NAMA/NIM
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Bedah Khusus Veteriner ini tepat
pada waktunya. Judul makalah ini adalah “Teknik Operasi Gastronomy dan
Rumenotomy”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Khusus
Veteriner.Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan
paper ini. Demikianlah tugas ini penulis susun. Penulis berharap dapat memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih.
Denpasar, 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan.......................................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan.....................................................................................................3
BAB II PRE OPERASI DAN ANESTESI.............................................................. ...... 3
2.1 Pre operasi ......................................................................................................... 3
2.2 Anastesi...................................................................................................................6
BAB III TEKNIK OPERASI ...................................................................................... 8
3.1 Teknik Oprasi Gastrotomy.......................................................................................8
3.2Teknik Operasi Rumenetomy ..............................................................................10
BAB IV HASIL DAN PASCAOPERASI……………………...……………………13
4.1. Gastrotomy…………………………………………………………………...…13
4.2. Rumenetomy…………………………………………………………………….13
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................14
5.1 Simpulan ............................................................................................................14
5.2 Saran ..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
LAMPIRAN ..............................................................................................................16
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6. letak incisi lambung pada bagian yang minim pembuluh darah.......9
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Grastrotomy dan Rumenotomy?
2. Apakah penyebab dari Grastrotomy dan Rumenotomy?
3. Apakah tujuan dan manfaat operasi Grastrotomy dan Rumenotomy?
4. Bagaimana tindakan praoperasi Grastrotomy dan Rumenotomy?
5. Bagaimana teknik operasi Grastrotomy dan Rumenotomy?
6. Bagaimana perawatan pasca operasi Grastrotomy dan Rumenotomy?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang perlu dipersiapkan pada saat operasi Grastrotomy dan
Rumenotomy.
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik operasi Grastrotomy dan Rumenotomy.
3. Untuk mengetahui bagaimana perawatan pasca operasi Grastrotomy dan
Rumenotomy.
1.4 Manfaat
Setelah membaca paper ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan
mengerti manfaat dan kegunaan Grastrotomy dan Rumenotomy. Selain itu
mahasiswa diharapakan mengetahui bagaimana cara pelaksanaan operasi
Grastrotomy dan Rumenotomy serta perawatan pasca operasi.
2
BAB II
PRE OPERASI DAN ANESTESI
2.1 PRE-OPERASI
Operasi merupakan tindakan terstruktur dalam bidang medis yang
dilakukan pada obyek baik hewan maupun manusia untuk mengatasi suatu
masalah kesehatan serius. Tindakan operasi yang akan dilakukan khususnya
pada hewan harus mempertimbangkan kondisi fisik hewan, keadaan ekonomi
pemilik, dan tingkat keparahan penyakit yang diderita.
Keberhasilan suatu kegiatan operasi hewan tidak terlepas dari persiapan
– persiapannya baik persiapan sebelum operasi (pre operasi) maupun persiapan
setelah operasi (pra operasi).
Sebelum operasi, umumnya dilakukan pemeriksaan fisik mulai dari
berat badan, suhu rektal, frekuensi nafas, pulsus, denyut jantung, kondisi
mukosa, ukuran pupil dan reflek terhadap cahaya, serta kondisi lainnya.
Obat yang harus dipersiapkan adalah obat premedikasi yang meliputi atropine
sulfat, obat anestesi yang meliputi xylasin dan ketamine, anti biotik cair, dan
obat anti parasite spray. Alat yang digubakan adalah seberangkat alat bedah
minor
3
Gambar 01: alat bedah minor (sumber:google)
4
Gambar 03 : ruang operasi (sumber :mydokterhewan)
3. Persiapan operator
5
Gambar 04 : SOP operator dan co-operator (sumber : mydokterhewan)
2.2 ANESTESI
Anestesi Tindakan Gastrotomy dan Rumenotomy
a. Gastrotomy
Anestesi yang digunakan dalam teknik operasi Gastronomy yakni
Ketamine dan Xylazine. Setelah ± 10 menit dilanjutkan dengan pemberian
anestesi umum yaitu Ketamine 10–40 mg/Kg BB dan Xylazine 1–3 mg/Kg BB
secara intramuskular. Setelah pemberian anestesi, frekuensi nafas dan denyut
jantung dimonitoring setiap 5–10 menit sampai pembedahan selesai. Menurut
Parker, et al. (2011), anestesi umum diinduksi dengan ketamine (2.2 mg/kg bb,
i.v.) dan diazepam (100 mg/kg bb, i.v.) dan dipertahankan dengan inhalasi
sevofluorane; morphinesulphate (120 mg, i.v.) juga diberikan sebagai analgesi
selama operasi. Menurut McGee, et al. (2008), Endotrakeal intubasi dilakukan
dengan 6-Fr tabung endotrakeal setelah hewan dibius dengan 8 mg/kg
tiletamine HCL dan zolazepam secara intramuskular. Inhalasi Isoflurane 0,5%
hingga 2% diberikan untuk keseluruhan operasi.
b. Rumenotomy
Anestesi dilakukan dengan anastesi epidural dan anastesi lokal. Obat
anastesi yang digunakan adalah Lidocaine. Untuk epidural diinjeksi diantara
vertebrae lumbal yang terakhir dan vertebrae sacralis yang pertama. Setelah
itu, injeksi lidocaine pada beberapa bagian dari lapangan operasi. Dilakukan
6
injeksi pada tiap lapisan muskulus dari abdomen hingga ke rumen. Teknik
bedah rumenotomy dilakukan dengan bantuan anastesi epidural dan anastesi
lokal. Anastesi epidural dilakukan di vertebarae lumbosacral vertebrae lumba
terakhir dan pada vertebrae sacral pertama. Selain anastesi epidural,
dilakukan juga anastesi lokal yakni dengan menyuntikan lidocaine ke daerah
yang akan diinsisi termasuk juga pada rumen. Menurut Seifollah dan Amir
(1995), anestesi lokal dilakukan dengan blok saraf paravertebral. Saraf toraks
(T) 13, lumbar (L) 1, 2,
7
BAB III
TEKNIK OPRASI
1. Setelah itu melakukan incisi kulit pada ventral midline abdominal dari thipoid
sampai pubis.
2. Incisi dilanjutkan pada linea alba dan peritonium sehingga rongga abdominal
terbuka.
3. Dinding abdominal dikuakkan dengan retraktor sehingga gastrointestinal
terlihat. Lambung dikeluarkan dengan membuat jahitan stay suture yang
bertujuan untuk memegang dinding lambung.
8
4. Selanjutnya melakukan incisi pada dinding lambung yang sedikit pembuluh
darahnya (bagian curvatura mayor).
5. Icisi dibuat agar tidak dekat dengan pilorus dan incisi dilebarkan dengan
gunting.
6. Setelah dilakukan tindakan pada lambung (mengeluarkan benda asing, biopsi),
segera dilakukan penutupan pada serosa muskularis, dan submukosa sebagai
lapis pertama dengan pola jahitan cushing atau simple interrupted selanjutnya
dijahit dengan pola lembert atau cushing.
9
7. Lambung dimasukkan ke dalam rongga perut dan dilakukan penutupan dinding
perut.
8. Pada bagian peritonium, linea alba, dan subkutan dijahit dengan benang
absorbable serta kulit dijahit dengan benang nonabsorbable.
9. Perawatan pasca operasi, hewan jangan diberi makan dan minum. Diberikan
infus secara intravena, antibiotika secara intravena dan oral. Setelah 24 jam
dapat diberikan makanan ringan (pakan bayi).
3.2 Teknik Oprasi Rumenotomy
Sebelum dilakukan operasi, hewan dipuasakan makan selama 12 jam
dan puasa minum selama 6 jam. Tujuan dari puasa ini adalah untuk
pengosongan lambung supaya tidak mendesak diafragma selama operasi
sehingga tidak terjadi muntah. Dari hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan
fisik, hewan yang tidak mengalami perubahan patologis dapat dinyatakan
hewan berada dalam kondisi sehat dan aman untuk dioperasi
1. Hewan yang telah dipersiapkan kemudian diletakkan diatas meja operasi dan
direstrain. Operasi dilakukan pada flank kiri.
2. Sebelum operasi dilakukan, bagian yang akan dioperasi dicukur (daerah flank),
setelah itu diolesi iodine ( PVP 10%). (Benchohra Mokhtar. 2017)
3. Persiapan alat – alat operasi juga dilakukan. Perbedaan alat yang dipakai adalah
pemakaian shroud atau plastik untuk rumen. Setelah itu baru hewan diberi
cairan anastesi.
4. Anastesi yang dapat diberikan dengan cara line block, inverted block, atau
paravertebral block.
5. Pada kasus rumenotomi biasanya anastesika diberikan secara regional dengan
menggunakan teknik paravertebral block dan L – block. Anastesi ini
dimaksudkan untuk mematikan rasa di daerah flank.
6. Anastetika yang digunakan adalah Lidocain HCl. Pemberian Lidocaine HCL
dilakukan menggunakan metode farqurhason dengan processus transversus
sebagai penanda.
10
7. Tiap tempat diberikan injeksi Lidocaine HCl sebanyak 20 ml. Setelah sekitar 5
– 10 menit kemudian, dilakukan tes untuk mengetahui apakah daerah operasi
sudah teranastesi sempuna atau belum, dengan menggunakan Allis forceps
dilakukan jepitan – jepitan daerah yang dianastesi tersebut.
8. Setelah hewan teranastesi, dilakukan incisi sepanjang 12 cm pada kulit dimulai
dari kira – kira 10 cm di bawah prosesus transversus dari vertebrae lumbaris
pertengahan flank.
9. Struktur lain dari dinding abdomen yang harus dihindari saat insisi adalah
nervus dan pembuluh darah. Jika ada pembuluh darah harus di ligasi terlebih
dahulu. Rumen ditarik ke luar dengan bantuan allies forcep atau dua buah
jahitan yang kuat.
10. Incisi rumen dibuat diantara kedua jahitan setelah cavum abdomen ditutup.
Setelah rumen dibuka dimasukkan rumen shroud untuk mencegah kontaminasi
kemudian isi rumen dikeluarkan sehingga rumen dapat dieksplorasi untuk
mencari benda asing.
11. Tepi rumen yang diincisi dibersihkan dan dijahit dengan tipe jahitan Simple
continnue dilanjutkan dengan tipe jahitan continous lambert dengan
menggunakan benang catgut chromic.
11
12. Peritoneum dan muskulus dijahit secara terpisah dengan tipe jahitan Simple
Inerrupted menggunakan benang catgut chromic.
13. Sub kutan dijahit dengan pola jahitan sederhana menerus menggunakan benang
catgut plain.
14. Kulit dijahit dengan tipe jahitan Simple Inerrupted menggunakan benang katun.
Setelah operasi rumenotomi, yang paling penting dalam tahapan ini adalah
kesembuhan luka. Kesuksesan operasi sangat tergantung pada kesembuhan
luka. Pada hari ke-4 kulit hewan sudah mulai menutup hal ini menandakan bahwa
makrofag menstimulasi fibroblas yang kemudian membentuk
myofibroblas. Myofibroblas berperan penting dalam penutupan luka karena berisi
protein (aktin dan miosin) yang memiliki kontribusi dalam penutupan luka.
12
BAB IV
HASIL DAN PASCA OPERASI
4.1 Gastrotomi
Segera setelah penutupan dinding abdomen dilakukan penyuntikan
Ampicillin 10 % dengan dosis 10-20 mg/kg BB secara intramuskuler untuk
menghindari adanya infeksi sekunder.
Selama hewan masih teranastesi, dilakukan infus RD 5 % untuk
mengganti cairan yang hilang dan untuk koreksi keseimbangan elektrolit secara
intravena. Luka bekas operasi diolesi salep bioplasenton.
Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap denyut jantung,
pernafasan dan temperatur tubuh. Untuk mencegah keadaan hipotermi dapat
dilakukan dengan menggunakan lampu penghangat, selimut atau infus yang
dihangatkan. Setelah hewan dioperasi ditempatkan pada tempat yang kering
dan bersih, luka operasi dijaga kebersihannya dan pemeriksaan dilakukan
selama 4 – 6 hari berturut – turut, kemudian diberikan makanan yang mudah
dicerna guna mengurangi kerja gastrium selama 3 – 4 hari, jahitan dapat dibuka
setelah luka operasi benar-benar kering dan sembuh serta telah tertutup,
kemudian diolesi kembali iodiun tinkture 3%.
4.2 Rumenotomy
Terapi pasca operasi yang dapat diberikan pada kambing adalah injeksi
ampicillin, secara IM 2x sehari. Pengobatan antibiotik bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi, dengan dosis ampicillin pada kambing 10-20
mg/kg BB secara per-oral, dan 5-10 mg/kg BB secara parenteral. Umumnya
jahitan dibuka setelah operasi 10-14 hari. Beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk perawatan post operasi :
1. Pemberian obat-obatan analgesik atau antiinflamasi
2. Mengganti perban sekitar 7-10 hari
3. Pemberian terapi cairan jika dibutuhkan
4. Laxative osmotik yang ringan dapat mendorong motilitas usus
5. Diet ringan untuk hewan selama beberapa hari setelah operasi
13
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
5.2 SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Benchohra Mokhtar. 2017. An Alternative Method for Rumenotomy Repair with One
Layer Closure Using the Fishing Line as a Suture Material. Department of
Biomedicine, Institute of Veterinary Sciences, Ibn-Khaldoun University, Tiaret
(14000), Algeria
Fossum, Theresa W. 2013. Small Animal Surgery. 4th Edition. Missouri: Elsevier
Mosby Inc.
Sudisma, I.G.N., Putra Pemayun, I.G.A.G, Jaya Warditha, A.A.G., dan Gorda, I.W.
2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar: Pelawa Sari
Denpasar.
Tobias, Karen M. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. 1st Edition.
Iowa: Wiley-Blackwell Pub
15
LAMPIRAN
16