Anda di halaman 1dari 16

J.Kim.Terap.Indones.

, 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669


pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

Pengaruh Ukuran Partikel Biomasa Lignoselulosa


pada Pembuatan Bioetanol dan Biobutanol : Tinjauan

The Influence of Lignocelulosic Biomass Particle Size on


Bioethanol and Biobutanol Production : A Review
Syahrul Aiman
1
Pusat Penelitian Kimia – LIPI, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia
Corresponding author: syah_aiman@yahoo.com

ARTICLE INFO Abstrak


Article history Bioetanol dan biobutanol dari biomasa lignoselulosa menjadi bahan bakar
Received date : 4 December 2015 terbarukan yang sedang menarik perhatian banyak peneliti. Berbagai macam
Revised date : 7 May 2016 biomasa lignoselulosa yang berupa limbah pertanian, perkebunan,
Accepted date :10 June 2016 pengolahan hasil hutan, industri dan sampah kota telah diteliti untuk
Available online at: dikonversi menjadi alkokol. Berbagai parameter proses mempengaruhi
http://kimia.lipi.go.id/inajac/index.php efisiensi dan efektifitas proses konversi biomasa limbah organik tersebut
menjadi alkohol. Salah satu parameter yang tidak banyak diperhatikan oleh
Kata kunci: peneliti di Indonesia adalah pengaruh ukuran partikel biomasa terhadap
Biomasa lignoselulosa, ukuran tingkat capaian proses konversi biomasa menjadi alkohol. Tinjauan ini
partikel, perlakukan awal, hidrolisa, ditujukan untuk melihat pengaruh ukuran partikel biomasa lignoselulosa
bioetanol, biobutanol. terhadap pembuatan bioetanol dan biobutanol sebagai bahan bakar.
Peninjauan dilakukan melalui kajian pustaka (desk study) dan ditambahkan
Keywords: dengan data primer hasil penelitian di Pusat Penelitian Kimia. Tinjauan ini
Lignocellulosic biomass, particle size, memperlihatkan bahwa ukuran partikel biomasa mempengaruhi berat jenis
pretreatment, hydrolysis, bioethanol, unggun, viskositas campuran, luas permukaan spesifik yang kemudian
biobutanol. menentukan luas permukaan kontak. Disamping itu, proses penggilingan
mempengaruhi porositas partikel biomasa dan menurunkan kristalinitas
selulosa. Semuanya akan mempengaruhi digestabilitas selulosa selama proses
hirolisa. Meskipun pengaruh ukuran partikel pada proses konversi masih
kontroversi, dan masih menjadi bahan kajian para peneliti, tetapi sebagian
besar memperlihatkan bahwa semakin kecil ukuran partikel biomasa, sampai
batas tertentu, akan meningkatkan proses hidrolisa selulosa menjadi gula
sehingga meningkatkan jumlah alkohol yang dihasilkan. Selain
mempengaruhi tingkat capaian konversi, ukuran partikel biomasa juga
mempengaruhi biaya proses.

Abstract
Lignocellulosic bioethanol and biobutanol as renewable energy sources are
become interesting matter by researchers. Various kind of lignocellulosic
biomass wastes such as agriculture, forestry, plantation, industrial and
municipal organic solid waste have been explored to be converted to the
alcohol. Various process parameters influence efficiency and effectiveness of
conversion process of biomass to the alcohol. This study is aimed to
understand the effect of lignocelullosic biomas particle size on production of
bioethanol and biobutanol as renewable energy sources. The review was
conducted by combining desk study and a research at Research Center for
Chemistry-LIPI. The study showed that particle size has been found to
influence biomass bulk density, slurry viscosity, specific surface area and
accessible surface area. In addition, the grinding process influences biomass
porosity and decreases cellulose crystalinity. Finally, they would influence
digestability of cellulose during the hydrolysis proses. Eventhough the
influence of particle size to biomass conversion efficiency and effectiveness
are still controvercy and are studied by research scientists, many results
showed that decreasing particle size would enhance cellulose hydrolysis and
increase the alcohol yield. The study also showed that biomass particle size
not only influences the conversion to alcohol, but also cost of production.

“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 11


J.Kim.Terap.Indones - Vol. 18, ISSN 0853 – 2788
No. 1, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

© 2016 Indonesian Journal of Applied Chemistry. All rights reserved


1. PENDAHULUAN biobutanol, sebagai bahan bakar, jauh lebih
Biomasa lignoselulosa terutama yang prospektif dibandingkan bioetanol[11].
berasal dari limbah pertanian, perkebunan, Tabel 1. Perbandingan sifat etanol, butanol dan
pengolahan hasil hutan, dan sampah kota BBM [9,14]
organik telah lama menjadi perhatian peneliti BBM
Parameter Etanol Butanol
untuk dijadikan sebagai sumber energi (Gasoline)
terbarukan, baik untuk menghasilkan bahan Variasi, C4-
Formula kimia C2H5OH C4H9OH
12H14-26
bakar gas seperti gasbio, hidrogen, maupun
Titik Didih
bahan bakar cair seperti bioetanol dan (°C)
78 118 30 – 215
biobutanol. Pemanfaatan biomasa lignoselulosa Panas
sebagai energi terbarukan, terutama alkohol, Pembakaran 26,8 32,5 42,9
dimasa depan akan menjadi sumber energi (MJ/ kg).
terbarukan penting yang akan mengurangi Panas
ketergantungan dunia pada bahan bakar minyak Penguapan 0,92 0,43 0,36
(MJ /kg).
(BBM)[1-5]. 106 –
RON 94 95
Di banyak Negara, termasuk di Indonesia, 130
bioetanol telah digunakan menjadi bahan
pencampur BBM[6], oleh karena itu industri Kelebihan lain dari butanol, dibandingkan
bioetanol terus berkembang. Dalam periode dengan etanol, adalah tekanan uap yang lebih
2013 sampai 2014, telah berdiri enam buah rendah yang menyebabkan volatilitas juga lebih
industri bioetanol dari biomasa lignoselulosa rendah, dan lebih sedikit emisi. Sifat-sifat ini
berskala besar, dengan kapasitas produksi membuat biobutanol lebih mudah dicampurkan
antara 30 sampai dengan 110 juta liter pertahun, dengan BBM[11,12]. Pada tahun 2013, ASTM
dengan bahan baku sampah kota, jerami mengeluarkan ASTM D 7862 yang menjadi
gandum, limbah jagung, atau berbagai limbah acuan dalam menelaah kualitas butanol sebagai
pertanian lainnya[7]. Disamping itu terdapat 12 campuran bahan bakar untuk kendaraan
industri bioetanol besar lainnya yang sedang bermotor[13]. Standar ini akan lebih mendukung
dalam pembangunan maupun sudah tahap uji penggunaan butanol sebagai bahan bakar
coba[8]. Namun demikian, beberapa sifat kendaraan bermotor dimasa depan.
bioetanol yaitu bersifat higroskopis sehingga Biomasa lignoselulosa disusun oleh
menyerap air dari udara yang akan komponen utama hemiselulosa, selulosa dan
mengakibatkan korosi, serta panas pembakaran lignin, dengan jumlah yang bervariasi
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tergantung jenis tanamannya. Contoh variasi
BBM (Tabel 1), menyebabkan terbatasnya ketiga komponen tersebut pada beberapa jenis
jumlah etanol untuk dicampur dengan BBM. tumbuhan dipublikasi di berbagai jurnal[6].
Sifat-sifat ini menyebabkan jumlah etanol yang Salah satu tahap penting dalam proses konversi
mungkin dicampur dengan BBM, tanpa biomasa lignoselulosa menjadi alkohol adalah
mengubah mesin kendaraan, hanya sampai 10 memutus molekul polisakarida, selulosa dan
%, E-10[9]. hemiselulosa, mengubah selulosa dan atau
Pembuatan biobutanol untuk pencampur hemiselulosa yang tidak larut dalam air menjadi
BBM dari biomasa lignoselulosa menjadi monosakarida berupa senyawa-senyawa gula
perhatian dalam dekade terakhir, karena yang larut seperti glukosa, silosa atau
kandungan energi yang lebih tinggi dari etanol, lainnya[15]. Selanjutnya, melalui proses
tidak higroskopis serta dapat dicampurkan fermentasi senyawa gula diubah menjadi
dengan BBM dalam jumlah yang lebih banyak, alkohol.
sampai dengan 16 %, tanpa mengubah mesin Agar selulosa dan atau hemiselulosa dapat
kendaraan[9,10]. Hal ini menyebabkan diubah menjadi senyawa gula, lignin harus
dipisahkan terlebih dahulu. Lignin secara
J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

alamiah merupakan ‘pelindung’ dari selulosa karena akan berpengaruh pada keekonomian
dan hemiselulosa[16,17]. Proses pemisahan lignin, proses pembuatan bioetanol dan biobutanol
dengan bantuan bahan kimia, dan juga proses dimasa depan.
pemecahan molekul selulosa dapat berjalan
efektif bila partikel biomasa kontak dengan
bahan kimia yang digunakan. Oleh karena itu 2. METODE PENELITIAN
luas permukaan kontak, yang dipengaruhi oleh Telaahan terkait pengaruh ukuran partikel
ukuran partikel, menentukan efektivitas proses. biomasa pada beberapa aspek dalam proses
Penggilingan biomasa pada tahap persiapan pembuatan bioetanol dan biobutanol dari
bahan, diikuti dengan proses pengolahan awal biomasa lignoselulosa dilakukan melalui
(pretreatment) untuk pemisahan lignin, dan penelaahan pustaka (desk study) secara
kemudian pemutusan polimer selulosa dan atau eksploratif dan juga menggunakan data primer
hemiselulosa (proses hidrolisa) menjadi tahap- hasil penelitian sendiri di Pusat Penelitian
tahap penting yang akan mempengaruhi Kimia LIPI. Dalam rangka mendapatkan
keberhasilan proses konversi[15,18,19]. penjelasan detail terkait proses, penulis
Indonesia memiliki berbagai jenis limbah berhubungan langsung dengan peneliti di Pusat
biomasa lignoselulosa yang berpotensi untuk Penelitian Kimia dan dengan penulis jurnal
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tertentu.
alkohol guna pencampur BBM. Potensi
biomasa lignosellulosa dalam berbagai bentuk
di Indonesia telah banyak dipublikasikan. 3. HASIL DAN DISKUSI
Berbagai perguruan tinggi dan lembaga litbang Secara skematis proses konversi biomasa
telah meneliti proses pemanfaatan limbah ini lignoselulosa menjadi bioetanol atau biobutanol
menjadi bioetanol[6] dan biobutanol[20-23]. dilakukan melalui tahap persiapan bahan baku
Penelaahan ini bertujuan untuk dimana bahan dikeringkan, dipotong dan
mendapatkan gambaran pengaruh dari ukuran digiling, kemudian dilanjutkan dengan
partikel, sebagai salah satu variabel pada proses pengolahan awal untuk memisahkan lignin,
pemanfaatan biomasa untuk pembuatan alkohol, proses hidrolisa untuk mengkonversi selulosa
terutama pengaruhnya pada tingkat dan atau hemiselulosa menjadi gula, dan
keberhasilan proses hidrolisa dan biaya proses fermentasi gula menjadi alkohol. Alkohol yang
keseluruhan. Hasil telaahan ini ditujukan untuk dihasilkan dimurnikan, melalui proses distilasi
dijadikan pembanding pada pengolahan tandan dan adsorpsi, sehingga mencapai kualitas untuk
kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi bioetanol bahan bakar. Secara skematis proses
di Pusat Penelitian Kimia LIPI. Telaahan atas digambarkan seperti pada gambar 1.
pengaruh ukuran partikel ini menjadi perhatian

Biomasa
Lignoselulosa

PERSIAPAN PENGOLAHAN HIDROLISA


BAHAN: AWAL : a). dengan enzim FERMENTASI
PEMURNIAN Bioetanol
Pengeringan, Pemisahan atau bahan lain, H dan atau S
Pengecilan komponen L untuk
ukuran partikel dari H,S pemutusan
: pemotongan, b). Pemutusan (lebih lanjut) FERMENTASI
PEMURNIAN Biobutanol
pencacahan, polimer S dan Polimer H dan S H dan atau S
pengilingan H. menjadi gula.

“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 13


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

Gambar 1. Skema alur proses utama konversi biomasa lignoselulosa menjadi alkohol
H, hemiselulosa; S, Selulosa; L,lignin.(Dirangkum dari berbagai sumber [24-28]).

3.1. Persiapan Bahan Baku: Pengaruh dalam proses pembuatan bioetanol dan
Proses Penggilingan pada Biomasa. biobutanol.
Pada persiapan bahan baku dilakukan Berdasarkan kajian kinetika, reaksi
pengeringan, pencacahan dan penggilingan perubahan selulosa menjadi gula berjalan lebih
biomasa sehingga mencapai ukuran partikel cepat serta menghasilkan gula lebih banyak
yang diinginkan. Ukuran partikel biomasa pada ukuran partikel biomasa yang lebih kecil
lignoselulosa yang dipergunakan untuk dari pada partikel yang lebih besar[29]. Mereka
membuat alkohol akan mempengaruhi dua sifat menemukan bahwa pada partikel ukuran kecil
fisik yaitu i) berat jenis unggun (bulk density) (submikron) kecepatan produksi selobiosa
biomasa yang kemudian akan mempengaruhi meningkat 11,8 kali lipat dibandingkan partikel
viskositas campuran biomasa dengan bahan berukuran besar (mm)[29]. Penelitian mereka ini
kimia dalam unit pengolahan awal dan unit memperlihatkan bahwa penghalusan partikel
hidrolisa[28], serta ii) luas permukaan spesifik biomasa adalah cara penting untuk
(specific surface area, SSA) yang akan meningkatkan reaksi hidrolisa enzimatik.
menentukan luas permukaan kontak (accessible
Disamping mempengaruhi sifat fisik dan
surface area, ASA) antara partikel biomasa kimia, proses pengecilan ukuran partikel itu
dengan bahan kimia pada proses pengolahan sendiri melalui pencacahan, penggilingan, dan
awal, dan antara biomasa dengan enzim pada penghalusan memerlukan energi besar.
proses hidrolisa[28-31]. Luas permukaan spesifik Disamping itu pengecilan ukuran partikel, yang
(SSA) yaitu luas permukaan per satuan volum akan meningkatkan viskositas campuran,
(atau berat) partikel biomasa[31]. Zhao dkk menyebabkan energi yang diperlukan untuk
(2012)[31] mencatat bahwa penurunan ukuran proses pencampuran dalam unit pengolahan
partikel mikrokristal selulosa dari 25,52 µm awal dan unit hidrolisa serta untuk pemompaan
menjadi 0,78 µm menyebabkan SSA meningkat bahan akan lebih besar sehingga mempengaruhi
dari 0,24 m2/gr menjadi 25,50 m2/gr. jumlah keseluruhan kebutuhan energi dalam
Berbagai cara untuk memperkecil ukuran proses pembuatan alkohol[28-30]. Karena
partikel biomasa lignoselulosa seperti besarnya penggunaan energi, biaya pengilingan
pencacahan (chipping), penggilingan (grinding) ini kurang lebih 1/3 dari total biaya untuk
dan penghalusan (milling) menggunakan ball persiapan (upgrading) bahan baku[32]. Oleh
mill, hammer mill atau lainnya menyebabkan karena itu pemilihan cara penggilingan yang
penurunan kristalinitas selulosa dan sesuai dalam proses pemanfaatan biomasa
meningkatkan digestabilitas dari menjadi alkohol perlu diperhatikan. Tabel 2
lignoselulosa[28-30], serta mempengaruhi memperlihatkan contoh kebutuhan energi untuk
porositas partikel[30], yang semuanya akan penggilingan biomasa.
mempengaruhi efektivitas reaksi hidrolisa

Tabel 2. Energi yang dibutuhkan untuk Penggilingan Biomasa Lignoselulosa[28]

Ukuran partikel Konsumsi Energi (kWh/ton)


No Bahan Lignoselulosa
(mm) Knife Mill Hammer Mill
1 Kayu keras (Hardwood) 1.60 130 130
2.54 80 120
3.2 50 115
6.35 25 95
2 Jerami gandum (Straw) 1.60 7.5 42
2.54 6.4 29
3 Limbah tanaman jagung (Corn stover) 1.60 NA 14
3.20 20 9.6

14 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

6.35 15 NA
9.5 3.2 NA
E. Khullar, 2012[38] meneliti pengaruh
ukuran partikel, melalui 3 macam ukuran yaitu
0,08, 2 dan 6 mm ukuran ayakan, dalam proses
pembuatan bioetanol dari rumput gajah
Pengecilan ukuran partikel biomasa (Miscanthus) dengan berbagai macam proses
adalah proses tahap pertama yang banyak pengolahan awal yaitu menggunakan air panas,
pengaruhnya dalam konversi biomasa menjadi asam encer, serta ammonium hidrosida encer.
bahan bakar, karena akan meningkatkan luas Dia mendapatkan bahwa ukuran partikel yang
permukaan subtrat, meningkatkan proses lebih kecil (0,08 mm) menghasilkan
perpindahan masa dan perpindahan panas, serta peningkatan konversi polisakarida menjadi
meningkatkan asesabilitas enzim ke permukaan monosakarida pada semua proses pengolahan
biomasa, yang pada akhirnya akan awal. Peningkatan konversi polisakarida ini
meningkatkan efisiensi proses pengolahan awal juga terjadi pada rumput gajah yang digiling,
dan hidrolisa enzimatik[33,34]. dibandingkan dengan rumput gajah tidak
digiling, meskipun biomasa tersebut tidak
mengalami pengolahan awal. Hasil hidrolisa
3.2. Pengaruh Ukuran Partikel Pada dengan enzim meningkat antara 40 – 70 % pada
Pengolahan Awal bahan yang mengalami perlakuan awal, tetapi
hanya meningkat 10-20 % pada bahan yang
Pengolahan awal biomasa, yang ditujukan tidak mengalami perlakuan awal.
untuk memisahkan lignin dari selulosa dan
hemiselulosa, dapat dilakukan melalui proses Karena biomasa lignoselulosa adalah
tanpa bahan kimia seperti dengan ekstrusi bahan yang tidak larut dalam air, maka dalam
mekanis panas (thermo mechanical proses konversi biomasa menjadi alkohol, akan
[35]
extrusion) atau penggunaan bahan kimia atau terlibat reaksi kimia heterogen yang
proses campuran[6]. Selain terjadi pemisahan memerlukan kontak/pertemuan antara biomasa
lignin, pada tahap pengolahan awal ini sebagian dengan bahan kimia, baik pada tahap
selulosa dan hemiselulosa juga terhidrolisa, dan pengolahan awal yang menggunakan bahan
hidrolisa lebih lanjut terjadi pada proses kimia maupun antara selulosa dan atau
hidrolisa[25]. Pengolahan awal ini dilakukan hemiselulosa dengan enzim atau bahan lain
sebelum hidrolisa dengan tujuan agar selulosa yang dipakai dalam proses hidrolisa[39]. Oleh
dan atau hemiselulosa lebih mudah dihidrolisa karena itu, proses pengolahan awal dengan
karena lignin sudah berkurang atau tidak ada menggunakan bahan kimia memerlukan sistem
lagi. pencampuran yang baik sehingga setiap
permukaan partikel biomasa dapat kontak
Selulosa, merupakan homopolimer terdiri dengan bahan kimia yang digunakan, pada
dari rangkaian unit glukosa yang tersambung waktu yang diperlukan, untuk memisahkan
melalui ikatan glikosida, sedangkan lignin dari selulosa dan hemiselulosa.
hemiselulosa merupakan heteropolimer yang
disusun oleh pentosa (silosa dan arabinosa) dan Keberhasilan proses pengolahan awal,
heksosa (manosa, galaktosa dan glukosa)[36,37]. dalam arti seberapa jauh komponen lignin dapat
Berbagai bentuk gula tersebut merupakan bahan dipisahkan, akan menentukan tingkat
utama yang digunakan untuk menghasilkan keberhasilan proses hidrolisa karena konversi
bioetanol ataupun biobutanol. Lignin selulosa menjadi glukosa sudah tidak dihambat
merupakan polimer aromatik yang komplek oleh lignin. Karena banyaknya parameter yang
dengan variasi strukturnya tergantung pada menentukan tingkat keberhasilan proses
tumbuhan asal, relatif sulit dihancurkan oleh pengolahan awal seperti ukuran partikel,
mikroba[17]. kondisi operasi, serta jumlah bahan kimia, maka
pengolahan awal dipandang sebagai salah satu
tahap yang paling mahal dan menentukan dalam

“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 15


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

konversi biomasa menjadi gula yang dapat di menyatakan bahwa bila dalam hasil gilingan
fermentasi[18]. biomasa jumlah partikel berukuran kecil lebih
banyak dari pada jumlah partikel berukuran
besar maka proses hidrolisa enzimatik akan
3.3. Pengaruh Ukuran Partikel Pada meningkat. Kecendrungan yang sama juga
Hidrolisa didapatkan pada hidrolisa serbuk gergaji,
Pemutusan rangkaian polimer selulosa dimana reaksi enzimatik pada ukuran partikel
dan hemiselulosa pada hidrolisa bisa melalui yang lebih kecil lebih cepat dibandingkan
proses enzimatik atau kimia[31]. Pemecahan partikel yang lebih besar[31].
selulosa dan atau hemiselulosa yang melalui I.Torrado, dkk (2014)[43] yang
proses hidrolisa enzimatik umumnya dilakukan menghidrolisa Giant Reed (Arundo donax L)
dengan bantuan enzim seperti celullase, menggunakan asam sulfat encer dengan lima
xylanase[26,40]. Proses hidrolisa enzimatik ini macam ukuran partikel dari 0,25 mm sampai 4
ditujukan untuk menyempurnakan pemutusan mm menyimpulkan bahwa semakin kecil
rantai polimer selulosa dan atau hemiselulosa, ukuran partikel semakin meningkatkan glukosa
yang sebagian pemutusan telah terjadi pada hasil hidrolisa selulosa, tetapi tidak ada
proses pengolahan awal, menjadi pengaruhnya pada gula hasil hidrolisa
monosakarida/senyawa gula dan kemudian hemiselulosa. Torrado dkk menjelaskan bahwa
diikuti dengan proses fermentasi senyawa gula hasil hidrolisa Giant Reed didominasi oleh
menjadi alkohol yang diinginkan. Jumlah silosa, sedangkan glukosa lebih sedikit.
selulosa maupun hemiselulosa yang dapat Penurunan ukuran partikel dari < 1,6 mm ke <
diubah menjadi gula akan sangat menentukan 0.25 mm menyebabkan kenaikan glukosa dari
keekonomian proses pembuatan alkohol[18,30]. 2.08 g/L ke 2,30 g/L, sedangkan perubahan
Prasyarat penting dalam hidrolisa biomasa silosa tidak signifikan yaitu dari 28.14 g/L ke
lignoselulosa oleh enzim atau bahan kimia lain 28.71 g/L. Mereka(43) juga mengemukakan
adalah penyerapan (adsorpsi) enzim ke bahwa hasil yang sama ditemukan juga oleh
permukaan substrat sehingga terjadi kontak peneliti lain untuk bahan baku jerami padi.
antara substrat dan enzim. Oleh karena itu luas Pada jerami padi, bila ukuran partikel diperkecil
permukaan yang dapat kontak, ASA, menjadi dari ukuran antara 2 sampai 55 mm menjadi
faktor penentu penting dalam proses pemutusan 0,295 sampai 0,833 mm, maka terjadi kenaikan
rantai selulosa oleh enzim atau bahan lainnya, glukosa hasil hidrolisa sekitar 44 %, sedangkan
sehingga menghasilkan gula yang dapat gula turunan dari hemiselulosa hampir tidak
difermentasi menjadi alkohol. ASA dipengaruhi. Disimpulkan bahwa memperkecil
dipengaruhi oleh porositas, volume pori, dan ukuran partikel dapat meningkatkan gula dari
ukuran partikel biomasa[31]. A.P. Sinitsyn, dkk hidrolisa selulosa, tetapi tetapi tidak
(1991)[41] mendapatkan untuk material seperti mempengaruhi gula dari hemiselulosa.
selulosa murni, α-selulosa, mikrokristal Proses hidrolisa enzimatik merupakan
selulosa dan serat katun, peningkatan SSA dan suatu faktor pembatas (a limiting factor) dalam
rendahnya indek kristalinitas mempercepat rangkaian proses konversi biomasa
proses hidrolisa enzimatik. Tetapi, pada bagase lignoselulosa menjadi bahan kimia maupun
tebu hanya perubahan SSA yang mempengaruhi bahan bakar. Pembatasan ini disebabkan karena
reaktivitas proses hidrolisa. berbagai sifat alamiah seperti kandungan asetil
E.K. Bahrin, dkk (2012)[42] mencatat dan lignin, kristalinitas selulosa, serta sifat lain
bahwa setelah pengolahan awal dengan uap seperti ukuran partikel, luas permukaan dan
lewat panas (superheated steam) dan 12 jam volum pori partikel biomasa yang
proses sakarifikasi, partikel TKKS yang mempengaruhi sejauh mana hidrolisa bisa
berukuran kecil (0,25 mm) menghasilkan dilakukan[44].
glukosa lebih banyak dari pada partikel TKKS Kajian ini memperlihatkan bahwa
besar (0,425 mm). Disamping itu mereka pembuatan bioetanol dan biobutanol dari

16 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

biomasa lignoselulosa mengikuti alur proses Enzim berperan penting dalam proses
yang sama seperti dalam Gambar 1, perbedaan hidrolisa, oleh karena itu beberapa peneliti
penting adalah pada bahan pendukung proses mencoba menelaah pengaruh ukuran partikel
fermentasi yaitu variasi jenis mikroba yang pada pembuatan enzim. E.K.Bahrin, dkk
digunakan, yaitu ragi atau bahteri. Proses (2011)[50] menjelaskan bahwa ukuran partikel
fermentasi untuk memproduksi bioetanol bahan baku mempengaruhi proses fermentasi
banyak dilakukan dengan bantuan ragi padat untuk menghasilkan beberapa enzim
kelompok Saccaharomyces, misal S. selulase (exoglucanase, endoglucanase and β-
[45]
cerevisiae , dan untuk pembuatan biobutanol glucosidase) dari bahan baku TKKS. Enzim
yang banyak diteliti adalah mikroba spesies dibuat dengan menggunakan 4 variasi ukuran
Clostridium[46]. Capaian proses pembuatan diameter partikel yaitu 0,25 – 0,3 mm, 0,42 –
bioetanol secara keseluruhan sangat tergantung 0,6 mm, 0,84 - 1,0 mm dan 5 – 10 mm.
pada keberhasilan proses pengolahan awal dan Produksi enzim exoglucanase dan β-
hidrolisa, yang keduanya dipengaruhi oleh glucosidase terbanyak diperoleh dari ukuran
berbagai faktor antara lain komposisi kimia partikel 0,42 – 0,6 mm, sedangkan untuk
biomasa dan sifat fisik bahan antara lain ukuran produksi endoglucanase terbanyak diperoleh
partikel[28]. Pengaruh ukuran partikel pada dari ukuran partikel 0,84 – 1,0 mm. Mereka
pembuatan biobutanol juga ditemukan oleh para menjelaskan semakin kecil partikel, sampai
peneliti lain[47,48]. Jonglertjunya[47] dalam proses batas optimum, akan menyebabkan permukaan
pembuatan biobutanol dari bagase tebu semakin luas dan porositas semakin kecil,
memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan semakin banyak terjadi kemungkinan kontak
kandungan jumlah gula pereduksi dari partikel antara bahan, sehingga semakin mudah terjadi
bagase berukuran kecil (0,212 - 1,18 mm) reaksi. Mereka juga mencatat bahwa ada
dibandingkan dengan yang diperoleh dari hubungan terbalik antara porositas dan luas
partikel yang lebih besar, tidak diayak permukaan substrat. Penelitian mereka[50]
(ungraded) dan berukuran diatas 1,18 mm, menunjukkan bahwa ukuran substrat 0,4 mm
yaitu dari 17,7 g/L ke 24,2 g/L. Akan tetapi merupakan ukuran optimum untuk fermentasi
gula pereduksi hasil hidrolisa dari partikel yang produksi selulase. Penelitian lain[51] , yang
lebih kecil lagi (0,053 - 0,063 mm) tidak menggunakan mikroba berbeda yaitu strain
memperlihatkan perbedaan yang nyata dengan Pleurotus ostreatus dengan bahan baku bagasse
hasil dari partikel 0,212 – 1,18 mm, yaitu tebu, memperlihatkan bahwa pengaruh ukuran
sebesar 24,0 g/L. Mereka menyimpulkan substrat dalam produksi enzim selulase juga
ukuran partikel yang optimal untuk hidrolisa memiliki kecendrungan yang sama dengan hasil
bagase tebu pada pembuatan biobutanol pada E.K.Bahrin[50].
daerah sekitar 0,212 – 1,18 mm. Telaahan ini menunjukkan bahwa ukuran
Dari beberapa hasil penelitian diatas jelas partikel biomasa juga mempengaruhi proses
terlihat bahwa memperkecil ukuran partikel pembuatan enzim dan hasilnya. Pada proses
biomasa akan cendrung memperbesar SSA dan pembuatan enzim dengan bahan baku biomasa
ASA, akan meningkatkan digestabilitas lignoselulosa terdapat ukuran partikel tertentu
selulosa sehingga mendorong peningkatan yang memberikan hasil yang optimal. Untuk
proses hidrolisa selulosa. Tetapi pengecilan bahan baku TKKS dan bagase tebu ukuran
ukuran partikel biomasa tidak ada pengaruhnya partikel yang optimal sekitar 0,4 – 1 mm.
pada hidrolisa hemiselulosa. Pengaruh ukuran
partikel ini pada hidrolisa selulosa masih
menjadi kontroversi karena beberapa penelitian 3.5. Ukuran Partikel Biomassa Tidak
lain menunjukkan hasil yang berbeda[30,49]. Berpengaruh pada Hidrolisa
Disamping banyak penelitian yang
memperlihatkan bahwa semakin kecil ukuran
3.4. Pengaruh Ukuran Partikel Pada Dalam partikel, sampai batas tertentu, akan semakin
Pembuatan Enzim baik bagi proses hidrolisa, tetapi beberapa

“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 17


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

penelitian lain memperlihatkan bahwa Dari beberapa penelitian ini dipahami


pengecilan ukuran partikel tidak signifikan bahwa pengecilan ukuran partikel akan
pengaruhnya pada konversi biomasa menjadi membantu proses pengolahan awal, pemisahan
alkohol. lignin dari selulosa dan hemiselulosa, tetapi
A.L.L.Cesario, dkk (2014)[49] yang pengecilan ukuran partikel yang menyebabkan
meneliti pembuatan etanol dari bagase tebu rusaknya pori subtrat tidak mempengaruhi
dengan ukuran partikel 2, 1 dan 0,5 mm proses hidrolisa selulosa menjadi gula.
(berdasarkan ukuran lubang ayakan)
menyatakan bahwa ukuran partikel tidak
signifikan pengaruhnya pada hasil proses
pengolahan awal yang menggunakan asam 3.6. Pengaruh Ukuran Partikel Pada Biaya
sulfat encer. Tetapi mereka memperoleh lebih Proses
banyak jumlah hemiselulosa yang dapat Seperti dinyatakan diatas, proses
dilarutkan pada partikel yang lebih halus dari pencacahan, penggilingan, penghalusan, akan
pada bagase tebu yang tidak dihaluskan. menghasilkan partikel kecil yang mempunyai
Mereka menyimpulkan bahwa pada proses permukaan yang luas, akan tetapi proses
pembuatan bioetanol dari bagase tebu, melalui penghalusan partikel ini memerlukan energi
pengolahan awal dengan asam encer dan diikuti yang besar, yang akan mempengaruhi biaya dan
dengan hidrolisa enzimatik, variasi ukuran tingkat keekonomian proses pembuatan
partikel bagase 2,0 1,0 dan 0,5 mm tidak bioetanol atau biobutanol dari biomasa
memperlihatkan pengaruh secara signifikan lignoselulosa.
pada proses hidrolisa.
S.H.Dugue, dkk (2015)[54] yang mengkaji
N.Khienpanya,dkk (2015)[52] meneliti pembuatan bioetanol dari 10 macam biomasa
pembuatan bioetanol dari batang kelapa sawit memperlihatkan bahwa biaya produksi pada
mempergunakan 4 macam ukuran partikel tahun 2014 sekitar 0,65 dollar per liter etanol
yaitu 0,425 – 1,5 mm, 0,250 – 0,425 mm, dimana biaya utilitas, berupa biaya energi dan
dibawah 0,25 mm, dan partikel yang dihaluskan air, sebesar 45,3 % dari total biaya varibel. J.A.
tetapi tidak diayak. Hasil penelitian mereka Quentero,dkk (2013)[55] melalui proses simulasi
memperlihatkan bahwa memperkecil ukuran untuk 4 macam biomasa lignoselulosa yaitu
partikel biomasa tidak memberikan perbedaan bagase tebu, sekam padi, TKKS, dan tangkai
yang signifikan pada produktivitas proses dan buah kopi memperlihatkan bahwa biaya utilitas,
jumlah etanol yang dihasilkan. Mereka terutama energi, berkisar antara 37 – 48,9 %
menemukan biomasa dengan partikel (0,425 – dari total biaya produksi bioetanol. Dari tabel 2
1,5 mm) menghasilkan bioetanol yang lebih terlihat bahwa pengecilan ukuran partikel
banyak dari pada ukuran partikel yang lebih meningkatkan biaya energi. Sebagai contoh,
kecil (dibawah 0,25 mm), meskipun pengecilan ukuran partikel kayu dengan knife
perbedaannya tidak signifikan secara statistik. mill dari 2,54 ke 1,60 mm meningkatkan
Mereka berspekulasi meskipun pengecilan penggunaan energi dari 80 ke 130 kWh/ton,
ukuran partikel meningkatkan SSA tetapi volum atau sebesar 62,5 %, sedangkan dengan hammer
pori belum tentu meningkat, bahkan bisa turun. mill meningkatkan penggunaan energi dari 120
Hal ini terjadi karena rusaknya pori dalam ke 130 kWh/ton atau sebesar 8,3 %.
proses penggilingan biomasa. Pendapat ini
sejalan dengan hasil peneliti lain yang meneliti B.C.Vidal, dkk (2011)[56] menyampaikan
pengaruh distribusi ukuran pori kayu keras dan bahwa ukuran partikel biomasa mempengaruhi
lunak dalam proses hidrolisa dengan enzim[53]. tingkat ekonomis proses pemanfaatan
Mereka menyatakan bahwa ukuran pori subtrat, lignoselulosa karena ukuran partikel
dalam hubungannya dengan ukuran dari enzim, mempengaruhi biaya operasi dan capaian
merupakan faktor pembatas utama dalam reaksi konversi. Mereka menyatakan bahwa
hidrolisa enzimatik. pengolahan fisik, antara lain pengecilan ukuran
partikel sampai ukuran maksimum bisa

18 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

mempengaruhi capaian konversi sampai dengan menghasilkan partikel kecil yang mempunyai
50 %, sedangkan pengaruh proses kimia bisa permukaan yang luas, akan tetapi proses
diatas 70 %. Ukuran partikel maksimum penghalusan partikel ini memerlukan energi
didefinisikan sebagai ukuran terbesar dimana yang besar, yang akan mempengaruhi biaya dan
dibawah ukuran tersebut tidak ada pengaruh tingkat keekonomian proses pembuatan
ukuran partikel pada proses konversi biomasa bioetanol atau biobutanol dari biomasa
menjadi etanol[56]. Ukuran partikel maksimum lignoselulosa.
ini tergantung pada jenis biomasa, dan bahan S.H.Dugue, dkk (2015)[54] yang mengkaji
pembantu yang dipakai pada pengolahan awal pembuatan bioetanol dari 10 macam biomasa
seperti air panas, uap air, asam, basa, atau memperlihatkan bahwa biaya produksi pada
bahan lainnya. Oleh karena itu Vidal dkk[56] tahun 2014 sekitar 0,65 dollar per liter etanol
menyarankan kajian ukuran partikel biomasa ini dimana biaya utilitas, berupa biaya energi dan
perlu dilakukan pada konversi biomasa menjadi air, sebesar 45,3 % dari total biaya varibel. J.A.
sumber energi terbarukan. Quentero,dkk (2013)[55] melalui proses simulasi
Kajian ini memperlihatkan bahwa proses untuk 4 macam biomasa lignoselulosa yaitu
penghalusan ukuran partikel bahan baku akan bagase tebu, sekam padi, TKKS, dan tangkai
mempengaruhi biaya pembuatan alkohol dari buah kopi memperlihatkan bahwa biaya utilitas,
biomasa lignoselulosa melalui dua cara. terutama energi, berkisar antara 37 – 48,9 %
Pertama, mempengaruhi kebutuhan daya yang dari total biaya produksi bioetanol. Dari tabel 2
diperlukan untuk persiapan bahan. Ukuran terlihat bahwa pengecilan ukuran partikel
partikel yang dituju akan mempengaruhi jumlah meningkatkan biaya energi. Sebagai contoh,
energi untuk proses persiapan bahan, semakin pengecilan ukuran partikel kayu dengan knife
halus partikel yang diinginkan akan semakin mill dari 2,54 ke 1,60 mm meningkatkan
besar energi diperlukan. Disamping itu, partikel penggunaan energi dari 80 ke 130 kWh/ton,
yang semakin halus menyebabkan perubahan atau sebesar 62,5 %, sedangkan dengan hammer
densitas dan viskositas sehingga kebutuhan mill meningkatkan penggunaan energi dari 120
energi pada unit-unit pencampuran akan ke 130 kWh/ton atau sebesar 8,3 %.
semakin besar. Biaya energi merupakan biaya B.C.Vidal, dkk (2011)[56] menyampaikan
yang dominan dari total biaya produksi, yaitu bahwa ukuran partikel biomasa mempengaruhi
bisa sampai dengan 48,9 % dari biaya tingkat ekonomis proses pemanfaatan
produksi[55]. Kedua, ukuran partikel juga lignoselulosa karena ukuran partikel
mempengaruhi tingkat keberhasilan proses mempengaruhi biaya operasi dan capaian
pengolahan awal dan hidrolisa serta berpotensi konversi. Mereka menyatakan bahwa
meningkatkan hasil alkohol. Semuanya ini pada pengolahan fisik, antara lain pengecilan ukuran
akhirnya akan mempengaruhi biaya produksi partikel sampai ukuran maksimum bisa
(cost of production) bioetanol atau biobutanol mempengaruhi capaian konversi sampai dengan
dari biomasa lignoselulosa. Oleh karena itu, 50 %, sedangkan pengaruh proses kimia bisa
meskipun pengecilan ukuran partikel diatas 70 %. Ukuran partikel maksimum
berpeluang untuk meningkatkan produksi didefinisikan sebagai ukuran terbesar dimana
alkohol per satuan berat bahan baku, tetapi juga dibawah ukuran tersebut tidak ada pengaruh
menyebabkan kenaikan biaya produksi, ukuran partikel pada proses konversi biomasa
sehingga perhitungan yang tepat perlu menjadi etanol[56]. Ukuran partikel maksimum
dilakukan bila akan memperkecil ukuran ini tergantung pada jenis biomasa, dan bahan
partikel bahan baku. pembantu yang dipakai pada pengolahan awal
seperti air panas, uap air, asam, basa, atau
bahan lainnya. Oleh karena itu Vidal dkk[56]
3.7. Pengaruh Ukuran Partikel Pada Biaya
menyarankan kajian ukuran partikel biomasa ini
Proses
perlu dilakukan pada konversi biomasa menjadi
Seperti dinyatakan diatas, proses sumber energi terbarukan.
pencacahan, penggilingan, penghalusan, akan

“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 19


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

Kajian ini memperlihatkan bahwa proses partikel terbesar sampai terkecil mencapai
penghalusan ukuran partikel bahan baku akan kurang lebih 2 kali lipat.
mempengaruhi biaya pembuatan alkohol dari Pusat Penelitian Kimia (PPKimia) LIPI
biomasa lignoselulosa melalui dua cara. meneliti pemanfaatan TKKS untuk bahan baku
Pertama, mempengaruhi kebutuhan daya yang pembuatan bioetanol pada skala pilot dengan
diperlukan untuk persiapan bahan. Ukuran kapasitas 10 L per hari etanol kualitas untuk
partikel yang dituju akan mempengaruhi jumlah bahan bakar (99,6 %). Pembuatan bioetanol ini
energi untuk proses persiapan bahan, semakin dilakukan melalui lima tahap proses utama
halus partikel yang diinginkan akan semakin yaitu persiapan bahan baku, pengolahan awal
besar energi diperlukan. Disamping itu, partikel (pretreatment), hidrolisa, fermentasi dan
yang semakin halus menyebabkan perubahan pemurnian produk bioetanol[24]. Pada penelitian
densitas dan viskositas sehingga kebutuhan ini TKKS yang telah dikeringkan digiling
energi pada unit-unit pencampuran akan dengan hammer mill dengan ukuran saringan 3
semakin besar. Biaya energi merupakan biaya mm, dan hasil gilingan tidak diayak lagi. TKKS
yang dominan dari total biaya produksi, yaitu kering hasil gilingan ini dicampur dengan
bisa sampai dengan 48,9 % dari biaya NaOH encer untuk pemisahan lignin[24]. Proses
produksi[55]. Kedua, ukuran partikel juga pembuatan bioetanol di PP Kimia LIPI
mempengaruhi tingkat keberhasilan proses menghasilkan 0,178 L etanol/kg TKKS kering,
pengolahan awal dan hidrolisa serta berpotensi dengan efisiensi proses hidrolisa adalah 93,8
meningkatkan hasil alkohol. Semuanya ini pada %[59]. Hasil analisis atas ukuran partikel TKKS
akhirnya akan mempengaruhi biaya produksi produk dari gilingan hammer mill diperlihatkan
(cost of production) bioetanol atau biobutanol pada tabel 3.
dari biomasa lignoselulosa. Oleh karena itu,
meskipun pengecilan ukuran partikel
berpeluang untuk meningkatkan produksi Tabel 3. Distribusi Ukuran Partikel TKKS yang
alkohol per satuan berat bahan baku, tetapi juga dipakai PP Kimia LIPI (% berat kering)
menyebabkan kenaikan biaya produksi,
1.4- 0,5- 0,21- <
sehingga perhitungan yang tepat perlu Ukuran >1.4
1 1 0,5 0,2 Total
dilakukan bila akan memperkecil ukuran Partikel mm
mm mm mm mm
partikel bahan baku. Jumlah
1,8 6 42 30 20
99.8
(*) %
(*)rerata 3 kali pengukuran, dan kehilangan 0,2 %.
Ukuran berdasarkan lubang ayakan (sieve opening)
3.8. Penelitian Pengaruh Ukuran Partikel
yang dipakai.
Pada Pembuatan Bioetanol di Indonesia
Penelitian dari dalam negeri terkait Tabel 3 memperlihatkan bahwa sekitar
pengaruh ukuran partikel terhadap proses 92 % (berat) TKKS yang digunakan PP Kimia-
konversi biomasa menjadi alkohol belum LIPI berukuran dibawah 1 mm, dan 7,8 %
banyak ditemukan. Pada pembuatan bioetanol diatas 1 mm. Pengamatan secara visual
dari sorgum (bukan lignoselulosa) dengan memperlihatkan bahwa partikel TKKS kering
ukuran partikel antara 0,17 - 0,25, 0,25 - 0,40 hasil ayakan yang berukuran diatas 1 mm lebih
dan 0,40 - 0,84 mm ditemukan bahwa semakin banyak berbentuk silinder, dan ukuran (> 1
halus partikel bahan baku hasil bioetanol mm) kelihatan lebih mencerminkan ukuran
semakin banyak[57]. D.S.Kamara,dkk (2007)[58] panjang, bukan ukuran diameter atau lebar
yang memanfaatkan batang pisang sebagai serat. Sebagian besar partikel TKKS hasil
bahan baku pembuatan glukosa melalui proses ayakan yang berukuran dibawah 1 mm
hidrolisa enzimatik memperlihatkan bahwa berbentuk mendekati pipih persegi dan sebagian
pengecilan ukuran partikel batang pisang dari tak beraturan, sangat sedikit yang berbentuk
0,84, 0,25, 0,18, sampai 0,15 mm silinder. H.Lu, dkk (2010)[60] menyatakan
mempengaruhi jumlah gula pereduksi yang bahwa luas permukaan untuk partikel berbentuk
dihasilkan. Peningkatan hasil hidrolisa dari

20 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

silinder jauh lebih besar dari pada partikel campuran dalam unit proses sehingga
berbentuk bola atau kotak. mempengaruhi kebutuhan energi, dan pada
Dari kajian ini diperkirakan hal berikut akhirnya mempengaruhi biaya proses.
terkait penelitian pemanfaatan TKKS untuk Di dalam literatur terpublikasi terdapat
bahan baku bioetanol. Pertama, diperkirakan perbedaan hasil penelitian terkait pengaruh
ukuran maksimum partikel untuk konversi ukuran partikel pada proses hidrolisa selulosa
TKKS menjadi alkohol adalah antara 0,4 menjadi gula. Lebih banyak penelitian yang
sampai 1 mm. Penggunaan partikel TKKS memperlihatkan bahwa semakin kecil ukuran
dibawah ukuran 0,4 mm diperkirakan tidak partikel, sampai batas ukuran partikel
akan terlihat lagi pengaruhnya pada proses maksimum, semakin banyak jumlah selulosa
hidrolisa dan proses konversi secara yang dapat dikonversi menjadi gula, dan
keseluruhan. Kedua, diperkirakan efisiensi semakin positif pengaruhnya pada capaian
hidrolisa 93,8 % sudah optimal. TKKS hasil keseluruhan proses.
penggilingan lebih banyak yang berbentuk
kotak pipih atau bulat dimana 92 % bahan
berukuran dibawah ukuran partikel maksimal 4.2. Saran
(<1 mm). Penggilingan lebih lanjut dan Indonesia memiliki berbagai jenis
pengayakan, sehingga menghasilkan ukuran biomasa lignoselulosa yang potensial untuk
partikel yang lebih halus dan lebih seragam, dijadikan bahan baku bioetanol atau biobutanol
diperkirakan tidak akan banyak pengaruhnya antara lain tandan kosong kelapa sawit dan
pada hidrolisa dan jumlah bioetanol yang akan bagase tebu. Mengingat perbedaan kandungan
dihasilkan, karena pemisahan partikel dengan lignin, selulosa dan hemiselulosa, serta
pengayakan tidak akan banyak mengubah luas perbedaan sifat dari berbagai biomasa
permukaan spesifik dari partikel TKKS yang lignoselulosa, maka dalam pemanfaatan
digunakan. Penggilingan lebih lanjut dan biomasa menjadi bahan baku pembuatan
pengayakan hanya akan menambahkan biaya alkohol, pengaruh ukuran partikel layak untuk
proses. Meskipun demikian penelitian untuk menjadi perhatian para peneliti. Dalam
melihat pengaruh ukuran partikel TKKS ini penelitian dan pengembangan pembuatan
perlu dilakukan dimasa depan untuk alkohol dari bahan baku tandan kosong kelapa
mengkonfirmasi efisiensi proses pengolahan sawit atau bagase tebu sebaiknya digunakan
awal dan hidrolisa yang telah dicapai. ukuran partikel antara 0,4 - 1 mm.

4. KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH


4.1. Kesimpulan Penulis mengucapkan terima kasih pada
Telaahan ini memperlihatkan bahwa Bpk Tupan dari PDII yang memfasilitasi dan
proses penggilingan dan perubahan ukuran membantu pencarian berbagai dokumen
partikel biomasa sebagai bahan baku pembuatan pendukung, Terima kasih disampaikan juga
bioetanol atau biobutanol mempengaruhi sifat pada tim penelitian bioetanol di PP Kimia
fisik bahan baku. Proses penggilingan, dalam lainnya yang telah menjelaskan hasil penelitian
upaya memperkecil ukuran partikel, di PP Kimia, dan pada Bpk Amsir yang telah
mempengaruhi dua hal yaitu terjadi penurunan membantu dalam melakukan analisis ukuran
kristalinitas selulosa dan perubahan porisitas. partikel TKKS.
Kedua perubahan ini akan mempengaruhi
efektivitas proses hidrolisa dan akhirnya
mempengaruhi capaian proses pembuatan DAFTAR PUSTAKA
alkohol secara keselururuhan. Perubahan [1] M.A.Carriquiry, X.Du, dan
ukuran partikel biomasa mempengaruhi G.R.Timilsina. Second generation
densitas unggun bahan dan viskositas dari

“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 21


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

biofuels: Economics and policies, Energy [11] Anonim, The biofuel of the future,
Policy, 39: 4222–4234 (2011). http://www.butamax.com/the-Biobutanol-
[2] A. Eisentraut (Ed). Sustainable Advantage.aspx. (diunduh 4 November
production of second-generation biofuels 2015).
: Potential and perspectives in major [12] Annonim, Butanol,
economies and developing countries, http://www.afdc.energy.gov/fuels/emergi
International Energy Agency ng_biobutanol.html, June 12, 2015
(OECD/IEA), Information Paper, (diunduh 2 Nov 2015).
February, 2010, hal 7. [13] M. Sapp. ASTM sets standard D 78862
[3] B. Stefan. Towards Sustainable for three type of butanol, Biofuels Digest,
Production and Use of Resources: 9 Oktober (2013).
Assessing Biofuels, United Nation [14] Gasoline, IARC Monograph, Volume 45,
Environmental Program (UNEP) Report, hal 159-201.
2009, Section 3.
[15] P. Kumar, D.M. Barrett, M.J. Delwiche
[4] M. Balat dan H.Balat. Recent trends in dan P. Stroeve. Methods for Pretreatment
global production and utilization of bio- of Lignocellulosic Biomass for Efficient
ethanol fuel. Applied Energy, 86 : 2273- Hydrolysis and Biofuel Production.
2282 (2009) Industrial Engineering and Chemistry
[5] P. Kaparaju, M. Serrano, A. B. Thomsen, Resource 48, 3713–3729 (2009).
P. Kongjan, dan I. Angelidaki. [16] J.I. Rahikainan, R.M. Samdero, H.
Bioethanol, biohydrogen and biogas Heikkinen, S. Rovio, K. Marjamaa, T.
production from wheat straw in a Tamminen, O.J. Rojas, dan K. Kruus.
biorefinery concept. J. Bioresource Inhibitory effect of lignin during cellulose
Technology, 100: 2562–2568 (2009). bioconversion : the effect of lignin
[6] S. Aiman. Perkembangan teknologi dan chemistry on non-productive enzyme
tantangan dalam riset bioetanol di adsorption, Bioresources Technology,
Indonesia, J Kimia Terapan Indonesia, 16 133: 270-278 (2013).
(2) : 108-117 (2014). [17] H. Wang, M.Tucker dan Y.Ji. Recent
[7] B.E. Dale. A New industry has been development in chemical
launched : The cellulosic biofuels ship depolymerization of Lignin: A review,
(finally) sails, Biofules, Bioprod. Bioref, Journal of Applied Chemistry, 13, Article
9: 1-3 (2015). ID 838645 (2013).
[8] J.Lane. Who’s building what, where, [18] N. Mosier, C. Wyman, B. Dale, R.
now. 29 projects in construction or in Elander, Y.Y. Lee, M. Holtzapple, dan
commissioning in Africa, Europe, Asia, M. Ladisch. Features of promising
the Middle East, Australia and the technologies for pretreatment of
Americas, Biofuel Digest, Nov 17, 2015. lignocellulosic biomass, Bioresource
[9] V.Hönig, M. Kotek dan J. Mařík. Use of Technology, 96 : 673–686 (2005).
butanol as a fuel for internal combustion [19] P. Binod, R. Sindhu, R.R. Singhania,
engines, Agronomy Research 12(2) : 333– S.Vikram, L.Devi, S.Nagalakshmi,
340 (2014). N.Kurien, R.K.Sukumaran, dan
[10] N.R.Baral, J. Li dan A.K. Jha. Perspective A.Pandey. Bioethanol production from
and prospective of pretreatment of corn rice straw: An overview, Bioresource
straw for butanol production. Appl. Technology, 101: 4767–4774 (2010).
Biochem Biotechnol 172:840–853 (2014). [20] H.D. Fajariah dan W Hadi. Pemanfaatan
serbuk gergaji menjadi biobutanol dengan
hidrolisis selulase dan fermentasi bakteri
22 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman
J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

Clostridium Acetobutylicum, Jurnal Carbohydrate Polymers, 79: 192–199


Teknik Pomits, 3 (2) : F276-280 (2014). (2010).
[21] D. Irawan. Produksi biobutanol berbasis [30] Q. Zhang, P. Zhang, Z.J. Pei, dan D.
sampah organik kota Samarinda sebagai Wang.Relationships between cellulosic
upaya diversifikasi, Politeknik Negeri biomass particle size and enzymatic
Samarinda, Penelitian Strategis hydrolysis sugar yield: Analysis of
KemenRistek, 2013. inconsistent reports in the literature :
[22] Fajar. Pengolahan sampah organik kota Review, Renewable Energy, 60 : 127-136
Makasar menjadi biobutanol sebagai (2013).
energi terbarukan, Penelitian Hibah [31] X. Zhao, L.Zhang dan D.Liu. Biomass
Bersaing, Politeknik Negeri Ujung recalcitrance : Part 1 : the chemical
Pandang, 2013. compositions and physical structures
[23] B. Hasan. Pembuatan bahan bakar affecting the enzymatic hydrolysis of
alternatif biobutanol dari jerami padi lignocelluloses, Biofules, Bioprod.Bioref,
secara fermentasi menggunakan bakteri 6 : 465-482 (2012).
Clostridium, Penelitian Hibah Bersaing, [32] C.N.Hamelinck, G.V.Hooijdook dan
Politeknik Negeri Ujung Pandang, 2013. A.P.C. Faaij. Ethanol from lignocellulosic
[24] H.Abimanyu dkk. Penelitian konversi biomass : techno-economic performance
energi (PN-8) – Pengembangan pilot plant in short, middle, and long term. Biomass
bioetanol berbasis lignoselulosa sebagai and Bioenergy, 28(3) : 384-410 (2005).
bahan bakar nabati, Laporan Kemajuan [33] E.Khullar, B. S. Dien, K.D. Rausch, M.E.
Riset Puslit Kimia LIPI, 2012. Tumbleson, dan V. Singh. Effect of
[25] N.R. Baral dan A.Shah. Microbial particle size on enzymatic hydrolysis of
inhibitors: formation and effects on pretreated Miscanthus, Industrial Crops
acetone-butanol-ethanol fermentation of and Products, 44:11– 17 (2013).
lignocellulosic biomass, Applied [34] J.Y. Zhu, G.S.Wang, X.J.Pan dan
Microbiol Biotechnol, 98:9151–9172, R.Gleisner. Specific surface to evaluate
(2014). the efficiencies of milling and
pretreatment of wood for enzymatic
[26] P. Binod, K.U. Janu, R.Sindhu, dan A.
Pandey. Hydrolysis of lignocellulose saccharification. Chem Eng Sci. 64:474-
biomass for bioethanol production, dalam 485 (2009).
Biofuels : Alternatives Feedstock and [35] B.Lamsal, J. Yoo, K Brijwani dan S.
Conversion Process, Elsevier, chapter 10, Alvi. Extrusion as a thermo-mechanical
2011, hal 229-250. pretreatment for lignocelulosic ethanol,
[27] A. Procentese, T. Guida, F Raganati, G Biomass and Bioenergy, 34, Issue 12
Olivueri, P Salatino dan A Marzochella. :1703-1720, December (2010).
Process simulation of biobutanol [36] N.Sarkar, S.K.Ghosh, S. Bannerjee dan
production from lignocelulosic K. Aikat. Bioethanol production from
feedstocks, Chemical Engineering agricultural wastes : An Overview,
Transactions, 38 : 343-348 (2014). Renewable Energy, 37 (99) :19-27 (2012).
[28] Y. Sun, dan J. Cheng. Hydrolysis of [37] V.B. Agbor, N.Cicek, R. Sparling, A.
lignocellulosic materials for ethanol Berlin, dan D.B.Levin. Biomass
production: a review paper. Bioresour. pretreatment : Fundamentals towards
Technol. 83 : 1–11 (2002). application, Biotechnology Advances, 29:
[29] A.I.Yeh, Y.C. Huang, dan S.H. Chen. 675-685 (2011).
Effect of particle size on the rate of [38] E. Khullar. DISSERTATION, in
enzymatic hydrolysis of cellulose, Agricultural and Biological Engineering
“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 23
J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

in the Graduate College of the University Journal of Microbulogy Biotechnology,


of Illinois at Urbana-Champaign. (2012). 30:1145-1157 (2014).
[39] V.S. Chang dan M.T.Holtzapple. [47] W. Jonglertjunya, W. Makkhanon, T.
Fundamental factors affecting biomass Siwanta dan P. Prayoonyong. Dilute acid
enzymatic reactivity, Applied hydrolysis of sugarcane bagasse for
Biochemistry and Biotechnology, 84: 5-10 biobutanol fermentation, Chiang Mai
(2000). Journal of Science, 41(1), 60-70 (2014).
[40] C.E. Wyman, S.R. Decker dan M.E. [48] A. Procentese, T. Guida, F Raganati, G
Himmel, J.W. Brady, C.E. Skopec, dan Olivueri, P Salatino dan A Marzochella.
L. Viikari. Hydrolysis of Cellulose and Process simulation of biobutanol
Hemicellulose, Chapter 43, Marcel production from lignocelulosic
Dekker, 2005. feedstocks, Chemical Engineering
[41] A.P. Sinitsyn, A.V.Gusakov dan Transactions, 38: 343-348 (2014).
E.Y.Vlasenko. Effect of structural and [49] A.L.L. Cesario, A.C da Costa, dan
physico-chemical features of cellulosic S.C.Rabelo. Effect of particle size on
substrates on the efficiency of enzymatic dilute acid pretreatment and enzymatic
hydrolysis, Applied Biochemistry and hydrolysis of sugarcane bagasse,
Biotechnology, 30: 43-47 (1991). Chemical Engineering Transaction (of
[42] E.K. Bahrin, A.S. Baharudin, M.Z. AIDIC) 37: 409-414 (2014).
Ibrahim, M.N.A. Razak, A sulaiman, S.A [50] E.K.Bahrin, P.Y. Seng dan S.A. Aziz.
Aziz, M.A Hassan, Y.Shirai, dan H. Effect of Oil Palm Empty Fruit Bunch
Nishia. Physicochemical property changes Particle Size on Cellulase Production by
and enzymatic hydrolysis enhancement of Botryosphaeria sp. Under Solid State
oil palm empty fruit bunches treated with Fermentation, Australian Journal of Basic
superheated steam, Bioresources, 7 (2) : and Applied Sciences, 5(3): 276-280
1784-1801 (2012). (2011).
[43] I.Torrado, F.Bandeira, A.A.Shatalov, [51] I. Membrilo, C. Sánchez, M. Menese, E.
F.Carvalheiro dan L.C.Duarte. The impact Favela dan O. Loera. Effect of substrate
of particle size on the dilute acid particle size and additional nitrogen
hydrolysis of Giant Reed Biomass, source on production of lignocellulolytic
Journal of Energy and Environment 2(1): enzymes by Pleurotus ostreatus strains.
1-10, April (2014). Bioresour. Technol., 99(16): 7842-7847
[44] A.H.Mohammed. Disertasi, Technischen (2008).
Universitat Berlin. (2012). [52] N. Khienpanya, N Laemsak, S
[45] A.Tesfaw dan F. Assefa. Current trends in Sirisansaneeyakul, W Vanichsriratana,
bioethanol production by Saccharamyces I.N.Sultan, A.K.TYareen dan
cerevisiae : Substrate, inhibitor reduction, P.Parakulsuksatid. Influence of particle
growth variables, coculture and size of pretreatment oil palm trunk fibers
immobilization, International Scholarly from simultaneous saccharafication and
Research Notice, Hindawi Pub Corp., fermentation on ethanol production, a
Volume 2014 (2014), article ID 532852, paper on The 26th Annual Meeting of the
11 halaman. Thai Society for Biotechnology and
International Conference, 2015.
[46] J. Li, N.R. Baral dan A.K Jha. Acetone-
butanol-ethanol fermentation of corn [53] H.E. Grethlein. The effect of pore size
stover by Clostridium species : Present distribution on the rate of enzymatic
status and future prospective, World hydrolysis of cellulosic substrates,
Nat.Biotechnology, 3:155-160 (1985).

24 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

[54] S.H.Duque, C.A Cardona dan J.Moncada.


Techno-economic and environmental
analysis of ethanol production from 10
agroindustrial residues in Columbia,
Energy and Fuels, Jan 2015, halaman A-I.
[55] J.A. Quitero, J Moncada, dan
C.A.Cardona. Techno-Economic analysis
of bioethanol production from
lignocellulosic residues in Colombia : A
process simulation approach, Bioresource
Technology, 139 : 300-307 (2013).
[56] B.C. Vidal, B.S.Dien, K.C.Ting dan
V.Singh. The influence of feedstock
particle size on lignocelluloses
conversions, App.Biochem.Biotechnol
164:1405-1421 (2011).
[57] D. Hamonangan, Chairul dan H.S.Irdoni.
Variasi ukuran partikel sorgum pada
konversi pati sorgum menjadi bioetanol
dengan proses sakarifikasi dan fermentasi
serentak, Jurnal FTEKNIK, Universitas
Riau, 1(2):1-3, (2014).
[58] D.S. Kamara, S.D. Rachman, dan
S.Gaffar. Degradasi enzimatik selulosa
dari batang pisang untuk produksi glukosa
dengan bantuan aktivitas selulolitik
Trichoderma viride, Laporan Penelitian
Dasar, Litbang Universitas Pajajaran,
2007
[59] Tim Bioetanol PP Kimia-LIPI. Neraca
Material dan Neraca Energi Pembuatan
Bioetanol dari TKKS di PP Kimia-LIPI,
Laporan Internal Tim, 2015.
[60] H. Lu, E. Ip, J. Scott, P.Foster,
M.Vickers dan L.L.Baxter. Effects of
particle shape and size on devolatilization
of biomass particle. Fuel 89: 1156-1168
(2010).

“Pengaruh Ukuran Partikel Biomassa ...”: S. Aiman | 25


J.Kim.Terap.Indones., 18(1), p-ISSN: 0853–2788, e-ISSN: 2527–7669
pp. 11-25, June 2016 Accreditation number : 540/AU1/P2MI LIPI/06/2013

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page intentionally left blank

26 | “Pengaruh ukuran partikel biomassa ...”: S. Aiman

Anda mungkin juga menyukai