Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEJADIAN DRUG RELATED PROBLEMS

PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

Dwi Sri Handayani, Rolan Rusli, Arsyik Ibrahim


Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur
email: dwi_shandayani@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien hipertensi, dan
jenis-jenis serta persentase Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi pada pasien
hipertensi di Puskesmas Temindung Samarinda. Penelitian bersifat deskriptif,
pengambilan data dilakukan secara prospektif pada pasien hipertensi yang memenuhi
kriteria inklusi. Data diambil pada periode bulan Februari 2014 melalui rekam medik,
wawancara dan pemberian kuisioner.Dari data tersebut selanjutnya dianalisis karakteristik
pasien dan adanya kejadian drug related problems (DRPs). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penderitahipertensi terbanyak adalah pasien wanita dengan usia 41 hingga 60
tahun, pasien yang memiliki gaya hidup kurang sehat 23,80 %, pasien yang memiliki
riwayat hipertensi keluarga 63,49 %. Kejadian Interaksi obat7,5 %, Adverse Drug
Reaction 37,5 %, dan ketidakpatuhan pasien 37,5 %.

Kata Kunci: Hipertensi, Obat Antihipertensi, DrugRelated Problems (DRPs)

PENDAHULUAN hipertensi di Indonesia juga tinggi,


Hipertensi merupakan salah satu menurut Survei Kesehatan Rumah
penyakit kardiovaskular dimana Tangga (SKRT) tahun 2001
penderita memiliki tekanan darah diatas menunjukkan bahwa 8,3 % penduduk
normal yang ditandai dengan nilai sistol menderita hipertensi dan meningkat
lebih dari 140 mmHg dan diastol lebih menjadi 27,5 % pada tahun 2004
dari 90 mmHg. Hipertensi diperkirakan (Rahajeng, 2009).Berdasarkan Riset
telah menyebabkan 4,5 % dari beban Kesehatan Dasar tahun 2013 diketahui
penyakit secara global, dan prevalensi hipertensi di Indonesia yang
prevalensinya hampir sama besar baik di didapat melalui pengukuran pada umur ≥
negara berkembang maupun di negara 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di
maju. Bangka Belitung (30,9 %), diikuti
Hipertensi sering disebut dengan Kalimantan Selatan (30,8 %), dan
pembunuh diam-diam (silent killer), Kalimantan Timur (29,6 %) (DEPKES
karena penderita hipertensi mengalami RI, 2013).
kejadian tanpa gejala (asymptomatic). Hipertensi merupakan suatu
Hipertensi yang tidak segera dideteksi penyakit yang kunci keberhasilan
dan diterapi dapat menyebabkan infark pengobatannya adalah pemilihan dan
miokard, stroke, gagal ginjal dan penggunaan obat. Kegagalan pengobatan
kematian. terjadi apabila pemilihan dan
Prevalensi hipertensi dunia penggunaan obat tidak sesuai dengan
menurut World Health Organisation keadaan penderita dan disertai dengan
(WHO) dalam World Health Statistic terjadinya Drug Related Problems
(2012) mencapai 24,2 % pada laki-laki (DRPs).
dan 29,8 % pada perempuan. Prevalensi

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. 75


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Analisis Karakteristik dan Kejadian Drug Related Problems pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Temindung Samarinda

Berdasarkan hal tersebut, untuk secara deskriptif, yaitu karakteristik


memaksimalkan terapi pasien salah satu pasien dan kejadian DRPs setiap
upaya yang dapat dilakukan yakni kategori dengan perhitungan :
menganalisis karakteristik dan kejadian % Kejadian = F/P × 100%
Drug Related Problems (DRPs) pada Keterangan :
pasien hipertensi di Puskesmas F = Frekuensi kejadian
Temindung Samarinda. P = Total Populasi sampel

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat dan Bahan Penelitian Gambaran Karakteristik Pasien


Kartu rekam medis pasien, Hipertensi
kuisioner, dan lembar pengumpul data. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Temindung Samarinda.
Populasi dan Sampel Penelitian Responden yang dikumpulkan pada
Populasi penelitian ini adalah penelitian ini sebanyak 63 orang. Dari 63
seluruh pasien hipertensi yang menjalani responden tersebut selanjutnya dianalisis
pengobatan di Puskesmas Temindung karakteristiknya berdasarkan usia, jenis
selama periode bulan Februari tahun kelamin, gaya hidup (kebiasaan
2014. Sampel dalam penelitian ini adalah olahraga, merokok, dan konsumsi
pasien hipertensi di Puskesmas alkohol), dan adanya riwayat hipertensi
Temindung yang memenuhi kriteria keluarga.
inklusi. Pengambilan sampel dari Gambaran distribusi pasien
polulasi dilakukan dengan teknik non- hipertensi di Puskesmas Temindung
random sampling dengan menggunakan berdasarkan jenis kelamin dan usia
metode purposive sampling. disajikan dalam Gambar 1.
Kriteria inklusi sampel yaitu : Berdasarkan Gambar 1, diketahui
a. Pasien hipertensi yang rutin bahwa pasien dengan usia 41 hingga 60
melakukan pengobatan di tahun baik pada perempuan ataupun laki-
Puskesmas Temindung Samarinda laki lebih banyak menderita hipertensi
b. Pasien hipertensi rawat jalan pada dibandingkan dengan usia muda.
periode Februari 2014 Semakin tua seseorang maka arteri akan
c. Pasien yang memiliki data rekam kehilangan elastisitasnya yang
medik yang lengkap menyebabkan kemampuan memompa
d. Pasien hipertensi dengan atau tanpa darah berkurang sehingga tekanan darah
penyakit penyerta meningkat. Sebenarnya wajar apabila
e. Pasien yang bersedia menjadi tekanan darah meningkat dengan
responden dalam penelitian bertambahnya usia karena hal tersebut
disebabkan oleh perubahan alami pada
Prosedur Penelitian jantung, pembuluh darah, dan hormon
Penelitian diawali dengan observasi (Nugraha dkk, 2011).
jumlah pasien hipertensi, kemudian Berdasarkan Gambar 1 juga
sampel ditentukan dari populasi pasien diketahui bahwa perempuan lebih
yang memenuhi kriteria inklusi. banyak menderita hipertensi
Pengambilan data dilakukan dengan dibandingkan dengan laki-laki. Hal
pencatatan rekam medik. Kekurangan tersebut diduga karena wanita lebih
data pada rekam medik dilengkapi mudah stres dibandingkan dengan pria
dengan wawancara dan pemberian (Gunawati, 2006). Stres dapat
kuisioner kepada pasien atau keluarga menstimulasi aktivitas syaraf simpatis
pasien. Data yang diperoleh dianalisis sehingga meningkatkan resistensi

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. 76


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Analisis Karakteristik dan Kejadian Drug Related Problems pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Temindung Samarinda

pembuluh darah perifer dan curah vasokontriktor oleh sistem syaraf


jantung. Selain itu wanita dengan usia simpatik dan angiotensin (Mutmainah
diatas 40 tahun akan mengalami dan Mila, 2010).
menopause, sehingga hormon estrogen Gambaran distribusi pasien
akan menurun. Penurunan estrogen dapat hipertensi di Puskesmas Temindung
meningkatkan tekanan darah karena berdasarkan gaya hidup disajikan dalam
estrogen berperan melawan hipertensi Gambar 2.
melalui penghambatan jalur

Gambar 1. Pasien Hipertensi berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Gambar 2. Pasien Hipertensi berdasarkan Gaya Hidup

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. 77


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Analisis Karakteristik dan Kejadian Drug Related Problems pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Temindung Samarinda

Berdasarkan Gambar 2 diketahui Rokok dapat menyebabkan


bahwa pasien hipertensi dengan gaya tekanan darah meningkat karena nikotin
hidup kurang sehat lebih didominasi oleh yang terdapat dalam rokok dan karbon
laki-laki. Gaya hidup yang kurang sehat monoksida yang dihisap melalui rokok
seperti konsumsi natrium, konsumsi akan masuk ke aliran darah yang
rokok, konsumsi alkohol, obesitas, stres kemudian dapat merusak lapisan endotel
emosional dan kurang melakukan pembuluh darah arteri dan menyebabkan
aktivitas merupakan faktor resiko bagi artereosklerosis dan tekanan darah
timbulnya hipertensi pada seseorang. tinggi. Rokok juga merangsang
Rutin melakukan aktivitas fisik pelepasan adrenalin sehingga
dapat mengurangi resiko hipertensi meningkatkan tekanan darah, denyut
mencapai 19 – 30 %. Berdasarkan data nadi dan kontraksi otot jantung
dari JNC VII, aktivitas fisik aerobik (Tawbariah, 2013).
secara teratur paling sedikit 30 menit per Konsumsi alkohol lebih dari 2-3
hari dapat menurunkan tekanan darah gelas sehari untuk perempuan dan 3-4
sistol 4 – 9 mmHg. Aktivitas fisik yang gelas sehari untuk laki-laki dapat
dilakukan secara teratur dapat meningkatkan resiko terjadinya
menurunkan tahanan perifer dan melatih hipertensi dan stroke. Mekanisme
otot jantung sehingga otot jantung alkohol dapat meningkatkan tekanan
terbiasa mendapatkan pekerjaan yang darah belum diketahui secara pasti.
lebih berat pada kondisi tertentu. Selain Gambaran distribusi pasien
itu, olahraga teratur akan merangsang hipertensi di Puskesmas Temindung
pelepasan endorfin (morfin endogen) berdasarkan adanya riwayat keluarga
yang menyebabkan relaksasi otot yang menderita hipertensi disajikan
sehingga tekanan darah tidak meningkat dalam Gambar 3.
(Sihombing, 2010).

Gambar 3. Pasien Hipertensi berdasarkan adanya Riwayat Hipertensi Keluarga

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. 78


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Analisis Karakteristik dan Kejadian Drug Related Problems pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Temindung Samarinda

Tabel 1.Persentase Kejadian Drug Related Problems (DRPs)


No. Kategori DRPs Ya Tidak Total
1 Interaksi Obat 3 (7,5 %) 37 (92,5 %) 100 %
2 Adverse Drug Reaction 15 (37,5 %) 25 (62,5 %) 100 %
3 Ketidakpatuhan Pasien 15 (37,5 %) 25 (62,5 %) 100 %

Pada penelitian ini terdapat 63,49 kasus.Interaksi antara amlodipin dan


% pasien yang memiliki riwayat simetidin yakni simetidin akan
keluarga menderita hipertensi, hal mengurangi metabolisme dan
tersebut menunjukkan bahwa faktor meningkatkan konsentrasi serum
genetik memiliki peranan besar dalam amlodipin sehingga dapat meningkatkan
terjadinya hipertensi. Menurut Riski efek toksik. Sedangkan interaksi antara
Hapsari Nugraha (2010), Angiotensin parasetamol dan metoklopramida dapat
merupakan prekursor hormon menyebabkan meningkatnya absorbsi
angiotensin II yang dijadikan marker parasetamol dan meningkatkan level
atau pertanda predisposisi genetik pada plasma, hal tersebut kemungkinan
hipertensi esensial, adapun gen karena meningkatnya kecepatan
angiotensin ini yaitu T235. pengosongan lambung. Interaksi tersebut
merupakan interaksi farmakokinetik
Analisis Drug Related Problems (Baxter, 2008).
Drug Related Problems (DRPs) Interaksi obat dapat terjadi tetapi
adalah kejadian yang tidak diharapkan tidak selalu berakibat merugikan secara
akibat terapi obat sehingga potensial klinis. Secara teoritis interaksi obat
mengganggu keberhasilan terapi yang tersebut potensial terjadi namun kejadian
diinginkan. Kejadian DRPs yang diteliti klinis akibat interaksi obat tidak
pada penelitian ini antara lain interaksi ditemukan.
obat, adverse drug reaction, dan Efek Samping obat adalah
ketidakpatuhan pasien.Persentase timbulnya efek yang tidak diinginkan
kejadian Drug Related Problems dapat yang timbul dari pemberian obat dengan
dilihat pada Tabel 1. dosis yang digunakan untuk profilaksis,
Interaksi obat adalah berubahnya diagnosis dan terapi. Efek samping tidak
efek suatu obat karena adanya obat lain mungkin dapat dihilangkan tetapi
yang diberikan bersamaan. Interaksi kejadiannya dapat ditekan atau dicegah
dapat terjadi secara farmakokinetik atau dengan menghindari faktor-faktor resiko.
farmakodinamik. Interaksi Kondisi klinis yang timbul akibat efek
farmakokinetik mempengaruhi proses samping obat yakni adanya keluhan,
absorbsi, distribusi, metabolisme dan gejala atau penyakit baru pada pasien,
ekskresi. Interaksi farmakodinamik sehingga hal tersebut menyebabkan
mempengaruhi ikatan obat dan meningkatnya biaya pengobatan,
reseptornya. Interaksi obat juga ada yang mengurangi kepatuhan pasien, dan
menguntungkan dan merugikan (Baxter, meningkatkan potensi kegagalan suatu
2008). terapi.
Berdasarkan Tabel 1, interaksi Efek samping yang ditemukan
obat yang potensial terjadi pada pasien dalam penelitian ini yakni 13 pasien
hipertensi antara lain interaksi antara mengalami bengkak/nyeri pada
amlodipin dan simetidin sebanyak 2 persendian karena penggunaan
kasus dan interaksi antara parasetamol amlodipin, 6 pasien mengalami sakit
dan metoklopramida sebanyak 1 kepala karena penggunaan amlodipin, 2

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. 79


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Analisis Karakteristik dan Kejadian Drug Related Problems pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Temindung Samarinda

pasien nyeri abdomen karena terkontrol perlu dicurigai apakah pasien


pemggunaan amlodipin, dan 1 orang termasuk dalam kelompok resistensi
mengalami batuk karena penggunaan hipertensi (tekanan darah yang belum
captopril. terkontrol meskipun telah menggunakan
Efek samping nyeri dan 3 obat antihipertensi yang berbeda
pembengkakan pada sendi tangan atau golongan) atau terapi yang diberikan
kaki pada penggunaan amlodipin terjadi kurang optimal. Evaluasi perlu dilakukan
karena efek vasodilatasi antagonis agar pasien mendapatkan terapi yang
kalsium dihidropiridin. Efek samping tepat.
nyeri abdomen terjadi karena saluran
cerna dipengaruhi oleh influks ion KESIMPULAN
kalsium. Efek samping sakit kepala Pasien hipertensi terbanyak
terjadi karena dilatasi pembuluh adalah pasien wanita dengan usia 41
darah/otak. Efek samping batuk dari hingga 60 tahun, pasien yang memiliki
penggunaan captopril terjadi karena gaya hidup kurang sehat 23,80 %, pasien
bradikinin tidak terdegradasi dan yang memiliki riwayat hipertensi
terakumulasi di saluran pernafasan dan keluarga 63,49 %.Kejadian Interaksi
paru. obat 7,5 %, Adverse Drug Reaction37,5
Salah satu kunci keberhasilan %, dan ketidakpatuhan pasien 37,5 %.
pengobatan suatu penyakit adalah
kepatuhan pasien terhadap terapi yang UCAPAN TERIMAKASIH
dijalani pasien. Pada penelitian ini Terimakasih kepada Pimpinan
ditemukan 37,5 % kasus ketidakpatuhan Puskesmas Temindung Samarinda atas
pasien. Ketidakpatuhan pasien yang izin dan bantuan yang diberikan selama
paling banyak ditemukan adalah dalam penelitian. Terimakasih kepada dr.
halaturan pakai obat antihipertensi. Taufansyah atas bantuan yang diberikan
Adapun beberapa faktor yang diduga dalam penelitian.
menjadi penyebab ketidakpatuhan pasien
antara lain tidak mengertinya pasien DAFTAR PUSTAKA
tentang pentingnya mengikuti aturan 1. Baxter, Karen. 2008. Stockley’s
pengobatan yang ditetapkan karena Drug Interaction. Pharmaceutical
hipertensi merupakan penyakit Press: London.
asimptomatik sehingga seringkali pasien 2. DEPKES RI. 2013. Riset Kesehatan
menyepelekan penyakitnya padahal obat Dasar. Kemenkes RI: Jakarta.
antihipertensi harus dikonsumsi terus- 3. Mutmainah, Nurul., Mila
menerus, kurang pahamnya pasien Rahmawati. 2010. Hubungan antara
tentang tujuan pengobatan yakni untuk Kepatuhan Penggunaan Obat dan
mencegah morbiditas dan mortalitas Keberhasilan Terapi Pasien
organ serta mencegah terjadinya Hipertensi di RSUD Surakarta
komplikasi, sukarnya memperoleh obat Tahun 2010. Jurnal Farmasi
karena obat antihipertensi hanya Indonesia. 11 (2). 51-56.
diresepkan untuk 10 hari, dan kurangnya 4. Nugraha, Riski Hapsari., Wahyu
perhatian/kepedulian keluarga yang Djatmiko., Anton Budi Darmawan.
mungkin bertanggung jawab atas 2011. Perbandingan efektivitas
pemberian obat kepada pasien. Amlodipine dan Ramipril terhadap
Klasifikasi kepatuhan dan tekanan darah Penurunan Tekanan Darah Pasien
akan membantu dokter dalam Hipertensi di RSUD. Prof. Dr.
pengambilan keputusan terapi pasien Margono Soekarjo. Mandala of
hipertensi. Pasien yang patuh namun Health. 5 (2). 1-8.
memiliki tekanan darah yang tidak

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. 80


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Analisis Karakteristik dan Kejadian Drug Related Problems pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Temindung Samarinda

5. Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati 7. Tawbariah., Apriliana., Wintoko.,


Tuminah. 2009. Prevalensi Sukohar. 2013. The Corelation of
Hipertensi dan Determinannya di Consuming Cigarette with Blood
Indonesia.Majalah Kedokteran Pressure of The Society in Pasaran
Indonesia. 59 (12).580-587. Island Kota Karang Village East
6. Sihombing, Marice. 2010. Teluk Betung Sub-District Bandar
Hubungan Perilaku Merokok, Lampung. Jornal Faculty of
Konsumsi Makanan/Minuman, dan Medicine University of Lampung.
Aktivitas Fisik dengan Penyakit 91-98.
Hipertensi pada Responden Obes 8. U.S Department of Health and
Usia Dewasa di Indonesia. Majalah Human Service. 2003. JNC VII.
Kedokteran Indonesia. 60 (9). 406- National Institutes of Health.
412. 9. WHO. 2012. World Health Statistic.

Jurnal Sains dan Kesehatan. 2015. Vol 1. No 2. 81


p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082

Anda mungkin juga menyukai