Abstract
Lignocellulosic bioethanol and biobutanol as renewable energy sources are
become interesting matter by researchers. Various kind of lignocellulosic
biomass wastes such as agriculture, forestry, plantation, industrial and
municipal organic solid waste have been explored to be converted to the
alcohol. Various process parameters influence efficiency and effectiveness of
conversion process of biomass to the alcohol. This study is aimed to
understand the effect of lignocelullosic biomas particle size on production of
bioethanol and biobutanol as renewable energy sources. The review was
conducted by combining desk study and a research at Research Center for
Chemistry-LIPI. The study showed that particle size has been found to
influence biomass bulk density, slurry viscosity, specific surface area and
accessible surface area. In addition, the grinding process influences biomass
porosity and decreases cellulose crystalinity. Finally, they would influence
digestability of cellulose during the hydrolysis proses. Eventhough the
influence of particle size to biomass conversion efficiency and effectiveness
are still controvercy and are studied by research scientists, many results
showed that decreasing particle size would enhance cellulose hydrolysis and
increase the alcohol yield. The study also showed that biomass particle size
not only influences the conversion to alcohol, but also cost of production.
alamiah merupakan ‘pelindung’ dari selulosa karena akan berpengaruh pada keekonomian
dan hemiselulosa[16,17]. Proses pemisahan lignin, proses pembuatan bioetanol dan biobutanol
dengan bantuan bahan kimia, dan juga proses dimasa depan.
pemecahan molekul selulosa dapat berjalan
efektif bila partikel biomasa kontak dengan
bahan kimia yang digunakan. Oleh karena itu 2. METODE PENELITIAN
luas permukaan kontak, yang dipengaruhi oleh Telaahan terkait pengaruh ukuran partikel
ukuran partikel, menentukan efektivitas proses. biomasa pada beberapa aspek dalam proses
Penggilingan biomasa pada tahap persiapan pembuatan bioetanol dan biobutanol dari
bahan, diikuti dengan proses pengolahan awal biomasa lignoselulosa dilakukan melalui
(pretreatment) untuk pemisahan lignin, dan penelaahan pustaka (desk study) secara
kemudian pemutusan polimer selulosa dan atau eksploratif dan juga menggunakan data primer
hemiselulosa (proses hidrolisa) menjadi tahap- hasil penelitian sendiri di Pusat Penelitian
tahap penting yang akan mempengaruhi Kimia LIPI. Dalam rangka mendapatkan
keberhasilan proses konversi[15,18,19]. penjelasan detail terkait proses, penulis
Indonesia memiliki berbagai jenis limbah berhubungan langsung dengan peneliti di Pusat
biomasa lignoselulosa yang berpotensi untuk Penelitian Kimia dan dengan penulis jurnal
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tertentu.
alkohol guna pencampur BBM. Potensi
biomasa lignosellulosa dalam berbagai bentuk
di Indonesia telah banyak dipublikasikan. 3. HASIL DAN DISKUSI
Berbagai perguruan tinggi dan lembaga litbang Secara skematis proses konversi biomasa
telah meneliti proses pemanfaatan limbah ini lignoselulosa menjadi bioetanol atau biobutanol
menjadi bioetanol[6] dan biobutanol[20-23]. dilakukan melalui tahap persiapan bahan baku
Penelaahan ini bertujuan untuk dimana bahan dikeringkan, dipotong dan
mendapatkan gambaran pengaruh dari ukuran digiling, kemudian dilanjutkan dengan
partikel, sebagai salah satu variabel pada proses pengolahan awal untuk memisahkan lignin,
pemanfaatan biomasa untuk pembuatan alkohol, proses hidrolisa untuk mengkonversi selulosa
terutama pengaruhnya pada tingkat dan atau hemiselulosa menjadi gula, dan
keberhasilan proses hidrolisa dan biaya proses fermentasi gula menjadi alkohol. Alkohol yang
keseluruhan. Hasil telaahan ini ditujukan untuk dihasilkan dimurnikan, melalui proses distilasi
dijadikan pembanding pada pengolahan tandan dan adsorpsi, sehingga mencapai kualitas untuk
kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi bioetanol bahan bakar. Secara skematis proses
di Pusat Penelitian Kimia LIPI. Telaahan atas digambarkan seperti pada gambar 1.
pengaruh ukuran partikel ini menjadi perhatian
Biomasa
Lignoselulosa
Gambar 1. Skema alur proses utama konversi biomasa lignoselulosa menjadi alkohol
H, hemiselulosa; S, Selulosa; L,lignin.(Dirangkum dari berbagai sumber [24-28]).
3.1. Persiapan Bahan Baku: Pengaruh dalam proses pembuatan bioetanol dan
Proses Penggilingan pada Biomasa. biobutanol.
Pada persiapan bahan baku dilakukan Berdasarkan kajian kinetika, reaksi
pengeringan, pencacahan dan penggilingan perubahan selulosa menjadi gula berjalan lebih
biomasa sehingga mencapai ukuran partikel cepat serta menghasilkan gula lebih banyak
yang diinginkan. Ukuran partikel biomasa pada ukuran partikel biomasa yang lebih kecil
lignoselulosa yang dipergunakan untuk dari pada partikel yang lebih besar[29]. Mereka
membuat alkohol akan mempengaruhi dua sifat menemukan bahwa pada partikel ukuran kecil
fisik yaitu i) berat jenis unggun (bulk density) (submikron) kecepatan produksi selobiosa
biomasa yang kemudian akan mempengaruhi meningkat 11,8 kali lipat dibandingkan partikel
viskositas campuran biomasa dengan bahan berukuran besar (mm)[29]. Penelitian mereka ini
kimia dalam unit pengolahan awal dan unit memperlihatkan bahwa penghalusan partikel
hidrolisa[28], serta ii) luas permukaan spesifik biomasa adalah cara penting untuk
(specific surface area, SSA) yang akan meningkatkan reaksi hidrolisa enzimatik.
menentukan luas permukaan kontak (accessible
Disamping mempengaruhi sifat fisik dan
surface area, ASA) antara partikel biomasa kimia, proses pengecilan ukuran partikel itu
dengan bahan kimia pada proses pengolahan sendiri melalui pencacahan, penggilingan, dan
awal, dan antara biomasa dengan enzim pada penghalusan memerlukan energi besar.
proses hidrolisa[28-31]. Luas permukaan spesifik Disamping itu pengecilan ukuran partikel, yang
(SSA) yaitu luas permukaan per satuan volum akan meningkatkan viskositas campuran,
(atau berat) partikel biomasa[31]. Zhao dkk menyebabkan energi yang diperlukan untuk
(2012)[31] mencatat bahwa penurunan ukuran proses pencampuran dalam unit pengolahan
partikel mikrokristal selulosa dari 25,52 µm awal dan unit hidrolisa serta untuk pemompaan
menjadi 0,78 µm menyebabkan SSA meningkat bahan akan lebih besar sehingga mempengaruhi
dari 0,24 m2/gr menjadi 25,50 m2/gr. jumlah keseluruhan kebutuhan energi dalam
Berbagai cara untuk memperkecil ukuran proses pembuatan alkohol[28-30]. Karena
partikel biomasa lignoselulosa seperti besarnya penggunaan energi, biaya pengilingan
pencacahan (chipping), penggilingan (grinding) ini kurang lebih 1/3 dari total biaya untuk
dan penghalusan (milling) menggunakan ball persiapan (upgrading) bahan baku[32]. Oleh
mill, hammer mill atau lainnya menyebabkan karena itu pemilihan cara penggilingan yang
penurunan kristalinitas selulosa dan sesuai dalam proses pemanfaatan biomasa
meningkatkan digestabilitas dari menjadi alkohol perlu diperhatikan. Tabel 2
lignoselulosa[28-30], serta mempengaruhi memperlihatkan contoh kebutuhan energi untuk
porositas partikel[30], yang semuanya akan penggilingan biomasa.
mempengaruhi efektivitas reaksi hidrolisa
6.35 15 NA
9.5 3.2 NA
E. Khullar, 2012[38] meneliti pengaruh
ukuran partikel, melalui 3 macam ukuran yaitu
0,08, 2 dan 6 mm ukuran ayakan, dalam proses
pembuatan bioetanol dari rumput gajah
Pengecilan ukuran partikel biomasa (Miscanthus) dengan berbagai macam proses
adalah proses tahap pertama yang banyak pengolahan awal yaitu menggunakan air panas,
pengaruhnya dalam konversi biomasa menjadi asam encer, serta ammonium hidrosida encer.
bahan bakar, karena akan meningkatkan luas Dia mendapatkan bahwa ukuran partikel yang
permukaan subtrat, meningkatkan proses lebih kecil (0,08 mm) menghasilkan
perpindahan masa dan perpindahan panas, serta peningkatan konversi polisakarida menjadi
meningkatkan asesabilitas enzim ke permukaan monosakarida pada semua proses pengolahan
biomasa, yang pada akhirnya akan awal. Peningkatan konversi polisakarida ini
meningkatkan efisiensi proses pengolahan awal juga terjadi pada rumput gajah yang digiling,
dan hidrolisa enzimatik[33,34]. dibandingkan dengan rumput gajah tidak
digiling, meskipun biomasa tersebut tidak
mengalami pengolahan awal. Hasil hidrolisa
3.2. Pengaruh Ukuran Partikel Pada dengan enzim meningkat antara 40 – 70 % pada
Pengolahan Awal bahan yang mengalami perlakuan awal, tetapi
hanya meningkat 10-20 % pada bahan yang
Pengolahan awal biomasa, yang ditujukan tidak mengalami perlakuan awal.
untuk memisahkan lignin dari selulosa dan
hemiselulosa, dapat dilakukan melalui proses Karena biomasa lignoselulosa adalah
tanpa bahan kimia seperti dengan ekstrusi bahan yang tidak larut dalam air, maka dalam
mekanis panas (thermo mechanical proses konversi biomasa menjadi alkohol, akan
[35]
extrusion) atau penggunaan bahan kimia atau terlibat reaksi kimia heterogen yang
proses campuran[6]. Selain terjadi pemisahan memerlukan kontak/pertemuan antara biomasa
lignin, pada tahap pengolahan awal ini sebagian dengan bahan kimia, baik pada tahap
selulosa dan hemiselulosa juga terhidrolisa, dan pengolahan awal yang menggunakan bahan
hidrolisa lebih lanjut terjadi pada proses kimia maupun antara selulosa dan atau
hidrolisa[25]. Pengolahan awal ini dilakukan hemiselulosa dengan enzim atau bahan lain
sebelum hidrolisa dengan tujuan agar selulosa yang dipakai dalam proses hidrolisa[39]. Oleh
dan atau hemiselulosa lebih mudah dihidrolisa karena itu, proses pengolahan awal dengan
karena lignin sudah berkurang atau tidak ada menggunakan bahan kimia memerlukan sistem
lagi. pencampuran yang baik sehingga setiap
permukaan partikel biomasa dapat kontak
Selulosa, merupakan homopolimer terdiri dengan bahan kimia yang digunakan, pada
dari rangkaian unit glukosa yang tersambung waktu yang diperlukan, untuk memisahkan
melalui ikatan glikosida, sedangkan lignin dari selulosa dan hemiselulosa.
hemiselulosa merupakan heteropolimer yang
disusun oleh pentosa (silosa dan arabinosa) dan Keberhasilan proses pengolahan awal,
heksosa (manosa, galaktosa dan glukosa)[36,37]. dalam arti seberapa jauh komponen lignin dapat
Berbagai bentuk gula tersebut merupakan bahan dipisahkan, akan menentukan tingkat
utama yang digunakan untuk menghasilkan keberhasilan proses hidrolisa karena konversi
bioetanol ataupun biobutanol. Lignin selulosa menjadi glukosa sudah tidak dihambat
merupakan polimer aromatik yang komplek oleh lignin. Karena banyaknya parameter yang
dengan variasi strukturnya tergantung pada menentukan tingkat keberhasilan proses
tumbuhan asal, relatif sulit dihancurkan oleh pengolahan awal seperti ukuran partikel,
mikroba[17]. kondisi operasi, serta jumlah bahan kimia, maka
pengolahan awal dipandang sebagai salah satu
tahap yang paling mahal dan menentukan dalam
konversi biomasa menjadi gula yang dapat di menyatakan bahwa bila dalam hasil gilingan
fermentasi[18]. biomasa jumlah partikel berukuran kecil lebih
banyak dari pada jumlah partikel berukuran
besar maka proses hidrolisa enzimatik akan
3.3. Pengaruh Ukuran Partikel Pada meningkat. Kecendrungan yang sama juga
Hidrolisa didapatkan pada hidrolisa serbuk gergaji,
Pemutusan rangkaian polimer selulosa dimana reaksi enzimatik pada ukuran partikel
dan hemiselulosa pada hidrolisa bisa melalui yang lebih kecil lebih cepat dibandingkan
proses enzimatik atau kimia[31]. Pemecahan partikel yang lebih besar[31].
selulosa dan atau hemiselulosa yang melalui I.Torrado, dkk (2014)[43] yang
proses hidrolisa enzimatik umumnya dilakukan menghidrolisa Giant Reed (Arundo donax L)
dengan bantuan enzim seperti celullase, menggunakan asam sulfat encer dengan lima
xylanase[26,40]. Proses hidrolisa enzimatik ini macam ukuran partikel dari 0,25 mm sampai 4
ditujukan untuk menyempurnakan pemutusan mm menyimpulkan bahwa semakin kecil
rantai polimer selulosa dan atau hemiselulosa, ukuran partikel semakin meningkatkan glukosa
yang sebagian pemutusan telah terjadi pada hasil hidrolisa selulosa, tetapi tidak ada
proses pengolahan awal, menjadi pengaruhnya pada gula hasil hidrolisa
monosakarida/senyawa gula dan kemudian hemiselulosa. Torrado dkk menjelaskan bahwa
diikuti dengan proses fermentasi senyawa gula hasil hidrolisa Giant Reed didominasi oleh
menjadi alkohol yang diinginkan. Jumlah silosa, sedangkan glukosa lebih sedikit.
selulosa maupun hemiselulosa yang dapat Penurunan ukuran partikel dari < 1,6 mm ke <
diubah menjadi gula akan sangat menentukan 0.25 mm menyebabkan kenaikan glukosa dari
keekonomian proses pembuatan alkohol[18,30]. 2.08 g/L ke 2,30 g/L, sedangkan perubahan
Prasyarat penting dalam hidrolisa biomasa silosa tidak signifikan yaitu dari 28.14 g/L ke
lignoselulosa oleh enzim atau bahan kimia lain 28.71 g/L. Mereka(43) juga mengemukakan
adalah penyerapan (adsorpsi) enzim ke bahwa hasil yang sama ditemukan juga oleh
permukaan substrat sehingga terjadi kontak peneliti lain untuk bahan baku jerami padi.
antara substrat dan enzim. Oleh karena itu luas Pada jerami padi, bila ukuran partikel diperkecil
permukaan yang dapat kontak, ASA, menjadi dari ukuran antara 2 sampai 55 mm menjadi
faktor penentu penting dalam proses pemutusan 0,295 sampai 0,833 mm, maka terjadi kenaikan
rantai selulosa oleh enzim atau bahan lainnya, glukosa hasil hidrolisa sekitar 44 %, sedangkan
sehingga menghasilkan gula yang dapat gula turunan dari hemiselulosa hampir tidak
difermentasi menjadi alkohol. ASA dipengaruhi. Disimpulkan bahwa memperkecil
dipengaruhi oleh porositas, volume pori, dan ukuran partikel dapat meningkatkan gula dari
ukuran partikel biomasa[31]. A.P. Sinitsyn, dkk hidrolisa selulosa, tetapi tetapi tidak
(1991)[41] mendapatkan untuk material seperti mempengaruhi gula dari hemiselulosa.
selulosa murni, α-selulosa, mikrokristal Proses hidrolisa enzimatik merupakan
selulosa dan serat katun, peningkatan SSA dan suatu faktor pembatas (a limiting factor) dalam
rendahnya indek kristalinitas mempercepat rangkaian proses konversi biomasa
proses hidrolisa enzimatik. Tetapi, pada bagase lignoselulosa menjadi bahan kimia maupun
tebu hanya perubahan SSA yang mempengaruhi bahan bakar. Pembatasan ini disebabkan karena
reaktivitas proses hidrolisa. berbagai sifat alamiah seperti kandungan asetil
E.K. Bahrin, dkk (2012)[42] mencatat dan lignin, kristalinitas selulosa, serta sifat lain
bahwa setelah pengolahan awal dengan uap seperti ukuran partikel, luas permukaan dan
lewat panas (superheated steam) dan 12 jam volum pori partikel biomasa yang
proses sakarifikasi, partikel TKKS yang mempengaruhi sejauh mana hidrolisa bisa
berukuran kecil (0,25 mm) menghasilkan dilakukan[44].
glukosa lebih banyak dari pada partikel TKKS Kajian ini memperlihatkan bahwa
besar (0,425 mm). Disamping itu mereka pembuatan bioetanol dan biobutanol dari
biomasa lignoselulosa mengikuti alur proses Enzim berperan penting dalam proses
yang sama seperti dalam Gambar 1, perbedaan hidrolisa, oleh karena itu beberapa peneliti
penting adalah pada bahan pendukung proses mencoba menelaah pengaruh ukuran partikel
fermentasi yaitu variasi jenis mikroba yang pada pembuatan enzim. E.K.Bahrin, dkk
digunakan, yaitu ragi atau bahteri. Proses (2011)[50] menjelaskan bahwa ukuran partikel
fermentasi untuk memproduksi bioetanol bahan baku mempengaruhi proses fermentasi
banyak dilakukan dengan bantuan ragi padat untuk menghasilkan beberapa enzim
kelompok Saccaharomyces, misal S. selulase (exoglucanase, endoglucanase and β-
[45]
cerevisiae , dan untuk pembuatan biobutanol glucosidase) dari bahan baku TKKS. Enzim
yang banyak diteliti adalah mikroba spesies dibuat dengan menggunakan 4 variasi ukuran
Clostridium[46]. Capaian proses pembuatan diameter partikel yaitu 0,25 – 0,3 mm, 0,42 –
bioetanol secara keseluruhan sangat tergantung 0,6 mm, 0,84 - 1,0 mm dan 5 – 10 mm.
pada keberhasilan proses pengolahan awal dan Produksi enzim exoglucanase dan β-
hidrolisa, yang keduanya dipengaruhi oleh glucosidase terbanyak diperoleh dari ukuran
berbagai faktor antara lain komposisi kimia partikel 0,42 – 0,6 mm, sedangkan untuk
biomasa dan sifat fisik bahan antara lain ukuran produksi endoglucanase terbanyak diperoleh
partikel[28]. Pengaruh ukuran partikel pada dari ukuran partikel 0,84 – 1,0 mm. Mereka
pembuatan biobutanol juga ditemukan oleh para menjelaskan semakin kecil partikel, sampai
peneliti lain[47,48]. Jonglertjunya[47] dalam proses batas optimum, akan menyebabkan permukaan
pembuatan biobutanol dari bagase tebu semakin luas dan porositas semakin kecil,
memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan semakin banyak terjadi kemungkinan kontak
kandungan jumlah gula pereduksi dari partikel antara bahan, sehingga semakin mudah terjadi
bagase berukuran kecil (0,212 - 1,18 mm) reaksi. Mereka juga mencatat bahwa ada
dibandingkan dengan yang diperoleh dari hubungan terbalik antara porositas dan luas
partikel yang lebih besar, tidak diayak permukaan substrat. Penelitian mereka[50]
(ungraded) dan berukuran diatas 1,18 mm, menunjukkan bahwa ukuran substrat 0,4 mm
yaitu dari 17,7 g/L ke 24,2 g/L. Akan tetapi merupakan ukuran optimum untuk fermentasi
gula pereduksi hasil hidrolisa dari partikel yang produksi selulase. Penelitian lain[51] , yang
lebih kecil lagi (0,053 - 0,063 mm) tidak menggunakan mikroba berbeda yaitu strain
memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan Pleurotus ostreatus dengan bahan baku bagasse
hasil dari partikel 0,212 – 1,18 mm, yaitu tebu, memperlihatkan bahwa pengaruh ukuran
sebesar 24,0 g/L. Mereka menyimpulkan substrat dalam produksi enzim selulase juga
ukuran partikel yang optimal untuk hidrolisa memiliki kecendrungan yang sama dengan hasil
bagase tebu pada pembuatan biobutanol pada E.K.Bahrin[50].
daerah sekitar 0,212 – 1,18 mm. Telaahan ini menunjukkan bahwa ukuran
Dari beberapa hasil penelitian diatas jelas partikel biomasa juga mempengaruhi proses
terlihat bahwa memperkecil ukuran partikel pembuatan enzim dan hasilnya. Pada proses
biomasa akan cendrung memperbesar SSA dan pembuatan enzim dengan bahan baku biomasa
ASA, akan meningkatkan digestabilitas lignoselulosa terdapat ukuran partikel tertentu
selulosa sehingga mendorong peningkatan yang memberikan hasil yang optimal. Untuk
proses hidrolisa selulosa. Tetapi pengecilan bahan baku TKKS dan bagase tebu ukuran
ukuran partikel biomasa tidak ada pengaruhnya partikel yang optimal sekitar 0,4 – 1 mm.
pada hidrolisa hemiselulosa. Pengaruh ukuran
partikel ini pada hidrolisa selulosa masih
menjadi kontroversi karena beberapa penelitian 3.5. Ukuran Partikel Biomassa Tidak
lain menunjukkan hasil yang berbeda[30,49]. Berpengaruh pada Hidrolisa
Disamping banyak penelitian yang
memperlihatkan bahwa semakin kecil ukuran
3.4. Pengaruh Ukuran Partikel Pada Dalam partikel, sampai batas tertentu, akan semakin
Pembuatan Enzim baik bagi proses hidrolisa, tetapi beberapa
mempengaruhi capaian konversi sampai dengan menghasilkan partikel kecil yang mempunyai
50 %, sedangkan pengaruh proses kimia bisa permukaan yang luas, akan tetapi proses
diatas 70 %. Ukuran partikel maksimum penghalusan partikel ini memerlukan energi
didefinisikan sebagai ukuran terbesar dimana yang besar, yang akan mempengaruhi biaya dan
dibawah ukuran tersebut tidak ada pengaruh tingkat keekonomian proses pembuatan
ukuran partikel pada proses konversi biomasa bioetanol atau biobutanol dari biomasa
menjadi etanol[56]. Ukuran partikel maksimum lignoselulosa.
ini tergantung pada jenis biomasa, dan bahan S.H.Dugue, dkk (2015)[54] yang mengkaji
pembantu yang dipakai pada pengolahan awal pembuatan bioetanol dari 10 macam biomasa
seperti air panas, uap air, asam, basa, atau memperlihatkan bahwa biaya produksi pada
bahan lainnya. Oleh karena itu Vidal dkk[56] tahun 2014 sekitar 0,65 dollar per liter etanol
menyarankan kajian ukuran partikel biomasa ini dimana biaya utilitas, berupa biaya energi dan
perlu dilakukan pada konversi biomasa menjadi air, sebesar 45,3 % dari total biaya varibel. J.A.
sumber energi terbarukan. Quentero,dkk (2013)[55] melalui proses simulasi
Kajian ini memperlihatkan bahwa proses untuk 4 macam biomasa lignoselulosa yaitu
penghalusan ukuran partikel bahan baku akan bagase tebu, sekam padi, TKKS, dan tangkai
mempengaruhi biaya pembuatan alkohol dari buah kopi memperlihatkan bahwa biaya utilitas,
biomasa lignoselulosa melalui dua cara. terutama energi, berkisar antara 37 – 48,9 %
Pertama, mempengaruhi kebutuhan daya yang dari total biaya produksi bioetanol. Dari tabel 2
diperlukan untuk persiapan bahan. Ukuran terlihat bahwa pengecilan ukuran partikel
partikel yang dituju akan mempengaruhi jumlah meningkatkan biaya energi. Sebagai contoh,
energi untuk proses persiapan bahan, semakin pengecilan ukuran partikel kayu dengan knife
halus partikel yang diinginkan akan semakin mill dari 2,54 ke 1,60 mm meningkatkan
besar energi diperlukan. Disamping itu, partikel penggunaan energi dari 80 ke 130 kWh/ton,
yang semakin halus menyebabkan perubahan atau sebesar 62,5 %, sedangkan dengan hammer
densitas dan viskositas sehingga kebutuhan mill meningkatkan penggunaan energi dari 120
energi pada unit-unit pencampuran akan ke 130 kWh/ton atau sebesar 8,3 %.
semakin besar. Biaya energi merupakan biaya B.C.Vidal, dkk (2011)[56] menyampaikan
yang dominan dari total biaya produksi, yaitu bahwa ukuran partikel biomasa mempengaruhi
bisa sampai dengan 48,9 % dari biaya tingkat ekonomis proses pemanfaatan
produksi[55]. Kedua, ukuran partikel juga lignoselulosa karena ukuran partikel
mempengaruhi tingkat keberhasilan proses mempengaruhi biaya operasi dan capaian
pengolahan awal dan hidrolisa serta berpotensi konversi. Mereka menyatakan bahwa
meningkatkan hasil alkohol. Semuanya ini pada pengolahan fisik, antara lain pengecilan ukuran
akhirnya akan mempengaruhi biaya produksi partikel sampai ukuran maksimum bisa
(cost of production) bioetanol atau biobutanol mempengaruhi capaian konversi sampai dengan
dari biomasa lignoselulosa. Oleh karena itu, 50 %, sedangkan pengaruh proses kimia bisa
meskipun pengecilan ukuran partikel diatas 70 %. Ukuran partikel maksimum
berpeluang untuk meningkatkan produksi didefinisikan sebagai ukuran terbesar dimana
alkohol per satuan berat bahan baku, tetapi juga dibawah ukuran tersebut tidak ada pengaruh
menyebabkan kenaikan biaya produksi, ukuran partikel pada proses konversi biomasa
sehingga perhitungan yang tepat perlu menjadi etanol[56]. Ukuran partikel maksimum
dilakukan bila akan memperkecil ukuran ini tergantung pada jenis biomasa, dan bahan
partikel bahan baku. pembantu yang dipakai pada pengolahan awal
seperti air panas, uap air, asam, basa, atau
bahan lainnya. Oleh karena itu Vidal dkk[56]
3.7. Pengaruh Ukuran Partikel Pada Biaya
menyarankan kajian ukuran partikel biomasa ini
Proses
perlu dilakukan pada konversi biomasa menjadi
Seperti dinyatakan diatas, proses sumber energi terbarukan.
pencacahan, penggilingan, penghalusan, akan
Kajian ini memperlihatkan bahwa proses partikel terbesar sampai terkecil mencapai
penghalusan ukuran partikel bahan baku akan kurang lebih 2 kali lipat.
mempengaruhi biaya pembuatan alkohol dari Pusat Penelitian Kimia (PPKimia) LIPI
biomasa lignoselulosa melalui dua cara. meneliti pemanfaatan TKKS untuk bahan baku
Pertama, mempengaruhi kebutuhan daya yang pembuatan bioetanol pada skala pilot dengan
diperlukan untuk persiapan bahan. Ukuran kapasitas 10 L per hari etanol kualitas untuk
partikel yang dituju akan mempengaruhi jumlah bahan bakar (99,6 %). Pembuatan bioetanol ini
energi untuk proses persiapan bahan, semakin dilakukan melalui lima tahap proses utama
halus partikel yang diinginkan akan semakin yaitu persiapan bahan baku, pengolahan awal
besar energi diperlukan. Disamping itu, partikel (pretreatment), hidrolisa, fermentasi dan
yang semakin halus menyebabkan perubahan pemurnian produk bioetanol[24]. Pada penelitian
densitas dan viskositas sehingga kebutuhan ini TKKS yang telah dikeringkan digiling
energi pada unit-unit pencampuran akan dengan hammer mill dengan ukuran saringan 3
semakin besar. Biaya energi merupakan biaya mm, dan hasil gilingan tidak diayak lagi. TKKS
yang dominan dari total biaya produksi, yaitu kering hasil gilingan ini dicampur dengan
bisa sampai dengan 48,9 % dari biaya NaOH encer untuk pemisahan lignin[24]. Proses
produksi[55]. Kedua, ukuran partikel juga pembuatan bioetanol di PP Kimia LIPI
mempengaruhi tingkat keberhasilan proses menghasilkan 0,178 L etanol/kg TKKS kering,
pengolahan awal dan hidrolisa serta berpotensi dengan efisiensi proses hidrolisa adalah 93,8
meningkatkan hasil alkohol. Semuanya ini pada %[59]. Hasil analisis atas ukuran partikel TKKS
akhirnya akan mempengaruhi biaya produksi produk dari gilingan hammer mill diperlihatkan
(cost of production) bioetanol atau biobutanol pada tabel 3.
dari biomasa lignoselulosa. Oleh karena itu,
meskipun pengecilan ukuran partikel
berpeluang untuk meningkatkan produksi Tabel 3. Distribusi Ukuran Partikel TKKS yang
alkohol per satuan berat bahan baku, tetapi juga dipakai PP Kimia LIPI (% berat kering)
menyebabkan kenaikan biaya produksi,
1.4- 0,5- 0,21- <
sehingga perhitungan yang tepat perlu Ukuran >1.4
1 1 0,5 0,2 Total
dilakukan bila akan memperkecil ukuran Partikel mm
mm mm mm mm
partikel bahan baku. Jumlah
1,8 6 42 30 20
99.8
(*) %
(*)rerata 3 kali pengukuran, dan kehilangan 0,2 %.
Ukuran berdasarkan lubang ayakan (sieve opening)
3.8. Penelitian Pengaruh Ukuran Partikel
yang dipakai.
Pada Pembuatan Bioetanol di Indonesia
Penelitian dari dalam negeri terkait Tabel 3 memperlihatkan bahwa sekitar
pengaruh ukuran partikel terhadap proses 92 % (berat) TKKS yang digunakan PP Kimia-
konversi biomasa menjadi alkohol belum LIPI berukuran dibawah 1 mm, dan 7,8 %
banyak ditemukan. Pada pembuatan bioetanol diatas 1 mm. Pengamatan secara visual
dari sorgum (bukan lignoselulosa) dengan memperlihatkan bahwa partikel TKKS kering
ukuran partikel antara 0,17 - 0,25, 0,25 - 0,40 hasil ayakan yang berukuran diatas 1 mm lebih
dan 0,40 - 0,84 mm ditemukan bahwa semakin banyak berbentuk silinder, dan ukuran (> 1
halus partikel bahan baku hasil bioetanol mm) kelihatan lebih mencerminkan ukuran
semakin banyak[57]. D.S.Kamara,dkk (2007)[58] panjang, bukan ukuran diameter atau lebar
yang memanfaatkan batang pisang sebagai serat. Sebagian besar partikel TKKS hasil
bahan baku pembuatan glukosa melalui proses ayakan yang berukuran dibawah 1 mm
hidrolisa enzimatik memperlihatkan bahwa berbentuk mendekati pipih persegi dan sebagian
pengecilan ukuran partikel batang pisang dari tak beraturan, sangat sedikit yang berbentuk
0,84, 0,25, 0,18, sampai 0,15 mm silinder. H.Lu, dkk (2010)[60] menyatakan
mempengaruhi jumlah gula pereduksi yang bahwa luas permukaan untuk partikel berbentuk
dihasilkan. Peningkatan hasil hidrolisa dari
silinder jauh lebih besar dari pada partikel campuran dalam unit proses sehingga
berbentuk bola atau kotak. mempengaruhi kebutuhan energi, dan pada
Dari kajian ini diperkirakan hal berikut akhirnya mempengaruhi biaya proses.
terkait penelitian pemanfaatan TKKS untuk Di dalam literatur terpublikasi terdapat
bahan baku bioetanol. Pertama, diperkirakan perbedaan hasil penelitian terkait pengaruh
ukuran maksimum partikel untuk konversi ukuran partikel pada proses hidrolisa selulosa
TKKS menjadi alkohol adalah antara 0,4 menjadi gula. Lebih banyak penelitian yang
sampai 1 mm. Penggunaan partikel TKKS memperlihatkan bahwa semakin kecil ukuran
dibawah ukuran 0,4 mm diperkirakan tidak partikel, sampai batas ukuran partikel
akan terlihat lagi pengaruhnya pada proses maksimum, semakin banyak jumlah selulosa
hidrolisa dan proses konversi secara yang dapat dikonversi menjadi gula, dan
keseluruhan. Kedua, diperkirakan efisiensi semakin positif pengaruhnya pada capaian
hidrolisa 93,8 % sudah optimal. TKKS hasil keseluruhan proses.
penggilingan lebih banyak yang berbentuk
kotak pipih atau bulat dimana 92 % bahan
berukuran dibawah ukuran partikel maksimal 4.2. Saran
(<1 mm). Penggilingan lebih lanjut dan Indonesia memiliki berbagai jenis
pengayakan, sehingga menghasilkan ukuran biomasa lignoselulosa yang potensial untuk
partikel yang lebih halus dan lebih seragam, dijadikan bahan baku bioetanol atau biobutanol
diperkirakan tidak akan banyak pengaruhnya antara lain tandan kosong kelapa sawit dan
pada hidrolisa dan jumlah bioetanol yang akan bagase tebu. Mengingat perbedaan kandungan
dihasilkan, karena pemisahan partikel dengan lignin, selulosa dan hemiselulosa, serta
pengayakan tidak akan banyak mengubah luas perbedaan sifat dari berbagai biomasa
permukaan spesifik dari partikel TKKS yang lignoselulosa, maka dalam pemanfaatan
digunakan. Penggilingan lebih lanjut dan biomasa menjadi bahan baku pembuatan
pengayakan hanya akan menambahkan biaya alkohol, pengaruh ukuran partikel layak untuk
proses. Meskipun demikian penelitian untuk menjadi perhatian para peneliti. Dalam
melihat pengaruh ukuran partikel TKKS ini penelitian dan pengembangan pembuatan
perlu dilakukan dimasa depan untuk alkohol dari bahan baku tandan kosong kelapa
mengkonfirmasi efisiensi proses pengolahan sawit atau bagase tebu sebaiknya digunakan
awal dan hidrolisa yang telah dicapai. ukuran partikel antara 0,4 - 1 mm.
biofuels: Economics and policies, Energy [11] Anonim, The biofuel of the future,
Policy, 39: 4222–4234 (2011). http://www.butamax.com/the-Biobutanol-
[2] A. Eisentraut (Ed). Sustainable Advantage.aspx. (diunduh 4 November
production of second-generation biofuels 2015).
: Potential and perspectives in major [12] Annonim, Butanol,
economies and developing countries, http://www.afdc.energy.gov/fuels/emergi
International Energy Agency ng_biobutanol.html, June 12, 2015
(OECD/IEA), Information Paper, (diunduh 2 Nov 2015).
February, 2010, hal 7. [13] M. Sapp. ASTM sets standard D 78862
[3] B. Stefan. Towards Sustainable for three type of butanol, Biofuels Digest,
Production and Use of Resources: 9 Oktober (2013).
Assessing Biofuels, United Nation [14] Gasoline, IARC Monograph, Volume 45,
Environmental Program (UNEP) Report, hal 159-201.
2009, Section 3.
[15] P. Kumar, D.M. Barrett, M.J. Delwiche
[4] M. Balat dan H.Balat. Recent trends in dan P. Stroeve. Methods for Pretreatment
global production and utilization of bio- of Lignocellulosic Biomass for Efficient
ethanol fuel. Applied Energy, 86 : 2273- Hydrolysis and Biofuel Production.
2282 (2009) Industrial Engineering and Chemistry
[5] P. Kaparaju, M. Serrano, A. B. Thomsen, Resource 48, 3713–3729 (2009).
P. Kongjan, dan I. Angelidaki. [16] J.I. Rahikainan, R.M. Samdero, H.
Bioethanol, biohydrogen and biogas Heikkinen, S. Rovio, K. Marjamaa, T.
production from wheat straw in a Tamminen, O.J. Rojas, dan K. Kruus.
biorefinery concept. J. Bioresource Inhibitory effect of lignin during cellulose
Technology, 100: 2562–2568 (2009). bioconversion : the effect of lignin
[6] S. Aiman. Perkembangan teknologi dan chemistry on non-productive enzyme
tantangan dalam riset bioetanol di adsorption, Bioresources Technology,
Indonesia, J Kimia Terapan Indonesia, 16 133: 270-278 (2013).
(2) : 108-117 (2014). [17] H. Wang, M.Tucker dan Y.Ji. Recent
[7] B.E. Dale. A New industry has been development in chemical
launched : The cellulosic biofuels ship depolymerization of Lignin: A review,
(finally) sails, Biofules, Bioprod. Bioref, Journal of Applied Chemistry, 13, Article
9: 1-3 (2015). ID 838645 (2013).
[8] J.Lane. Who’s building what, where, [18] N. Mosier, C. Wyman, B. Dale, R.
now. 29 projects in construction or in Elander, Y.Y. Lee, M. Holtzapple, dan
commissioning in Africa, Europe, Asia, M. Ladisch. Features of promising
the Middle East, Australia and the technologies for pretreatment of
Americas, Biofuel Digest, Nov 17, 2015. lignocellulosic biomass, Bioresource
[9] V.Hönig, M. Kotek dan J. Mařík. Use of Technology, 96 : 673–686 (2005).
butanol as a fuel for internal combustion [19] P. Binod, R. Sindhu, R.R. Singhania,
engines, Agronomy Research 12(2) : 333– S.Vikram, L.Devi, S.Nagalakshmi,
340 (2014). N.Kurien, R.K.Sukumaran, dan
[10] N.R.Baral, J. Li dan A.K. Jha. Perspective A.Pandey. Bioethanol production from
and prospective of pretreatment of corn rice straw: An overview, Bioresource
straw for butanol production. Appl. Technology, 101: 4767–4774 (2010).
Biochem Biotechnol 172:840–853 (2014). [20] H.D. Fajariah dan W Hadi. Pemanfaatan
serbuk gergaji menjadi biobutanol dengan
hidrolisis selulase dan fermentasi bakteri
22 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman
J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013