SPESIFIKASI TEKNIS
Keterangan :
Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasar jenis pekerjaan yang akan
dilelangkan, dengan ketentuan :
Page 1
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
A. SPESIFIKASI UMUM
1. KETENTUAN UMUM
1.1 Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi, serta Hak
Cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.
1.2 Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar yang diajukan
oleh Kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan Setuju
atau Ditolak.
1.3 Dalam hal Dreksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan Kontraktor tidak
menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari Standar yang disyaratkan ,
maka Kontraktor harus tetap memenuhi ketentuan Standar yang disyaratkan dalam
Dokumen Kontrak.
1.4 Spesifikasi ini disusun sedemikian rupa dimaksudkan agar calon penawar dapat
menyusun penawarannya yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan kebutuhan
Pemilik tanpa catatan dan persyaratan lain dalam penawarannya.
1.5 Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan
produksi dalam negeri.
1.6 Standart yang digunakan adalah Standart Nasional (SNI, SII, SKNI) untuk barang, bahan,
dan jasa/ pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi ASTM, BS, dll), yang padanannya
secara substantif sama atau lebih tinggi dari Standar Nasional.
1.7 Standart satuan ukuran yang digunakan adalah MKS, sedangkan penggunaan Standart
satuan lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
1.8 Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan perbaikan
harus dilakukan sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan dan persyaratan kontrak
agar tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.
1.9 Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban membayar
ganti rugi yang berkenaan dengan segala klaim, tuntutan hukum dalam bentuk
apapun yang timbul dari atau sehubungan dengan hal tersebut.
2.1 Dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikut sertakan Perusahaan Golongan Ekonomi
Lemah Setempat/Koperasi sesuai surat Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan
dan Pengawasan Pembangunan No. S.91/M.EKKU/1997 tanggal 23 Juli 1997 tentang:
Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan Pengusaha Kecil dan Koperasi dalam
pengadaan barang/jasa Instansi Pemerintah.
Page 2
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Menteri Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1989 tanggal 27 Januari 1989 Jo. Surat Kakanwil
No. KEP-07/Men/ 1989. Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Istimewa Aceh
Nomor : PR.06.07-W.01/BJ.3/660 tanggal 10 Agustus 1998.
Page 3
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Direksi.
5. ALAT-ALAT PRODUKSI
Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya untuk
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada Kontraktor untuk
menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain bilamana menurut pertimbangannya
penting untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kontrak. Kontraktor harus menyediakan
seluruh peralatan serta suku cadang dan harus menjaga persediaan yang cukup untuk tidak
memperlambat pelaksanaan pekerjaan.
6. MATERIAL PENGGANTI
Kontraktor harus berusaha mendapat material yang ditentukan, bilamana material yang
ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima, Kontraktor dapat
menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak
diperkenankan untuk dinaikkan akibat penggantian material.
B. SPESIFIKASI TEKNIS
Page 4
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Pasal 1
SKOPE PEKERJAAN
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Page 5
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
7.2 Papan Nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ukuran (120 x 90) cm dari bahan sablon di lapisi dengan Triplek.
b. Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu kelas I ukuran (5x5) cm dan Di
Cat.
c. Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah terletak setinggi 2
m dari tanah. Bagian tanah tiang penyangga dan penyokong ditanam, di dalam
lubang yang kemudian dicor dengan beton tumbuk campuran 1 : 3 : 5 (dalam
volume) sedalam 40 cm di dalam tanah dan 10 cm di atas tanah.
d. Pengecatan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat
dasar sekali dan cat penutup sekali. Dipapan nama ditulis sebagai berikut atau
sesuai dengan petunjuk Direksi :
Page 6
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Kontraktor harus menyerahkan photo berwarna kepada Direksi mengenai kemajuan pekerjaan
(dengan ukuran tidak kurang 8 cm x 12 cm) pada lokasi yang telah ditentukan Direksi selama
masa Kontrak.
Photo diambil pada waktu awal dan selesainya pelaksanaan pekerjaan, serta pada waktu yang
ditetukan oleh Direksi.Photo yang harus diserahkan kepada Direksi dilampirkan pada laporan
kemajuan bulanan dan masing-masing sebanyak 5 (lima) rangkap. Tanggal dan penjelasan dari
tiap photo perlu dicantumkan. Biaya pembuatan photo tidak akan dibayar terpisah dan dianggap
termasuk dalam harga satuan untuk tiap pekerjaan pada Biaya Kuantitas Pekerjaan
Pasal 3
PEMASANGAN BOUWPLANK
1. Lingkup pekerjaan
Meliputi seluruh keliling bangunan.
2. Persyaratan bahan
Bahan dari kayu yang cukup kuat, dengan ukuran untuk patok 5/7 cm dan untuk papan 2/18 cm.
3. Pedoman pelaksanaan
Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya
Harus benar-benar water pas (timbang air) dan sudut-sudutnya harus siku
Bouwplank harus terpasang kuat.
Ukuran harus dinyatakan dalam satuan meter dan pada titik ukuran diberi tanda paku dan
garis dengan cat warna merah agar mudah terlihat sewaktu diperlukan.
Setelah bouwplank terpasang harus diminta persetujuan tertulis Direksi, agar pekerjaan
selanjutnya dapat segera dilaksanakan.
Page 7
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Pasal 4
PEKERJAAN TANAH
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Tanah terdiri dari:
Galian tanah untuk pekerjaan substruktur (pondasi).
Urugan kembali galian tanah pondasi.
Urugan Tanah dan pasir bawah lantai.
Urugan Pasir Bawah Pondasi
Perataan tanah sekeliling bangunan.
2. Persyaratan bahan
Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi. Untuk
timbunan bawah lantai digunakan tanah urug dan pasir urug kualitas baik. Tanah timbunan
dan pasir urug harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta sampah lainnya,
Untuk timbunan lahan dapat digunakan timbunan tanah yang bercampur batu ukuran 10 –
20 cm.
3. Pelaksanaan Penggalian
1. Pelaksana dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.
2. Sebelum penggalian dimulai, Pelaksana wajib mengajukan usulan penggalian
yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urutan-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau schema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
3. Pelaksana harus membuat saluran penampung air, didasar galian yang meliputi
areal galian. Air yang terkumpul harus dapat dipompa keluar ke tempat yang
aman agar galian tetap kering, oleh karenanya Pelaksana wajib
mempersiapkan pompa lengkap dengan perlengkapannya untuk keperluan
penyedotan air tersebut.
4. Pelaksana wajib membuat jalan penghubung untuk naik/turun bagi kegunaan
inspeksi.
5. Pelaksana wajib memperhatikan keselamatan para pekerja, kelalaian dalam hal
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pelaksana.
6. Penyangga/Penahan Tanah (bila diperlukan)
a. Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah tanggung
jaawab dari Pelaksana yang harus memperbaiki semua kelongsoran-
kelongsoran. Pelaksana harus membuat penyangga-penyangga/penahan
tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan galian tambahan atau urugan
bila diperlukan.
b. Apabila diperlukan penggalian tegak harus dibuatkan konstruksi turap
yang cukup kuat untuk menahan tekanan tanah di belakang galian.
Konstruksi-konstruksi turap tersebut harus direncanakan dan dihitung
Page 8
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
4. Penimbunan
1. Seluruh bagian site yang direncanakan untuk perletakan bangunan harus
ditimbun sampai ketinggian yang ditentukan, tanah timbunan harus cukup
baik, bebas dari sisa-sisa (rumput, akar-akar dan lainnya).
2. Penimbunan dilakukan lapis-berlapis setebal maksimal 30 cm hamparan setiap
lapisan.
3. Penimbunan Kembali
a. Semua penimbunan kembali di bawah atau sekitar bangunan dan
pengerasan jalan/parkir harus sesuai dengan gambar rencana. Material
untuk penimbunan harus memenuhi spesifikasi ini.
b. Bila tidak dicantumkan di dalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan pondasi beton, dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug
5 cm (setelah disirami, diratakan, dan dipadatkan), kemudian dipasang
lantai kerja dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan dan
untuk di bawah lantai juga harus di urug pasir setebal 10 cm kemudian
dipasang lantai Rabat beton dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr
c. Bila tidak dicantumkan di dalam gambar-gambar detail, maka sebelum
pemasangan sloof beton, di bawah sloof beton dipasang lantai kerja
dengan tebal 5 cm dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
4. Pengurugan Tanah/Pemadatan Tanah
a. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak-
semak, akar-akar pohon, sampah puing-puing bangunan dan lain-lain
sampah, sebelum pengurugan tanah dimulai.
b. Tanah urug untuk mengurug. Meratakan dan membuat tanah, tebing-
tebing harus bersih dari sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain.
c. Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang
dibutuhkan maka Pelaksana harus mendatangkan tanah urug yang baik
dan cukup jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dengan peil ketinggian
kemiringan dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
Tanah urug harus ditempatkan dalam lapisan-lapisan setebal maksimum
15 cm dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air
secukupnya dan penggilingan.
Permukaan dari kemiringan-kemiringan tanah diselesaikan secara rata
atau bertangga sebagaimana diminta oleh Konsultan Pengawas.
Page 9
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Pasal 5
PEKERJAAN PASANGAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pasangan terdiri dari:
Pasangan Pondasi Batu Gunung.
Pasangan Batu Bata.
2. Persyaratan Bahan
a. Batu Gunung/Kali
Batu harus keras, bersih dan semacam batu yang tahan lama dan disetujui
oleh Direksi. Batu yang rapuh atau batu endapan tidak diperkenankan
dipergunakan.
Jika tidak ditentukan ukurannya di dalam gambar rencana, batu harus
mempunyai ketebalan tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari 11/2
kali tebalnya dan panjangnya tidak kurang dari 1 1/2 kali lebarnya. Setiap
batu harus baik bentuknya dan bebas dari penyusutan dan berkurangnya
kekuatan batu.
a. Batu Bata
bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut
siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan
adanya retak-retak yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat
dengan atau campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu cukup
tinggi hingga tidak hancur bila direndam air.
Batu bata dengan daya serap air lebih dari 20 % berat sendiri setelah
pembenaman dalam air selama 24 jam tidak dapat dipakai. Ukuran batu
bata nominal yang digunakan adalah 23 x 11 x 5 cm denagn toleransi ±
5 mm. Pembongkaran batu bata dari kenderaan pada saat pemasukan
barang harus dilakukan dengan tangan dan ditumpuk dengan rapi di
tempat yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
b. Pasir
Pasir, Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh
melebihi 5 % berat.
Page 10
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
3. Pelaksanaan
a. Pekerjaaan Pasangan Batu Pondasi
1. Pemilihan dan penempatan
Jika batu gunung dipasang baik untuk pondasi, dinding penahan
tanah dan lain sebagainya harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Pengawas sebelum pasangan batu dipasang.
Semua batu harus bersih sama sekali dan dibasahi segera sebelum
disusun dan dasarnya harus bersih dan juga dibasahi sebelum adukan
semen diletakkan.
Batu diletakkan dengan bagian lebar menyentuh dasar dan lapisan
adukan, dan ruang diantaranya diisi dengan adukan, bagian yang
diletakkan dari batu harus disusun paralel dengan muka dinding
dimana batu disusun.
2. Dasar dan hubungannya
Permukaan dasar dari batu dilapisi dengan adukan semen setebal 2
sampai 5 cm. Siar datar pada batu dasar tidak boleh lebih dari 5
(lima) batu terus menerus. Sedangkan antara satu sama lainnya tidak
boleh bersinggungan tetapi harus dilapisi dengan adukan setebal 2 cm
sampai 5 cm sedangkan siar tidak boleh dari 2 (dua) batu.
Batu dapat membuat sudut dengan garis vertikal dari 0º sampai 45º
tidak boleh ada pertemuan dengan 4 (empat) sudut batu sekaligus.
3. Penyelesaian
Siar kedua sisi tegak diharuskan menurut gambar rencana atau
petunjuk Direksi. Penyelesaian sebelah atas dibuat agak bulat pada
tengahnya untuk menghindari adanya genangan air.
4. Batu Gunung Sebelah Luar
Untuk permukaan yang batu kalinya dilekatkan, maka setelah selesai
disusun dan adukan masih baru atau basah, seluruh permukaan batu
dibasahi dan sisa-sisa adukan dibersihkan sampai bersih.
Page 11
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Pasal 6
PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Beton dan Beton Bertulang Meliputi :
Cor Beton Lantai Kerja K 100.
Cor Beton Bawah Paving Block K 225
Cor Beton Lantai Saluran K 225
Cor Beton Pengunci K 225
Cor Beton Bertulang Plat Saluran K 225.
3. Pekerjaan Besi
Besi beton yang digunakan harus memenuhi kriteria mutu, besi dengan ukuran < Ø 12
mm digunakan U 24 dan besi dengan ukuran ≥ Ø 12 mm digunakan U 32.
Bending Schedule dan Pergantian Besi
Pelaksana harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan
apa yang tertera pada Gambar Kerja. Sebelum dilakukan pemotongan besi beton,
maka Pelaksana harus membuat “Bending Schedule” (rencana pembengkokan
Page 12
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Toleransi besi
Dibawah 10 mm ± 7% ± 0,4 mm
10 mm sampai 16 mm
(tapi tidak termasuk ± 5% ± 0,4 mm
diameter 16 mm)
16 mm sampai 28 mm
(tapi tidak termasuk ± 4% ± 0,3 mm
diameter 28 mm)
4. Perawatan Beton
Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemunngkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
Beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit selama 10 hari setelah
pengecoran untuk mencegah pengeringan bidang beton. Pembasahan terus menerus
Page 13
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
ini dilakukan anatara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah. Pada
pelat-pelat atap pembasahan terus menerus dilakukan dengan merendam atau
(menggenanginya) dengan air.
Khusus untuk pelat lantai yag akan diberi lapisan waterproofing pembasahan
terus menerus juga berfungsi untuk memastikan bahwa pelat beton tidak mengalami
kebocoran. Apabila terjadi kebocoran maka pelat tersebut harus diperbaiki oleh
Pelaksana sampai disetujui oleh Direksi/Kosultan Pengawas.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu.
Tidak diperkenankan unntuk mempergunakan lantai yang belum
cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan
unnntuk mengangkut bahan-bahan berat. Minimal 1 (satu) minggu setelah
pengecoran selesai, baru dapat dibebani untuk pekerjaan selanjutnya dengan syarat
Acuan/Bekisting lantai yanng dibebani tersebut tidak dibongkar dan untuk
memulai pekerjaan tersebut harus dengan persetujuan tertulis oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
Perawatan degan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat
dipakai setelah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Page 14
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
8. Bahan
a. Semen
Digunakan Portland Cement jenis I (Tipe I) menurut NI-8 tahun
1975 dan memenuhi S-400 menurut Standart Cement Portland yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI-8 tahun 1972).
Merek yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan
terkecuali mendapat persetujuan dari Direksi. Pertimbangan
Direksi hanya dapat diberikan dalam keadaan :
Tiada stok dipasaran dari merk semen yang telah digunakan.
Pelaksana memberikan data-data teknis bahwa mutu semen
pengganti setaraf dengan mutu semen yang telah dipakai.
Semen yang mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak
semen tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan
campuran.
Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m.
Setiap semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang
telah ada agar pemakaian semen dapat dilakuka menurut urutan
pengiriman.
b. Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir
serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI
–1991.
c. Kerikil
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam
PBI-1991. Penimbunan pasir dengan kerikil harus dipisahkan agar
kedua jenis material tersebut tidak tercampur utuk menjamin adukan
beton dengan komposisi material yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.
e. Besi Beton
Besi beton yag digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24
(tegangan leleh karakteristik minimum 24 Kg/cm² untuk ukuran <
Ø12 mm dan baja sedang dengan mutu U-32 (tegangan leleh
karakteristik minimum 32 Kg/cm²) untuk ukuran ≥ Ø12 mm. Daya
lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat
lepas dan bahan lainnya. Besi beton harus disimpan dengan tidak
menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka dalam
jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan harus
dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Direksi
terlebih dahulu. Jika Pelaksana tidak berhasil memperoleh diameter
Page 15
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
12. Pengecoran
Pegecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi. Selama
pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas
penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus
digunakan papan-papan berkaki yag tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut
harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
Apabila pengecoran harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui
oleh Direksi. Untuk melanjutkan pekerjaan yang diputus tersebut, bagian
permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi
additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoraan kolom,
adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.
Page 16
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
Pasal 7
PEKERJAAN PAVING BLOCK
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan Paving Block meliputi penyediaan tenaga kerja dan alat bantunya untuk
melaksanakan pekerjaan ini sehingga dapat dihasilkan pekerjaan yang sempurna. Pelaksana
harus memberikan contoh-contoh Paving Block yang akan dipasang, khususnya untuk
menentukan warna tekstur yang akan ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas.
2. Pengendalian Pekerjaan
Secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam
NI-2-1971
NI-3-1970
NI-8-1972
3. Bahan–bahan
Paving block terbuat dari block beton pracetak, setara produk PT. Conblock Indonesia dengan
ketebalan 8 cm dan 5 cm sesuai gambar, kekuatan tekan minimal 49 N/mm2 untuk 8 cm.
Sebelum pekerjaan dimulai Pelaksana harus menyerahkan contah bahan untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4. Pelaksanaan
a. Pekerjaan membersihkan dan pengupasan terdiri dari membersihkan segala macam
tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, tanaman lain, sampah-sampah, dan
bahn-bahan lainnya yang mengganggu termasuk pencabutan akar, sisa-sisa konstruksi
dan sisa-sisa material dari pekerjaan pembersihan, satu dan lainnya sehubungan
dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya kecuali bila Direksi menentukan
lain.
b. Material untuk urugan yang didapat dan dengan macam yang disetujui oleh Direksi, akan
dihampar pada lapis-lapis horizontal dengan tebal yang sama meliputi lebar yang
ditentukan oleh Direksi dan sesuai dengan kedudukan, kemiringan bagian-bagian dan
ukuran seperti tercantum dalam gambar remcana. Lapisan dari material lepas selain dari
material batu-batuan tebalnya harus tidak lebih dari 20 cm kecuali kalau tersedia alat
pemadat (compaction equipment) yang dapat memadatkan lebih tebal dari 20 cm
sampai mencapai kepadatan yang merata untuk seluruh tebalnya.
Dalam hal ini Pelaksana tidak dibatasi untuk menghampar dan memadatkan material
bukan batu-batuan dengan tebal lapisan-lapisan yang diinginkan. Setelah mengatur
kadar air dapat dicapai kepadatan yang maksimum, material lepas harus segera
dipadatkan hingga dicapai kepadatan seperti yang ditentukan.
c. Setelah pemadatan didapat hasil yang bagus selanjutnya dilakukan penghamparan pasir
untuk meletakkan kedudukan paving block tersebut, paving block harus diletakkan saling
berhimpitan dengan pola sesuai gambar di atas bedding sand sudah selesai diratakan
lebar celah tidak boleh lebih dari 4 mm dan arah celah ini harus merupakan kombinasi
garis-garis keseluruhan dan tegak lurusnya (bukan garis yang sembarangan dan kacau
tidak tertib).
d. Daerah pertemuan unit-unit dengan elemen-elemen lain seperti pinggiran saluran,
bingkai jalan, bak kontrol dan lain-lain harus dipergunakan potongan block dengan
ukuran tidak kurang dari 25 % dari ukuran utuh.
Page 17
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis
e. Celah antara yang masih tersisa harus diisi. Untuk celah yang lebih besar dari 25 mm
tetapi tidak melebihi 50 mm, dipergunakan agregat halus dengan ukuran 10 mm dan
mortar kering untuk celah yang lebih kecil.
f. Untuk bagian-bagian yang bidang profil permukaannya menanjak/menurun,
pemasangan block harus dilakukan dari bagian terendah menuju ke bagian yang lebih
tinggi.
g. Pola pemasangan dan warna dibuat sesuai gambar. Pelaksana wajib membuat gambar
kerja pola di daerah-daerah khusus sebelum pemasangan dimulai.
h. Pasir Pengisi (Joint Filling)
Dari pasir yang mempunyai gradasi sedemikian rupa sehingga 90 % dari berat lolos
terhadap tapis 1,18 mm (BS-410).
Pasir dalam kondisi kering sehingga dapat mengisi celah-celah dengan baik dan berupa
pasir yang bebas terhadap garam dan zat-zat yang lain yang dapat merusak material
concrete beton, segera setelah pemadatan awal dan pengisian akhiran-akhiran selesai,
pasir pengisi mulai dikomposkan dan diratakan dengan sapu agar masuk ke dalam
celah-celah dan disiram dengan air agar padat.
Pasal 8
PE N UTU P
Secara keseluruhan dalam uraian dan syarat-syarat kerja ini, hal-hal yang kurang jelas akan
diterangkan / diberi penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dituangkan dalam Berita Acara.
Page 18