Anda di halaman 1dari 18

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS

Keterangan :

Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan
dilelangkan, dengan ketentuan :

1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya


produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistikdan dapat dilaksanakan;
4. Jadual waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahatn dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

Page 1
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

A. SPESIFIKASI UMUM

1. KETENTUAN UMUM
1.1 Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi, serta Hak
Cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.
1.2 Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar yang diajukan
oleh Kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan Setuju
atau Ditolak.
1.3 Dalam hal Dreksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan Kontraktor tidak
menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari Standar yang disyaratkan ,
maka Kontraktor harus tetap memenuhi ketentuan Standar yang disyaratkan dalam
Dokumen Kontrak.
1.4 Spesifikasi ini disusun sedemikian rupa dimaksudkan agar calon penawar dapat
menyusun penawarannya yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan kebutuhan
Pemilik tanpa catatan dan persyaratan lain dalam penawarannya.
1.5 Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan
produksi dalam negeri.
1.6 Standart yang digunakan adalah Standart Nasional (SNI, SII, SKNI) untuk barang, bahan,
dan jasa/ pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi ASTM, BS, dll), yang padanannya
secara substantif sama atau lebih tinggi dari Standar Nasional.
1.7 Standart satuan ukuran yang digunakan adalah MKS, sedangkan penggunaan Standart
satuan lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
1.8 Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan perbaikan
harus dilakukan sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan dan persyaratan kontrak
agar tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.
1.9 Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban membayar
ganti rugi yang berkenaan dengan segala klaim, tuntutan hukum dalam bentuk
apapun yang timbul dari atau sehubungan dengan hal tersebut.

2. HUKUM DAN PERATURAN


Kontraktor harus mengetahui, memahami dan mematuhi ketentuan hukum dan Peraturan
mengenai Lingkungan Hidup, Keselamtan Kerja, Perpajakan, Bea Cukai, Ijin Pemasukan
Barang, Import dan Komoditi, penyimpanan merupakan keharusan bagi kontraktor mengikuti
prosedur yang harus ditempuh.
Dengan tidak mengurangi kewajiban Kontraktor akan hal tersebut diatas, Kontraktor harus
mematuhi ketentuan peraturan/perundang-undangan sebagai berikut:

2.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikut sertakan Perusahaan Golongan Ekonomi
Lemah Setempat/Koperasi sesuai surat Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan
dan Pengawasan Pembangunan No. S.91/M.EKKU/1997 tanggal 23 Juli 1997 tentang:
Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan Pengusaha Kecil dan Koperasi dalam
pengadaan barang/jasa Instansi Pemerintah.

2.2. Untuk melindungi tenaga kerja, Kontraktor wajib melaksanakan program


JAMSOSTEK sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan

Page 2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Menteri Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1989 tanggal 27 Januari 1989 Jo. Surat Kakanwil
No. KEP-07/Men/ 1989. Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Istimewa Aceh
Nomor : PR.06.07-W.01/BJ.3/660 tanggal 10 Agustus 1998.

3. PROGRAM PELAKSANAAN DAN LAPORAN


3.1. LAPORAN BULANAN KEMAJUAN PEKERJAAN
Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada waktu yang telah ditetapkan Direksi,
Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) salinan Laporan Kemajuan Bulanan dalam
bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang menggambarkan secara detail kemajuan
pekerjaan selama bulan yang terdahulu. Laporan sekurang kurangnya harus berisi hal-
hal sebagai berikut:
3.1.1 Prosentase total pekerjaan yang telah dilaksanakan berdasarkan kenyataan yang
dicapai pada bulan laporan dan prosentase rencana yang diprogramkan pada
bulan berikutnya.
3.1.2 Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang telah diselesaikan, disertai dengan
prosentase rencana yang diprogramkan, dan diberi keterangan mengenai
kemajuan pekerjaan.
3.1.3 Jadwal rencana kegiatan mendatang yang akan dilaksanakan dalam waktu dua
bulan berturut-turut dengan perkiraan tanggal permulaan dan penyelesaian.
3.2. LAPORAN HARIAN
Kontraktor harus membuat laporan harian atau laporan periodik atas setiap bagian
pekerjaan yang diminta Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan
dimaksud harus memuat, tetapi tidak dibatasi, data-data berikut:
Keadaan cuaca, jumlah tenaga staf dan buruh yang dipekerjakan serta keterampilannya,
jumlah bahan-bahan di tempat pekerjaan, jumlah bahan yang sedang dipesan, kemajuan
pekerjaan, persiapan pekerjaan dan peralatan serta data-data percobaan laboratorium,
kecelakaan dan informasi yang lain yang berkaitan erat dengan kemajuan pekerjaan.

3.3. RAPAT BERSAMA UNTUK MEMBICARAKAN KEMAJUAN PEKERJAAN


Rapat tetap antara Direksi dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada waktu yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari pada rapat ini membicarakan
pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya
dan membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan.

4. BAHAN-BAHAN DAN ALAT YANG HARUS DISEDIAKAN KONTRAKTOR


Kontraktor harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak. Jika tidak
ditentukan lain, segala peralatan dan material yang membutuhkan bagian pekerjaan baru dan
harus disesuaikan dengan standar menurut dokumen lelang. Bahan-bahan yang akan
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan produksi dalam negeri.
Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksud tidak dapat diperoleh
di dalam negeri, maka Kontraktor dapat melakukan pemesanan dari luar negeri setelah
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Pekerjaan. Kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi, bilamana bermaksud untuk mensuplai peralatan dan material yang tidak
sesuai dengan standar sebagai tersebut di atas dan harus mendapat persetujuan tertulis dari

Page 3
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Direksi.

5. ALAT-ALAT PRODUKSI
Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya untuk
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada Kontraktor untuk
menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain bilamana menurut pertimbangannya
penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kontrak. Kontraktor harus menyediakan
seluruh peralatan serta suku cadang dan harus menjaga persediaan yang cukup untuk tidak
memperlambat pelaksanaan pekerjaan.

6. MATERIAL PENGGANTI
Kontraktor harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material yang
ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima, Kontraktor dapat
menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak
diperkenankan untuk dinaikkan akibat penggantian material.

B. SPESIFIKASI TEKNIS

Page 4
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Pasal 1
SKOPE PEKERJAAN

Skope pkerjaan kegiatan Proyek ini meliputi :


1. Pekerjaan Persiapan.
2. Pemasangan Bouwplank.
3. Pekerjaan Tanah.
4. Pekerjaan Beton.
5. Pekerjaan Paving Block.
6. Penutup.

Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

Untuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor


berkewajiban :
1. PEMBERSIHAN LAHAN
Pembersihan lahan dilakukan pada areal pekerjaan dari segala kotoran/sampah dan akar-
akar kayu.
2. PAGAR SEMENTARA
Apabila diperlukan untuk pengamanan Kontraktor harus membuat pagar sementara pada
daerah kerja dan semua tanah yang ditempati untuk melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan syarat-syarat kontrak atas biaya dari kontrak sendiri..
Apabila pagar sementara perlu didirikan sepanjang jalan umum, jalan kereta api, harus
merupakan tipe yang diminta dan disetujui oleh Pemerintah Setempat.
3. SARANA AIR KERJA DAN PENERANGAN
3.1 Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Kontraktor harus
memperhitungkan biaya penyediaan air bersih tidak mengandung lumpur guna keperluan
air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi/WC.
3.2 Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta
pengadaandan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperlua pelaksanaan
pekerjaan dan untuk keperluan Direksi Keet, Kantor Kontaktor, Kamar mandi/WC atau
tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
3.3 Kontraktor juga harus menyediakan Sumber Tenaga Listrik untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan Direksi Keet/gudang dan penerangan Proyek pada malam hari
sebagai keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
3.4 Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan Generator Set
dan semua perizinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggungan jawab Kontraktor.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi
dan armatur, stop kontak serta sakelar/panel.

Page 5
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

4. BARAK UNTUK PEKERJAAN, RUANG DIREKSI, GUDANG DAN RUANG RAPAT


LAPANGAN
1. Barak untuk kerja, ruang direksi, gudang dan ruang rapat dilapangan dibuat
ditempat sekitar bangunan yang akan dikerjakan, dan lengkap dengan peralatannya letak
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan didalam gudang yang cukup menjamin perlindungan.
3. Ruang Rapat Lapangan.
Pembuatan Ruang rapat lapangan dibuat di lokasi proyek untuk melaksanakan rapat-rapat
bersama dan lain-lain.

5. YANG HARUS DISERAHKAN PADA PROYEK


Dengan selesainya waktu pemeliharaan atau pada tanggal-tanggal lebih awal dari yang
dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus mengosongkan dan menyerahkan pada Direksi
seperti yang ditentukan dalam pasal ini.
Kontraktor tidak membongkar atau merusak bangunan, peralatan, barang-barang yang
berfaedah, kantor-kantor, gudang dan lainnya seperti tercantum dalam spesifikasi ini.
Semua unit perumahan, kantor, dan fasilitas lain harus dibersihkan dan dalam keadaan baik
kecuali untuk yang dibongkar bila diserahkan kepada Pemberi Pekerjaan.
6. KESELAMATAN KERJA
6.1 Kontraktor harus menjamin keselamatan para pekerja (K3) sesuai dengan persyaratn
yang ditentukan dalam Peraturan Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk
setiap bidang pekerjaan.
6.2 Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K).

7. PAPAN NAMA PROYEK


7.1 Kontraktor wajib membuat Papan Nama Proyek yang ditempatkan di lokasi-lokasi
tertentu menurut petunjuk Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
terbitnya Surat Keputusan Pemenang Pelelangan.

7.2 Papan Nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ukuran (120 x 90) cm dari bahan sablon di lapisi dengan Triplek.
b. Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu kelas I ukuran (5x5) cm dan Di
Cat.
c. Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah terletak setinggi 2
m dari tanah. Bagian tanah tiang penyangga dan penyokong ditanam, di dalam
lubang yang kemudian dicor dengan beton tumbuk campuran 1 : 3 : 5 (dalam
volume) sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas tanah.
d. Pengecatan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat
dasar sekali dan cat penutup sekali. Dipapan nama ditulis sebagai berikut atau
sesuai dengan petunjuk Direksi :

Page 6
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

JUDUL KEGIATAN PROYEK


 Nama Kegiatan
 Nama Pekerjaan
 Tanggal permulaan dan akhir pelaksanaan pekerjaan.
 Besar Nilai Kontrak.
 Nama (Badan) Sumber Dana.
 Nama Kontraktor.
Kontraktor wajib memelihara dan merawat papan nama dan menjaga agar tetap dalam
keadaan baik sampai dengan penyerahan pekerjaan yang terakhir kalinya kepada
Direksi Pekerjaan.

8. PHOTO KEMAJUAN PEKERJAAN

Kontraktor harus menyerahkan photo berwarna kepada Direksi mengenai kemajuan pekerjaan
(dengan ukuran tidak kurang 8 cm x 12 cm) pada lokasi yang telah ditentukan Direksi selama
masa Kontrak.

Photo diambil pada waktu awal dan selesainya pelaksanaan pekerjaan, serta pada waktu yang
ditetukan oleh Direksi.Photo yang harus diserahkan kepada Direksi dilampirkan pada laporan
kemajuan bulanan dan masing-masing sebanyak 5 (lima) rangkap. Tanggal dan penjelasan dari
tiap photo perlu dicantumkan. Biaya pembuatan photo tidak akan dibayar terpisah dan dianggap
termasuk dalam harga satuan untuk tiap pekerjaan pada Biaya Kuantitas Pekerjaan

Pasal 3
PEMASANGAN BOUWPLANK

1. Lingkup pekerjaan
Meliputi seluruh keliling bangunan.
2. Persyaratan bahan
Bahan dari kayu yang cukup kuat, dengan ukuran untuk patok 5/7 cm dan untuk papan 2/18 cm.

3. Pedoman pelaksanaan
 Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya
 Harus benar-benar water pas (timbang air) dan sudut-sudutnya harus siku
 Bouwplank harus terpasang kuat.
 Ukuran harus dinyatakan dalam satuan meter dan pada titik ukuran diberi tanda paku dan
garis dengan cat warna merah agar mudah terlihat sewaktu diperlukan.
Setelah bouwplank terpasang harus diminta persetujuan tertulis Direksi, agar pekerjaan
selanjutnya dapat segera dilaksanakan.

Page 7
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Pasal 4
PEKERJAAN TANAH

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Tanah terdiri dari:
 Galian tanah untuk pekerjaan substruktur (pondasi).
 Urugan kembali galian tanah pondasi.
 Urugan Tanah dan pasir bawah lantai.
 Urugan Pasir Bawah Pondasi
 Perataan tanah sekeliling bangunan.

2. Persyaratan bahan
Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi. Untuk
timbunan bawah lantai digunakan tanah urug dan pasir urug kualitas baik. Tanah timbunan
dan pasir urug harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta sampah lainnya,
Untuk timbunan lahan dapat digunakan timbunan tanah yang bercampur batu ukuran 10 –
20 cm.

3. Pelaksanaan Penggalian
1. Pelaksana dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.
2. Sebelum penggalian dimulai, Pelaksana wajib mengajukan usulan penggalian
yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urutan-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau schema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
3. Pelaksana harus membuat saluran penampung air, didasar galian yang meliputi
areal galian. Air yang terkumpul harus dapat dipompa keluar ke tempat yang
aman agar galian tetap kering, oleh karenanya Pelaksana wajib
mempersiapkan pompa lengkap dengan perlengkapannya untuk keperluan
penyedotan air tersebut.
4. Pelaksana wajib membuat jalan penghubung untuk naik/turun bagi kegunaan
inspeksi.
5. Pelaksana wajib memperhatikan keselamatan para pekerja, kelalaian dalam hal
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.
6. Penyangga/Penahan Tanah (bila diperlukan)
a. Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung
jaawab dari Pelaksana yang harus memperbaiki semua kelongsoran-
kelongsoran. Pelaksana harus membuat penyangga-penyangga/penahan
tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan galian tambahan atau urugan
bila diperlukan.
b. Apabila diperlukan penggalian tegak harus dibuatkan konstruksi turap
yang cukup kuat untuk menahan tekanan tanah di belakang galian.
Konstruksi-konstruksi turap tersebut harus direncanakan dan dihitung

Page 8
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

oleh Pelaksana dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Selama


pelaksanaan tanah di belakang galian tidak boleh longsor. Semua biaya
turap dan perkuatannya sudah termasuk beban biaya bangunan dalm
kontrak.
c. Pelaksana diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua tebing dan
galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki longsoran-longsoran
tanah selama masa Kontrak dan masa perawatan.
d. Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam
gambar, maka Pelaksana harus mengisi kelebihan tersebut dengan bahan
pondasi yang sesuai digan spesifikasi pondasi.

4. Penimbunan
1. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk perletakan bangunan harus
ditimbun sampai ketinggian yang ditentukan, tanah timbunan harus cukup
baik, bebas dari sisa-sisa (rumput, akar-akar dan lainnya).
2. Penimbunan dilakukan lapis-berlapis setebal maksimal 30 cm hamparan setiap
lapisan.
3. Penimbunan Kembali
a. Semua penimbunan kembali di bawah atau sekitar bangunan dan
pengerasan jalan/parkir harus sesuai dengan gambar rencana. Material
untuk penimbunan harus memenuhi spesifikasi ini.
b. Bila tidak dicantumkan di dalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan pondasi beton, dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug
5 cm (setelah disirami, diratakan, dan dipadatkan), kemudian dipasang
lantai kerja dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan dan
untuk di bawah lantai juga harus di urug pasir setebal 10 cm kemudian
dipasang lantai Rabat beton dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr
c. Bila tidak dicantumkan di dalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan sloof beton, di bawah sloof beton dipasang lantai kerja
dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
4. Pengurugan Tanah/Pemadatan Tanah
a. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak-
semak, akar-akar pohon, sampah puing-puing bangunan dan lain-lain
sampah, sebelum pengurugan tanah dimulai.
b. Tanah urug untuk mengurug. Meratakan dan membuat tanah, tebing-
tebing harus bersih dari sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain.
c. Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang
dibutuhkan maka Pelaksana harus mendatangkan tanah urug yang baik
dan cukup jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dengan peil ketinggian
kemiringan dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
Tanah urug harus ditempatkan dalam lapisan-lapisan setebal maksimum
15 cm dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air
secukupnya dan penggilingan.
Permukaan dari kemiringan-kemiringan tanah diselesaikan secara rata
atau bertangga sebagaimana diminta oleh Konsultan Pengawas.

Page 9
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

d. Pengurugan dengan tanah timbun di bawah lantai dilakukan lapis demi


lapis hingga ketebalan yang ditentukan di bawah lantai, ditumbuk hingga
padat. Lapisan–lapisan urugan utnuk ditumbuk ini dibuat maksimal 10 cm
per lapisan.
e. Pengurugan kembali dari pondasi harus dilaksanakan dengan
memadatkan tanah urug dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 15 cm.
Pengurugan ini tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
f. Pengurugan tanah untuk dasar pondasi plat/setempat, dimana dasar
pondasi harus diurug maka syarat-syarat pengurugan seperti di atas
harus dipenuhi dengan kepadatan 95 % dalam lapisan-lapisan 20 cm.

Pasal 5
PEKERJAAN PASANGAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pasangan terdiri dari:
 Pasangan Pondasi Batu Gunung.
 Pasangan Batu Bata.

2. Persyaratan Bahan
a. Batu Gunung/Kali
Batu harus keras, bersih dan semacam batu yang tahan lama dan disetujui
oleh Direksi. Batu yang rapuh atau batu endapan tidak diperkenankan
dipergunakan.
Jika tidak ditentukan ukurannya di dalam gambar rencana, batu harus
mempunyai ketebalan tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari 11/2
kali tebalnya dan panjangnya tidak kurang dari 1 1/2 kali lebarnya. Setiap
batu harus baik bentuknya dan bebas dari penyusutan dan berkurangnya
kekuatan batu.
a. Batu Bata
bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut
siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan
adanya retak-retak yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat
dengan atau campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu cukup
tinggi hingga tidak hancur bila direndam air.
Batu bata dengan daya serap air lebih dari 20 % berat sendiri setelah
pembenaman dalam air selama 24 jam tidak dapat dipakai. Ukuran batu
bata nominal yang digunakan adalah 23 x 11 x 5 cm denagn toleransi ±
5 mm. Pembongkaran batu bata dari kenderaan pada saat pemasukan
barang harus dilakukan dengan tangan dan ditumpuk dengan rapi di
tempat yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
b. Pasir
Pasir, Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh
melebihi 5 % berat.

Page 10
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

c. Semen dan Air


Semen dan Air, untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti
persyaratan yang telah digariskan pada pasal beton bertulang.
d. Adukan semen
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam bak kayu
yang memenuhi syarat, mencampur semen dengan pasir harus dalam
keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang
plastis. Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan
sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.

3. Pelaksanaan
a. Pekerjaaan Pasangan Batu Pondasi
1. Pemilihan dan penempatan
Jika batu gunung dipasang baik untuk pondasi, dinding penahan
tanah dan lain sebagainya harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Pengawas sebelum pasangan batu dipasang.
Semua batu harus bersih sama sekali dan dibasahi segera sebelum
disusun dan dasarnya harus bersih dan juga dibasahi sebelum adukan
semen diletakkan.
Batu diletakkan dengan bagian lebar menyentuh dasar dan lapisan
adukan, dan ruang diantaranya diisi dengan adukan, bagian yang
diletakkan dari batu harus disusun paralel dengan muka dinding
dimana batu disusun.
2. Dasar dan hubungannya
Permukaan dasar dari batu dilapisi dengan adukan semen setebal 2
sampai 5 cm. Siar datar pada batu dasar tidak boleh lebih dari 5
(lima) batu terus menerus. Sedangkan antara satu sama lainnya tidak
boleh bersinggungan tetapi harus dilapisi dengan adukan setebal 2 cm
sampai 5 cm sedangkan siar tidak boleh dari 2 (dua) batu.
Batu dapat membuat sudut dengan garis vertikal dari 0º sampai 45º
tidak boleh ada pertemuan dengan 4 (empat) sudut batu sekaligus.
3. Penyelesaian
Siar kedua sisi tegak diharuskan menurut gambar rencana atau
petunjuk Direksi. Penyelesaian sebelah atas dibuat agak bulat pada
tengahnya untuk menghindari adanya genangan air.
4. Batu Gunung Sebelah Luar
Untuk permukaan yang batu kalinya dilekatkan, maka setelah selesai
disusun dan adukan masih baru atau basah, seluruh permukaan batu
dibasahi dan sisa-sisa adukan dibersihkan sampai bersih.

Page 11
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Pasal 6
PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Beton dan Beton Bertulang Meliputi :
 Cor Beton Lantai Kerja K 100.
 Cor Beton Bawah Paving Block K 225
 Cor Beton Lantai Saluran K 225
 Cor Beton Pengunci K 225
 Cor Beton Bertulang Plat Saluran K 225.

2. Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Acuan/Bekisting

Penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar


Kerja, harus mengikuti PBI 1991, SK SNI T-15.1919.03. Siar-siar tersebut
permukaannya harus dikasarkan dan harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen
tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Apabila
pengecoran terhenti lebih dari 1 jam maka pengecoran berikutnya untuk daerah yang
terhenti pengecorannya baru dapat dilakukan kembali dalam waktu 24 jam kemudian
dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas.
Pembongkaran Acuan/Bekisting sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar Kerja
harus mengikuti PBI 1991, SK SNI T-15.1919.03. Pembongkaran Acuan/Bekisting
baru dilakukan apabila bagian konstruksi dengan sistem acuan/bekisting yang masih
ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan
pemeriksaan benda uji laboratorium dan dengan perhitungan-perhitungan yang harus
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Pembongkaran baru dapat dilaksanakan
apabila telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Pada bagian-bagian konstruksi dimana akan bekerja beban-beban yang lebih besar
dari beton rencana atau terjadi keadaan yang lebih membahayakan dari yang
diperhitungkan, acuan/bekisting dari bagian konstruksi tersebut tidak dapat dibongkar
selama keadaan tersebut terus berlangsung.
Acuan/Bekisting balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom
penunjangnya telah dibongkar cetakannya dan dari penglihatan ternyata baik hasil
pengecorannya.

3. Pekerjaan Besi
Besi beton yang digunakan harus memenuhi kriteria mutu, besi dengan ukuran < Ø 12
mm digunakan U 24 dan besi dengan ukuran ≥ Ø 12 mm digunakan U 32.
Bending Schedule dan Pergantian Besi
Pelaksana harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan
apa yang tertera pada Gambar Kerja. Sebelum dilakukan pemotongan besi beton,
maka Pelaksana harus membuat “Bending Schedule” (rencana pembengkokan

Page 12
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

tulangan) untuk diajukan dan dimintakan persetujuan dari Direksi/Konsultan


Pengawas
Dalam hal dimana berdasarka pengalaman Pelaksanaan atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yag ada, maka :
 Pelaksana dapat menambahkan ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yag tertera dalam Gambar Kerja. Secepatnya hal ini
diberitahukan pada perencanaan konstruksi untuk informasi.
 Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pelaksana sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan
setelah ada persetujuan tertulis dari perencanaan kostruksi.
 Jika diusulkan perubahan dari jalan/arah pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dilakukan degan persetujuan tertulis dari
perencanaan konstruksi.
Jika Pelaksana tidak berhasil mendapatkan diameter besi yanng sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Gambar Kerja, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan diameter yang terdekat dengan catatan harus ada persetujuan tertulis dari
Direksi/ Konsultan Pengawas.
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam Gambar Kerja (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas).
Pergantian tersebut boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat tersebut
atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian
pengetar.

Toleransi besi

Diameter, ukuran sisi


(jarak antara dua diameter
Variasi dalam berat Toleransi
permukaan yang
Yang diperbolehkan
berlawanan)

Dibawah 10 mm ± 7% ± 0,4 mm

10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk ± 5% ± 0,4 mm
diameter 16 mm)

16 mm sampai 28 mm
(tapi tidak termasuk ± 4% ± 0,3 mm
diameter 28 mm)

4. Perawatan Beton
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemunngkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
Beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit selama 10 hari setelah
pengecoran untuk mencegah pengeringan bidang beton. Pembasahan terus menerus

Page 13
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

ini dilakukan anatara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah. Pada
pelat-pelat atap pembasahan terus menerus dilakukan dengan merendam atau
(menggenanginya) dengan air.
Khusus untuk pelat lantai yag akan diberi lapisan waterproofing pembasahan
terus menerus juga berfungsi untuk memastikan bahwa pelat beton tidak mengalami
kebocoran. Apabila terjadi kebocoran maka pelat tersebut harus diperbaiki oleh
Pelaksana sampai disetujui oleh Direksi/Kosultan Pengawas.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu.
Tidak diperkenankan unntuk mempergunakan lantai yang belum
cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan
unnntuk mengangkut bahan-bahan berat. Minimal 1 (satu) minggu setelah
pengecoran selesai, baru dapat dibebani untuk pekerjaan selanjutnya dengan syarat
Acuan/Bekisting lantai yanng dibebani tersebut tidak dibongkar dan untuk
memulai pekerjaan tersebut harus dengan persetujuan tertulis oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
Perawatan degan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat
dipakai setelah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.

5. Tanggung Jawab Pelaksanaan


Pelaksana bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar Kerja yang diberikan.
Kehadiran Direksi/Konsultan Pengawas selaku wakil pemberi tugas atau Kosultan
Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi
nasehat tidaklah mengurangi tanggung jawab.

6. Perbaikan Permukaan Beton


Pada proyek ini permukaan beton yang dihasilkan bukan merupakan hasil akhir
yang tidak mengalami finishing arsitektur sehingga akan ada pekerjaan plesteran
baik untuk balok, kolom dan pelat lantai. Tapi apabila terjadi ketidak-sempurnaan
dalam pengecoran sehingga terjadi keropos dan lain-lain maka harus dilakukan hal-
hal seperti langkah berikut ini.
Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran adukan
semen (cement mortar) setelah pembukaan Acuan/Bekisting, hanya boleh dilakukan
setelah mendapatkan persetujuan tertulis dan sepengetahuan Direksi/Konsultan
Pengawas.
Jika ketidak-sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan
yang diharapkan dan diterima Direksi/Konsultan Pengawas, maka harus dibongkar
dan diganti dengan pembetonan kembali atas biaya Pelaksana.
Ketidak-sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak,
ada gelembung udara, keropos berlubang, tonjolan dan yang lainnya yag tidak
sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

7. Bagian-bagian Yang Tertanam Dalam Beton


Pasangan angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
Dipergunakan juga tempat untuk klos-klos untuk kosen atau instalasi.

Page 14
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

8. Bahan
a. Semen
 Digunakan Portland Cement jenis I (Tipe I) menurut NI-8 tahun
1975 dan memenuhi S-400 menurut Standart Cement Portland yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI-8 tahun 1972).
Merek yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan
terkecuali mendapat persetujuan dari Direksi. Pertimbangan
Direksi hanya dapat diberikan dalam keadaan :
 Tiada stok dipasaran dari merk semen yang telah digunakan.
 Pelaksana memberikan data-data teknis bahwa mutu semen
pengganti setaraf dengan mutu semen yang telah dipakai.
 Semen yang mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak
semen tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan
campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m.
Setiap semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang
telah ada agar pemakaian semen dapat dilakuka menurut urutan
pengiriman.
b. Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir
serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI
–1991.
c. Kerikil
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam
PBI-1991. Penimbunan pasir dengan kerikil harus dipisahkan agar
kedua jenis material tersebut tidak tercampur utuk menjamin adukan
beton dengan komposisi material yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.
e. Besi Beton
Besi beton yag digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24
(tegangan leleh karakteristik minimum 24 Kg/cm² untuk ukuran <
Ø12 mm dan baja sedang dengan mutu U-32 (tegangan leleh
karakteristik minimum 32 Kg/cm²) untuk ukuran ≥ Ø12 mm. Daya
lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat
lepas dan bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak
menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka dalam
jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan harus
dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Direksi
terlebih dahulu. Jika Pelaksana tidak berhasil memperoleh diameter

Page 15
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat


dilakukan penukaran dengan diameter terdekat dengan catatan :
 Harus ada persetujuan Direksi.
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini
dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang diakibatkan
penukaran diameter besi menjadi tanggung jawab Pelaksana.
9. Cetakan dan acuan
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga hasil
akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran batas-batas yang sesuai dengan yang
ditunjuk oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan cetakan dan acuan
harus mememenuhi ketentuan-ketentuan didalam PBI-1991.

10. Mutu Beton


Mutu beton yang digunakan untuk struktur adalah dan Fc 25 perbandingan 1 Pc :
1½ Ps : 2½ Kr. Untuk kolom praktis, balok latai, luifel dan menggunakan Mutu
Beton K250 dengan perbandingan 1 Pc : 1½ Ps : 2½ Kr. Untuk Poer Pondasi Beton
Bertulang menggunakan Mutu Beton K300 dengan perbandingan 1 Pc : 1 Ps : 2 Kr.
Untuk dak Beton perlu dilapisi dengan lapisan pencegah bocor ( Water Profing ).

11. Adukan Beton


Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu :

 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.


 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara
beton yag sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk
berbagai pekerjaan beton harus memenuhi tabel 4.4.1 PBI 1991.

12. Pengecoran
Pegecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi. Selama
pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas
penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus
digunakan papan-papan berkaki yag tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut
harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
Apabila pengecoran harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui
oleh Direksi. Untuk melanjutkan pekerjaan yang diputus tersebut, bagian
permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi
additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoraan kolom,
adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.

13. Hal-hal Lain (Miscellaneous Items)


Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang tertinggal di beton bekas jalan kerja
sewaktu pembetonan. Jika dianggap perlu dibuat bantalan beton untuk pondasi alat-
alat mekanik dan elektronik yang ukuran, rencana dan tempatnya berdasarkan
Gambar Kerja mekanikal dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti yang
ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya.

Page 16
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

Pasal 7
PEKERJAAN PAVING BLOCK

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan Paving Block meliputi penyediaan tenaga kerja dan alat bantunya untuk
melaksanakan pekerjaan ini sehingga dapat dihasilkan pekerjaan yang sempurna. Pelaksana
harus memberikan contoh-contoh Paving Block yang akan dipasang, khususnya untuk
menentukan warna tekstur yang akan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas.

2. Pengendalian Pekerjaan
Secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam
 NI-2-1971
 NI-3-1970
 NI-8-1972

3. Bahan–bahan
Paving block terbuat dari block beton pracetak, setara produk PT. Conblock Indonesia dengan
ketebalan 8 cm dan 5 cm sesuai gambar, kekuatan tekan minimal 49 N/mm2 untuk 8 cm.
Sebelum pekerjaan dimulai Pelaksana harus menyerahkan contah bahan untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4. Pelaksanaan
a. Pekerjaan membersihkan dan pengupasan terdiri dari membersihkan segala macam
tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah-sampah, dan
bahn-bahan lainnya yang mengganggu termasuk pencabutan akar, sisa-sisa konstruksi
dan sisa-sisa material dari pekerjaan pembersihan, satu dan lainnya sehubungan
dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya kecuali bila Direksi menentukan
lain.
b. Material untuk urugan yang didapat dan dengan macam yang disetujui oleh Direksi, akan
dihampar pada lapis-lapis horizontal dengan tebal yang sama meliputi lebar yang
ditentukan oleh Direksi dan sesuai dengan kedudukan, kemiringan bagian-bagian dan
ukuran seperti tercantum dalam gambar remcana. Lapisan dari material lepas selain dari
material batu-batuan tebalnya harus tidak lebih dari 20 cm kecuali kalau tersedia alat
pemadat (compaction equipment) yang dapat memadatkan lebih tebal dari 20 cm
sampai mencapai kepadatan yang merata untuk seluruh tebalnya.
Dalam hal ini Pelaksana tidak dibatasi untuk menghampar dan memadatkan material
bukan batu-batuan dengan tebal lapisan-lapisan yang diinginkan. Setelah mengatur
kadar air dapat dicapai kepadatan yang maksimum, material lepas harus segera
dipadatkan hingga dicapai kepadatan seperti yang ditentukan.
c. Setelah pemadatan didapat hasil yang bagus selanjutnya dilakukan penghamparan pasir
untuk meletakkan kedudukan paving block tersebut, paving block harus diletakkan saling
berhimpitan dengan pola sesuai gambar di atas bedding sand sudah selesai diratakan
lebar celah tidak boleh lebih dari 4 mm dan arah celah ini harus merupakan kombinasi
garis-garis keseluruhan dan tegak lurusnya (bukan garis yang sembarangan dan kacau
tidak tertib).
d. Daerah pertemuan unit-unit dengan elemen-elemen lain seperti pinggiran saluran,
bingkai jalan, bak kontrol dan lain-lain harus dipergunakan potongan block dengan
ukuran tidak kurang dari 25 % dari ukuran utuh.

Page 17
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis

e. Celah antara yang masih tersisa harus diisi. Untuk celah yang lebih besar dari 25 mm
tetapi tidak melebihi 50 mm, dipergunakan agregat halus dengan ukuran 10 mm dan
mortar kering untuk celah yang lebih kecil.
f. Untuk bagian-bagian yang bidang profil permukaannya menanjak/menurun,
pemasangan block harus dilakukan dari bagian terendah menuju ke bagian yang lebih
tinggi.
g. Pola pemasangan dan warna dibuat sesuai gambar. Pelaksana wajib membuat gambar
kerja pola di daerah-daerah khusus sebelum pemasangan dimulai.
h. Pasir Pengisi (Joint Filling)
Dari pasir yang mempunyai gradasi sedemikian rupa sehingga 90 % dari berat lolos
terhadap tapis 1,18 mm (BS-410).
Pasir dalam kondisi kering sehingga dapat mengisi celah-celah dengan baik dan berupa
pasir yang bebas terhadap garam dan zat-zat yang lain yang dapat merusak material
concrete beton, segera setelah pemadatan awal dan pengisian akhiran-akhiran selesai,
pasir pengisi mulai dikomposkan dan diratakan dengan sapu agar masuk ke dalam
celah-celah dan disiram dengan air agar padat.

Pasal 8
PE N UTU P

Secara keseluruhan dalam uraian dan syarat-syarat kerja ini, hal-hal yang kurang jelas akan
diterangkan / diberi penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dituangkan dalam Berita Acara.

Page 18

Anda mungkin juga menyukai