat umum maka cara pemecahannya
sebaiknya juga bersifat umum. Hal tersebut berarti bahwa
masalah itu perlu dikemukakan secara umum kepada anak-
anak dan dapat dilakukan dengan mengadakan bimbingan
mengenai hal itu.
2) Masalah yang bersifat khusus
Apabila sifatnya khusus maka berarti hanya khusus
mengenai anak tertentu. Oleh karena itu, cara
pemecahannya juga secara individual, yaitu dengan
konseling.
Ada 2 pendapat yang sehubungan dengan perihal memasukkan
masalah ke dalam kotak masalah, antara lain:
1) Anak memasukkan masalahnya ke dalam kotak tanpa
disertai nama ataupun identitas yang lain. Hal ini didasari
pemikiran agar anak lebih terbuka di dalam penyampaian
masalahnya.
2) Anak memasukkan masalahnya dengan menyebutkan nama
dan identitas yang lain. Dengan cara ini, jelas ada
pertanggungjawaban dari anak yang mengajukan masalah.
Kekurangan dari cara ini memang ada, yaitu mungkin anak
menjadi kurang terbuka dalam menyampaikan masalahnya.
E. Problematika Bimbingan dan Konseling Agama
1. Problem Bimbingan dan Konseling
Dalam menjalani kehidupan ini, seseorang senantiasa memiliki
permasalahan kehidupan, baik pribadi maupun sosial. Berbagai permasalahan
yang dihadapi manusia, baik pada usia anak-anak, remaja maupun dewasa
sangatlah kompleks. Permasalahan tersebut tidak cukup dibiarkan begitu saja,
melainkan membutuhkan pemecahan yang solutif dan bijak.
Allah SWT., berfirman dalam Surat Yunus ayat 57 yang artinya “Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan

17
penyembuhan bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Rasulullah SAW., bersabda : “Sesungguhnya orang mukmin yang paling
dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa taat kepada-Nya, dan
memberikan nasihat kepada hamban-Nya, sempurna akal pikirannya serta
menasihati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian serta mengamalkan
ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangnlah
ia.” (HR. Ibnu Abbas)
Berdasarkan dari firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut memberikan
petunjuk kepada kita bahwa bimbingan dan konseling perlu dilakukan oleh
seorang muslim terhadap orang lain karena memang kegiatan bimbingan dan
konseling sangat dibutuhkan antara sesame manusia. Hal ini dikarenakan saling
menasihati dan memperingatkan antara sesame muslim dalam kebenaran dan
kesabaran adalah tindakan kebaikan.
2. Menjawab Problematika Bimbingan Konseling
Permasalahan yang dihadapi manusia, baik pada usia anak-anak, remaja
maupun dewasa dalam berbagai bidang, pada kenyataannya bisa diselesaikan
melalui pendekatan keagamaan. Pendekatan keagamaan (religious approach)
merupakan solusi untuk memecahkan permasalahan hidup.
Dalam hubungannya dengan pemikiran tersebut, bimbingan dan konseling
agama sudah tentu akan dirasakan sebagai suatu keharusan yang perlu
disukseskan oleh institusi pendidikan agama dilingkungan sekolah dan juga
madrasah, bahkan dikalangan masyarakat luas.
Pendidikan agama mengandung pengertian bahwa segala kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik terhadap berbagai perubahan tingkah laku lahiriah
maupun batiniahnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapau. Dalam hal ini
dibedakan dengan arti “pengajara agama” dimana kegiatan pengajar atau guru
diarahkan kepada pemberian materi pengetahuan kepada anak didik.
Sedangkan perkembangan atau perubahan sikap mental ataupun tingkah laku
bukan merupakan tujuan pokok. Berubah atau tidak, tidak menjadi persoalan,

18
yang penting dalam diri anak telah tertanam pengetahuan agama yang semakin
banyak dan mandalam.
3. Aplikasi Bimbingan dan Konseling Agama
Dalam rangka membantu remaja dan siswa dalam mengokohkan atau
memantapkan keimanan dan ketakwaan, maka sekolah hendaknya
melakukan upaya-upaya berikut:;
a. Pimpinan (kepala sekolah dan para wakilnya) guru-guru dan personil
sekolah lainnya, harus sama-sama memiliki kepedulian terhadap
program pendidikan agama atau penanaman nilai-nilai agama di
sekolah, baik melalui; 1) proses belajar mengajar dikelas, 2)
bimbingan (pemaknaan hikmah hidup beragama/beribadah, pemberian
dorongan, dan contoh atau teladan, baik bertutur kata, prilaku,
berpakaian maupun melaksanakan ibadah), dan 3) pembiasaan dan
mengamalkan nilai-milai agama.
b. Guru agama seyogianya memiliki kepribadian yang mantap (akhlaqul
karimah), pemahaman dan keterampilan professional, serta
kemampuan dalam mengemas materi pembelajaran, sehingga mata
pelajaran agama menjadi menarik dan bermakna bagi anak.
c. Guru-guru berupaya menyisipkan nilai-nilai agama kedalam mata
pembelajaran yang diajarkannya, sehingga siswa memiliki apresiasi
yang positif terhadap nilai-nilai agama.
d. Sekolah menyediakan sarana beribadah (masjid) sebagaimana
laboratorium ruhaniah yang cukup memadai. Serta memfungsikannya
secara maksimal.
e. Menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler kerohanian, pesantren
kilat, ceramah-ceramah kegamaan atau diskusi keagamaan secara rutin.
f. Bekerja sama dengan orang tua siswa dlaam membimbing keimanan
dan ketakwaan siswa.

19
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling (Edisi Revisi), Jakarta:
Rajawali Pers.
Mu’awanah, Elfi dan Rifa Hidayah. 2009. Bimbingan dan Konseling
Islam di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Munir Amin, Samsul. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta:
Amzah.
Suryana, Ermis. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Palembang: Grafika Telindo.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan + Konseling (Studi & Karier).
Yogyakarta: Andi
http://www.batararayamedia.com/page.php?menu=artikel&id=115&
title=Jenis-Masalah-Siswa-di-Sekolah-Dasar
http://animenekoi.blogspot.com/2012/02/penyusunan-program-bk
berbasis-sekolah.html
http://www.kosmaext2010.com/penyusunan-program-bimbingan-dan
konseling-di-sekolah-dasar-sd-makalah-bimbingan-dan
konseling.php\

20

Anda mungkin juga menyukai